Keseimbangan
Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan equilibrium
baik statis maupun dinamis tubuh ketika di tempatkan pada berbagai posisi.
Keseimbangan terbagi menjadi 2 yaitu statis dan dinamis. Keseimbangan statis
adalah kemampuan untuk mempertahankan posisi tubuh dimana Center of
Gravity (COG) tidak berubah. Contoh keseimbangan statis saat berdiri dengan
satu kaki, menggunakan papan keseimbangan. Keseimbangan dinamis adalah
kemampuan untuk mempertahankan posisi tubuh dimana (COG) selalu berubah,
contoh saat berjalan.1,2
Keseimbangan
merupakan
integrasi
yang
kompleks
dari
system
dihasilkan
melalui
respon
secara
simultan,
visual,
maka
akan
terjadi
gangguan
keseimbangan
pada
tubuh
1 Sistem Vestibular
tiga kanalis semisirkularis sebagai reseptor saat kepala bergerak miring dan
bergeser.
Gangguan
fungsi
vestibular
dapat
menyebabkan
vertigo
atau
input visual,
maka tubuh
terhadap
perubahan
yang
terjadi
dilingkungan
sehingga
system
visual
langsung
(otot
&
tulang)
dapat
bekerja
secara
sinergis
untuk
Primer Neuron (Pertama) memiliki badan sel pada dorsal root ganglion
didalam saraf spinal (area sensasi berada pada daerah kepala dan leher),
dimana bagian ini akan menjadi suatu terminal dari ganglia saraf trigeminal atau
ganglia dari saraf sensorik kranial lainnya). 8
b. Second Neuron (kedua) dimana neuron ini berada di medulla spinalis dan
brain stem dan meiliki sel tubuh yang baik. Akson neuron ini naik ke sisi
berlawan di medulla spinalis dan brain stem, (Akson dari banyak neuron berhenti
pada bagian thalamus (Ventral Posterior nucleus, VPN), dan yang lainnya pada
system retikuler dan cerebellum.8
c. Third neuron (ketiga) Dalam hal sentuhan dan rangsangan nyeri, neuron ketiga
memiliki tubuh sel dalam VPN dari thalamus dan berakhir di gyrus postcentralis
dari lobus parietal.8
Sistem somatosensori tersebar melalui semua bagian utama tubuh
mamalia dan vertebrata lainnya). Terdiri dari reseptor sensori dan motorik
(aferen) neuron di pinggiran (kulit, otot dan organ-organ misalnya), ke neuron
yang lebih dalam dari sistem saraf pusat.9
Sistem somatosensori adalah sistem sensorik yang beragam yang terdiri
dari reseptor dan pusat pengolahan untuk menghasilkan modalitas sensorik
sepertisentuhan, temperatur, proprioception (posisi tubuh), dan nociception
(nyeri). Reseptor sensorik menutupi kulit dan epitel, otot rangka, tulang dan
sendi, organ, dan sistem kardiovaskular. Informasi propriosepsi disalurkan ke
otak melalui kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan (input)
proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks serebri
melalui lemniskus medialis dan talamus.10
Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian
bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi.
Alat indra tersebut adalah ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di sinovia
dan ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan
lain , serta otot di proses di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam
ruang.10
benda
tersebut,
fungsi
dari
Center
of
gravity
adalah
untuk
mendistribusikan massa benda secara merata, pada manusia beban tubuh selalu
ditopang oleh titik ini, maka tubuh dalam keadaan seimbang. Tetapi jika terjadi
perubahan postur tubuh maka titik pusat gravitasi pun berubah, maka akan
menyebabkan gangguan keseimbangan (Unstable). Titik pusat gravitasi selalu
berpindah secara otomatis sesuai dengan arah atau perubahan berat, jika center
of gravity terletak di dalam dan tepat ditengah maka tubuh akan seimbang, jika
berada diluar tubuh maka akan terjadi keadaan unstable. Pada manusia pusat
gravitasi saat berdiri tegak terdapat pada 1 inchi di depan vertebrae Sacrum 2. 6
3.2 Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG)
Garis gravitasi (Line Of Gravity) adalah garis imajiner yang berada vertikal
melalui pusat gravitasi. Derajat stabilitas tubuh ditentukan oleh hubungan antara
garis gravitasi, pusat gravitasi dengan base of support (bidang tumpu). 6
jika otot kuat maka keseimbangan dan aktivitas sehari-hari dapat berjalan
dengan baik seperti berjalan, lari, bekerja ke kantor, dan lain sebagainya. 7
4. Stabilitas Postural, Dan Keseimbangan Berdiri.
4.1 Stabilitas Postural
Informasi yang diperoleh didapat dari visual, vestibular, tactile dan
proprioceptive. Di dalam stabilitas postural terdapat yang namanya sistem untuk
mengontrol
posture
yaitu
mempengaruhikeseimbangan,
postural control yaitu:
(Postural
beberapa
Kontrol)
dimana
komponen
yang
penting
dalam
mempengaruhi
ini
dijelaskan
oleh
adanya hipotetis
saraf
terstruktur disebut
sistem
informasi,
visual
berperan
dalam
contras
4,5
sensitivity
(membedakan pola dan bayangan) dan membedakan jarak. Selain itu masukan
(input) visual berfungsi sebagai kontrol keseimbangan, pemberi informasi, serta
memprediksi datangnya gangguan. Bagian vestibular berfungsi sebagai pemberi
informasi gerakan dan posisi kepala ke susunan saraf pusat untuk respon sikap
dan memberi keputusan tentang perbedaan gambaran visual dan gerak yang
sebenarnya. Masukan (input) proprioseptor pada sendi, tendon dan otot dari kulit
di telapak kaki juga merupakan hal penting untuk mengatur keseimbangan saat
berdiri static maupun dinamik. Central processing berfungsi untuk memetakan
lokasi titik gravitasi, menata respon sikap, serta mengorganisasikan respon
dengan sensorimotor. Selain itu, efektor berfungsi sebagai perangkat biomekanik
untuk merealisasikan renspon yang telah terprogram si pusat, yang terdiri dari
unsur lingkup gerak sendi, kekuatan otot, alignment sikap, serta stamina. 6,7
Postur adalah posisi atau sikap tubuh. Tubuh dapat membentuk banyak
postur yang memungkinkan tubuh dalam posisi yang nyaman selama mungkin.
Pada saat berdiri tegak, hanya terdapat gerakan kecil yang muncul dari tubuh,
yang biasa di sebut dengan ayunan tubuh. Luas dan arah ayunan diukur dari
permukaan tumpuan dengan menghitung gerakan yang menekan di bawah
telapak kaki, yang di sebut pusat tekanan (center of pressure-COP). Jumlah
ayunan tubuh ketika berdiri tegak di pengaruhi oleh faktor posisi kaki dan lebar
dari bidang tumpu.6,7
Posisi tubuh ketika berdiri dapat dilihat kesimetrisannya dengan : kaki
selebar sendi pinggul, lengan di sisi tubuh, dan mata menatap ke depan.
Walaupun posisi ini dapat dikatakan sebagai posisi yang paling nyaman, tetapi
tidak dapat bertahan lama, karena seseorang akan segera berganti posisi untuk
mencegah kelelahan.3,4
4.3 Gangguan keseimbangan
Sebuah gangguan yang menyebabkan seseorang merasa pusing, goyang,
dan seperti berpindah tempat, dan seakan akan dunia serasa berputar. Sebuah
organ telinga bagian dalam yaitu labyrinth merupakan organ yang berperan
dalam mengatur keseimbangan dan ini merupakan sistem yang bekerja didalam
tubuhyaitu (sistem vestibular) kita. Sistem vestibular berinteraksi dengan sistem
tubuh seperti visual, dan skeletal sistem, untuk menjaga keseimbangan posisi
tubuh yang mana sistem ini berhubungan dengan otak dan sistem saraf, dapat
menjadi masalah keseimbangan.9
4.4 Penyebab Gangguan Keseimbangan
Penyebab gangguan keseimbangan adalah disebabkan oleh infeksi virus,
bakteri, kegemukan, trauma kepala (Head Injury), gangguan sirkulasi darah yang
mempengaruhi telinga bagian dalam atau otak, factor usia, dan gangguan
vestibular pada bagian tepi yaitu gangguan pada labyrinth, gangguan vestibular
pada bagian tengah yaitu sebuah problem pada otak dan saraf yang
menghubungkannya.10
4.5 Tanda Dan Gejala
1. Sensasi pusing (dizziness).
2. Vertigo (spinning) Mata berputar-putar.
3. Penglihatan kabur.
4. Disorientasi beberapa penderita mengalami mual, muntah, diare, perubahan
denyut jantung (HR) dan tekanan darah (BP). Beberepa reaksi terhadap symptom
ini yaitu kelelahan, depresi, dan penurunan konsentrasi.
5. Aktivitas Fisik
Inaktivitas fisik merupakan faktor resiko penting pada banyak penyebab
kematian, morbiditas kronis, dan kecacatan (BRFS, 2001). Aktivitas fisik yang
kurang juga merupakan masalah kesehatan dunia yang umum, dan merupakan
sebagai prioritas dunia kesehatan internasional. Fakta disertai bukti yang jelas. 3
5. PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN
Mengetes keseimbangan merupakan sebuah hal
berbagai variasi dari sitem sensorik yang terlinat dalam persepsi keseimbangan.
Tes dibagi menjadi dua kelompok besar : tes yang mengaktivasi refleks
vestibulookular (electronystagmogram dan tes rotasi)
umum (posturografi).1
A. Tes kobrak
Posisi pasien tidur terlentang, dengan kepala fleksi 30 0, atau duduk dengn
kepala ektensi 600. Digunakan semprit 5 atau 10 mL, ujung jarum
disambungkan
dengan
kateter.
Perangsangan
dilakukan
dengan
(8)
D. Videonystagmography/videooculography
VNG atau VOG menjadi cara yang dipilih untuk merekam pergerakan mata
selama tes vestibular. Komponen utama dari sistem VOG adalah sebuah
kamera video infrared sensitif yang terhubung dengan komputer untuk
menentukan posisi mata.4
(8)
E. Gaze Nistagmus
Tujuan dari te tatapan adalah untuk mengidentifikasi adanya gerakan
mata secara acak atau spontan, terutama nystagmus, yang mengganggu
kemampuan mata untuk mempertahankan fiksasi visual. Orang dengan
kemampuan kontrol tatapan normal dapat mempertahankan fiksasi okuler
tanpa batas saat melihat target tetap di bidang visual mereka. Pasien
dengan stabilitas tatapan normal tidak bisa.4
Dalam melakukan tes tatapan, pasien diminta untuk terpaku visual pada
target stasioner ditempatkan langsung di depan, 20 atau 30 0 atas dan di
bawah titik fiksasi sentral.
terganggu baik unilateral, lesi sistem vestibular perifer akut, lesi pada
batang otak atau cerebellum, gerakan spontan mata sering terjadi. 4
Gerakan mata ini berbentuk nistagmus. Ketika nistagmus terdeteksi,
arahnya selalu ditentukan oleh fase cepat dari nistagmus. Jika nistagmus
muncul ketika merubah arah pandangan maka lesi dalam sistem saraf
pusat biasanya di batang otak atau cerebellum. Jika nistagmus hanya satu
arah horisontal kemungkinan disebabkan lesi unilateral vestibular perifer.
Sistem
vestibuler
perifer
yang
asimetris
antara
kiri
dan
kanan
sisi telinga yang lebah dan tidak berubah ketika pasien mengubah arah
pandangan.4
Ada beberapa jenis gaze nistagmus :4
- Direction fixed, horisontal
Gangguan pada vestibular perifer (gerakan nistagmus ke kanan
menunjukkan
kelemahan
telinga
kiri,
begitu
pula
sebaliknya),
pandangan
Vertikal
Nistagmus dengan gerakan ke kanan menunjukkan lesi di batang otak
atau cerebellum, sedangkan gerakan ke bawah menunjukkan lesi di
dengan konvergensi
F. Tes nistagmus spontan
Berdasarkan Alexanders Law, kekuatan nistagmus spontan lebih tinggi
jika penderita melirik ke arah yang lebih berat, lemah jika melihat lurus
dan
tetap
lemah
bila
melihat
ke
arah
yang
ringan.
Alexander
harus
dilakukan
tes
hiperventilasi.
Caranya
pasien
diminta
mengambil napas cepat dan dalam selama satu menit, dan setengah
menit terakhir direkam. Bila terdapat 7 derajat perdetik maka tes
(8)
gangguan
vestibular
bilateral
yang
disebabkan
oleh
rangsangan terhadap labirinth secara terus menerus. Tes ini lebih sensitif
untuk fungsi vestibular.8
Setiap nistagmus spontan ditambahkan ke nistagmus rotasi diinduksi
dalam arah yang sama dan dikurangi dari arah yang berlawanan. Dengan
kompensasi pusat, directional bias secara bertahap menghilang, dan
keuntungan asimetris berkurang dan mungkin tidak trlihat kecuali dengan
stimulasi kecepatan tinggi. Lesi perifer unilateral dapat dikaitkan dengan
waktu yang konstan rendah karen hilangnya penyimpanan kecepatan, tapi
ini tidak andal lateralisasi.9
Lesi pada jalur vestibular sentral dapat menyebabkan penurunan yang
sama atau keuntungan asimetris terlihat dengan lesi perifer. Peningkatan
keuntungan dapat terjadi dengan lesi cerebellar. Konstanta waktu
berkepanjangan
dengan
cara
tangan
ke
depan
dengan
jari
telunjuk
saling
sisi
termasuk
abnormal
jika
terdapat
gangguan
pada
cerebellum.9
-
berjalan dengan mata tertutup menyediakan tes yang lebih baik dari
fungsi vestibular selama fungsi cerelbelar dan propioseptif
utuh.
DAFTAR PUSTAKA
1. Staecker H. Testing Balance and The Vestibular System, in : Van De
Water TR, Staecker H. Otolaryngology Basic Science and Clinical
Review. Thieme. New York. 2006. Pp 415,419
2. Hadjar E. Gangguan Keseimbangan, dalam : Soepardi EA, Iskandar
N. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Balai
Penerbit FK UI. Jakarta. 1997. Pp 75-79
3. Hullar TE, Minor LB. Vestibular Physiology and Disorders of the
Labyrinth, in : Glasscook ME, Gulya AJ. Glasscook-Shambaugh
Surgery of the ear Fifth Edition. BC Decker. USA. 2003. Pp 83,94
4. 4. Wuyts FL, et sl. Vestibular Function Testing. Lippincott Williams &
Wilkins. 2007. Pp 19-20.
5. Brandt T, Strupp M. General Vestibular Testing. Elsevvier. Clinical
Neurophysiology 116. 19 Agustust 2004. Pp 416.
6. Bojrab DI, Kaot MB. Vestibular Testing, in : Glasscook ME, Gulya AJ.
Glasscook-Shambaugh Surgery of the Fifth Edition. BC Decker. USA.
2003. Pp. 202. 208-209
7. Robinson BS. Common Vestibular Function Test. American Physical
Therapy Association, section on Neurology. USA. pp.2
8. Lalwani Ak. Current Diagnosis and Treatment-Otolaryngology Head
and Neck Surgery Second Edition. Mc Graw Hill Publishing, Lange.
New York. 2007. Chapter 46
9. Scott D>Z. Evaluating the Dizzy Patient : Bedsode Examination and
Laboratory Assesment of the Vestibular System. In Mescape. 2003;
23 (1). http://www.medscape.com/viewarticle/4585965 6
10.Dejardin S. The Clinical Investigation of Static and Dynamic Balance.
B-ENT.2008.Suppl 8, 29.
TUGAS
DIVISI
OLEH :
RICHA ENDAH PRAWESTI
PEMBIMBING:
DR.dr.EKA SAVITRI, SP.THT-KL (K)