M.Brachioradialis
201510330311010
M. Ekstremitas Superior
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa saja yang kompenen pengontrol keseimbangan?
2. Apa faktor yang mempengaruhi keseimbangan?
3. Apa saja gangguan pada sistem saraf?
1.3.Manfaat
1. Mengetahui kompenen pengontrol keseimbangan
2. Mengetahui faktor keseimbangan
3. Mengetahui gangguan pada sistem saraf
BAB II
ISI
2.1. Pengertian
Sistem saraf autonom menguasai transmisi impuls sistem saraf eferen dari
sistem saraf pusat ke sistem organ perifer. Pengaruhnya termasuk kontrol terhadap
detak jantung dan forced contraction, konstriksi dan dilatasi pembuluh darah,
kontraksi dan relaksasi otot polos pada berbagai organ, akomodasi penglihatan,
ukuran pupil dan sekresi eksokrin dari kelenjar eksokrin dan endokrin. Saraf
autonom merupakan seluruh serabut eferen yang meninggalkan SSP, kecuali yang
menginervasi otot skelet. Ada beberpa serabut aferen autonom (misalnya yang
mentransmisi informasi dari perifer ke SSP) yang memberikan sensasi visceral
dan regulasi vasomotor dan refleks bernafas, sebagai contoh baroreseptor dan
kemoreseptor pada sinus karotis dan arkus aorta yang sangat penting mengatur
detak jantung, tekanan darah, dan aktifitas bernafas serabut aferen ini menuju SSP
melalui saraf autonom utama seperti vagus, nervus splanknikus atau nervus
pelvikus, meskipun serabut nyeri aferen yang berasal dari pembuluh darah dapat
dihantarkan oleh saraf somatik.
Reseptor adalah sel atau organ yang berfungsi menerima rangsang atau
stimulus. Menurut letaknya, reseptor dibagi menjadi:
1. Exteroresepto
Penerima rangsang yang berada di permukaan kulit, seperti sensasi
nyeri, suhu, dan raba.
2. Proprioseptor
Penerima rangsang yang berada di tubuh dalam, seperti pada otot,
sendi, dan tendon
3. Ineroseptor
Penerima rangsang tubuh pada alat-alatviscera atau organ-organ
dalam, seperti jantung, lambung, usus, dan lain sebagainya.
1. Mekanoreseptor
Untuk mendeteksi perubahan tekanan, memonitor tegangan pada
pebuluh darah, mendeteksi rasa raba atau sentuhan. Terletak di kulit, otot
rangka, persendiandan organ visceral.
2. Thermoreseptor
Untuk mendeteksi perubahan suhu. Contohnya blbus krause (untuk
suhu dingin)
3. Nociseptor
Untuk mendeteksi rasa nyeri dan merespon tekanan yang
dihasilkan oleh adanya kerusakan jaringan akibat trauma fisik maupun
kimi. Contoh reseptornya berupa akhiran saraf bebas (untuk rasa nyeri)
dan corpusculum golgi (untuk tekanan).
4. Chemoreseptor
Untuk mendeteksi rangsang kimiawi, sperti bau-bauan yang di
terima sel reseptor olfaktorius dalam hidung, rasa makanan yang diterima
oleh sel reseptor pengecap di lidah, reseptor kimiawi dalam pembuluh
darah untuk mendeteksi oksigen, osmoreseptor untuk mendeteksi
perubahan osmolalitas cairan darah, glucureseptor di hipotalamus
mendeteksi perubahan kadar gula darah.
5. Photoreseptor
Mendteksi perubahan cahaya dan dilakukan oleh sel photoreceptor
(batang dan kerucut) di retina mata.
b. Sistem vestibular
Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting
dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris
vestibular berada di dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi
kanalis semisirkularis, utrikulus, serta sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini
disebut dengan sistem labyrinthine. Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan
posisi kepala dan percepatan perubahan sudut. Melalui refleks vestibulo-occular,
mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang bergerak.
Mereka meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang
berlokasi di batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi
ke serebelum, formatio retikularis, thalamus dan korteks serebri.
Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth,
retikular formasi, dan serebelum. Keluaran (output) dari nukleus vestibular
menuju ke motor neuron melalui medula spinalis, terutama ke motor neuron yang
menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot pada leher dan otot-otot
punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehingga
membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot
postural.
c. Somatosensoris
Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta persepsi-
kognitif. Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis
medula spinalis. Sebagian besar masukan (input) proprioseptif menuju serebelum,
tetapi ada pula yang menuju ke korteks serebri melalui lemniskus medialis dan
talamus.
Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian
bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat
indra tersebut adalah ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di sinovia dan
ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain ,
serta otot di proses di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang.
b) Keseimbangan Berdiri
Pada posisi berdiri seimbang, susunan saraf pusat berfungsi untuk
menjaga pusat massa tubuh (center of body mass) dalam keadaan stabil dengan
batas bidang tumpu tidak berubah kecuali tubuh membentuk batas bidang tumpu
lain (misalnya : melangkah). Pengontrol keseimbangan pada tubuh manusia terdiri
dari tiga komponen penting, yaitu sistem informasi sensorik (visual, vestibular
dan somatosensoris), central processing dan efektor.
Pada sistem informasi, visual berperan dalam contras sensitifity
(membedakan pola dan bayangan) dan membedakan jarak. Selain itu masukan
(input) visual berfungsi sebagai kontrol keseimbangan, pemberi informasi, serta
memprediksi datangnya gangguan. Bagian vestibular berfungsi sebagai pemberi
informasi gerakan dan posisi kepala ke susunan saraf pusat untuk respon sikap
dan memberi keputusan tentang perbedaan gambaran visual dan gerak yang
sebenarnya. Masukan (input) proprioseptor pada sendi, tendon dan otot dari kulit
di telapak kaki juga merupakan hal penting untuk mengatur keseimbangan saat
berdiri static maupun dinamik
Central processing berfungsi untuk memetakan lokasi titik gravitasi,
menata respon sikap, serta mengorganisasikan respon dengan sensorimotor. Selain
itu, efektor berfungsi sebagai perangkat biomekanik untuk merealisasikan renspon
yang telah terprogram si pusat, yang terdiri dari unsur lingkup gerak sendi,
kekuatan otot, alignment sikap, serta stamina.
Postur adalah posisi atau sikap tubuh. Tubuh dapat membentuk banyak
postur yang memungkinkan tubuh dalam posisi yang nyaman selama mungkin.
Pada saat berdiri tegak, hanya terdapat gerakan kecil yang muncul dari tubuh,
yang biasa di sebut dengan ayunan tubuh. Luas dan arah ayunan diukur dari
permukaan tumpuan dengan menghitung gerakan yang menekan di bawah
telapak kaki, yang di sebut pusat tekanan (center of pressure-COP). Jumlah
ayunan tubuh ketika berdiri tegak di pengaruhi oleh faktor posisi kaki dan lebar
dari bidang tumpu.
Posisi tubuh ketika berdiri dapat dilihat kesimetrisannya dengan : kaki
selebar sendi pinggul, lengan di sisi tubuh, dan mata menatap ke depan. Walaupun
posisi ini dapat dikatakan sebagai posisi yang paling nyaman, tetapi tidak dapat
bertahan lama, karena seseorang akan segera berganti posisi untuk mencegah
kelelahan.
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan
nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum merupakan bagian
otak yang membedakan manusia dengan binatang. Cerebrum membuat manusia
memiliki kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan,
memori dan kemampuan visual.
Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus. Bagian
lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit
disebut sulcus. Keempat Lobus tersebut masing-masing adalah: Lobus Frontal,
Lobus Parietal, Lobus Occipital dan Lobus Temporal.
Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari
Otak Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan,
kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi
penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan
kemampuan bahasa secara umum.
Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor
perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan
kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk
suara.
Lobus Occipital berada di bagian paling belakang, berhubungan dengan
rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan
interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.
Selain dibagi menjadi 4 lobus, cerebrum (otak besar) juga bisa dibagi menjadi dua
belahan, yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Kedua belahan
itu terhubung oleh kabel-kabel saraf di bagian bawahnya. Secara umum, belahan
otak kanan mengontrol sisi kiri tubuh, dan belahan otak kiri mengontrol sisi kanan
tubuh. Otak kanan terlibat dalam kreativitas dan kemampuan artistik. Sedangkan
otak kiri untuk logika dan berpikir rasional.
Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada
sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya
orang tersebut tidak mampu memasukkan makanan ke dalam mulutnya atau tidak
mampu mengancingkan baju.
Batang otak dijumpai juga pada hewan seperti kadal dan buaya. Oleh
karena itu, batang otak sering juga disebut dengan otak reptil. Otak reptil
mengatur “perasaan teritorial” sebagai insting primitif. Contohnya anda akan
merasa tidak nyaman atau terancam ketika orang yang tidak Anda kenal terlalu
dekat dengan anda.
b) Eneuresis
1. kulit sudah tidak dapat merinding lagi jika dirangsang dengan benda
dingin maupun goresan runcing. Karena sudah tidaka ada lagi efektor
terhadap pilomotor
2. kulit berwarna merah atau terasa panas. Hal ini disebabkan karena
kontraksi pembuluh darah
3. kulit tidak lagi berkeringat karena hilangnya kontrol terhadap glandula
sudorifera.
d) Fenomena Raynaud
Fenomena Raynaud terdiri dari beberapa gejala berupa ujung-ujung jari
yang sianotik dan dingin. Sebagai tambahan, apabila gejala tersebut tidak
diketahui penyebabnya, maka disebut sebagai penyakit Raynaud. Fenomena
Raynaud digunakan untuk pasien dengan gejala seperti diatas akan tetapi sudah
diketahui penyebabnya. Fenomena Raynaud biasanya dapat dijumpai pada
arteritis primer, penyakit kolagen, setelah trauma, intoksikasi ergot, atau pada
siringomelia, dan kompres pleksus brakhialis. Penyakit Raynaud lebih sering
ditemukan pada wanita, dimana belum diketahui penyebabnya. Pemotongan
serabut-serabut simpatetik mulai dari lengan dapat menhilangkan penyakit
Raynaud.
e) Hiperhidrosis
3.1. Kesimpulan
Setiap individu telah diberikan otak yang mampu berfungsi untuk
mengatur keseimbangan tubuh dengan baik tanpa perintah.Dan setiap saraf telah
memiliki tugasnya masing-masing
3.2.Saran
Setiap individu wajib menjaga tubuhnya sendiri, terutama otak. Karena
tanpa otak kita tidak bisa melakukan sesuatu dengan seimbang.