Anda di halaman 1dari 34

STEP 5

1. (waudy) Bagaimana struktur anatomi dari organ penghidu dan pengecap?


2. (disna) Jaras apa saja yang terdapat di sistem penghidu dan pengecap?
3. Fisiologi penghidu dan pengecap
4. (fauzan-ni’matul) Bagaimana lidah bisa mempresepsikan rasa dan bagaimana
mekanismenya?
5. (ema) Mengapa saat kita mencium bau sesuatu terdapat peningkatan saliva pada
rongga mulut?
6. (ni’matul) Bagaimana mekanisme indra penghidu dan pengecap dapat mencetuskan
impuls saraf?
7. (rhevito) Jelaskan bagian-bagian lidah sebagai indra perasa!
8. Bagaimana histologi dari area pengecapan dan penghidu ?
9. Bagaimana indra penghidu dan pengecap berperan dalam homeostasis tubuh?

STEP 6

1. (waudy) Bagaimana struktur anatomi dari organ penghidu dan pengecap?


Jawab :
Bagian hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari nares anterior hingga
koana di posterior yang memisahkan rongga hidung dari nasofaring. Septum nasi
membagi tengah bagian hidung dalam menjadi kavum nasi kanan dan kiri. Setiap
kavum nasi mempunyai 4 buah dinding yaitu dinding medial, lateral, Bagian inferior
kavum nasi berbatasan dengan kavum oris dipisahkan oleh palatum durum. Ke arah
posterior berhubungan dengan nasofaring melalui koana. Di sebelah lateral dan depan
dibatasi oleh nasus externus. Di sebelah lateral belakang berbatasan dengan orbita :
sinus maksilaris, sinus etmoidalis, fossa inferior dan superior. pterygopalatina, fossa
pterigoides.

A) Dasar hidung

Dibentuk oleh prosesus palatina os maksila dan prosesus horizontal os palatum.


Atap hidung terdiri dari kartilago lateralis superior dan inferior, dan tulang-tulang os
nasale, os frontale lamina cribrosa, os etmoidale, dan corpus os sphenoidale. Dinding
medial rongga hidung adalah septum nasi. Septum nasi terdiri atas kartilago septi nasi,
lamina perpendikularis os etmoidale, dan os vomer. Sedangkan di daerah apex nasi,
septum nasi disempurnakan oleh kulit, jaringan subkutis, dan kartilago

B) Dinding lateral

Dinding lateral dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu di anterior terdapat prosesus
frontalis os maksila, di medial terdapat os etmoidal, os maksila serta konka, dan di
posterior terdapat lamina perpendikularis os palatum, dan lamina pterigoides medial.
Bagian terpending pada dinding lateral adalah empat buah konka. Konka terbesar dan
letaknya paling bawah ialah konka inferior kemudian konka yang lebih kecil adalah
konka media, konka superior dan yang paling kecil adalah konka alaris major.
konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang dinamakan dengan
Meatus superior atau fisura etmoid merupakan suatu celah yang sempit antara septum
dan massa lateral os etmoid di atas konka media. Resesus suprema. Konka suprema
biasanya akan mengalami rudimenter. Diantara konkameatus dan dinding lateral
hidung terdapat rongga sempit yang dinamakan dengan meatus. Terdapat tiga meatus
yaitu meatus inferior, media dan superior.

Meatus superior atau fisura etmoid merupakan suatu celah yang sempit antara septum
dan massa lateral os etmoid di atas konka media. Resesus sfenoetmoidal terletak di
posterosuperior konka superior dan di depan os sphenoid. konka Resesus
sfenoetmoidal merupakan tempat bermuaranya sinus sfenoid .

Meatus media merupakan salah satu celah yang di dalamnya terdapat muara sinus
maksila, sinus frontal dan bagian anterior sinus etmoid. Di balik bagian anterior konka
media yang letaknya menggantung, pada dinding lateralnya terdapat celah berbentuk
bulan sabit yang disebut sebagai infundibulum. Muara atau fisura berbentuk bulan
sabit yang menghubungkan meatus medius dengan infundibulum dinamakan hiatus
semilunaris. Dinding inferior dan medial infundibulum membentuk tonjolan yang
berbentuk seperti laci dan dikenal sebagai prosesus unsinatus. Ostium sinus frontal,
antrum maksila, dan sel-sel etmoid anterior bermuara di infundibulum. Sinus frontal
dan sel-sel etmoid anterior biasanya bermuara di bagian anterior atas, dan sinus
maksila bermuara di posterior muara sinus frontal.

Meatus nasi inferior adalah yang terbesar di antara ketiga meatus, mempunyai muara
duktus nasolakrimalis yang terdapat kira-kira antara 3 sampai 3,5 cm di belakang
batas posterior nostril.
14
Gambar 2. Anatomi septum hidung

Septum membagi kavum nasi menjadi ruang kanan dan kiri. Bagian posterior
dibentuk oleh lamina perpendikularis os etmoid, bagian anterior oleh kartilago
septum, premaksila dan kolumela membranosa. Bagian posterior dan inferior oleh os
vomer, krista maksila, krista palatina dan krista sfenoid.

Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang a.sfenopalatina,


a.etmoid anterior, a.labialis superior, dan a.palatina mayor yang disebut Pleksus
Kiesselbach (Little’s area). Pleksus Kiesselbach letaknya superfisial dan mudah
cidera oleh trauma, sehingga sering menjadi sumber epistaksis (pendarahan hidung)
terutama pada anak.

 Vaskularisasi Hidung

Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan dengan
arteri. Vena di vestibulum dan struktur luar hidung bermuara ke v.oftalmika yang
berhubungan dengan sinus kavernosus. Vena-vena di hidung tidak memiliki katup
sehingga merupakan faktor predisposisi untuk mudahnya penyebaran infeksi hingga
ke intrakranial.
Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari

n.etmoidalis anterior, yang merupakan cabang dari n.nasosiliaris, yang berasal dari
n.oftalmikus (N.V1). Rongga hidung lainnya, sebagian besar mendapat persarafan
sensoris dari n.maksila melalui ganglion sfenopalatinum. Ganglion sfenopalatinum
selain memberikan persarafan sensoris juga memberikan persarafan vasomotor atau
otonom untuk mukosa hidung. Ganglion ini menerima serabut-serabut sensoris dari
n.maksila (N.V2), serabut parasimpatis dari n.petrosus superfisialis mayor dan
serabut-serabut simpatis dari n.petrosus profundus. Ganglion sfenopalatinum terletak
di belakang dan sedikit di atas ujung posterior konka media

Nervus olfaktorius turun dari lamina kribrosa dari permukaan bawah bulbus
olfaktorius dan berakhir pada sel-sel reseptor penghidu pada mukosa olfaktorius
dimdaerah sepertiga atas hidung.

Sumber : https://www.google.com/search?
client=safari&rls=en&q=struktur+anatomy+hidung&ie=UTF-8&oe=UTF-8

Lidah adalah salah satu dari lima alat indera yang dimiliki oleh manusia. Lidah
merupakan salah satu bagian dari tubuh kita yang sangat sensitif dan memiliki fungsi
sebagai pengecap rasa, sebagai alat pengucap rasa dan organ yang kita gunakan untuk
membolak-balik makanan ketika mengunyah.

Lidah terletak di dalam rongga mulut. Lidah juga memiliki fungsi lidah sebagai
pembersih gigi dan mulut alami. Lidah terdiri atas otot-otot rangka. Otot-otot dalam
lidah ini disebut sebagai otot-otot lurik. Otot lurik adalah otot yang digunakan untuk
pergerakan. Selain otot lurik lidah juga terbuat dari membran-membran mukosa.
Jumlah ujung pengecap pada manusia bisa mencapai 10.000 buah dimana letaknya
tersebunyi secara rapi diantara tonjolan-tonjolan lidah yang dinamakan sebagai papila.

2.2 Bagian bagian lidah

Lidah manusia terdiri atas dua bagian bagian lidah yaitu bagian anterior dan bagian
posterior. Bagian anterior adalah bagian yang terlihat dan terletak di depan. Dua
pertiga bagian dari panjang lidah kita merupakan bagian anterior. Puncak anterior
lidah berciri sempit dan tipis dan mengarah kedepan.

Bagian posterior merupakan bagian lidah yang paling dekat dengan tenggorokan.
Mengisi sepertiga bagian dari panjang keseluruhan lidah kita. Bagian posterior
terhubung dengan tulang hyoid oleh otot-otot hyoglossi dan genioglossus serta
membran hyoglossal. Tulang hyoid disebut juga sebagai tulang lingual, berbentuk
seperti sepatu kuda. Tulang ini pada umumnya bisa ditemukan pada mamalia dan
memungkinkan lidah memiliki pergerakan yang luas. Keberadaan tulang hyoid dan
otot genioglossi membuat lidah bisa menjulur.
Penjelasan mengenai anatomi lidah :

1. Papila

Permukaan lidah memiliki tekstur karena adanya tonjolan-tonjolan yang disebut


papila. Ada tiga jenis papila lidah, yaitu:

   Papila filiformis, merupakan papila yang berada di dorsum linguae


(punggung lidah) dan bentuknya serupa benang halus (fili berarti benang)

   Papila sirkumvalata, yaitu papila yang berbentuk bulat (sirkum berarti bulat)
dan tersusun membentuk huruf V di bagian belakang lidah

 Papila fungiformis, sesuai dengan namanya, berbentuk seperti jamur (fungi berarti
jamur) dan berada di bagian depan lidah.

Terdapat satu jenis papila yang tidak dimiliki oleh manusia, yaitu papila folliata.
Papila folliata hanya ditemukan pada hewan pengerat. Pada papila terdapat taste bud
(tunas pengecap) yang membantu kita dalam mengidentifikasi rasa yang berbeda-beda
pada makanan. Papila sirkumvala dan fungi formis adalah papila yang berperan utama
dalam mengidentifikasi rasa sedang papila filiform memiliki tugas untuk
mencengkram makanan.

Setiap papila terdapat banyak ujung pengecap dimana disetiap ujung pengecap ini
masing-masing terdapat tiga jenis sel yakni:

a. Sel penyokong/pendukung (sustentacular) yang berfungsi menopang.


b. Sel pengecap yang berupa tonjolan seperti rambut yang keluar dari lubang
pengecap/reseptor. c. Sel basal yang mampu menghasilkan sel penyokong
(sustentacular) dan sel pengecap.

2. Sulcus Terminalis

Sulcus terminal memiliki bentuk seperti huruf V dan merupakan bagian lidah yang
memisahkan anterior dan posterior lidah. Permukaan anterior terdiri atas puncak dan
ujung lidah, sedangkan posterior terdiri atas akar lidah yang berkaitan dengan tulang
hyoid dan saraf saraf glossopharyngeal.

3. Tonsil

Tonsil merupakan kumpulan dari jaringan getah bening (limfoid) yang terletak di
dalam rongga mulut. Tonsil memiliki fungsi sebagai penyaring bakteri dan kuman
yang masuk ke tubuh baik melalui jalur udara dan alat alat pernafasan maupun lewat
makanan. Berdasarkan letaknya dalam rongga mulut, tonsilterbagia tas tiga jenis ,
yaitu:

   Tonsil Palatina, merupakan tonsil yang sering disebut sebagai amandel dan
terletak di kiri dan kanan rongga mulut.

   Tonsil faringers, disebut juga sebagai adenoid dan terletak di bagian dinding
belakang nesofaring.

   Tonsil lingulis, merupakan tonsil yang terletak pada daerah pintu masuk
saluran nafas dan saluran pencernaan.
4. Frenulum Linguae

Frenulum linguae atau frenulum lidah adalah selaput lendir yang letaknya
memanjang dari lantai mulut hingga ke garis tengah sisi bawah lidah.
Frenulum lingua sebenarnya membatasi pergerakan lidah, bahkan bagi
beberapa orang dengan frenulum lingua lebih pendek mengalami kesulitan
berbicara. Fungsi utama dari frenulum lidah adalah untuk menghubungkan
lidah dengan lantai mulut dan menjaga agar lidah tetap pada tempatnya di
dalam mulut.

Peta Lidah
Peta lidah adalah konsep yang menunjukkan bahwa bagian lidah tertentu dapat
mengecap
rasa dasar tertentu. Adapun pemetaan lidah terhadap empat rasa dasar adalah sebagai
berikut:
Rasa Manis dirasakan pada puncak atau ujung lidah.
Rasa Asin dirasakan pada bagian tepi lidah (samping kiri dan kanan).
Rasa Asam dirasakan pada bagian tepi lidah (samping kiri dan kanan).
Rasa Pahit dirasakan pada pangkal lidah.

Sumber : https://docplayer.info/72945860-Anatomi-lidah-manusia-oleh-kelas-1a.html
2. (disna) Jaras apa saja yang terdapat di sistem penghidu dan pengecap?
Jawab :
JARAS PENGHIDU

Sistem penghidu atau penciuman berhubungan dengan organ hidung, dan persarafan
yang mengatur fungsi penciuman adalah nervus olfaktorius (N. I) yang merupakan
saraf sensoris. Reseptor untuk menangkap rangsang bau-bauan adalah sel-sel
olfaktorius yang merupakan sel saraf bipolar dan berada di mukosa olfaktorius
(bagian atas rongga hidung). Serabut aferen neuron ini bersinaps di bulbus olfaktorius
dan dari sini keluar serabut yang menghubungkan bulbus olfaktorius dengan otak
yang disebut traktus olfaktorius. Setelah sampai di otak, sinyal olfaktori memiliki
beberapa target yaitu :

 korteks penciuman primer dan asosiasi di lobus temporalis: untuk


membedakan bau, persepsi, dan memori yang berkaitan dengan bau-bauan

 sistem limbik (amigdala, septum): untuk mengaktifkan emosi dan perilaku


yang berkaitan dengan bau-bauan

 hipotalamus: untuk pengatur hasrat (drives), pengatur makan dan respon


otonom dalam fungsi digestif

 formatio retikularis : untuk pengatur atensi dan membuat orang terjaga

Sumber :
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/197710132005012-
EUIS_HERYATI/DIKTAT_KULIAHx.pdf
Penghantaran Sinyal-Sinyal Olfaktorius ke Bulbus Olfak-
torius. Bulbus olfaktorius diperlihatkan pada Gambar 53-5. Serat saraf yang
kembali dari bulbus disebut nervus kranialis 1, atau traktus olfakiorius. Namun
demikian, sebenarnya kedua traktus dan bulbus merupakan pertumbuhan jaringan
otak dari dasar otak ke arah anterior; pembesaran yang berbentuk bulat pada
ujungnya, disebut bulbus olfaktorius, terletak pada lamina kribriformis yang
memisahkan rongga otak dari bagian atas rongga hidung. Lamina kribriformis
memiliki banyak lubang kecil yang merupakan tempat masuknya saraf-saraf kecil
dalam jumlah yang sama naik dari membran olfaktorius di rongga hidung
memasuki bulbus olfaktorius di rongga kranial. Gambar 53-3 menggambarkan
hubungan yang erat antara sel-sel olfaktorius di membran olfaktorius dengan
bulbus olfaktorius, yang memperlihatkan akson-akson pendek dan sel olfaktorius
berakhir di struktur globular multipel di dalam bulbus olfaktorius yang disebut
glomeruli. Setiap bulbus memiliki beberapa ribu macam glomeruli, masing-
masing merupakan ujung dari sekitar 25.000 akson yang berasal dari sel-sel
olfaktorius. Setiap glomerulus juga merupakan ujung untuk dendrit yang berasal
dari sekitar 25 sel-sel mitral yang besar dan sekitar 60 sel-sel berumbai yang lebih
kecil, dengan badan sel yang terletak di bulbus olfaktorius pada bagian superior
glomeruli. Dendrit ini menerima sinaps dari saraf sel olfaktorius, sel mitral dan sel
berumbai yang mengirimkan akson-akson melalui traktus olfaktorius untuk
menghantarkan sinyal-sinyal olfaktorius ke tingkat yang lebih tinggi di sistem
saraf pusat.
Sumber : Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Jakarta : EGC, 1022

Jaras olfaktorius
Sinyal pada sel mitral dan sel tufted pada bulbus olfaktorius menjalar menuju traktus
olfaktorius. Traktus olfaktorius kemudian menuju area olfaktorius primer pada
korteks serebral, yaitu pada lobus temporalis bagian inferior dan medial. Aktivasi
pada area ini menyebabkan adanya kesadaran terhadap odoran tertentu yang dihirup.
Selain itu, traktus tersebut menuju dua area, yaitu area olfaktorius medial dan area
olfaktorius lateral.1,3

a.  Area olfaktorius medial

Area ini terdiri atas sekumpulan nukleus yang terletak pada anterior dari hipotalamus.
Nukleus pada area ini merupakan nukleus septal yang kemudian berproyeksi ke
hipotalamus dan sistem limbik. Area ini berperan dalam ekspresi respons primitif
terhadap penghidu, seperti salivasi.

b.  Area olfaktorius lateral

Area ini terdiri atas korteks prepiriformis, korteks piriformis, dan nukleus amygdala
bagian korteks. Dari area ini, sinyal diteruskan ke sistem limbik dan hipokampus.
Proyeksi tersebut berperan dalam pembelajaran terhadap respon dari odoran tertentu,
seperti respon mual atau muntah terhadap odoran yang tidak disukai.
Jaras pada kedua area tersebut tidak melewati talamus, seperti jaras pada saraf sensori
lainnya. Namun, terdapat satu jaras olfaktori yang melewati talamus, yaitu nukleus
talamus dorsomedial, dan bersinaps di korteks orbitofrontal kuadran lateroposterior.
Jaras ini berperan pada analisis sadar dari odoran tertentu.

JARAS PENGECAPAN
Perjalanan saraf-saraf pengecapan (gustatorik) adalah sebagai berikut

 -  Serabut saraf sensorik dari kuncup kecap pada 2/3 anterior lidah bergabung
dengan nervus fasialis (saraf otak VII) fascial menuju ke batang otak.

 -  Serabut saraf sensorik dari kuncup kecap pada 1/3 posterior lidah
bergabung dengan nervus glossofaringeus (saraf otak IX) glasofaringeal
menuju ke batang otak.

 -  Serabut saraf sensorik dari kuncup kecap bukan pada lidah bergabung
dengan nervus vagus (saraf otak X) vagus menuju ke batang otak.

Serabut-serabut pengecap ketiga saraf ini bergabung memasuki nukleus


traktus solitarius pada medulla oblongata, lalu bersinapsis dengan neuron
sensorik derajat II yang akson-nya menyilang garis tengah dan bergabung lagi
dengan serabut penginderaan sentuh, nyeri, dan temperatur. Gabungan serabut
nukleus relay sensorik yang spesifik pada thalamus, dan di-relay ke area
proyeksi korteks serebri pada girus post-sentralis (lobus parietalis).
Sistem tersebut antara lain sistem saraf terminalis (saraf kranial 0/ CN 0),
sistem olfaktorius Utama (Saraf kranial I/ CN I), sistem Vomeronasal atau olfaktorius
asesorius (vomerosal organ / VNO), sistem somatosensori trigeminus (saraf kranial V/
CN V). Pada manusia dewasa minimal terdapat tiga buah sistem kemosensoris hidung
yaitu sistem saraf terminal, olfaktorius dan trigeminus. Sistem ini terdiri dari 40
kumpulan saraf atau fila dari epitel olfaktorius Yang melalui forum main pada
lempeng Kribiformis menuju otak.
Ujung  bebas saraf trigeminus tersebar pada mukosa hidung dan memper antara rangs
angan kimia maupun non kimia dari sensasi Somatosensoris seperti iritasi, rasa
terbakar, kedinginan dan terasa geli
Refleks Pengecapan Bergabung di dalam Batang Otak

Dari traktus solitarius, sejumlah besar impuls pengecapan dihantarkan ke dalam


batang otak itu sendiri langsung ke nukleus salivatorius inferior dan superior.
Kemudian area ini akan menghantarkan sinyal ke kelenjar submandibularis,
sublingualis, dan parotis untuk membantu mengendalikan sekresi saliva selama proses
menelan dan pencernaan makanan.

Sumber : Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Jakarta : EGC, 1022

3. Fisiologi penghidu dan pengecap


Jawab :

FISIOLOGI PENGHIDUNG
(EKSITASI PADA SEL OLFAKTORI)
Reseptor penghidu terletak pada superior nostril, yaitu pada septum superior pada
struktur yang disebut membran olfaktori. Bagian dari saraf penghidu yang berkaitan
langsung dengan odoran, molekul penghidu, yaitu silia dari sel olfaktori. Sebelum
dapat menempel dengan silia sel olfaktori, odoran tersebut harus dapat larut dalam
mukus yang melapisi silia tersebut. Odoran yang hidrofilik dapat larut dalam mukus
dan berikatan dengan reseptor pada silia tersebut, yaitu pada protein reseptor pada
membran silia sel olfaktori. Pengikatan antara reseptor dengan odoran menyebabkan
aktivasi dari protein G, yang kemudian mengaktivasi enzim adenil siklase dan
mengaktifkan cAMP. Pengaktifan cAMP ini membuka kanal Na+ sehingga terjadi
influks natrium dan menyebabkan depolarisasi dari sel olfaktorius. Depolarisasi ini
kemudian menyebabkan potensial aksi pada saraf olfaktorius dan ditransmisikan
hingga sampai ke korteks serebri.

Pada keadaan istirahat, resting potential dari sel olfaktori yaitu sebesar -55mV.
Sedangkan, pada keadaan terdepolarisasi, membrane potential sel olfaktori yaitu
sebesar -30mV. Graded potential dari sel olfaktori menyebabkan potensial aksi pada
sel mitral dan tufted yang terdapat pada bulbus olfaktorius.3
Pada membran mukus olfaktori, terdapat ujung saraf bebas dari saraf trigeminus yang
menimbulkan sinyal nyeri. Sinyal ini dirangsang oleh odoran yang bersifat iritan,
seperti peppermint, menthol, dan klorin. Perangsangan ujung saraf bebas ini
menyebabkan bersin, lakrimasi, inhibisi pernapasan, dan refleks respons lain terhadap
iritan hidung.2
Terdapat tiga syarat dari odoran tersebut supaya dapat merangsang sel olfaktori,
yaitu:3
 Bersifat larut dalam udara, sehingga odoran tersebut dapat terhirup hidung
 Bersifat larut air/hidrofilik, sehingga odoran tersebut dapat larut dalam mukus
dan berinteraksi dengan silia sel olfaktorius
 Bersifat larut lemak/lipofilik, sehingga odoran tersebut dapat berikatan dengan
reseptor silia sel oflaktorius
Ambang rangsang dari sel olfaktori berbeda-beda terhadap masing-masing tipe
odoran. Beberapa odoran tersebut yaitu:

Penghidu pada manusia dapat mendeteksi berbagai jenis odoran yang berbeda, namun
sulit untuk dapat membedakan intensitas odoran yang berbeda. Untuk dapat
membedakan intensitas tersebut, perlu terdapat perbedaan konsentrasi odoran sebesar
30%. Kemampuan penghidu untuk dapat membedakan berbagai odoran yang berbeda
diperankan oleh glomerulus yang terdapat pada bulbus olfaktorius. Terdapat sekitar
1000 dari protein reseptor untuk odoran yang berbeda, yang masing-masing reseptor
tersebut terdapat pada satu sel olfaktori. Terdapat sekitar 2 juta sel olfaktori yang
masing-masingnya berproyeksi pada dua dari 1800 glomeruli. Hal ini menyebabkan
adanya proyeksi yang berbeda-beda untuk setiap odoran.2

FISIOLOGI PENGECAPAN
Pengecapan diperankan oleh kuncup kecap (taste bud) yang terletak pada papil-papil
lidah. Papil yang mengandung kuncup kecap ini yaitu papil sirkumvalata dan papil
fungiformis. Papil sirkumvalata terletak pada pangkal lidah, dan membentuk susunan
seperti huruf V. Sedangakn, papil fungsiformis terletak pada bagian ujung anterior
lidah. Selain itu, kuncup kecap ini juga terdapat pada palatum, tonsila, epiglotis, dan
esofagus proksimal. Kuncup kecap ini mengandung sel kecap dan sel sustentakular.
Sel kecap tersebut beregenerasi setiap 10 hari, digantikan oleh sel sustentakular yang
menjadi sel kecap. Pada usia di atas 45 tahun, terjadi degenerasi kuncup kecap
sehingga terjadi penurunan dari kemampuan mengecap.3
Rangsang dari tastan, yaitu senyawa kimia yang dapat merangsang sel kecap,
menimbulkan depolarisasi pada sel kecap. Namun, cara untuk menimbulkan
depolarisasi tersebut berbeda-beda pada setiap rasa. Depolarisasi pada sel kecap
tersebut menyebabkan eksositosis dari vesikel sinaps yang menyebabkan pelepasan
neurotransmiter. Neurotransmiter tersebut menyebabkan potensial aksi pada sel saraf
first-order yang bersinaps dengan sel kecap.1
Terdapat lima rasa yang dapat dikenali oleh sel kecap, yaitu:1,2,3
 Rasa asin, yang diperankan oleh reseptor EnaC dan distimulasi oleh NaCl.
Reseptor ini dapat diinhibisi oleh amilorid. Ion Na+ pada NaCl masuk melalui
kanal Na+ dan menyebabkan depolarisasi pada sel kecap, sehingga
menimbulkan potensial aksi pada sel saraf orde pertama.
 Rasa asam, yang diperankan oleh reseptor EnaC, kanal kation HCN
(hyperpolarization-activated cyclic nucleotide-gated), dan beberapa reseptor
lainnya. Reseptor tersebut sensitif terhadap ion H+sehingga adanya ion
tersebut menyebabkan terbukanya reseptor dan terjadi influks H+. Influks ini
menyebabkan depolarisasi dari sel kecap dan menimbulkan potensial aksi
pada sel saraf orde pertama.
 Rasa manis, yang diperankan oleh reseptor gustducin. Reseptor ini teraktivasi
oleh beberapa molekul, seperti gula, glikol, alkohol, aldehid, keton, amida,
ester, beberapa asam amino, beberapa protein sederhana, asam sulfonat, asam
halogenasi, garam inorganik, dan beryllium. Molekul tersebut berikatan
dengan reseptor gustducin dan reseptor tersebut mengaktivasi protein G untuk
menimbulkan depolarisasi. Depolarisasi tersebut akan melepaskan
neurotransmiter dan menyebabkan potensial aksi pada sel saraf orde pertama.
 Rasa pahit, yang juga diperankan oleh reseptor gustducin. Sama dengan rasa
manis, rasa pahit ini juga dapat ditimbulkan oleh beberapa molekul, yaitu
molekul organik rantai panjang yang mengandung nitrogen dan alkaloid. Rasa
pahit ini juga ditimbulkan oleh aktivasi dari protein G. Selain itu, rasa pahit
juga dapat ditimbulkan oleh inhibisi fosfolipase yang menguraikan cGMP dan
peningkatan pembentukan DAG dan fosfat inositol.
 Rasa umami, yang diperankan oleh reseptor mGluR4. Reseptor ini diaktivasi
oleh molekul L-glutamat.

Ambang batas pengecapan


Ambang batas dari sel kecap untuk dapat menimbulkan potensial aksi dan mengenali
rasa tersebut berbeda-beda pada setiap rasa. Ambang batas untuk rasa pahit termasuk
yang paling rendah, karena sel kecap tersebut dapat mengenali rasa pahit pada
konsentrasi yang paling rendah. Contohnya, sel kecap dapat mengenali rasa pahit dari
senyawa quinin pada ambang batas 0,000008 M, sedangkan rasa asam dapat dikenali
pada ambang batas 0,0009 M. Rasa pahit merupakan rasa yang memiliki ambang
batas terendah untuk proteksi diri terhadap senyawa yang beracun, karena senyawa
tersebut mengandung alkaloid. Tak hanya senyawa beracun dan berbahaya bagi
tubuh, kafein, strychnine, nikotin, dan beberapa obat memiliki kandungan alkaloid.
Ambang batas yang terendah setelah rasa pahit yaitu rasa asam. Kemudian, rasa manis
dan asin memiliki ambang batas yang hampir sama namun lebih tinggi daripada rasa
asam.1,3
Jaras pengecapan
Sinyal pengecapan diteruskan ke sistem saraf pusat melalui tiga jalur berbeda, yaitu:

 Dua pertiga anterior lidah dipersarafi oleh saraf fasialis, yang awalnya
melewati saraf lingualis, menuju korda timpani, lalu ke saraf fasialis.
 Satu pertiga posterior lidah dipersarafi oleh saraf glosofaringeus.
 Epiglotis, tonsila, proksimal esofagus dipersarafi oleh saraf vagus.
Ketiga jaras tersebut kemudian bersinaps di nukleus traktus solitarius dan
diproyeksikan oleh sel saraf orde kedua. Kemudian, sel saraf ini menuju nukleus
talamus bagian ventral posterior medial dan bersinaps dengan sel saraf orde ketiga.
Sel saraf tersebut kemudian menuju korteks serebral, yaitu pada area insular opercular
yang terletak pada bagian bawah girus postsentralis pada korteks parietalis serebral.
Selain ke talamus, beberapa jaras saraf ini menuju sistem limbik dan hipotalamus.1,3
Sedangkan, jaras untuk refleks terhadap pengecapan, seperti sekresi saliva selama
ingesti makanan, diperankan oleh jaras saraf yang menuju nukleus salivatorius
superior dan inferior setelah melewati nukleus traktus solitarius.

Sama seperti sistem olfaktorius, terdapat adaptasi pada pengecapan yang terjadi dalam
waktu 1 menit. Adaptasi ini sebagian besar diperankan oleh sistem saraf pusat,
sedangkan pada kuncup kecap, adaptasi diperankan oleh mukus yang segera menyapu
molekul yang terdapat pada mikrovili tersebut.3

Sumber :
 Tortora GJ, Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology. Ed ke-12.
USA: John Wiley & Sons. 2009; h. 599-604.
 Ganong WF. Review of Medical Physiology. Ed ke-21. USA: McGraw-Hill.
2003.
 Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical Physiology. Ed ke-11.
Philadelphia: Saunders Elsevier. 2006; h. 663-670.

4. (fauzan-ni’matul) Bagaimana lidah bisa mempresepsikan rasa dan bagaimana


mekanismenya?
Jawab :

Pada papila terdapat taste bud (tunas pengecap) yang membantu kita dalam
mengidentifikasi rasa yang berbeda-beda pada makanan. Saat kita mengunyah
makanan, ada bagian dari makanan tersebut yang melarut dalam saliva (air liur) dan
kontak dengan taste bud yang kemudian merangsang impuls syaraf yang disebut
microvilli. Microvilli adalah serabut syaraf yang membawa ‘pesan’ dari lidah
ke bagian bagian otak. Otaklah kemudian yang mempersepsikan rasa. Papila
sirkumvala dan fungi formis adalah papila yang berperan utama dalam
mengidentifikasi rasa sedang papila filiform memiliki tugas untuk mencengkram
makanan.

Kemampuan manusia dalam membedakan intensitas rasa pengecap berbeda-beda.


Keanekaragaman rasa dalam rongga mulut hampir tidak terbatas, semua itu gabungan
dari lima komponen dasar yaitu asam, asin, manis, pahit dan umami. Setiap reseptor
indera rasa pengecap dapat merasakan berbagai macam rasa dengan presentasi yang
berbeda. Indera rasa pengecap merespon bahan- bahan yang masing-masing
konsentrasi ambangnya bervariasi. Bahan tersebut bekerja pada mikrovilli yang
terletak di pori-pori pengecap dan mencetuskan potensial generator di sel reseptor
sehingga menimbulkan potensial aksi di neuron sensorik.

Mekanisme Perangsangan Taste Bud

Potensial Reseptor. Membransel-sel pengecap, seperti kebanyakan sel-sel reseptor


sensorik lainnya, mempunyai muatan negatif di bagian dalam yang berlawanan
dengan bagian luar. Pemberian zat pengecap pada rambut-rambut pengecap akan
menyebabkan hilangnya sebagian potensial negatif sehingga sel pengecap mengalami
depolarisasi. Di sebagian besar keadaan biasanya, penurunan potensial, hampir
sebanding dengan logaritma dan konsentrasi zat perangsang. Perubahan potensial
listrik pada sel pengecap ini disebut potensial reseptor untuk pengecapan.

Mekanisme reaksi untuk memulai potensial reseptor di sebagian besar zat yang
terangsang oleh vili pengecap adalah dengan pengikatan zat kimia kecap pada
molekul reseptor protein yang dekat atau menonjol melalui membran vilus. Hal ini
kemudian akan membuka lcanal ion, sehingga ion natrium yang memiliki muatan
positif masuk dan mendepolarisasi kenegatifan normal di dalam sel. Selanjutnya, zat
kimia kecap secara bertahap dibersihkan dari vilus pengecap oleh saliva, sehingga
akan menghilangkan rangsangan.

Tipe protein reseptor di setiap vilus pengecap menentukan tipe rasa yang akan
diterima. Untuk ion natrium dan ion hidrogen, yang secara berurutan melepaskan
sensasi kecap rasa asin dan asam, protein reseptor akan membuka kanal ion yang
spesifik pada membran sel kecap di bagian apikal, dengan cara mengaktifkan
reseptor. Namun demikian, untuk sensasi rasa manis dan pahit, bagian molekul
protein reseptor yang menonjol ke membran di bagian apikal, akan mengaktifkan
transmiter caraka kedua (second messenger transmitter) di dalam sel, dan caraka
kedua ini akan menyebabkan perubahan kimia untuk melepaskan sinyal pengecapan.

Sumber : Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Jakarta : EGC, 1022

5. (ema) Mengapa saat kita mencium bau sesuatu terdapat peningkatan saliva
pada rongga mulut?
Jawab :
Sekresi saliva dapat ditingkatkan melalui reflek saliva terstimulasi dan refleks saliva
tidak terstimulasi. Refleks saliva terstimulasi terjadi sewaktu kemoreseptor atau
reseptor tekanan di dalam rongga mulut berespon terhadap adanya makanan.
Reseptor-reseptor tersebut memulai impuls di serat saraf aferen yang membawa
informasi ke pusat saliva di medula batang otak. Pusat saliva kemudian mengirim
impuls melalui saraf otonom ekstrinsik ke kelenjar saliva untuk meningkatkan sekresi
saliva. Gerakan mengunyah merangsang sekresi saliva walaupun tidak terdapat
makanan karena adanya manipulasi terhadap reseptor tekanan yang terdapat di mulut.
Pada refleks saliva tidak terstimulasi, pengeluaran saliva terjadi tanpa rangsangan
oral. Hanya berpikir, melihat, membaui, atau mendengar suatu makanan yang lezat
dapat memicu pengeluaran saliva melalui refleks ini.
Pusat saliva mengontrol derajat pengeluaran saliva melalui saraf otonom yang
mensarafi kelenjar saliva. Stimulasi simpatis dan parasimpatis meningkatkan sekresi
saliva tetapi jumlah, karakteristik, dan mekanisme yang berperan berbeda.
Rangsangan parasimpatis berperan dominan dalam sekresi saliva, menyebabkan
pengeluaran saliva encer dalam jumlah besar dan kaya enzim. Stimulasi simpatis
menghasilkan volume saliva yang jauh lebih sedikit dengan konsistensi kental dan
kaya mukus. Karena rangsangan simpatis menyebabkan sekresi saliva dalam jumlah
sedikit, mulut terasa lebih kering daripada biasanya saat sistem simpatis dominan,
misalnya pada keadaan stres.

Sumber : jurnal by A Rizqi · 2013


http://eprints.undip.ac.id/43727/4/Annisa_Rizqi_G2A009172_Bab2.pdf

6. (ni’matul) Bagaimana mekanisme indra penghidu dan pengecap dapat


mencetuskan impuls saraf?
Jawab :

 MEKANISME PENGHIDU
Reseptor penghidu terletak pada superior nostril, yaitu pada septum superior pada
struktur yang disebut membran olfaktori. Bagian dari saraf penghidu yang berkaitan
langsung dengan odoran, molekul penghidu, yaitu silia dari sel olfaktori. Sebelum
dapat menempel dengan silia sel olfaktori, odoran tersebut harus dapat larut dalam
mukus yang melapisi silia tersebut. Odoran yang hidrofilik dapat larut dalam mukus
dan berikatan dengan reseptor pada silia tersebut, yaitu pada protein reseptor pada
membran silia sel olfaktori. Pengikatan antara reseptor dengan odoran menyebabkan
aktivasi dari protein G, yang kemudian mengaktivasi enzim adenil siklase dan
mengaktifkan cAMP. Pengaktifan cAMP ini membuka kanal Na+ sehingga terjadi
influks natrium dan menyebabkan depolarisasi dari sel olfaktorius. Depolarisasi ini
kemudian menyebabkan potensial aksi pada saraf olfaktorius dan ditransmisikan
hingga sampai ke korteks serebri.

 MEKANISME PENGECAP
Pembentukan Impuls Saraf oleh Taste Bud. Pada pemberian rangsangan kecap
yang pertama kali, kecepatan pelepasan impuls di serat saraf dan taste bud
akan meningkat sampai puncaknya dalam waktu beberapa detik, tetapi
kemudian akan beradaptasi dalam waktu beberapa detik berikutnya, sampai ke
tingkat yang lebih rendah dan stabil selama rangsangan kecapnya tetap ada.
Jadi, sinyal yang cepat dan kuat akan dihantarkan oleh saraf pengecap, dan
sinyal berlanjut yang lebih lemah akan dihantarkan selama taste bud tetap
terpajan dengan rangsangan kecap.
TRANSMISI SINYAL PENGECAP KE SISTEM SARAF PUSAT
Gambar 53-2 memperlihatkan jaras saraf untuk transmisi sinyal pengecap dari
lidah dan daerah faringeal ke sistem saraf pusat. Impuls pengecap dari dua
pertiga anterior lidah mula-mula akan diteruskan ke nervus lingualis,
kemudian melalui korda timpani menuju nervus fasialis, dan akhirnya ke
traktus solitarius di batang otak. Sensasi pengecap dari papila sirkumvalata di
bagian belakang lidah dan dari daerah posterior rongga mulut dan tenggorokan
lainnya, akan ditransmisikan melalui nervus glossofaringeus juga ke traktus
solitarius, tetapi pada tempat yang sedikit lebih posterior. Akhirnya, beberapa
sinyal pengecap dari dasar lidah dan bagian-bagian lain di daerah faring, akan
dihantarkan ke traktus solitarius melalui nervus vagus.
Semua serat pengecapan bersinaps di batang otak bagian posterior dalam
nukleus traktus solitarius. Nukleus ini mengirimkan neuron orde-kedua ke
daerah kecil di nukleus medial posterior ventral talamus, yang terletak sedikit
ke medial Dari talamus, neuron orde ketiga dihantarkan ke ujung bawah girus
postsentralis pada korteks serebri parietalis, tempat neuron ini melipat ke
dalam fisura sylvii, dan ke dalam daerah operkular-insular. Daerah ini
terletak sedikit ke lateral, ventral, dan rostral dari daerah untuk sinyal taktil
lidah di area somatik serebri I. Dari penjelasan mengenai jaras pengecap ini,
dapat terlihat jaras ini mengikuti dengan ketat jaras somatosensorik dari lidah.

REFLEKS PENGECAPAN BERGABUNG DI DALAM BATANG OTAK

Dari traktus solitarius, sejumlah besar impuls pengecapan dihantarkan ke dalam


batang otak itu sendiri langsung ke nukleus salivatorius inferior dan superior.
Kemudian area ini akan menghantarkan sinyal ke kelenjar submandibularis,
sublingualis, dan parotis untuk membantu mengendalikan sekresi saliva selama proses
menelan dan pencernaan makanan.

7. (rhevito) Jelaskan bagian-bagian lidah sebagai indra perasa!


Jawab :
Peta Lidah
Peta lidah adalah konsep yang menunjukkan bahwa bagian lidah tertentu dapat
mengecap
rasa dasar tertentu. Adapun pemetaan lidah terhadap empat rasa dasar adalah sebagai
berikut:
Rasa Manis dirasakan pada puncak atau ujung lidah.
Rasa Asin dirasakan pada bagian tepi lidah (samping kiri dan kanan).
Rasa Asam dirasakan pada bagian tepi lidah (samping kiri dan kanan).
Rasa Pahit dirasakan pada pangkal lidah.

Sumber : https://docplayer.info/72945860-Anatomi-lidah-manusia-oleh-kelas-1a.html

8. Bagaimana histologi dari area pengecapan dan penghidu ?


Jawab :

RONGGA HIDUNG (INDRA PENGHIDU)


Rongga hidung terdiri atas 3 struktur yang berbeda vestibulum, cavum nasi dan

nasofaring
Gambar 85: Anatomi Sistem Respirasi ( Mescher, 2013)

Vestibulum

Merupakan bagian paling anterior dan paling lebar dari rongga hidung. Kulit luar
hidung memasuki nares (cuping hidung) dan berlanjut ke dalam vestibulum. Pada
permukaan dalam nares terdapat banyak kelenjar sebacea dan kelenjar keringat, selain
rambut tebal pendek atau vibrissa, yang menahan dan meyaring partikel- partikel
besar yang ikut udara inspirasi. Di dalam vestibulum, epitelnya sama dengan epitel
kulit yaitu squamous kompleks berkeratin dengan distribusi folikel rambut yang
cukup rapat. Pada bagian distalnya terjadi perubahan epitel menjadi epitel kolumner
pseudokompleks bersilia dengan sel goblet. Pada sinus paranasal, mucus yang
dihasilkan dalam rongga ini mengalir ke dalam saluran nasal sebagai akibat aktivitas
sel-sel epitel bersilia.

 Nasofaring

Nasofaring adalah bagian pertama faring. Dilapisi oleh epitel columner pseudo
kompleks bersilia yang berkontak dengan palatum mole, mempunyai sedikit atau
bahkan tidak mempunyai sel goblet sehingga mucus sebagian berasal dari sel goblet
yang melapisi sinus paranasal dan dari glandula palatin. Secara histologis, terjadi
transisi antara epitel squamous kompleks non keratinisasi (pada palatum mole)
menjadi epitel kolumner pseudokompleks bersilia.

 Cavum Nasi

Cavum nasi merupakan rongga dari hidung setelah melewati vestibulum sebelum ke
nasofaring. Bagian lateralnya terdapat tonjolan tulang yang dilapisi mukosa yaitu
konka. Konka ada 3 yaitu konka nasalis superior, inferior, dan media. Pada modul
sistem Indra, lebih banyak akan dipelajari mukosa pada konka nasalis superior karena
berfungsi pada proses penghidu selain berfungsi pada proses pernafasan.

Mukosa olfaktoris terdapat pada permukaan konka superior yaitu salah satu sekat
bertulang dalam rongga hidung. Epitel olfaktoris dikhususkan untuk menerima
rangsang bau kerena berbeda dengan epitel respiratorius; epitel ini adalah epitel
kolumner pseudokompleks tanpa sel goblet. Epitel olfaktorius terdapat di atap rongga
hidung pada kedua sisi septum, dan di dalam konka nasal superior. Epitel respirasi
terdapat dalam rongga hidung pada umumnya berbentuk epitel pseudokompleks
bersilia dengan sel goblet.

Di bawah lamina propria epitel olfaktori terdapat kelenjar olfaktoris tubuloasinar


(kelenjar Bowman). Kelenjar ini menghasilkan secret serosa, berbeda dengan secret
campur mukosa dan serosa yang dihasilkan kelenjar di bagian lain rongga hidung.
Banyak saraf kecil yang terdapat di jaringan ikat lamina propria, yaitu saraf olfaktoris
atau fila olfaktoria (neurofibra olfactorius). Saraf ini adalah kumpulan akson sel-sel
olfaktoris. Lamina propria menyatu dengan periosteum tulang.

Epitel olfaktoris adalah epitel bertingkat semu silindris tinggi,(epithelium columnare


pseudostratificatum ciliatum ) terdiri dari 3 jenis sel yang berbeda : sel penyokong,
basal, dan olfaktoria neuroepitelial. Garis batas setiap sel sukar dibedakan pada
sediaan histologi rutin, meskipun begitu lokasi dan bentuk inti dapat menjadi petunjuk
perbedaan jenis sel pada epitel olfaktoris.

  Sel penyokong atau sel sustentakular (epitheliocytus sustentans) adalah sel panjang
dengan inti lonjong, terletak lebih superficial atau di apeks epitel daripada inti sel
olfaktoris. Permukaan apical sel olfaktorius mengandung mikrovilli langsing yang
terjulur ke dalam lapisan mucus permukaan diatasnya; sel di bagian basal lebih
langsing.
  Sel olfaktoris (epithelium olfactorium) memiliki inti bulat atau lonjong yang
menepati daerah epitel kira-kira diantara inti-inti sel-sel penyokong dan sel basal.
Apeks sel olfaktoris langsing dan mencapai permukaan epitel. Dari dasar sel yang
langsing, terjulur akson ke dalam jaringan ikat di bawahnya atau lamina propria
tempat akson-akson tersebut bergabung menjadi berkas kecil saraf olfaktoris tanpa
mielin yaitu fila olfaktoria. Saraf ini akhirnya meninggalkan rongga hidung dan
masuk ke dalam bulbus olfaktoris pada dasar otak.

  Sel basal (epitheliocytus basalis) adalah sel pendek, kecil, sferis atau berbentuk
kerucut dan membentuk suatu lapisan di lamina basal.

Transisi dari epitel olfaktoris ke epitel respiratorius terjadi mendadak. Epitel


respiratoris adalah epitel kolumner kompleks dengan sillia (epithelium columnare
stratificatum ciliatum), permukaanya jelas dan banyak sel goblet; sel goblet tidak
terdapat pada epitel olfaktoris. Di daerah transisi,tebal epitel respirasi tampaknya
sama dengan epitel olfaktoris; namun di bagian lain saluran respiratorius, ketebalan
epitel jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan epitel olfaktorius.

Di bawah epitel olfaktorius terdapat lamina propria dengan banyak kapiler,


pembuluh limfatik arteriol, dan venul. Selain saraf olfaktoris, lamina propria
juga mengandung kelenjar olfaktoris tubuloasinar (Bowman). Kelenjar serosa
ini mencurahkan sekretnya melalui saluran sempit yang menebus epitel
olfaktorius dan bermuara di permukaan. Sekret kelenjar ini membasahi
mukosa olfaktoris dan menyediakan pelarut yang diperlukan untuk melarutkan
substansi berbau dan merangsa sel-sel reseptor olfaktoris.
Gambar 88 : Epitel penghidu (Mescher, 2011)
Gambar 89 : Epitel penghidu (Mescher, 2011)

INDRA PENGECAP

Kuncup kecap (taste bud) adalah organ sensoris intraepitel (neuroepitel) yang
berfungsi untuk mengecap. Permukaan lidah dan bagian posterior rongga mulut
memiliki sekitar 3.000 kuncup kecap. Kuncup kecap adalah bangunan berbentuk oval
dengan panjang 70- 80μm, lebar 30-40 μm, yang tampak lebih pucat dari epitel
sekitarnya, dan terdiri dari 60- 80 sel berbentuk kumparan (spindle shaped) . Ujung
atas kuncup kecap yang menyempit menonjol lewat lubang pada permukaan bebas
epitel tempat kuncup kecap berada. Lubang tersebut disebut pori kecap.

Sel yang terdapat pada kuncup kecap terdiri dari: : sel penyokong, sel reseptor kecap,
dan sel basal.

Sel-sel penyokong mengelilingi sekitar 50 sel reseptor kecap di setiap kuncup kecap.
Mikrovili gustatori berasal dari masing- masing sel reseptor kecap yang menjulur ke
permukaan eksternal melalui pori-pori kecap, sebuah lubang di kuncup kecap. Sel
basal, sel punca yang ditemukan di bagian perifer dari kuncup kecap di dekat lapisan
jaringan ikat, menghasilkan sel penyokong, yang kemudian berkembang menjadi sel
reseptor kecap. Setiap sel reseptor kecap memiliki masa hidup sekitar 10 hari. Inilah
sebabnya mengapa tidak membutuhkan waktu yang cukup lama untuk reseptor rasa
pada lidah untuk pulih dari terbakar oleh secangkir kopi atau coklat yang terlalu
panas. Sel-sel reseptor kecap bersinaps dengan dendrit dari neuron yang membentuk
bagian pertama dari jalur pengecapan. Dendrit dari masing- masing cabang neuron
bagian pertama pengecapan berjumlah banyak dan berhubungan dengan banyak sel
reseptor kecap dalam beberapa kuncup kecap.

Tastant (tastan) adalah berbagai zat kimia asal makanan yang terlarut alam saliva dan
berinteraksi dengan kanal ion atau reseptor yang terdapat pada mikrovili sel pengecap,
yang kemudian menimbulkan perubahan elektrik pada potensial istirahat sel tersebut,

sehingga terjadi depolarisasi yang menginisiasi potensial aksi yang ditransmisikan ke


otak dan akhirnya sinyal diinterpretasikan sebagai sensasi rasa tertentu. Ada 5 sensasi
rasa primer yaitu asin, manis, asam, pahit dan umami. Proses persepsi rasa yang
komplek juga melibatkan alat penciuman selain kuncup kecap. Hal ini terbukti dengan
berkurangnya kemampuan mengecap pada orang yang hidungnya tersumbat
Gambar 90: kuncup kecap(taste bud) pada lidah (Tortora, 2017)

Sumber :

 Tortora, Derrickson. 2017. Principles of Anatomy & Physiology. 14th. John


Wiley & Sons. USA

 Junquiera. 2013. Histologi Dasar. Edisi 13. McGraw Hill Education.New


York. United States.
9. Bagaimana indra penghidu dan pengecap berperan dalam homeostasis tubuh?
Jawab :

Lidah disuplai banyak darah dari arteria lingualis, suatu cabang dari arteri karotis
external. Dasar mulut juga mendapatkan pasokan darah dari arteria lingual, dari
cabang tonsilar ke lidah dari arteria Fasialis dan arteria faringeal asending.

Dalam ilmu kedokteran Barat, lidah dipakai sebagai anamnese terhadap gangguan
atau penyakit pada penderita, misalkan lidah yang pucat disebabkan karena adanya
anemia, lidah yang merah dikarenakan adanya infeksi rongga mulut dan ISPA, lidah
yang putih terdapat pada penderita tipoid. Pada Kedokteran Gigi keluhan penderita
datang kebanyakkan karena adanya sariawan, Lichen Planus atau kelainan lokal lain
pada permukaan lidah.

Pada ilmu kedokteran tradisional (TCM) lidah merupakan alat diagnosis utama suatu
observasi terhadap perubahan homeostasis tubuh dilihat dari perubahan lidah terhadap
kesehatan seseorang. Lidah sangat erat hubungannya dengan viscera (organ dalam)
dan meridian, contohnya: Gangguan pada jantung dan paru dapat dilihat dari
perubahan ujung lidah, hepar dan empedu pada bagian pinggiran, lambung dan limpa
pada pusat lidah, sedangkan ginjal pada akar lidah/bagian posterior. Perubahan
bentuk, teksture, warna serta pergerakannya erat hubungannya dengan sirkulasi, chi
dan sirkulasi darah dalam tubuh. Lembab atau keringnya lidah dan tubuh
berhubungan dengan kualitas dan distribusi cair tubuh.

Pada anak-anak yang baru lahir, kadang didapatkan makroglosi yang merupakan
indikasi bahwa terjadi hipotonia otot lidah yang berkondisi sama dengan tonos otot
dalam seluruh tubuhnya. Hal ini dapat dipakai sebagai diagnose terhadap anak yang
mental retarded, baik karena kelainan kromosom ataupun adanya hipotiroid

Pengaktifan atau rangsangan pada sel indra pengecap terjadi beberapa saat setelah ada
difusi dari larutan bahan makanan ke dalam reseptor di sekitar taste pore. Zat
makanan akan hancur selama proses pengunyahan, senyawa ini bercampur dengan
saliva kemudian mencapai apikal mikrovili pada membran reseptor, menembus
membran reseptor dan merangsang reseptor indra rasa pengecap. ASSCs pada lidah
diatur oleh hormon yang berperan pada cairan dalam tubuh dan keseimbangan

elektrolit, misalnya oleh hormon antidiuretik dan aldosteron, yang pada tikus Na+

penting untuk merangsang nafsu makan. Na+ masuk ke dalam sel melalui saluran
voltage-sensitive pada basolateral TRCs, sehingga berakibat dilepaskannya
neurotransmiter dan menghasilkan firing pada saraf eferent primer. Kekuatan
rangsangan rasa asin tergantung pada kation dan anion molekul garam, kekuatan
rangsang lebih tinggi oleh kation dibandingkan anion. Kemampuan sel berikatan
dengan kation menentukan kepekaan sel reseptor pengecap tersebut terhadap rasa
asin. Reseptor ini banyak didapatkan pada papila Foliata.

Gangguan pada pengecapan ini telah dibuktikan bahwa pada penderita hipertensi
terjadi penurunan rasa pengecap asin, oleh karena itu pada penderita hipertensi di
anjurkan penurunan konsumsi rasa asin baik yang berasal dari garam dapur maupun
yang dari Monosodium Glutamat (MSG), karena kandungan natrium akan mengikat
air lebih banyak yang menyebabkan terjadinya retensi air sehingga tekanan darah
makin meningkat.

Sumber : Repository.Jenny Sunariani.Rongga Mulut Sebagai Sensor Gangguan


Homeostasis Tubuh. 30 Januari 2010. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga

Dapat diakses di http://repository.unair.ac.id/40103/1/gdlhub-gdl-grey-2016-


sunarianij-42984-pg.09-16-r.pdf

Anda mungkin juga menyukai