LAPORAN KASUS
EFUSI PLEURA MASIF EC TUMOR PARU
OLEH :
KELOMPOK 13
1. Dzakiyyah Marsuqah N C014182253
2. Zulwafiah C014182254
3. Diana Marshanda Nur C014182255
4. Satria Hijratussyah XC064182005
5. Dany l. Sopalatu 201184040
RESIDEN PEMBIMBING:
dr. Atika Puspa Dewi
DOSEN PEMBIMBING:
Dr. Nikmatia Latief, Sp.Rad(K), M.Kes.
1
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KASUS : EFUSI PLEURA MASIF EC TUMOR PARU
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Radiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Mengetahui,
Kepala Bagian Radiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Prof.Dr.dr.Bachtiar Murtala,Sp.Rad(K).
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................. 3
3
BAB I
LAPORAN KASUS
I.1. Identitas Pasien
Nama : Tn. SB
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 17 Desember 1960
No. RM : 884690
Ruang Perawatan : Infection Center lt.1
Agama : Islam
Alamat : Jl.Pangeran Diponegoro Kendari
Tanggal masuk : 11 Juni 2019
I.2. Anamnesis
4
I.3. Pemeriksaan Fisis
5
I.4. Pemeriksaan Radiologi
6
Foto thorax PA (20/6/2019) :
Kesan :
- Terpasang chest tube pada
hemithorax sinistra
- Efusi masif pleura sinistra
7
Pemeriksaan MSCT Scan Thorax (10/06/2019)
- Tampak massa isodens (48 HU), batas relatif tegas, tepi reguler, non kalsifikasi, tidak
mendestruksi tulang yang menyangat post kontras (66 HU) kesan pada peribronchial
kiri disertai kolpas paru dan mendesak organ mediastinum ke arah kanan.
- Trachea pada midline
- Tampak pembesaran KGB peribronchial kanan
- Cor: tidak membesar. Aorta dan pembuluh darah besar lainnya dalam batas normal.
- Tampak densitas cairan bebas pada cavum pleura kiri yang mendesak trachea dan
organ mediastinum ke kontralateral
- Tampak diafragma kanan letak tinggi
- Tulang – tulang intak
Kesan :
- Massa paru sinistra, disertai efusi pleura massif
- Lymphadenopathy peribronchial dextra
- Elevasi diafragma dextra
8
Pemeriksaan Mikrobiologi ( 11/6/2019)
Neut 86.2 % 52 - 75 %
Limph 4.9 % 20 - 40 %
HEMATOLOGI
INR 1.06 -
KIMIA DARAH
9
KALIUM 4.3 mmol 3.5-5.1 mmol
MIKROBIOLOGI
Spesimen Cairan pleura
Volume 20 1-10
10
Glukosa 9 < 200
Mikroskopik: sediaan apusan sikatan dan bilasan terdiri dari sel – sel epitel respiratorius,
banyak kelompok sel inti bulat besar, kromatin kasar, beberapa sel denga nukleoli prominent,
ukuran inti jauh lebih besar dari limfosit matang, inti pleomorfik, sitoplasma cukup, sel – sel
umumnya tersusun seperti lembaran. Latar belakang eritrosit, sel – sel radang netrofil cukup
padat.
Kesimpulan : Non Small Carcinoma Cell
I.7. Diagnosis
Ketorolac 5mg/iv
N-ace 200g/oral
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Pleura merupakan membran serosa yang melingkupi parenkim paru, mediastinum,
diafragma serta tulang iga; terdiri dari pleura viseral dan pleura parietal. Rongga pleura terisi
sejumlah tertentu cairan yang memisahkan kedua pleura tersebut sehingga memungkinkan
pergerakan kedua pleura tanpa hambatan selama proses respirasi. Cairan pleura berasal dari
pembuluh-pembuluh kapiler pleura, ruang interstitial paru, kelenjar getah bening intratoraks,
pembuluh darah intratoraks dan rongga peritoneum. Jumlah cairan pleura dipengaruhi oleh
perbedaan tekanan antara pembuluh-pembuluh kapiler pleura dengan rongga pleura sesuai
hukum Starling serta kemampuan eliminasi cairan oleh sistem penyaliran limfatik pleura parietal.
Tekanan pleura merupakan cermin tekanan di dalam rongga toraks. Perbedaan tekanan yang
ditimbulkan oleh pleura berperan penting dalam proses respirasi. Karakteristik pleura seperti
ketebalan, komponen selular serta faktor-faktor fisika dan kimiawi penting diketahui sebagai
Gambar 2.1 Pleura viseral dan parietal serta struktur sekitar pleura
12
Efusi pleura adalah akumulasi cairan tidak normal di rongga pleura yang diakibatkan oleh
transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Efusi pleura selalu abnormal
dan mengindikasikan terdapat penyakit yang mendasarinya. Efusi pleura dibedakan menjadi
eksudat dan transudat berdasarkan penyebabnya. Rongga pleura dibatasi oleh pleura parietal dan
pleura visceral. Pada keadaan normal, sejumlah kecil (0,01 mL/kg/jam) cairan secara konstan
memasuki rongga pleura dari kapiler di pleura parietal. Hampir semua cairan ini dikeluarkan
oleh limfatik pada pleura parietal yang mempunyaikapasitas pengeluaran sedikitnya 0,2
mL/kg/jam. Cairan pleura terakumulasi saat kecepatan pembentukan cairan pleura melebihi
kecepatan absorbsinya.2
karena tidak menyertakan faktor jaringan interstitial dan sistem limfatikpleura. Jaringan
difiltrasi pada bagian parietal mikrosirkulasi sistemik masuk ke jaringan interstitial ekstrapleura
menuju rongga pleura dengan gradien tekanan (aliran cairan) yang lebih kecil. Rongga pleura
secara fisiologis terbagi menjadi lima ruang yaitu sirkulasi sistemik parietal, jaringan interstitial
ekstrapleura, rongga pleura, jaringan interstitial paru dan mikrosirkulasi viseral. Membran
endotel sirkulasi viseral membatasi mikrosirkulasi viseral dengan jaringan interstitial paru dan
membran endotel sirkulasi sistemik parietal membatasi sirkulasi sistemik dengan jaringan
interstitial rongga pleura. Rongga pleura dibatasi oleh pleura viseral dan pleura parietal yang
berfungsi sebagai membran. Penyaliran limfatik di lapisan submesotel pleura parietal bercabang-
cabang serta berdilatasi dan disebut lakuna. Lakuna di rongga pleura akan membentuk stoma.
Aliran limfatik pleura parietal terhubung dengan rongga pleura melalui stoma dengan diameter 2
– 6 nm. Stoma ini berbentuk bulat atau celah ditemukan pada pleura mediastinal dan interkostalis
13
terutama pada area depresi inferior terhadap tulang iga bagian inferior dengan kepadatan 100
Umumnya pasien datang dengan gejala sesak napas, nyeri dada, batuk, dan demam.
Tanda dan Gejala Efusi Pleura antara lain: Dispnea bervariasi, Nyeri pleuritik biasanya
mendahului efusi jika penyakit pleura, Trakea bergeser menjauhi sisi yang mengalami efusi,
Ruang interkostal menonjol (efusi yang berat), Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada
bagian yang terkena, Perkusi meredup diatas efusi pleura, Egofoni diatas paru yang tertekan
dekat efusi, Suara napas berkurang di atas efusi pleura, dan Vremitus fokal dan raba berkurang.5
Menurut Nettina, gambaran klinis efusi pleura adalah Nyeri dada, dispnea (nyari saat
bernafas), batuk, dullness bila dilakukan perkusi pada area penumpukan cairan, suara nafas
melemah atau hilang, pada area penumpukan cairan. Menurut Hudak dan Gallo adalah dispnea
bervariasi nyeri pleuritik ruang interkosta menonjol pada efusi yang berat, suara nafas berkurang,
B. Etiologi
Peningkatan cairan interstitial paru : Gagal jantung kiri, pneumonia, emboli paru
Peningkatan tekanan intravaskular pleura : Gagal jantung kanan atau kiri, sindrom vena ca
va superior
Neoplasma : Primer maupun sekunder yang menyerang pleura dan umumnya menyebabka
n efusi pleura. Keluhan yang paling banyak ditemukan adalah sesak nafas dan nyeri dada.
Gejala lain adalah akumulasi cairannya kembali dengan cepat walaupun telah thoracosinte
14
sis berkali-kali. Efusi dapat bersifat eksudat maupun transudat. Warna efusi sero-santokro
m ataupun hemoragik
C. Patofisiologi
Rongga pleura normal berisi cairan dalam jumlah yang relatif sedikit yakni 0,1 – 0,2
mL/kgbb pada tiap sisinya.1 Fungsinya adalah untuk memfasilitasi pergerakan kembang kempis
paru selama proses pernafasan. Cairan pleura diproduksi dan dieliminasi dalam jumlah yang
seimbang. Jumlah cairan pleura yang diproduksi normalnya adalah 17 mL/hari dengan kapasitas
absorbsi maksimal drainase sistem limfatik sebesar 0,2-0,3 mL/kgbb/jam. Cairan ini memiliki
konsentrasi protein lebih rendah dibanding pembuluh limfe paru dan perifer.1,3
Akumulasi berlebih cairan pleura hingga 300 mL disebut sebagai efusi pleura, terjadi
eliminasi cairan pleura pada keadaan efusi pleura dirangkum di atas. Efusi pleura umumnya
dibagi menjadi cairan transudat dan eksudat. Efusi pleura transudatif terjadi saat faktor sistemik
berperan dalam perubahan pembentukan atau eliminasi cairan pleura. Efusi pleura eksudatif
terjadi saat faktor permukaan pleura atau pembuluh kapiler di pleura mengalami perubahan.
Kriteria Light menyatakan bahwa efusi pleura eksudatif bila minimal satu hal berikut terpenuhi:
perbandingan kadar protein cairan pleura dengan kadar protein serum > 0,5, perbandingan kadar
laktat dehidrogenase (LDH) cairan pleura dengan kadar LDH serum > 0,6 dan/atau kadar LDH
cairan pleura > 0,6 atau lebih tinggi 2/3 kali dibandingkan nilai ambang atas kadar LDH serum.
Langkah diagnostik selanjutnya lebih ditekankan pada efusi cairan transudat maupun eksudatif.1
tekanan onkotik pada pembuluh darah parietal dan viseral serta kemampuan drainase limfatik.
15
Efusi pleura merupakan suatu indikator adanya suatu penyakit dasar baik itu pulmoner
maupun non pulmoner, akut maupun kronis. Penyebab efusi pleura tersering adalah gagal
jantung kongestif (penyebab dari sepertiga efusi pleura dan merupakan penyebab efusi pleura
tersering), pneumonia, keganasan serta emboli paru. Berikut ini merupakan mekanisme-
sirosis)
uremia, pankreatitis)
atau sirkulasi sirkulasi paru (misalnya : gagal jantung kongestif, sindrom vena kava superior)
blokade total, dalam hal ini termasuk pula obstruksi ataupun ruptur duktus torasikus (misalnya :
keganasan, trauma)
Efusi pleura secara umum diklasifikasikan sebagai transudat dan eksudat, bergantung dari
mekanisme terbentuknya serta profil kimia cairan efusi tersebut. Cairan transudat dihasilkan dari
ketidakseimbangan antara tekanan hidrostatik dan onkotik, sementara eksudat dihasilkan oleh
16
proses inflamasi pleura ataupun akibat berkurangnya kemampuan drainase limfatik. Pada kasus-
kasus tertentu, cairan pleura dapat memiliki karakteristik kombinasi dari transudat dan eksudat.
Saluran pernafasan terdiri dari rongga hidung, rongga mulut, faring, laring, trakea, dan
paru. Paru merupakan salah satu pasangan organ respirasi, satu pada kanan dan lainnya pada
toraks kiri, yang dipisahkan satu dengan yang lainnya oleh jantung dan struktur mediastinum.
Paru kanan terdiri atas lobus superior, medius, dan inferior dan pada paru kiri terdiri atas lobus
Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri
mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima buah segmen pada lobus superior, dan lima buah segmen
pada inferior. Paru kanan mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima buah segmen pada lobus
17
superior, dua buah segmen pada lobus medial, dan tiga buah segmen pada lobus inferior (Putz R
dan Pabst R)
alveolus, kantung udara kecil tempat terjadinya pertukaran gas – gas antara udara dan darah.
Bronkiolus yang lebih kecil tidak memiliki tulang rawan yang dapat menahannya tetap terbuka.
Dinding bronkiolus mengandung otot polos yang dipersarafi oleh sistem saraf otonom dan peka
terhadap hormon zat kimia lokal tertentu. Faktor – faktor ini, dengan mengubah – ubah derajat
kontraksi otot polos bronkiolus, mampu mengatur jumlah udara yang mengalir antara atmosfer
secaraembriogenik berasal dari jaringan selom intra embrionik; terdiri dari pleura visceral dan
pleura parietal. Pleura visceral dan parietal merupakan jaringan berbeda yang memiliki inervasi
dan vaskularisasi yang berbedapula. Pleura secara mikroskopis tersusun atas selapis mesotel,
18
lamina basalis, lapisan elastic superfisial, lapisan jaringan ikat longgar,dan lapisan jaringan fibro
elastic dalam. Tekanan pleura bersama tekanan jalan napas menimbulkan tekanan transpulmoner
yang memengaruhi pengembangan paru dalam proses respirasi. Cairan pleura dalam jumlah
tertentu berfungsi untuk memungkinkan pergerakan kedua pleura tanpa hambatan selama proses
respirasi. Keseimbangan cairan pleura diatur melalui mekanisme hukum Starling dan sistempeny
aliran limfatik pleura. Rongga pleura merupakan rongga potensial yang dapat mengalami efusi
akibat penyakit yang mengganggu keseimbangan cairan pleura. Karakteristik pleura lain penting
diketahui sebagai dasar pemahaman patofisiologi kelainan pleura dangan gguan proses respirasi
Gambar 2.4 Pleura dan Rongga Pleura (Putz R dan Pabst R, 2003)
.
Permukaan pleura mengeluarkan cairan intra pleura encer, yang membasahi permukaan
pleura sewaktu kedua permukaan saling bergeser satu sama lain saat gerakan bernapas. Dinding
yang satu dengan dinding lainnya hanya dipisahkan oleh satu film cair yang memungkinkan
mereka menggelinding satusama lain. Ruang yang terdapat di antara lapisan ini disebut rongga
19
Proses respirasi dapat dibagi menjadi empat golongan utama: (1) ventilasi paru-paru, yang
berarti pemasukan dan pengeluaran udara di antara atmosfir dam alveolus paru, (2) difusi oksigen
(3) transport oksigen dan karbon dioksida di dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel, dan
(4) pengaturan ventilasi dan segi-segi respirasi lainnya (Putz R dan Pabst R, 2003).
Paru-paru dapat dikembangkan dan dikempiskan dalam dua cara (1) gerakan turun dan
naik difragma untuk memperbesar atau memperkecil rongga dada dan (2) elevasi dan depresi
iga-iga untuk meningkatkan dan menurunkan diameter anteroposterior rongga dada (Putz R dan
Pabst R, 2003). Pada saat rongga toraks mengembang, paru juga dipaksa mengembang untuk
mengisi rongga toraks yang membesar. Sewaktu paru mengembang, rongga toraks yang
membesar. Sewaktu paru mengembang, tekanan intraalveolus menurun karena molekul dalam
jumlah yang sama kini menempati volume paru yang lebih besar. Pada inspirasi biasa, tekanan
intra- alveolus menurun 1mmHg menjadi 759 mmHg.Karena tekanan intra-alveolus sekarang
lebih rendah daripada tekanan atmosfer, udara mengalir masuk ke paru mengikuti penurunan
gradien tekanan dari tekanan tinggi ke rendah(Putz R dan Pabst R, 2003) Selama inspirasi,
tekanan intrapleura turun ke 754 mmHg akibat pengembangan toraks. Peningkatan gradien
tekanan transmural yang terjadi selama inspirasi memastikan bahwa paru teregang untuk mengisi
rongga toraks yang mengembang(Putz R dan Pabst R, 2003). Sebaliknya selama ekspirasi
normal, tekanan intra-alveolar meningkat menjadi hampir +1 mmHg, yang menyebabkan aliran
udara keluar melalui saluran pernafasan. Selama usaha ekspirasi maksimum dengan glottis
tertutup, tekanan intar-alveolar dapat meningkat menjadi lebih dari 100 mmHg pada pria sehat
dan kuat , dan selama usaha inspirasi maksimum ia dapat berkurang menjadi serendah -80
mmHg(Putz R dan Pabst R, 2003). Rongga pleura berperan penting dalam proses pernapasan
20
dengan mengikuti gerakan dinding dada bersama paru melalui dua acara : (1) ruang vakum relatif
rongga pleura menjaga pleura visceralis dan pleura parietalis tetap saling berdekatan, (2)
sejumlah kecil cairan pleura dalam hal ini sebagai pelumas untuk memfasilitasi gerakan dari
permukaan kedua pleura yang saling bergerak selama proses pernapasan(Putz R dan Pabst R,
2003)
E. Diagnosis
1. Gambaran Klinis
Napas terasa pendek hingga sesak napas yang nyata dan progresif. Sesak disebabkan otot
pernapasan tidak efisien oleh karena otot napas teregang oleh pembesaran dinding dada dan otot
diafragma yang rendah. Sesak napas akan segera hilang setelah pengambilan cairan meskipun
penambahan volume paru dan oksigenasinya tidak begitu meningkat. Kemudian dapat timbul
nyeri khas yaitu nyeri pleuritik pada area yang terlibat yang menunjukkan adanya peradangan
pada pleura parietalis. Batuk kering berulang juga sering muncul, khususnya jika cairan
terakumulasi dalam jumlah yang banyak secara tiba-tiba. Batuk disebabkan oleh adanya distorsi
paru, misalnya oleh karena adanya collaps paru pada pneumothorax. Batuk yang lebih berat dan
atau disertai sputum atau darah dapat merupakan tanda dari penyakit dasarnya seperti pneumonia
atau lesi endobronkial. Riwayat penyakit pasien juga perlu ditanyakan misalnya apakah pada
pasien terdapat hepatitis kronis, sirosis hepatis, pankreatitis, riwayat pembedahan tulang
belakang, riwayat keganasan, dll. Riwayat pekerjaan seperti paparan yang lama terhadap bahan
kimia atau asap. Selain itu perlu juga ditanyakan obat-obat yang selama ini dikonsumsi pasien.
2. Pemeriksaan Fisik
Tergantung dari luas dan lokasi dari efusi. Temuan pemeriksaan fisik tidak didapati
apabila cairan pleura masih sedikit. Gangguan pergerakan toraks, vocal fremitus melemah, suara
21
yang berbeda pada perkusi toraks, egofoni, serta suara nafas yang melemah hingga menghilang
biasanya dapat ditemukan. Friction rub pada pleura juga dapat ditemukan. Cairan efusi yang
3. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologic pada pemeriksaan foto thorak tegak, cairan pleura tampak berupa
perselubungan homogen yang menutupi struktur paru bawah yang biasanya relative radioopak
dengan permukaan atas cekung, berjalan dari lateral atas kearah medial bawah. Karena cairan
mengisi ruang hemithorak sehingga jaringan paru akan terdorrong ke arah sentral/hilus, dan
kadang-kadang mendorong mediastinum ke arah kontralateral. (3)
Pada posisi supine , efusi minimal sering tersembunyi, efusi yang banyak dapat
diidentifikasi sebagai cairan pada fissure atau cairan pada sisi lateral hingga atas paru. Untuk
pengumpulan cairan yang loculated atau pasien yang immobile penggunaan ultrasound dapat
membantu. CT juga mempunyai nilai berharga dalam kumpulan cairan yang loculated dan
memisahkan penyakit pleura dan parenkim.
Jumlah cairan minimal yang dapat terlihat pada foto thorak tegak adalah 250-300 cc. Bila
cairan kurang dari 250cc (100-200cc), dapat ditemukan pengisian cairan di sinus kostophrenicus
posterior pada foto thorax lateral tegak. Cairan yang kurang 100cc, dapat diperlihatkan dengan
posisi dekubitus dan arah sinar horizontal dimana cairan akan berkumpul disisi samping bawah.
22
F. DIAGNOSA BANDING
Atelektasis
Atelektasis adalah suatu keadaan paru atau sebagian paru yang mengalami hambatan
berkembang secara sempurna sehingga aerasi paru berkurang atau sama sekali tidak berisi
udara. Sebagai dasar gambaran radiologik pada atelectasis adalah pengurangan volume
bagian paru baik lobaris, segmental atau seluruh paru, dengan akibat kurangnya aerasi
sehingga memberi bayangan lebih suram (densitas tinggi) dengan penarikan mediastinum ke
arah atelectasis, sedangkan diafragma tertarik ke atas dan sela iga menyempit. Dengan
adanya atelectasis, maka bagian paru sekitarnya mengalami suatu emfisema kompensasi
yang kadang-kadang begitu hebat sehingga terjadi herniasi hemithoraks yang sehat ke arah
hemithoraks yang atelektasis.(3)
G. Penatalaksanaan 1,6
Efusi transudatif biasanya ditangani dengan mengobati penyakit dasarnya. Namun
demikian, efusi pleura yang masif, baik transudat maupun eksudat dapat menyebabkan gejala
respiratori berat. Dalam keadaan ini, meskipun etiologi dan penanganan penyakit dasarnya telah
dipastikan, drainase efusi perlu dilakukan untuk memperbaiki keadaan umum pasien.
Penanganan efusi eksudatif bergantung pada etiologi yang mendasarinya. tiga etiologi utama
yang paling sering dijumpai pada efusi eksudatif adalah pneumonia, keganasan dan tuberkulosis.
23
Parapneumonia yang mengalami komplikasi dan empiema harus didrainase untuk mencegah
pleuritis fibrotik. Efusi maligna biasanya didrainase untuk meringankan gejala bahkan
menyebabkan efusi pleura yang bersifat transudatif. Hal ini perlu diketahui secara dini untuk
Pada beberapa pasien, drainase cairan efusi pleura dalam jumlah yang banyak dapat
mengurangi gejala yang disebabkan oleh distorsi diafragma dan dinding toraks oleh cairan efusi.
Jenis efusi ini biasanya sering berulang sehingga perlu dilakukan torakosentesis berulang,
pleurodesis atau pemasangan kateter yang menetap sehingga pasien dapat mengeluarkan cairan
efusi sesuai kebutuhan di luar rumah sakit. Pada pasien yang mengalami efusi masif sehingga
jaringan paru mengalami pendesakan, maka pemasangan kateter yang menetap merupakan
pilihan utama. Namun jika tidak ada pendesakan terhadap paru, maka pilihan lain yang dapat
Torakosentesis teraputik betujuan untuk mengeluarkan cairan dalam jumlah yang banyak
pada efusi pleura untuk mengurangi sesak dan menghambat proses inflamasi yang sedang
berlangsung dan juga fibrosis pada efusi parapneumonia. Tiga hal berikut penting untuk
diperhatikan dalam prosedur torasentesis yakni, (1) gunakan kateter berukuran kecil atau kateter
yang didesain khusus untuk drainase cairan dan upayakan jangan menggunakan jarum untuk
menghindari pneumotoraks. (2) monitoring oksigenasi ketat selama dan setelah tindakan perlu
dilakukan untuk memantau oksigenasi arterial yang dapat saja memburuk akibat perubahan
perfusi dan ventilasi selama proses re-ekspansi paru. (3) Usahakan cairan yang diambil tidak
terlalu banyak agar tidak terjadi edema paru dan pneumotoraks. Biasanya 400-500 cc cairan
yang dikeluarkan telah memberikan dampakk berupa berkurangnya sesak nafas. Sedangkan
24
batasan yang direkomendasikan dalam sekali prosedur torakosentesis adalah 1-1,5 L. Batuk
sering terjadi pada proses torasentesis. Hal ini sering terjadi dan tidak merupakan indikasi untuk
25
BAB III
DISKUSI
Subjektif:
Seorang laki – laki berusia 58 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan sesak napas yang
dirasakan sejak 1 bulan yang lalu disertai nyeri dada kiri. Kesan seperti tertusuk-tusuk, nyeri
bertambah apabila pasien menarik napas dan menggerakkan badannya, terasa pada seluruh dada.
Ada keluhan batuk sejak 1 minggu yang lalu, lendir ada berwarna kehijauan. Demam tidak ada.
Buang air besar biasa, kuning dan buang air kecil lancar, kuning. Tidak ada riwayat penurunan
berat badan. Riwayat Hipertensi disangkal. Riwayat DM, stroke, penyakit jantung disangkal.
Riwayat merokok ada, riwayat kontak dengan perokok disangkal. Riwayat kontak dengan orang
yang mempunyai riwayat batuk lama tidak ada. Riwayat konsumsi alkohol disangkal. Riwayat
penggunaan narkoba disangkal.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan : Tanda vital: Tekanan darah 100/90 mmHg, nadi 90x
per menit, pernapasan 26x per menit, suhu axilla 36,5⁰C. Pada pemeriksaan inspeksi asimetris
hemithorax sinistra tertinggal. palpasi thoraks didapatkan vocal fremitus melemah pada
hemithorax sinistra. Pada perkusi thorax didapatkan redup pada seluruh hemithorax sinistra.
Pada auskultasi dada tidak didapatkan ronkhi maupun wheezing pada kedua lapang paru.
Laboratorium menunjukkan adanya leukositosis (WBC: 12720/uL), hiponatremia (Na: 121
mmol). Foto thorax memperlihatkan kesan efusi masif pleura sinistra. CT scan memperlihatkan
kesan massa paru sinistra, disertai efusi pleura massif; lymphadenopathy peribronchial dextra,
serta elevasi diafragma dextra.
Berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang yang telah
dilakukan maka diagnosis pasien ini adalah efusi pleura masif ec tumor paru.
26
Objektif:
Pemeriksaan fisis
27
Laboratorium
-MCV : 76.7 fl
-MCH : 26.0 pg
-SGOT : 12 u/l
-SGPT : 6 u/l
Planning :
- Ketorolac 5mg/iv
- N-ace 200g/oral
28
Tampak perselubungan homogen pada seluruh hemithorax sinistra yang menutupi sinus
dan diafragma kiri, batas kiri jantung, serta mendorong sisi kontralateral
29
Pada efusi pleura subpulmonal kiri terdapat peningkatan jarak antara udara
lambung dengan udara di paru.
Pada foto lateral biasanya terdapat penumpulan sulkus kostofrenikus posterior.
Penumpulan sulkus kostofrernikus
Sulkus kostofrenikus posterior (foto lateral) menjadi tumpul terlebih dahulu,
kemudian diikuti sulkus kostofrenikus lateral (foto toraks tegak).
Penebalan pleura juga dapat menyebabkan penumpulan sulkus kostofrenikus,
namun penebalan pleura biasanya terbentuk ski-slope (lerng untuk ski) dan tidak
akan berubah jika terdapat perubahan posisi pasien.
Tanda meniskus
Tanda ini sangat sugestif akan adanya efusi pleura.
Akibat sifat paru yang elastis, maka cairan pleura lebih tinggi di bagian tepi.
Perselubungan pada hemitoraks
Terjadi ketiaka rongga pleura mengandung 2L cairan pada orang dewasa.
Paru akan kolaps secara pasif
Efusi paru yang besar ini akan mendorong jantung dan trakea menjauhi sisi yang
terkena efusi.
Menjauhi sisi yang terkena efusi.
Pemeriksaan CT diperlukan untuk melihat keadaan paru yang terselubung.
Efusi yang terlokalisir
Terjadi akibat adhesi antara pleura visceral dengan pleura parietal.
Adhesi lebih umum terjadi pada hemotoraks dan empyema.
Memeiliki bentuk dan posisi yang tidak lazim (tetap di bagian apeks paru pada
foto tegak).
Pseudotumor fisura
Disebut juga vanishing tumor.
Merupakan koleksi cairan pleura yang berbatas tegas dan terletak di fisura atau
subpleura di bawah fisura.
Bersifat transudat dan hampir selalu terjadi pada pasien dengan gagal jantung.
Gambarannya khas dan tidak boleh dianggap sebagai tumor.
Berbentuk lentikular dan memiliki ujung yang runcing pada kedua sisinya (seperti
buah lemon).
Biasanya pada fisura minor (75%)
Tidak berubah dengan perubahan posisi pasien.
Menghilang ketika gagal jantung diterapi dan cendrung muncul di tempat yang
sama ketika terjadi gagal jantung kembali.
Efusi laminar
Bentuk efusi pleura yang menyerupai pita tipis dan sepanjang dinding lateral
toraks, terutama di dekat sulkus kostofrenikus.
30
Sulkus kostofrenikus cendrung tetap tajam.
Biasanya akibat gagal jantung atau penyebaran limfatik darisuatu keganasan.
Tidak bergerak bebas sesuai posisi pasien.
Hidropneumotoraks
Terjadi jika terdapat pneumotoraks dan efusi opleura secara bersamaan.
Biasanya akibat trauma, pembedahan, atau fistula bronkopleura.
Ditandai oleh air-fluid level di hemitoraks.
Batasnya tidak berbentuk meniscus, melainkan berupa garis lurus.
Sisi yang terkena pada efusi pleura dapat memberikan petunjuk mengenai penyebab efusi
Bilateral
Gagal jantung
Lupus eritematosus
Satu sisi, biasa sisi kiri ataupun kanan
Tuberkulosis
Penyakit tromboemboli paru
Trauma
Sisi kiri
Pankretitis
Dressler’s syndrome
Obstruksi ductus torasikus proksimal
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Pratomo IP, Yunus F. Anatomi dan Fisiologi Pleura. CDK-205/ vol. 40 no. 6, th. 2013.
2. Rita Khairani, Elisna Syahruddin, Lia Gardenia Partakusuma. Karakteristik Efusi Pleura
di Rumah Sakit Persahabatan. J Respir Indo Vol. 32, No. 3, Juli 2012.
3. Eddy Surjanto dkk. Penyebab Efusi Pleura Pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit. J
4. Chris Tanto dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-4. Jakarta: Media Aesculapius;
2014.
8. Daniel S.W, Widjaja P. Edisi Pertama. Anatomi Tubuh Manusia. Graha Ilmu.
Yogyakarta,2009
32