ATELEKTASIS
Oleh:
MAULINA CHAIRUNNISA
111 2016 2018
Pembimbing Supervisor:
1
HALAMAN PENGESAHAN
Supervisor Pembimbing
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS
Pemeriksaan Fisis :
a. Status generalis : Sakit sedang/Gizi cukup/Compos mentis
b. Status gizi:
BB : 48 kg
4
TB : 153 cm
IMT : BB/TB2 = 48 kg/ (1,532 m2) = 20,5 kg/m2
(normal)
c. Status vitalis:
T : 110/70 mmHg
N: 80 x/menit
P : 22 x/menit
S : 36,70C
d. Kepala:
Bentuk bulat
Ukuran normochepal
Anemis (-/-) dinilai di kedua mata
Ikterus (-/-) dinilai di kedua mata
Sianosis (-) dinilai di kedua mata
Hematoma (-) dinilai di kepala dan wajah
Rinore (-), epistaksis (-) dinilai di hidung
Lidah kotor (-) dinilai di mulut
Hiperemis (-) dinilai di mata
e. Leher:
Massa tumor (-)
Nyeri tekan (-)
Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Pembesaran Thyroid (-/-)
Hematom (-)
Deviasi trakea (-)
JVS 5+2 cm H20
f. Thorax:
5
I : Normochest, Simetris (ka=ki), tidak menggunakan otot-otot
bantu pernafasan, hematom (-), luka (-), jejas (-), jaringan
sikatrik (-).
P : Massa tumor (-), nyeri tekan (-), vocal fremitus
(kanan=normal,kiri=menurun), bunyi krepitasi (-).
P : Sonor (ka=kiri), batas paru hepar ICS VI dextra anterior, bunyi:
pekak ke timpani pada batas paru ke hepar.
A : Bunyi pernapasan : Rhonki
Bunyi napas tambahan : (+/+)
g. Jantung:
I : Ictus Cordis tidak tampak
P : Ictus Cordis tidak teraba
P : Pekak relatif
1) Batas Kiri Atas : ICS II Linea Parasternalis Sinistra
2) Batas Apex : ICS VI Linea Midclavicula Sinistra
3) Batas Kanan Atas : ICS II Linea Parasternalis Dextra
4) Batas Kanan Bawah : IS IV Linea Parasternalis Dextra
A : Bunyi Jantung =S1 dan S2 murni regular, tidak ada bising
h. Abdomen:
I : Datar ikut gerak napas, hematom (-), luka/jejas (-), jaringan
sikatrik (-), bekas operasi (-)
A : Peristaltik (+) kesan normal
P : Nyeri tekan (-), massa tumor (-), hepar tidak teraba, lien tidak
teraba
P : Tympani, asites (-)
i. Extremitas:
Atas : akral hangat + / +, edema - / -
Bawah : akral hangat + / +, edema - /-
Pemeriksaan Penunjang
6
Jenis foto : Chest X-ray
Hasil Pemeeriksaan :
Konsolidasi homogen pada basal paru kiri yang menutupi batas kiri
jantung, sinus dn diafragma kiri setinggi ICS IV anterior kiri. Trachea
shift ke kiri.
Cor: Bentuk, ukuran, normal
Sinus dan diafragma baik
Tulang-tulang yang tervisualisasi intak
Kesan:
TB Paru Aktif Lesi Luas
Efusi Pleura Sinistra
Atelektasis Pulmo Sinistra
7
Laboratorium (8 Maret 2017)
Pemeriksaan Nilai
Hasil Pemeriksaan
Normal
Rutin
Hemoglobin 12,3 12-16 g/dL
Hematokrit 40 38-46 %
Leukosit 9.200 5.000-10.000
Trombosit 211.000 150-400 ribu/mm3
Gula
Gula darah sewaktu 106 80-125 mg/dL
Kimia Darah
SGPT
34 <31 u/l
Kreatinin
2 0,5-1 mg/dL
Diagnosis
TB paru aktif lesi luas
Efusi Pleura
Atelektasis
Terapi / Penatalaksanaan yang diberikan
- Oksigen 2 liter per menit, nasal kanul
- IVFD RL 20 tpm
- UDCA 250mg/12j/IV
- Furosemide/40 mg/12jam/ IV
- Novalgin 1 amp/8j
- Maxiliv tab 1x1
- Domperidone 1 tab/8 jam/ oral
Monitoring :
8
Edukasi :
Lanjutkan OAT
Kontrol ke dokter spesialis paru
Prognosis
Quo ad vitam : Dubia
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Paru kanan terdiri dari 10 segmen: 3 pada lobus kanan atas (apikal,
anterior dan medial), 2 di lobus tengah kanan (medial dan lateral), dan 5 di lobus
kanan bawah (superior, medial, anterior, lateral, dan belakang). paru kiri terdiri
10
dari 8 segmen: 4 di lobus kiri atas (apicoposterior, anterior, lingula superior, dan
lingula rendah) dan 4 di lobus kiri bawah (superior, anteromedial, lateral, dan
posterior). 2
Alveolus adalah kantung udara berdinding tipis, dapat mengembang, dan
berbentuk seperti anggur yang terdapat di ujung percabangan saluran pernapasan.
Dinding alveolus terdiri dari satu lapisan sel alveolus Tipe I yang gepeng.
Jaringan padat kapiler paru yang mengelilingi setiap alveolus juga hanya setebal
satu lapisan sel. Ruang interstisium antara alveolus dan jaringan kapiler di
sekitarnya membentuk suatu sawar yang sangat tipis, dengan ketebalan hanya 0,2
µm yang memisahkan udara di dalam alveolus dan darah di dalam kapiler paru.
(Selembar kertas minyak tipis untuk menjiplak yang tebalnya lima puluh kali
dibandingkan ketebalan sawar udara-ke-darah ini.) Ketipisan sawar tersebut
mempermudah pertukaran gas.3
Bronki dan jaringan paru-paru mendapat pasokan darah dari Arteri
Bronkialis cabang-cabang dari aorta torakalis decendens. Vena. Bronkialis yang
juga berhubungan dengan vena pulmonalis, mengalirkan darah ke vena azigos dan
vena hemazigos. Alveoli mendapat darah deoksigenasi dari cabang-cabang
terminal arteri pulmonalis dan darah yang teroksigenasi mengalir kembali ke
cabang-cabang vena pulmonalis. Dua vena pulmonalis mengalirkan darah kembali
dari tiap paru ke atrium kiri jantung.4
III.2 DEFINISI
Atelektasis adalah kolaps total atau sebagian dari paru-paru atau lobus dari
paru-paru, terjadi ketika kantung udara kecil (alveoli) dalam paru-paru menjadi
kempes. Atelektasis merujuk kepada ekspansi paru yang tidak
sempurna(atelektasis neonatus) atau kolapsnya paru yang semula sudah
mengembang, menghailkan bagian parenkim paru yang relatif tidak mengandung
udara. Atelektasis merupakan komplikasi pernapasan setelah operasi. Atelektasis
juga merupakan komplikasi dari masalah pernapasan lainnya, termasuk kistik
fibrosis, menghirup benda asing, tumor paru-paru, cairan di paru-paru, kelemahan
pernapasan dan luka dada. Jumlah jaringan paru-paru yang terlibat dalam
11
atelektasis adalah variabel, tergantung pada penyebabnya. Atelektasis dapat
membuat sulit bernapas dan rendahnya oksigen terutama jika penyakit paru-paru
sudah ada.5,16
III.3 EPIDEMIOLOGI
Data di US menunjukkan frekuensi atelektasis pasca operasi sangat umum.
Atelektasis lobar juga umum terjadi, tetapi insiden dan prevelensi kasus ini kurang
di data dengan baik. Atelektasis tidak memiliki predileksi ras. Atelektasis juga
tidak berhubungan dengan gender. Presentasi usia pada kejadian round atelektasis
adalah 60 tahun.7
III.4 PATOMEKANISME
Atelektasis primer pada bayi baru lahir menunjukkan bahwa paru-paru
belum mengembang. Hal ini paling sering terjadi pada bayi prematur dan risiko
tinggi. Atelektasis bentuk sekunder dapat terjadi pada bayi yang telah dapat
bernapas kemudian dapat mengalami gangguan pengembangan paru. Penyebab
dari atelektasis sekunder pada bayi baru lahir diantaranya adalah sindrom distres
pernapasan terkait dengan insufisiensi surfaktan dan obstruksi saluran napas
akibat aspirasi cairan amnion atau darah. Atelektasis yang didapat sebagian besar
timbul pada orang dewasa. Paling sering disebabkan oleh obstruksi saluran napas
dan kompresi paru.8
12
d. Atelektasis sikatrikal (rounded) merupakan bentuk kolaps parenkim yang
terjadi tidak umum di paru-paru perifer di daerah dorsal dari lobus bawah.
Adanya fibrosis pleura yang melapisi parenkim normal serta invaginasi
pleura fibrosis ke daerah yang kolaps, menimbulkan gambaran jaringan
paru yang mengerut. Temuan karakteristik adalah adanya crowding
pembuluh darah dan bronkus yang membentang dari perbatasan hilus
(comet tail sign).
e. Atelektasis post-obstruktif, terjadi akibat adanya oklusi total pada saluran
napas, (misalnya akibat tumor, benda asing, atau sumbatan mukus)
Obstruksi dapat terjadi pada tingkat bronkus atau bronkiolus. Kondisi
paling penting yang menyebabkan obstruksi bronkus intrinsik adalah karsinoma
bronkogenik. Penyebab lain dari obstruksi bronkus meliputi neoplasma di paru-
paru dan metastasis neoplasma primer lainnya, etiologi inflamasi (terutama plug
tuberkulosis, malposisi tabung endotrakeal, dan kompresi ekstrinsik dari jalan
napas oleh neoplasma, limfadenopati, aneurisma aorta, atau pembesaran jantung.
Atelektasis resorptif paling sering disebabkan oleh obstruksi bronkiolus perifer
kecil, dari gangguan transportasi mukosiliar dan penyatuan sekresi dipertahankan
dalam saluran udara yang lebih kecil.10
Atelektasis bisa mengenai seluruh paru, salah satu lobus (kolaps lobaris),
atau berupa bercak-bercak dengan hanya segmen kecil dari paru yang terkena
(segmentalis atau subsegmentalis).11
III.5 ETIOLOGI
Tabel 2.1. Etiologi Umum Atelektasis 9
1. Post-obstruktif
a. Tumor pada saluran napas
b. Benda asing pada saluran napas
c. Infeksi
d. Intubasi
2. Post-operatif
3. Penekanan ekstrinsik
a. Cairan pleura
13
b. Pneumotoraks
4. Restriksi gerakan
a. Trauma
b. Penyakit neuromuskular
c. Infeksi
III.6 DIAGNOSIS
Tes yang paling umum digunakan untuk mendiagnosis atelektasis adalah
foto thorax. Dokter ahli juga dapat merekomendasikan CT-scan thorax.
Atelektasis sering sembuh tanpa pengobatan. Jika kondisinya parah atau
berlangsung lama, pikirkan kemungkinan adanya penyumbatan saluran napas.
Selanjutnya diagnosa dapat dipastikan menggunakan bronkoskopi. Prosedur ini
digunakan untuk melihat ke dalam saluran napas dan dapat menghilangkan
penyumbatan selama prosedur.6
Kolaps dapat didiagnosa dengan adanya :
a) Peningkatan densitas dan menggerombolnya pembuluh darah paru.
b) Perubahan letak hilus atau fisura (ke atas atau ke bawah). Pada keadaan
normal letak hilus kanan lebih rendah dari hilus kiri.
c) Pergeseran trakea, mediastinum atau fisura interlobaris ke arah bagian
paru yang kolaps.
d) Sisa paru bisa amat berkembang (over-expanded) dan demikian bisa
menjadi hiperlusen. 11
Ada beberapa tanda radiorafi atelektasis. Felson membaginya menjadi
tanda langsung dan tidak langsung. Tanda langsung pergeseran fisura,
menggrombolnya pembuluh darah serta peningkatan densitas. Tanda tidak
langsung Elevasi ipsilateral diafragma, deviasi trakea ke arah atelektasis,
perubahan letak hilus, kompensasi hiperarkrasi ipsilateral atau kontralateral.13
Tanda tak laksung atelektasis yang lain dengan spesifik tipe atelektasis
yaitu:
1. Golden’s S sign pada right upper lobe atelektasis
2. Juxtraphenic peak pada upper lobe atelektasis
14
3. Luftsichel sign pada upper lobe atelektasis (biasanya pada left upper lobe
atelektasis
4. Flat waist sign pada lower lobe atelektasis
5. Comet tail sign pada round atelektasis14
15
Gambar 3.4 CT scan Cicatrical Atelektasis
16
Complete Atelektasis Right Upper Lobe Collapse
17
III.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk mendiagnosa atelektasis dan menentukan penyebab yang
mendasari, perlu dilakukan tes, termasuk:
Chest X-ray. Sebuah foto toraks biasanya cukup untuk penegakan
diagnosis atelektasis. Benda asing, penyebab umum dari atelektasis
obstruktif pada anak-anak dan orang dewasa, dapat dilihat pada
pemeriksaan CT scan.
CT scan. CT scan lebih sensitif mendeteksi atelektasis dibandingkan foto
x-ray toraks karena dapat menunjukkan volume di seluruh atau sebagian
dari paru-paru. CT scan juga dapat membantu menentukan apakah ada
tumor yang menyebabkan paru-paru kolaps.
Oksimetri. Tes sederhana ini untuk mengukur saturasi oksigen dalam
darah.
Bronkoskopi. Prosedur ini dapat membantu melihat dan mengambil,
sebagian atau seluruh penyebab sumbatan di saluran napas seperti plug
mukus, tumor, atau benda asing.5
III.8 TERAPI
Atelektasis post operatif. Jika atelektasis disebabkan oleh operasi, lakukan
latihan pernapasan dalam. Hal ini sangat penting setelah operasi. Di rumah sakit,
menggunakan alat yang disebut spirometer insentif. Ubah posis saat duduk atau
berjalan-jalan sesegera mungkin setelah operasi dengan izin dokter. Berusaha
untuk batuk. Batuk membantu membersihkan lendir dan zat-zat lain dari saluran
napas.Disarankan menggunakan tekanan positif akhir ekspirasi (PEEP) atau
continuous positive airway pressure (CPAP). Kedua perangkat menggunakan
tekanan udara ringan untuk membantu menjaga saluran udara dan kantung udara
terbuka.6
18
tumor atau penumpukan cairan, angkat tumor atau cairan. Hal ini akan
memungkinkan paru-paru untuk sepenuhnya berkembang.6
III.9 KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin terjadi dari atelektasis:
1. Hipoksemia. Atelektasis menghambat kemampuan paru-paru 'untuk
mendapatkan oksigen ke alveoli.
2. Pneumonia. Lendir di paru-paru yang kolaps dapat menyebabkan infeksi.
3. Gagal napas. Atelektasis yang minimal, terutama pada orang dewasa,
biasanya dapat diobati. Tapi jika seluruh atau sebagian besar paru kolaps,
terutama pada bayi atau seseorang dengan penyakit paru-paru, dapat
mengancam jiwa.6
19
Asbestosis
Ascites
Aspiration Pneumonitis and Pneumonia
20
Gambar 3.9 Pneumonia Chlamydia
Dikutip dari kepustakaan 18
Hypersensitivity Pneumonitis
Idiopathic Pulmonary Fibrosis
Abses paru
Infeksi Pneumokokus
21
Gambar 3.11 Pneumococcal Pneumonia
Pneumothorax Imaging
Pulmonary Embolism
22
Gambar 3.13 gambaran radiologi emboli paru
Dikutip dari kepustakaan 20
Respiratory Failure
Small Cell Lung Cancer
Viral Pneumonia7
23
Gambar 3.15 Gamaran radiologi pneumonia influenza
Dikutip dari kepustakaan 18
DAFTAR PUSTAKA
24
1. Abbot, Martinez-Jimenez. 2012 Diagnostic Imaging Chest, Second Edition.
Canada: Amyris Inc.
9. William E. Erkonen, Wilbur L. Smith. 2010. Radiology 101 The Basic and
Fundamental of Imaging, Third Edition.USA.Wolters Kluwer business
10. Jannette Collins, Eric J. Stern.2008. Chest Radiology The Essentials. Second
Edition.Philadelphia.. Wolters Kluwer business
25
13. David Kaminsky.2011. Netter Collection of Medical Illustrations:
Respiratory System, Second Edition.Volume 2.
16. Kumar, Abbas, Fausto.Robbins and Cortans. Dasar Patologi Penyakit. Edisi
7.Jakarta.EGC.
20. MedScape. Lung Abscess Workup. Diakses pada tanggal 13 Maret 2017.
Tersedia: http://emedicine.medscape.com/article/299425-workup#c5
26