FRAKTUR GALEAZZI
OLEH :
Trianti Para, S.Ked
K1A1 13 096
Pembimbing :
dr. Ruslan Duppa, M.Kes., Sp.Rad (K)
Gambar 5. Tampak Inferior ujung distal ulna dan radius. (dikutip dari
kepustakaan 7)
(B)
Gambar 7. (A) Radiologi radioulnar AP, (B) Radiologi
radioulnar lateral (dikutip dari kepustakaan 5)
E. Mekanisme Trauma
Ada beberapa perbedaan pendapat pada mekanisme yang tepat yang
menyebabkan terjadinya fraktur Galeazzi. Mekanisme yang paling mungkin
adalah jatuh dengan tumpuan pada tangan disertai dengan pronasi lengan
bawah yang ekstrim. Daya tersebut diduga melewati artikulasi radiocarpal,
mengakibatkan dislokasi dan pemendekan dari tulang radius. Terjadi fraktur
pada 1/3 distal radius dan subluksasi atau dislokasi sendi radioulnar distal
( Solomon L 2010). Deforming forces termasuk brakioradialis, kuadriseps
pronator, dan ekstensor ibu jari, serta berat tangan. Cedera otot dan jaringan
lunak yang deformasi yang terkait dengan fraktur ini tidak dapat dikontrol
dengan imobilisasi plester. (4)
fragmen distal radius ke dorsal dengan dislokasi distal ulna. Secara khas,
fraktur tipe I disebabkan oleh beban axial dengan lengan bawah dalam
posisi supinasi. Pada fraktur tipe II (apex dorsal), fragmen distal radius
Fraktur ini secara tipikal muncul sebagai hasil dari beban axial dengan
lengan bawah dalam posisi pronasi. Pada penelitian retrospektif, 73% pasien
pediatrik dengan fraktur Galeazzi tipe II, dimana memiliki risiko tinggi
F. Klasifikasi
Berdasarkan posisi dari distal radius (8) :
- Volar Galeazzi
- Dorsal Galeazzi
Gambar 9. AP (A) dan lateral (B) gambaran radiologi pada fraktur galezzi tipe II.
Terjadi dislokasi ulna kearah dorsal dengan radius yang memendek dan bergeser
ke anterior. (dikutip dari kepustakaan 8)
Gambar 10. Fraktur volar Galeazzi dan fraktur dorsal Galeazzi. (dikutip dari
kepustakaan 9)
Tabel 1. Klasifikasi fraktur Galeazzi menurut Macule et al (berdasarkan lokasi
(9)
fraktur)
Tipe I – terdapat fraktur radius yang terletak diantara 0-10 cm dari
prosessus styloideus radii
Tipe II – terdapat fraktur radius yang terletak diantara 10-15 cm dari
prosessus styloideus radii
Tipe III – terdapat fraktur radius yang terletak lebih dari 15 cm dari
prosessus styloideus radii
Empat puluh pasien dengan fraktur galeazzi dan dislokasi, Rettig dan
Raskin membagi jenis fraktur ini menjadi 2 jenis berdasarkan jarak dari
fraktur radius dari permukaan midarticular dari radius distal. 22 fraktur berada
pada lokasi <= 7.5 cm dari permukaan midarticular radius distal,
intraoperative DRUJ tidak stabil didapatkan 12 dari jenis fraktur yang tercatat.
Sebaliknya, 1 dari 18 fraktur yang berada pada lokasi >7.5 cm dari permukaan
sendi dari DRUJ didapatkan tidak stabil dalam melakukan tindakan ORIF
terhadap fraktur radius. (9)
G. Gejala Klinis
Terdapat gejala fraktur dan dislokasi pada daerah distal lengan bawah.
Adanya tonjolan tulang atau nyeri pada ujung ulnar adalah manifestasi yang
paling sering ditemukan. Nyeri dan edema pada jaringan lunak bisa
didapatkan pada daerah fraktur radius 1/3 distal dan pada pergelangan tangan.
Cedera ini harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan radiologi.(4)
Anterior interroseous nerve palsy juga bisa terjadi tapi sering dilewati
karena tidak ada komponen sensorik pada temuan ini. Nervus interosseous
anterior merupakan cabang dari nervus medianus. Cedera pada nervus
interosseous anterior ini bisa mengakibatkan paralisis dari fleksor policis
longus dan fleksor digitorum profundus pada jari telunjuk, dan menyebabkan
hilangnya mekanisme menjepit antara ibu jari dengan jari telunjuk. (4)
H. Pemeriksaan Radiologi
1. X-Ray
Dengan pemeriksaan roentgen diagnosis dapat ditegakkan. Foto
radiologi lengan bawah posisi anteroposterior (AP) dan lateral di perlukan
untuk menegakkan diagnosis. Foto radiologi ekstremitas kontralateral bisa
diambil untuk perbandingan. Foto polos lengan bawah bisa ditemukan cedera
pada sendi radioulnar distal:(4)
Fraktur pada dasar dari styloideus ulnaris.
Pelebaran dari ruang sendi radioulnar distal yang bisa terlihat pada foto
posisi AP.
Dislokasi radius yang relative dengan ulna pada foto lateral, yang bisa
didapatkan dengan mengabduksikan bahu 90˚.
Pemendekan dari radius lebih dari 5 mm relatif dengan ulnar distal.(4)
Radiologi :
o Fraktur transversal pada daerah metafisis distal radius dengan angulasi
ke bagian volar (anterior).
o Fragmen distal bergeser ke volar (anterior) (8)
Gambar 14. Fraktur Smith. (dikutip dari kepustakaan 8)
3. Fraktur Barton
Karakteristik dan gambaran klinis : (2)
o Ditemukan oleh Rhea Barton tahun 1938
o Mekanisme : cedera benturan dengan kecepatan tinggi
Radiologi :
o Fraktur oblik intraartikuler tulang radius dengan dislokasi distal radius
ke volar (fraktur Barton volar) atau ke dorsal (fraktur Barton dorsal)
o Disertai dislokasi sendi radiocarpal. (2)
Gambar 15. Fraktur Barton. (dikutip dari Gambar 16. . Fiksasi dengan cannulated
kepustakaan 2) percutaneous screw. (dikutip dari
kepustakaan 2)
4. Fraktur Monteggia
Karakteristik dan gambaran klinis : (8)
o Ditemukan oleh Monteggia tahun 1814
o Mekanisme : Jatuh dengan tahanan pada tangan bagian lateral
Radiologi :
o Fraktur 1/3 proksimal ulna dengan dislokasi radial head (8)
J. Tatalaksana
Fraktur bersifat tidak stabil dan terdapat dislokasi sehingga sebaiknya
dilakukan operasi dengan fiksasi interna. Pada fraktur Galeazzi harus
dilakukan reposisi secara akurat dan mobilisasi segera karena bagian distal
mengalami dislokasi. Dengan reposisi yang akurat dan cepat maka dislokasi
sendi ulna distal juga tereposisi dengan sendirinya. Apabila reposisi spontan
tidak terjadi maka reposisi dilakukan dengan fiksasi K-Wire. Operasi terbuka
dengan fiksasi rigid mempergunakan plate dan screw. (11)
Open reduction internal fixation merupakan terapi pilihan, karena closed
treatment dikaitkan dengan tingkat kegagalan yang tinggi. Fiksasi plate dan
screw adalah terapi pilihan. Pendekatan Henry anterior (interval antara fleksor
karpi radialis dan brakioradialis) biasanya menyediakan eksposur yang cukup
untuk melihat fraktur radius, dengan fiksasi plate pada permukaan yang datar,
permukaan volar dari radius.(1)
Cedera sendi radioulnar distal biasanya menyebabkan ketidakstabilan
bagian dorsal, karena itu, capsulotomy dorsal dapat dilakukan untuk
mendapatkan akses ke sendi radioulnar distal jika tetap dislokasi setelah radius
difiksasi. Fiksasi Kirschner wire mungkin diperlukan untuk mempertahankan
reduksi dari sendi radioulnar distal jika ianya tidak stabil. Jika sendi radioulnar
distal diyakini stabil, bagaimanapun, imobilisasi plester pasca operasi
mungkin sudah cukup. (10)
Ada 3 kemungkinan yang bisa terjadi pada pasien dengan fraktur Galeazzi
(3)
:
1. Sendi radio-ulnar tereduksi dan stabil
Tidak dilakukan tindakan lanjut. Lengan di istirihatkan untuk
beberapa hari, kemudian dilakukan pergerakan aktif dengan hati-hati.
Sendi radio-ulnar harus diperiksa baik secara klinis dan radiologis setelah
6 minggu. (3)
2. Sendi radio-ulnar tereduksi tapi tidak stabil
Imobilisasi lengan dalam posisi stabil (biasanya supinasi), jika
diperlukan disertai juga dengan K-wire transversum. Lengan di balut
dengan cast di bagian atas siku selama 6 minggu. Jika terdapat fragmen
styloideus ulnaris yang besar, maka harus direduksi dan difiksasi. (3)
3. Sendi radio-ulnar tidak tereduksi
Keadaan ini jarang didapatkan. Open reduction harus dilakukan
untuk membersihkan jaringan lunak yang rusak. Setelah itu lengan di
imobilisasi dalam posisi supinasi selama 6 minggu.(3)
Manajemen pascaoperasi (10):
1. Jika sendi radioulnar distal stabil: Pergerakan dini adalah dianjurkan.
2. Jika sendi radioulnar distal tidak stabil: Imobilisasi lengan dalam posisi
supinasi selama 4 sampai 6 minggu dengan menggunakan long arm splint
atau cast.
3. Pin sendi radioulnar distal, jika diperlukan, dan akan dilepas pada 6
sampai 8 minggu (10) .
K. Komplikasi (10)
1. Malunion: Reduksi nonanatomik dari fraktur radius disertai dengan
kegagalan untuk mengembalikan alignment rotasi atau lateral dapat
mengakibatkan hilangnya fungsi supinasi dan pronasi, serta nyeri pada
range of motion. Ini mungkin memerlukan osteotomy atau ulnar distal
shortening untuk kasus-kasus di mana gejala pemendekan dari radius
mengakibatkan ulnocarpal impaction.
2. Nonunion: Ini jarang terjadi dengan fiksasi yang stabil, tetapi mungkin
memerlukan bone grafting.
3. Compartement syndrome: kecurigaan klinis harus diikuti dengan
pemantauan tekanan kompartemen dengan fasciotomy darurat setelah
didiagnosa sebagai sindrom kompartemen.
4. Cedera neurovaskuler:
Biasanya iatrogenik.
Cedera saraf radialis superfisial (dibawahnya brakioradialis) adalah
beresiko dengan pendekatan radius anterior.
Cedera saraf interoseus posterior (di supinator) adalah beresiko dengan
pendekatan radius proksimal.
Jika pemulihan tidak terjadi, eksplorasi saraf setelah 3 bulan.
5. Radioulnar synostosis: Jarang terjadi (3% sampai 9,4% kejadian).
Faktor risiko meliputi:
Fraktur kedua tulang pada tingkat yang sama (11% kejadian).
Closed head injury
Penundaan operasi > 2 minggu.
Satu sayatan untuk fiksasi kedua fraktur lengan bawah.
Penetrasi pada membran interoseus oleh bone grafting atau screw,
fragmen tulang, atau peralatan bedah.
Crush injury.
Infeksi.
Prognosis terburuk adalah dengan synostosis distal, dan yang terbaik
adalah dengan synostosis diafisis.
6. Dislokasi rekuren: Ini bisa terjadi akibat dari malreduksi dari radius. Ini
menekankan bahwa perlunya pemulihan secara anatomi pada fraktur
radius untuk memastikan penyembuhan yang cukup dan fungsi
biomekanik dari sendi radioulnar distal. (10)
DAFTAR PUSTAKA
Hal.141.
6. Moore K.L., Dalley AF. Anatomi berorientasi klinis. Jilid 2. edisi 5. Jakarta:
7. Putz, R and Pabst, R. Atlas anatomi manusia sobotta kepala, leher, ekstremitas
9. Fayaz HC, Jupiter JB. Galeazzi fractures : our modified classification and
10. Apley, A Graham and Louis Solomon. Buku ajar ortopedi dan fraktur sistem
apley. Edisi Ke 7, Alih Bahasa Edi Nugroho. Jakarta: Widya medika, 2003.
Hal. 311.
12. Koval KJ, Zuckerman JD. Upper extremity fractures and dislocations distal
radius. in: Koval KJ, Zuckerman JD. editors, Handbook of fractures. Third