Anda di halaman 1dari 21

BAGIAN ILMU RADIOLOGI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER 2019


UNIVERSITAS HALU OLEO

FRAKTUR GALEAZZI

OLEH :
Trianti Para, S.Ked
K1A1 13 096

Pembimbing :
dr. Ruslan Duppa, M.Kes., Sp.Rad (K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan bahwa :


Nama : Trianti Para, S.Ked
Stambuk : K1A1 13 096
Judul Referat : Fraktur Galeazzi
Telah menyelesaikan tugas referat dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian
Ilmu Radiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Halu Oleo.

Kendari, November 2019


Mengetahui,
Pembimbing

dr. Ruslan Duppa, M.Kes., Sp.Rad(K)


FRAKTUR GALEAZZI
Trianti Para, Ruslan Dupa
( Subdivisi Musculoskeletal Bagian Radiologi FK-UHO )
A. Pendahuluan
Fraktur digambarkan sebagai gangguan dalam kontinuitas semua atau
sebagian korteks tulang. Pada dislokasi sendi, hilangnya kesesuaian antara
permukaan artikular. Fraktur lengan bawah pada umumnya akibat dari jatuh
atau tabrakan daya tinggi. (1)
Fraktur Galeazzi lebih umum daripada fraktur Monteggia. Penonjolan atau
nyeri pada ujung bawah tulang ulna adalah tanda khas. Ada kemungkinan
untuk menunjukkan ketidakstabilan sendi radio-ulnar dengan 'ballotting' pada
ujung distal ulna ('piano-key' sign) atau dengan memutar pergelangan tangan.
Hal ini penting juga untuk menguji lesi saraf ulnaris, yang mungkin terjadi.(2)
B. Definisi
Fraktur “Galeazzi” adalah fraktur distal radius dengan dislokasi artikulatio
radioulnaris dan subluksasi ulna. Fraktur ini pertama kali dideskripsikan oleh
Ricardo Galeazzi diikuti dengan publikasi yang menjelaskan 18 kasus pada
tahun 1934. (2)
C. Epidemiologi
Data epidemiologi mengenai kasus fraktur pada region antebrachii masih
jarang ditemukan pada literatur. Sebagian besar kasus fraktur dari shaft regio
antebrachii terjadi pada anak-anak. Untuk usia diatas 20 tahun, jumlah kasus
tahunan hanya di bawah 2 per 10.000 orang, dominan terjadi pada laki-laki
dibandingkan pada perempuan di semua kelompok umur. Di Amerika Serikat,
insiden kasus ini 4 per 10.000 pada atlet-atlet sekolah menengah atas. Insiden
tertinggi pada pemain sepakbola dengan insiden 6 per 10.000 atlet, dan
terendah pada pemain bola voli dengan insiden 1 per 10.000 atlet .(3)
Fraktur Galeazzi mencapai 3-7% dari semua patah tulang lengan bawah.
Terdapat paling sering pada pria. Meskipun fraktur Galeazzi jarang
dilaporkan, fraktut ini diperkirakan mencapai 7% dari seluruh fraktur lengan
bawah pada orang dewasa.(4)
D. Anatomi
Regio antebrachii tersusun atas dua buah tulang yaitu os radius dan os
ulna. Os radius dan ulna secara konseptual dapat diibaratkan sebagai dua
kerucut (cones) yang terletak berdampingan dengan satu sama lain saling
menunjuk pada arah yang berlawanan. Karena letaknya yang berdampingan,
maka segala cedera yang terjadi pada regio antebrachii menimbulkan efek
pada kedua tulang tesebut beserta ligamen yang melekat pada os radius dan os
ulna (3).

Gambar 1. Anatomi normal regio antebrachia. (dikutip dari kepustakaan 5)

Seperti dikatakan sebelumnya bahwa


secara konseptual, os radius dan ulna diibaratkan
sebagai dua kerucut (cones) yang ujungnya
sejajar, hal ini memungkinkan gerakan
supinasi dan pronasi dengan radius bergulir
di sekitar ulna. Hal ini memunculkan aksioma
bahwa fraktur pada salah satu tulang di region
antebrachii, terutama ketika terjadi angulasi
dan displacement, biasanya disertai oleh fraktur
atau dislokasi dari tulang regio antebrachii lainnya.
(3)
Gambar 2. Radiologi normal regio antebrachia. (dikutip dari kepustakaan 5)
1. Ulna
Ulna adalah tulang stabilisator pada lengan bawah, terletak medial
dan merupakan tulang yang lebih panjang dari dua tulang lengan bawah.
Ujung proximal os ulna akan membentuk articulation humeroradialis
bersama os humerus. Untuk artikulasi dengan humerus, ulna memiliki dua
proyeksi menonjol yaitu, olecranon, yang berproyeksi ke proksimal dari
aspek posteriornya (yang membentuk titik siku) dan bekerja sebagai
pengungkit pendek untuk ekstensi siku, dan processus coroideus, yang
berproyeksi ke anterior. (6)
Olecranon dan processus coroideus membentuk dinding incisura
trochlearis, yang dalam profil menyerupai rahang pilinan sabit seperti
“mengenggam” (artikulasi dengan) trochlea humeri. Articulasi diantara
ulna dan humerus terutama hanya memungkinkan fleksi dan ekstensi
articulasio cubiti, meskipun terjadi sedikit abduksi-adduksi selama pronasi
dan supinasi lengan bawah. Diinferior processus caroideus adalah
tuberositas ulnae untuk perlekatan tendo musculus brachialis. (6)
Pada sisi lateral processus coroideus ada cekungan bulat dan halus
yaitu incisura radialis, yang menerima daerah perifer luas dari caput radii.
Diinferior incisura radialis pada permukaan lateral corpus ulnae adalah
crista yang menonjol, crista musculi supinatoris. Diantaranya dan bagian
distal prosessus coroideus adalah suatu konkavitas, fossa supinator. Bagian
dalam musculus supinator menempel pada crista dan fossa supinator. (6)
Corpus ulnae tebal dan berbentuk silindris diproksimal tetapi
meruncing, diameter berkurang, dan berlanjut ke distal. Pada ujung distal
ulna yang sempt ada pembesaran kecil tetapi mendadak, caput ulna seperti
cakram dengan prosessus styloideus ulnae kecil, konikal. Ulna tidak
mencapai, sehingga tidak terlibat pada articulatio radiocarpalis. (6)
Gambar 3. Bagian proksimal ulna. (dikutip dari kepustakaan 7)
2. Radius
Radius terletak dilateral dan merupakan tulang yang lebih pendek
dari dua tulang di lengan bawah. Ujung proksimalnya meliputi caput
pendek, collum, dan tuberositas yang menghadap ke medial. Di proksimal,
aspek superior halus caput radii diskoid berbentuk konkaf untuk artikulasi
dengan capitulum humeri selama fleksi dan ekstensi articulation cubiti.
Caput juga berarticulatio diperifer dengan incisura radialis ulnae, oleh
karena itu caput dilapisi cartilage articularis. Collum radii adalah suatu
konstriksi di sebelah distal caput. Tuberositas radii oval di sebelah distal
bagian medial collum dan menjadi batas pemisah ujung proksimal (caput
dan collum) radius dari corpus. (6)

Gambar 4. Tampak posterior ujung distal radius. (dikutip dari


kepustakaan 7)

Corpus radii, berbeda dengan ulna secara bertahap membesar saat


kedistal. Ujung distal radius membesar berbentuk sisi empat ketika
dipotong melintang. Aspek medialnya membentuk suatu cekungan yaitu
incisura ulnaris, yang mengakomodasi caput ulnae. Aspek lateralnya
menjadi semakin seperti rigi, berakhir di distal pada proceccus styloideus
radii. Tuberculum dorsal radii berproyeksi kedistal dan terletak diantara
sulcus dangkal untuk pasase tendo otot-otot lengan bawah. Processus
styloideus radii lebih besar daripada processus styloideus ulnae dan
memanjang jauh ke distal. Hubungan tersebut memiliki kepentingan klinis
ketika ulna dan/atau radius mengalami fraktur. (6)

Gambar 5. Tampak Inferior ujung distal ulna dan radius. (dikutip dari
kepustakaan 7)

Sebagian besar panjang corpus radii dan ulnae pada dasarnya


berbentuk segitiga pada potongan melintang, dengan basis yang bundar
dan superficial, sarta apex yang mengarah kedalam dengan tajam. Apex
terbentuk oleh suatu potongan batas interosessus radius atau ulna tajam
yang menghubungkannya dengan membrane interossea lengan bawah
tipis, fibrosa. Sebagian besar serat membrane interossea berjalan oblik, ke
inferior dari radius dan memanjang ke medial ulna. Oleh karena itu serat
mentransmisikan kekuatan yang diterima dari radius ke ulna untuk
ditransmisikan ke humerus. (6)
Gambar 6. Tampak Inferior potongan melintang melalui corpus ulna dan
radii dan membrana interossei. (dikutip dari kepustakaan 7)

(B)
Gambar 7. (A) Radiologi radioulnar AP, (B) Radiologi
radioulnar lateral (dikutip dari kepustakaan 5)

E. Mekanisme Trauma
Ada beberapa perbedaan pendapat pada mekanisme yang tepat yang
menyebabkan terjadinya fraktur Galeazzi. Mekanisme yang paling mungkin
adalah jatuh dengan tumpuan pada tangan disertai dengan pronasi lengan
bawah yang ekstrim. Daya tersebut diduga melewati artikulasi radiocarpal,
mengakibatkan dislokasi dan pemendekan dari tulang radius. Terjadi fraktur
pada 1/3 distal radius dan subluksasi atau dislokasi sendi radioulnar distal
( Solomon L 2010). Deforming forces termasuk brakioradialis, kuadriseps
pronator, dan ekstensor ibu jari, serta berat tangan. Cedera otot dan jaringan
lunak yang deformasi yang terkait dengan fraktur ini tidak dapat dikontrol
dengan imobilisasi plester. (4)

Gambar 8. A, Fraktur tipe I (apex volar). B, fraktur tipe II (apex

dorsal).(dikutip dari kepustakaan 4)


Fraktur tipe I (apex volar) dideskripsikan dengan pergeseran

fragmen distal radius ke dorsal dengan dislokasi distal ulna. Secara khas,

fraktur tipe I disebabkan oleh beban axial dengan lengan bawah dalam

posisi supinasi. Pada fraktur tipe II (apex dorsal), fragmen distal radius

bergeser ke anterior dengan dislokasi posterior (dorsal) dari distal ulna.

Fraktur ini secara tipikal muncul sebagai hasil dari beban axial dengan

lengan bawah dalam posisi pronasi. Pada penelitian retrospektif, 73% pasien

pediatrik dengan fraktur Galeazzi tipe II, dimana memiliki risiko tinggi

cedera pronasi pada populasi pediatrik. (1)

F. Klasifikasi
Berdasarkan posisi dari distal radius (8) :
- Volar Galeazzi
- Dorsal Galeazzi
Gambar 9. AP (A) dan lateral (B) gambaran radiologi pada fraktur galezzi tipe II.
Terjadi dislokasi ulna kearah dorsal dengan radius yang memendek dan bergeser
ke anterior. (dikutip dari kepustakaan 8)

Gambar 10. Fraktur volar Galeazzi dan fraktur dorsal Galeazzi. (dikutip dari
kepustakaan 9)
Tabel 1. Klasifikasi fraktur Galeazzi menurut Macule et al (berdasarkan lokasi
(9)
fraktur)
Tipe I – terdapat fraktur radius yang terletak diantara 0-10 cm dari
prosessus styloideus radii
Tipe II – terdapat fraktur radius yang terletak diantara 10-15 cm dari
prosessus styloideus radii
Tipe III – terdapat fraktur radius yang terletak lebih dari 15 cm dari
prosessus styloideus radii

Macule Beneyto et al mengklasifikasikan fraktur galeazzi-dislokasi


didasarkan pada lokasi dari fraktur radius. Pada 33 pasien yang diteliti, 20
diantaranya yaitu sekitar 61 persen terdapat fraktur yang berlokasi pada jarak
0-10 cm dari processus styloideus (type I), dan 10 diantaranya yakni sekitar 30
% mengalami fraktur radius pada 10-15 cm dari processus styloideus (type II).
Sedangkan 3 pasien lainnya (9 %) tergolong sebagai type III, dimana lokasi
fraktur terletak >15 cm dari processus styloideus. Pada penelitian ini,
diperoleh bahwa hasil terburuk didapatkan pada fraktur dengan jenis tipe I
(distal). (9)

Tabel 2. Klasifikasi fraktur menurut Rettig and Raskin (9)


Tipe I – jarak antara permukaan midarticular dari radius distal dan fraktur
adalah 7.5 cm. DRUJ sendi lebih tidak stabil, saat dilakukan tes intraoperative
Tipe II – Jarak antara permukaan midarticular dari radius distal dan fraktur
lebih dari 7.5 cm. Hanya 6 % pasien dilakukan ORIF terhadap DRUJ

Empat puluh pasien dengan fraktur galeazzi dan dislokasi, Rettig dan
Raskin membagi jenis fraktur ini menjadi 2 jenis berdasarkan jarak dari
fraktur radius dari permukaan midarticular dari radius distal. 22 fraktur berada
pada lokasi <= 7.5 cm dari permukaan midarticular radius distal,
intraoperative DRUJ tidak stabil didapatkan 12 dari jenis fraktur yang tercatat.
Sebaliknya, 1 dari 18 fraktur yang berada pada lokasi >7.5 cm dari permukaan
sendi dari DRUJ didapatkan tidak stabil dalam melakukan tindakan ORIF
terhadap fraktur radius. (9)

G. Gejala Klinis
Terdapat gejala fraktur dan dislokasi pada daerah distal lengan bawah.
Adanya tonjolan tulang atau nyeri pada ujung ulnar adalah manifestasi yang
paling sering ditemukan. Nyeri dan edema pada jaringan lunak bisa
didapatkan pada daerah fraktur radius 1/3 distal dan pada pergelangan tangan.
Cedera ini harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan radiologi.(4)
Anterior interroseous nerve palsy juga bisa terjadi tapi sering dilewati
karena tidak ada komponen sensorik pada temuan ini. Nervus interosseous
anterior merupakan cabang dari nervus medianus. Cedera pada nervus
interosseous anterior ini bisa mengakibatkan paralisis dari fleksor policis
longus dan fleksor digitorum profundus pada jari telunjuk, dan menyebabkan
hilangnya mekanisme menjepit antara ibu jari dengan jari telunjuk. (4)
H. Pemeriksaan Radiologi
1. X-Ray
Dengan pemeriksaan roentgen diagnosis dapat ditegakkan. Foto
radiologi lengan bawah posisi anteroposterior (AP) dan lateral di perlukan
untuk menegakkan diagnosis. Foto radiologi ekstremitas kontralateral bisa
diambil untuk perbandingan. Foto polos lengan bawah bisa ditemukan cedera
pada sendi radioulnar distal:(4)
 Fraktur pada dasar dari styloideus ulnaris.
 Pelebaran dari ruang sendi radioulnar distal yang bisa terlihat pada foto
posisi AP.
 Dislokasi radius yang relative dengan ulna pada foto lateral, yang bisa
didapatkan dengan mengabduksikan bahu 90˚.
 Pemendekan dari radius lebih dari 5 mm relatif dengan ulnar distal.(4)

Gambar 11. Foto radiologis posisi anteroposterior menunjukkan fraktur


Galeazzi klasik: fraktur radius yang berbentuk oblik dan transversum dengan
adanya dislokasi sendi radioulnar distal. (dikutip dari kepustakaan 4)
Gambar 12. Fraktur Galeazzi. Tipe Galeazzi sebelum dan setelah reduksi dan
pemasangan plat. (dikutip dari kepustakaan 4)

I. Diagnosis Banding Radiologi


1. Fraktur Colles
Karakteristik dan gambaran klinis: (8)
o Ditemukan oleh Abraham Colles pada tahun 1814
o Fraktur pergelangan tangan paling umum pada orang dewasa, terutama
dengan osteoporosis
o Mekanisme : jatuh dengan tangan terulur
o Fraktur tranversal 1 inch (2,54cm) dari permukaan artikuler, dengan
angulasi dan displacement dorsoradial. Biasa disertai dengan fraktur
styloid ulnar.
o Nyeri pergelangan tangan
o Bengkak di daerah terkait.
o Dinner Fork deformity (8)
Radiologi : (8)
o Fraktur tranversal dengan angulasi dorsal kemiringan 5-10o
o Bagian distal fragmen fraktur bergeser ke dorsoradial (posterior)
o Impaksi pada daerah fraktur
o Dapat disertai pemendekan radius (8)
Gambar 13. Fraktur Colles. (dikutip dari kepustakaan 8)
2. Fraktur Smith
Karakteristik dan gambaran klinis : (8)
o Ditemukan oleh Robert William Smith tahun 1847
o Mekanisme : Jatuh dengan tahanan pada tangan bagian dorsal (tertekuk)
atau pukulan langsung pada bagian belakang pergelangan tangan.
o Bengkak pada pergelangan tangan yang terkait.
o Reverse Colles Fracture
o “garden spade deformity” (8)

Radiologi :
o Fraktur transversal pada daerah metafisis distal radius dengan angulasi
ke bagian volar (anterior).
o Fragmen distal bergeser ke volar (anterior) (8)
Gambar 14. Fraktur Smith. (dikutip dari kepustakaan 8)

3. Fraktur Barton
Karakteristik dan gambaran klinis : (2)
o Ditemukan oleh Rhea Barton tahun 1938
o Mekanisme : cedera benturan dengan kecepatan tinggi
Radiologi :
o Fraktur oblik intraartikuler tulang radius dengan dislokasi distal radius
ke volar (fraktur Barton volar) atau ke dorsal (fraktur Barton dorsal)
o Disertai dislokasi sendi radiocarpal. (2)

Gambar 15. Fraktur Barton. (dikutip dari Gambar 16. . Fiksasi dengan cannulated
kepustakaan 2) percutaneous screw. (dikutip dari
kepustakaan 2)
4. Fraktur Monteggia
Karakteristik dan gambaran klinis : (8)
o Ditemukan oleh Monteggia tahun 1814
o Mekanisme : Jatuh dengan tahanan pada tangan bagian lateral
Radiologi :
o Fraktur 1/3 proksimal ulna dengan dislokasi radial head (8)

Gambar 17. Fraktur Monteggia. (dikutip dari kepustakaan 8)

Gambar 18. Klasifikasi fraktur Monteggia berdasarkan klasifikasi Bado.


(dikutip dari kepustakaan 3)

J. Tatalaksana
Fraktur bersifat tidak stabil dan terdapat dislokasi sehingga sebaiknya
dilakukan operasi dengan fiksasi interna. Pada fraktur Galeazzi harus
dilakukan reposisi secara akurat dan mobilisasi segera karena bagian distal
mengalami dislokasi. Dengan reposisi yang akurat dan cepat maka dislokasi
sendi ulna distal juga tereposisi dengan sendirinya. Apabila reposisi spontan
tidak terjadi maka reposisi dilakukan dengan fiksasi K-Wire. Operasi terbuka
dengan fiksasi rigid mempergunakan plate dan screw. (11)
Open reduction internal fixation merupakan terapi pilihan, karena closed
treatment dikaitkan dengan tingkat kegagalan yang tinggi. Fiksasi plate dan
screw adalah terapi pilihan. Pendekatan Henry anterior (interval antara fleksor
karpi radialis dan brakioradialis) biasanya menyediakan eksposur yang cukup
untuk melihat fraktur radius, dengan fiksasi plate pada permukaan yang datar,
permukaan volar dari radius.(1)
Cedera sendi radioulnar distal biasanya menyebabkan ketidakstabilan
bagian dorsal, karena itu, capsulotomy dorsal dapat dilakukan untuk
mendapatkan akses ke sendi radioulnar distal jika tetap dislokasi setelah radius
difiksasi. Fiksasi Kirschner wire mungkin diperlukan untuk mempertahankan
reduksi dari sendi radioulnar distal jika ianya tidak stabil. Jika sendi radioulnar
distal diyakini stabil, bagaimanapun, imobilisasi plester pasca operasi
mungkin sudah cukup. (10)
Ada 3 kemungkinan yang bisa terjadi pada pasien dengan fraktur Galeazzi
(3)
:
1. Sendi radio-ulnar tereduksi dan stabil
Tidak dilakukan tindakan lanjut. Lengan di istirihatkan untuk
beberapa hari, kemudian dilakukan pergerakan aktif dengan hati-hati.
Sendi radio-ulnar harus diperiksa baik secara klinis dan radiologis setelah
6 minggu. (3)
2. Sendi radio-ulnar tereduksi tapi tidak stabil
Imobilisasi lengan dalam posisi stabil (biasanya supinasi), jika
diperlukan disertai juga dengan K-wire transversum. Lengan di balut
dengan cast di bagian atas siku selama 6 minggu. Jika terdapat fragmen
styloideus ulnaris yang besar, maka harus direduksi dan difiksasi. (3)
3. Sendi radio-ulnar tidak tereduksi
Keadaan ini jarang didapatkan. Open reduction harus dilakukan
untuk membersihkan jaringan lunak yang rusak. Setelah itu lengan di
imobilisasi dalam posisi supinasi selama 6 minggu.(3)
Manajemen pascaoperasi (10):
1. Jika sendi radioulnar distal stabil: Pergerakan dini adalah dianjurkan.
2. Jika sendi radioulnar distal tidak stabil: Imobilisasi lengan dalam posisi
supinasi selama 4 sampai 6 minggu dengan menggunakan long arm splint
atau cast.
3. Pin sendi radioulnar distal, jika diperlukan, dan akan dilepas pada 6
sampai 8 minggu (10) .

K. Komplikasi (10)
1. Malunion: Reduksi nonanatomik dari fraktur radius disertai dengan
kegagalan untuk mengembalikan alignment rotasi atau lateral dapat
mengakibatkan hilangnya fungsi supinasi dan pronasi, serta nyeri pada
range of motion. Ini mungkin memerlukan osteotomy atau ulnar distal
shortening untuk kasus-kasus di mana gejala pemendekan dari radius
mengakibatkan ulnocarpal impaction.
2. Nonunion: Ini jarang terjadi dengan fiksasi yang stabil, tetapi mungkin
memerlukan bone grafting.
3. Compartement syndrome: kecurigaan klinis harus diikuti dengan
pemantauan tekanan kompartemen dengan fasciotomy darurat setelah
didiagnosa sebagai sindrom kompartemen.
4. Cedera neurovaskuler:
 Biasanya iatrogenik.
 Cedera saraf radialis superfisial (dibawahnya brakioradialis) adalah
beresiko dengan pendekatan radius anterior.
 Cedera saraf interoseus posterior (di supinator) adalah beresiko dengan
pendekatan radius proksimal.
 Jika pemulihan tidak terjadi, eksplorasi saraf setelah 3 bulan.
5. Radioulnar synostosis: Jarang terjadi (3% sampai 9,4% kejadian).
 Faktor risiko meliputi:
 Fraktur kedua tulang pada tingkat yang sama (11% kejadian).
 Closed head injury
 Penundaan operasi > 2 minggu.
 Satu sayatan untuk fiksasi kedua fraktur lengan bawah.
 Penetrasi pada membran interoseus oleh bone grafting atau screw,
fragmen tulang, atau peralatan bedah.
 Crush injury.
 Infeksi.
 Prognosis terburuk adalah dengan synostosis distal, dan yang terbaik
adalah dengan synostosis diafisis.
6. Dislokasi rekuren: Ini bisa terjadi akibat dari malreduksi dari radius. Ini
menekankan bahwa perlunya pemulihan secara anatomi pada fraktur
radius untuk memastikan penyembuhan yang cukup dan fungsi
biomekanik dari sendi radioulnar distal. (10)
DAFTAR PUSTAKA

1. Herring W. learning radiology recognizing the basics. 3rd ed. Philadelphia:

Elsevier Saunders, 2016; p.240-8.

2. Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Injuries of the forearm and wrist. In:

Solomon L, Warwick D, Nayagam S. ed, Apley’s system of orthopaedics and

Fractures. 9th Edition.UK: Hodder Arnold. 2010; p.771-2.


3. Alaydrus M. Fraktur monteggia: tantangan Klinisi dalam menghadapi fraktur

dislokasi yang sering misdiagnosis. Jurnal Kedokteran Unram. Volume 6.

Nomor 2. 2017: Hal 25-8.


4. Ertl J. P. Galeazzi Fracture. Medscape Reference; 2012 [cited 2016 Nov 05];

Available from: http://emedicine.medscape.com.


5. Netter, Frank H. Atlas of human anatomy. 25th Edition. Jakarta: EGC, 2014.

Hal.141.
6. Moore K.L., Dalley AF. Anatomi berorientasi klinis. Jilid 2. edisi 5. Jakarta:

Erlangga, 2013. Hal.247-9.

7. Putz, R and Pabst, R. Atlas anatomi manusia sobotta kepala, leher, ekstremitas

atas edisi ke 21. Jakarta: EGC, 2003. Hal.174-8.


8. Holmes EJ, Misra RR. A–Z Of emergency radiology. Inggris: cambridge

university press. 2004; p.94-4.

9. Fayaz HC, Jupiter JB. Galeazzi fractures : our modified classification and

treatment regimen. Handchir mikrochir plast chir. 2014; 46: 31-33.

10. Apley, A Graham and Louis Solomon. Buku ajar ortopedi dan fraktur sistem

apley. Edisi Ke 7, Alih Bahasa Edi Nugroho. Jakarta: Widya medika, 2003.

Hal. 311.

11. Chairuddin R. Trauma. Dalam: Chairuddin R ed, pengantar ilmu bedah

ortopedi. Jakarta: Yarsif Watampone.2009; Hal 394-5, 418.

12. Koval KJ, Zuckerman JD. Upper extremity fractures and dislocations distal

radius. in: Koval KJ, Zuckerman JD. editors, Handbook of fractures. Third

Edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins. 2006; p. 222-5.

Anda mungkin juga menyukai