Anda di halaman 1dari 26

BAGIAN RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN LAPORAN KASUS


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MARET 2017

ATELEKTASIS

Oleh:
MAULINA CHAIRUNNISA
111 2016 2018

Pembimbing Supervisor:

dr. Shofiyah Latief, Sp. Rad., M.kes.

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2017

1
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Maulina Chairunnisa

NIM : 111 2016 2018

Universitas : Univeristas Muslim Indonesia

Judul Lapsus : Atelektasis

Adalah benar telah menyelesaikan lapsus berjudul “Atelektasis” dan telah


disetujui serta telah dibacakan dihadapan pembimbing dan supervisor dalam
rangka kepaniteraan klinik pada bagian Radiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Muslim Indonesia.

Makassar, 16 Maret 2017

Supervisor Pembimbing

dr. Shofiyah Latief, Sp. Rad., M. Kes

2
BAB I

PENDAHULUAN

Proses pernapasan terdiri dari suatu rangkaian saluran udara yang


menghantarkan udara luar agar bersentuhan dengan membran kapiler alveoli.
Malfungsi dari setiap komponen dapat mengganggu pertukaran dan pengangkutan
gas, dan dapat sangat membahayakan kehidupan. Atelektasis adalah istilah yang
berarti pengembangan paru yang tidak sempurna dan menyiratkan arti bahwa
alveolus pada bagian paru yang terserang tidak mengandung udara dan kolaps.
Atelektasis timbul karena alveoli menjadi kurang berkembang atau tidak
berkembang. Pada kebanyakan pasien, atelektasis dapat dicegah dengan
perawatan yang baik.3
Atelektasis berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata atele dan ektasis
yang berarti ekspansi lengkap. Jika daerah yang terkena atelektasis minimal
biasanya tidak akan menimbulkan gejala. Tetapi jika bagian paru yang terkena
besar maka dapat menimbulkan gejala dan komplikasi.6
Ketika mengevaluasi tentang radiologi paru, atelektasis merupakan
kelainan yang umum di dapatkan di radiografi dan CT. Mekanisme atelektasis
nisa terjadi akibat obstruksi dan nonobstruksi, dan setiap mekanisme bisa secara
independent dan juga bisa secara kombinasi satu dan yang lainnya.1
Beberapa faktor resiko yang menyebabkan atelektasis yaitu umur dibawah
3 tahun dan diatas 60 tahun, tirah baring dan immobilisasi yang lama, setelah
menjalani general anastesi, stiap keadaan yang mengganggu batuk dan menguap,
gangguan fungsi menelan, lahir prematatur, setelah melakukan operasi abdomen
dan thorak, kelemahan otot pernapasan, penyakit paru-paru lainnya seperti asma
pada anak-anak, PPOK, kistik fibrosis, dan bronkiektasis. 5,19

3
BAB II
LAPORAN KASUS

II.1 Identitas Pasien

Nama : Ny. Rasmiati


Umur : 46 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Paselloreng Wajo
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Masuk RS : 7 Maret 2017

ANAMNESIS

Keluhan Utama : Sesak nafas

Riwayat Penyakit Sekarang


Sesak nafas dialami sejak 1 bulan yang lalu, memberat sejak 2 minggu yang
lalu. Sesak dirasakan terus menerus, terutama ketika beraktitas. Tidak
dipengaruhi oleh cuaca. Batuk (+) Nyeri dada (-) Demam (-) Mual (+) Muntah
(+). Pasien juga mengalami penurunan berat badan. Sejak 1 bulan yang lalu
pasien mendapat pengobatan OAT. Riwayat DM disangkal, riwayat hipertensi
disangkal

Pemeriksaan Fisis :
a. Status generalis : Sakit sedang/Gizi cukup/Compos mentis
b. Status gizi:
 BB : 48 kg

4
 TB : 153 cm
 IMT : BB/TB2 = 48 kg/ (1,532 m2) = 20,5 kg/m2
(normal)
c. Status vitalis:
 T : 110/70 mmHg
 N: 80 x/menit
 P : 22 x/menit
 S : 36,70C
d. Kepala:
 Bentuk bulat
 Ukuran normochepal
 Anemis (-/-) dinilai di kedua mata
 Ikterus (-/-) dinilai di kedua mata
 Sianosis (-) dinilai di kedua mata
 Hematoma (-) dinilai di kepala dan wajah
 Rinore (-), epistaksis (-) dinilai di hidung
 Lidah kotor (-) dinilai di mulut
 Hiperemis (-) dinilai di mata
e. Leher:
 Massa tumor (-)
 Nyeri tekan (-)
 Pembesaran kelenjar getah bening (-)
 Pembesaran Thyroid (-/-)
 Hematom (-)
 Deviasi trakea (-)
 JVS 5+2 cm H20
f. Thorax:

5
 I : Normochest, Simetris (ka=ki), tidak menggunakan otot-otot
bantu pernafasan, hematom (-), luka (-), jejas (-), jaringan
sikatrik (-).
 P : Massa tumor (-), nyeri tekan (-), vocal fremitus
(kanan=normal,kiri=menurun), bunyi krepitasi (-).
 P : Sonor (ka=kiri), batas paru hepar ICS VI dextra anterior, bunyi:
pekak ke timpani pada batas paru ke hepar.
 A : Bunyi pernapasan : Rhonki
Bunyi napas tambahan : (+/+)

g. Jantung:
 I : Ictus Cordis tidak tampak
 P : Ictus Cordis tidak teraba
 P : Pekak relatif
1) Batas Kiri Atas : ICS II Linea Parasternalis Sinistra
2) Batas Apex : ICS VI Linea Midclavicula Sinistra
3) Batas Kanan Atas : ICS II Linea Parasternalis Dextra
4) Batas Kanan Bawah : IS IV Linea Parasternalis Dextra
 A : Bunyi Jantung =S1 dan S2 murni regular, tidak ada bising
h. Abdomen:
 I : Datar ikut gerak napas, hematom (-), luka/jejas (-), jaringan
sikatrik (-), bekas operasi (-)
 A : Peristaltik (+) kesan normal
 P : Nyeri tekan (-), massa tumor (-), hepar tidak teraba, lien tidak
teraba
 P : Tympani, asites (-)
i. Extremitas:
Atas : akral hangat + / +, edema - / -
Bawah : akral hangat + / +, edema - /-
Pemeriksaan Penunjang

6
Jenis foto : Chest X-ray
Hasil Pemeeriksaan :
 Konsolidasi homogen pada basal paru kiri yang menutupi batas kiri
jantung, sinus dn diafragma kiri setinggi ICS IV anterior kiri. Trachea
shift ke kiri.
 Cor: Bentuk, ukuran, normal
 Sinus dan diafragma baik
 Tulang-tulang yang tervisualisasi intak

Kesan:
 TB Paru Aktif Lesi Luas
 Efusi Pleura Sinistra
 Atelektasis Pulmo Sinistra

7
Laboratorium (8 Maret 2017)
Pemeriksaan Nilai
Hasil Pemeriksaan
Normal
Rutin
Hemoglobin 12,3 12-16 g/dL
Hematokrit 40 38-46 %
Leukosit 9.200 5.000-10.000
Trombosit 211.000 150-400 ribu/mm3
Gula
Gula darah sewaktu 106 80-125 mg/dL
Kimia Darah
SGPT
34 <31 u/l
Kreatinin
2 0,5-1 mg/dL

Diagnosis
TB paru aktif lesi luas
Efusi Pleura
Atelektasis
Terapi / Penatalaksanaan yang diberikan
- Oksigen 2 liter per menit, nasal kanul
- IVFD RL 20 tpm
- UDCA 250mg/12j/IV
- Furosemide/40 mg/12jam/ IV
- Novalgin 1 amp/8j
- Maxiliv tab 1x1
- Domperidone 1 tab/8 jam/ oral
Monitoring :

 Keadaan umum, kesadaran, tanda vital


 Waspadai terjadinya syok
 Waspadai terjadinya perdarahan

8
Edukasi :

 Lanjutkan OAT
 Kontrol ke dokter spesialis paru
Prognosis
Quo ad vitam : Dubia

Quo ad sanationem : Dubia

Quo ad functionem : Dubia

9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

III.1 ANATOMI PULMO


Paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut, dan terletak dalam
rongga dada atau toraks. Jaringan paru terdiri dari serangkaian saluran napas yang
bercabang-cabang, yaitu alveolus, pembuluh darah paru, dan sejumlah besar
jaringan ikat elastik. Satu-satunya otot di dalam paru adalah otot polos di dinding
arteriol dan bronkiolus. Tidak terdapat otot di dalam dinding alveolus yang dapat
menyebabkan alveolus mengembang atau menciut selama proses bernapas.
Perubahan volume paru ditimbulkan oleh perubahan dimensi-dimensi toraks..3
Anatomi paru termasuk parenkim paru, yang membawa bagian dari sistem
konduksi tetapi terutama terlibat dalam pertukaran gas pada tingkat alveolar.
Parenkim paru dibagi lagi menjadi lobus dan segmen. Kedua paru-paru dibagi
menjadi beberapa lobus . 2

Gambar 3.1 Anatomi Paru, Lobus dan Segment


Dikutip dari kepustakaan2

Paru kanan terdiri dari 10 segmen: 3 pada lobus kanan atas (apikal,
anterior dan medial), 2 di lobus tengah kanan (medial dan lateral), dan 5 di lobus
kanan bawah (superior, medial, anterior, lateral, dan belakang). paru kiri terdiri

10
dari 8 segmen: 4 di lobus kiri atas (apicoposterior, anterior, lingula superior, dan
lingula rendah) dan 4 di lobus kiri bawah (superior, anteromedial, lateral, dan
posterior). 2
Alveolus adalah kantung udara berdinding tipis, dapat mengembang, dan
berbentuk seperti anggur yang terdapat di ujung percabangan saluran pernapasan.
Dinding alveolus terdiri dari satu lapisan sel alveolus Tipe I yang gepeng.
Jaringan padat kapiler paru yang mengelilingi setiap alveolus juga hanya setebal
satu lapisan sel. Ruang interstisium antara alveolus dan jaringan kapiler di
sekitarnya membentuk suatu sawar yang sangat tipis, dengan ketebalan hanya 0,2
µm yang memisahkan udara di dalam alveolus dan darah di dalam kapiler paru.
(Selembar kertas minyak tipis untuk menjiplak yang tebalnya lima puluh kali
dibandingkan ketebalan sawar udara-ke-darah ini.) Ketipisan sawar tersebut
mempermudah pertukaran gas.3
Bronki dan jaringan paru-paru mendapat pasokan darah dari Arteri
Bronkialis cabang-cabang dari aorta torakalis decendens. Vena. Bronkialis yang
juga berhubungan dengan vena pulmonalis, mengalirkan darah ke vena azigos dan
vena hemazigos. Alveoli mendapat darah deoksigenasi dari cabang-cabang
terminal arteri pulmonalis dan darah yang teroksigenasi mengalir kembali ke
cabang-cabang vena pulmonalis. Dua vena pulmonalis mengalirkan darah kembali
dari tiap paru ke atrium kiri jantung.4

III.2 DEFINISI
Atelektasis adalah kolaps total atau sebagian dari paru-paru atau lobus dari
paru-paru, terjadi ketika kantung udara kecil (alveoli) dalam paru-paru menjadi
kempes. Atelektasis merujuk kepada ekspansi paru yang tidak
sempurna(atelektasis neonatus) atau kolapsnya paru yang semula sudah
mengembang, menghailkan bagian parenkim paru yang relatif tidak mengandung
udara. Atelektasis merupakan komplikasi pernapasan setelah operasi. Atelektasis
juga merupakan komplikasi dari masalah pernapasan lainnya, termasuk kistik
fibrosis, menghirup benda asing, tumor paru-paru, cairan di paru-paru, kelemahan
pernapasan dan luka dada. Jumlah jaringan paru-paru yang terlibat dalam

11
atelektasis adalah variabel, tergantung pada penyebabnya. Atelektasis dapat
membuat sulit bernapas dan rendahnya oksigen terutama jika penyakit paru-paru
sudah ada.5,16

III.3 EPIDEMIOLOGI
Data di US menunjukkan frekuensi atelektasis pasca operasi sangat umum.
Atelektasis lobar juga umum terjadi, tetapi insiden dan prevelensi kasus ini kurang
di data dengan baik. Atelektasis tidak memiliki predileksi ras. Atelektasis juga
tidak berhubungan dengan gender. Presentasi usia pada kejadian round atelektasis
adalah 60 tahun.7

III.4 PATOMEKANISME
Atelektasis primer pada bayi baru lahir menunjukkan bahwa paru-paru
belum mengembang. Hal ini paling sering terjadi pada bayi prematur dan risiko
tinggi. Atelektasis bentuk sekunder dapat terjadi pada bayi yang telah dapat
bernapas kemudian dapat mengalami gangguan pengembangan paru. Penyebab
dari atelektasis sekunder pada bayi baru lahir diantaranya adalah sindrom distres
pernapasan terkait dengan insufisiensi surfaktan dan obstruksi saluran napas
akibat aspirasi cairan amnion atau darah. Atelektasis yang didapat sebagian besar
timbul pada orang dewasa. Paling sering disebabkan oleh obstruksi saluran napas
dan kompresi paru.8

Terdapat lima jenis atelektasis, antara lain: 9, 12


a. Atelektasis pasif, merupakan keadaan tidak adanya udara di paru-paru
akibat tirah baring atau pernapasan pendek (shallow breathing) yang
berlangsung lama.
b. Atelektasis kompresif, adalah penekanan pada jaringan paru oleh struktur
yang ada disektarnya, misalnya pada efusi pleura masif/luas.
c. Atelektasis adesif terjadi ketika alveoli kolaps akibat insufisiensi
surfaktan, seperti yang terjadi pada Hyaline Membran Disease pada
neonatus.

12
d. Atelektasis sikatrikal (rounded) merupakan bentuk kolaps parenkim yang
terjadi tidak umum di paru-paru perifer di daerah dorsal dari lobus bawah.
Adanya fibrosis pleura yang melapisi parenkim normal serta invaginasi
pleura fibrosis ke daerah yang kolaps, menimbulkan gambaran jaringan
paru yang mengerut. Temuan karakteristik adalah adanya crowding
pembuluh darah dan bronkus yang membentang dari perbatasan hilus
(comet tail sign).
e. Atelektasis post-obstruktif, terjadi akibat adanya oklusi total pada saluran
napas, (misalnya akibat tumor, benda asing, atau sumbatan mukus)
Obstruksi dapat terjadi pada tingkat bronkus atau bronkiolus. Kondisi
paling penting yang menyebabkan obstruksi bronkus intrinsik adalah karsinoma
bronkogenik. Penyebab lain dari obstruksi bronkus meliputi neoplasma di paru-
paru dan metastasis neoplasma primer lainnya, etiologi inflamasi (terutama plug
tuberkulosis, malposisi tabung endotrakeal, dan kompresi ekstrinsik dari jalan
napas oleh neoplasma, limfadenopati, aneurisma aorta, atau pembesaran jantung.
Atelektasis resorptif paling sering disebabkan oleh obstruksi bronkiolus perifer
kecil, dari gangguan transportasi mukosiliar dan penyatuan sekresi dipertahankan
dalam saluran udara yang lebih kecil.10
Atelektasis bisa mengenai seluruh paru, salah satu lobus (kolaps lobaris),
atau berupa bercak-bercak dengan hanya segmen kecil dari paru yang terkena
(segmentalis atau subsegmentalis).11

III.5 ETIOLOGI
Tabel 2.1. Etiologi Umum Atelektasis 9

1. Post-obstruktif
a. Tumor pada saluran napas
b. Benda asing pada saluran napas
c. Infeksi
d. Intubasi
2. Post-operatif
3. Penekanan ekstrinsik
a. Cairan pleura

13
b. Pneumotoraks
4. Restriksi gerakan
a. Trauma
b. Penyakit neuromuskular
c. Infeksi

III.6 DIAGNOSIS
Tes yang paling umum digunakan untuk mendiagnosis atelektasis adalah
foto thorax. Dokter ahli juga dapat merekomendasikan CT-scan thorax.
Atelektasis sering sembuh tanpa pengobatan. Jika kondisinya parah atau
berlangsung lama, pikirkan kemungkinan adanya penyumbatan saluran napas.
Selanjutnya diagnosa dapat dipastikan menggunakan bronkoskopi. Prosedur ini
digunakan untuk melihat ke dalam saluran napas dan dapat menghilangkan
penyumbatan selama prosedur.6
Kolaps dapat didiagnosa dengan adanya :
a) Peningkatan densitas dan menggerombolnya pembuluh darah paru.
b) Perubahan letak hilus atau fisura (ke atas atau ke bawah). Pada keadaan
normal letak hilus kanan lebih rendah dari hilus kiri.
c) Pergeseran trakea, mediastinum atau fisura interlobaris ke arah bagian
paru yang kolaps.
d) Sisa paru bisa amat berkembang (over-expanded) dan demikian bisa
menjadi hiperlusen. 11
Ada beberapa tanda radiorafi atelektasis. Felson membaginya menjadi
tanda langsung dan tidak langsung. Tanda langsung pergeseran fisura,
menggrombolnya pembuluh darah serta peningkatan densitas. Tanda tidak
langsung Elevasi ipsilateral diafragma, deviasi trakea ke arah atelektasis,
perubahan letak hilus, kompensasi hiperarkrasi ipsilateral atau kontralateral.13
Tanda tak laksung atelektasis yang lain dengan spesifik tipe atelektasis
yaitu:
1. Golden’s S sign pada right upper lobe atelektasis
2. Juxtraphenic peak pada upper lobe atelektasis

14
3. Luftsichel sign pada upper lobe atelektasis (biasanya pada left upper lobe
atelektasis
4. Flat waist sign pada lower lobe atelektasis
5. Comet tail sign pada round atelektasis14

Gambar 3.3 Cicartikal Atelektasis


Dikutip dari kepustakaan 14

15
Gambar 3.4 CT scan Cicatrical Atelektasis

Gambar 3.5 Atelektasis Kompresi


Dikutip dari kepustakaan 12

16
Complete Atelektasis Right Upper Lobe Collapse

Gambar 3.6 Atelektasis komplit dan Lobus kanan atas kolaps


Dikutip dari kepustakaan 17

III.7 GEJALA KLINIS

Atelektasis minimum terkadang tidak menimbulkan gejala, ataau hanya


menunjukkan demam dan batuk. Jika atelektasis terjadi pada lobus paru-paru yang
besar dapat menimbulkan gejala berupa dyspneu, hipoksemia berat, trakea
mediastinum dan diafragma tergeser ke arah sisi yang kolaps. Pada pemeriksaan
auskultasi suara napas meredup atau bahkan menghilang, dapat juga ditemukan
krepitasi dan/atau wheezing. Manifestasi klinis termasuk takipneu, takikardia,
dispneu, sianosis, tanda-tanda hipoxemia, retraksi interkostal.15

17
III.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk mendiagnosa atelektasis dan menentukan penyebab yang
mendasari, perlu dilakukan tes, termasuk:

Chest X-ray. Sebuah foto toraks biasanya cukup untuk penegakan
diagnosis atelektasis. Benda asing, penyebab umum dari atelektasis
obstruktif pada anak-anak dan orang dewasa, dapat dilihat pada
pemeriksaan CT scan.

CT scan. CT scan lebih sensitif mendeteksi atelektasis dibandingkan foto
x-ray toraks karena dapat menunjukkan volume di seluruh atau sebagian
dari paru-paru. CT scan juga dapat membantu menentukan apakah ada
tumor yang menyebabkan paru-paru kolaps.

Oksimetri. Tes sederhana ini untuk mengukur saturasi oksigen dalam
darah.

Bronkoskopi. Prosedur ini dapat membantu melihat dan mengambil,
sebagian atau seluruh penyebab sumbatan di saluran napas seperti plug
mukus, tumor, atau benda asing.5

III.8 TERAPI
Atelektasis post operatif. Jika atelektasis disebabkan oleh operasi, lakukan
latihan pernapasan dalam. Hal ini sangat penting setelah operasi. Di rumah sakit,
menggunakan alat yang disebut spirometer insentif. Ubah posis saat duduk atau
berjalan-jalan sesegera mungkin setelah operasi dengan izin dokter. Berusaha
untuk batuk. Batuk membantu membersihkan lendir dan zat-zat lain dari saluran
napas.Disarankan menggunakan tekanan positif akhir ekspirasi (PEEP) atau
continuous positive airway pressure (CPAP). Kedua perangkat menggunakan
tekanan udara ringan untuk membantu menjaga saluran udara dan kantung udara
terbuka.6

Atelektasis kompresif. Jika tekanan dari luar paru-paru menyebabkan


atelektasis, maka obati penyebab tekanan. Misalnya, jika penyebabnya adalah

18
tumor atau penumpukan cairan, angkat tumor atau cairan. Hal ini akan
memungkinkan paru-paru untuk sepenuhnya berkembang.6

Atelektasis post obstruktif. Jika penyumbatan menyebabkan atelektasis,


maka hilangkan sumbatan atau meringankannya. Jika penyumbatan adalah dari
sebuah objek dihirup, seperti kacang, lakukan bronkoskopi. Jika plug lendir
menghalangi saluran napas, gunakan suction untuk menghilangkannya.
Pengobatan lain juga dapat membantu kelebihan lendir seperti dari paru-paru
yaitu  drainase postural. Untuk pengobatan ini, tempat tidur dapat dimiringkan
sehingga kepala lebih rendah dari dada. Hal ini memungkinkan lendir untuk
mengering. Obat-obatan, meresepkan obat untuk membantu membuka saluran
udara atau untuk melonggarkan lendir.6

Atelektasis disebabkan oleh kondisi penyakit paru lainnya. Jika kondisi


paru-paru atau gangguan kesehatan lainnya menyebabkan atelektasis, obati
penyebab yang mendasari dengan obat-obatan, prosedur, atau terapi lainnya.6

III.9 KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin terjadi dari atelektasis:
1. Hipoksemia. Atelektasis menghambat kemampuan paru-paru 'untuk
mendapatkan oksigen ke alveoli.
2. Pneumonia. Lendir di paru-paru yang kolaps dapat menyebabkan infeksi.
3. Gagal napas. Atelektasis yang minimal, terutama pada orang dewasa,
biasanya dapat diobati. Tapi jika seluruh atau sebagian besar paru kolaps,
terutama pada bayi atau seseorang dengan penyakit paru-paru, dapat
mengancam jiwa.6

III.10. DIAGNOSIS BANDING

19

Asbestosis

Ascites

Aspiration Pneumonitis and Pneumonia

Gambar 3.7 Pneumonia lobus atas kanan


Dikutip dari kepustakaan 18

Bacterial Pneumonia

Gambar 3.8 Pneumonia Staphylococcus aureus


Dikutip dari kepustakaan 18

Blunt Chest Trauma

Community-Acquired Pneumonia (CAP)

Paralisis Diafragma

Pneumonia jamur

20
Gambar 3.9 Pneumonia Chlamydia
Dikutip dari kepustakaan 18

Hypersensitivity Pneumonitis

Idiopathic Pulmonary Fibrosis

Abses paru

Gambar 3.10 Foto posisi lateral abses paru

Dikutip dari kepustakaan 20


Infeksi Pneumokokus

21
Gambar 3.11 Pneumococcal Pneumonia

Dikutip dari kepustakaan 20


Pneumothorax Imaging

Gambar 3.12 Gambaran radiologi pneumothorax


Dikutip dari kepustakaan 21


Pulmonary Embolism

22
Gambar 3.13 gambaran radiologi emboli paru
Dikutip dari kepustakaan 20


Respiratory Failure

Small Cell Lung Cancer

Gambar 3.14 Gambaran radiologi kanker paru


Dikutip dari kepustakaan 18


Viral Pneumonia7

23
Gambar 3.15 Gamaran radiologi pneumonia influenza
Dikutip dari kepustakaan 18

DAFTAR PUSTAKA

24
1. Abbot, Martinez-Jimenez. 2012 Diagnostic Imaging Chest, Second Edition.
Canada: Amyris Inc.

2. MedScape. Lung Anatomy: Overview, Gross Anatomy. Diperbaharui: Juni


29,2016.Diakses:Maret12,2017.Tersedia:http://emedicine.medscape.com/arti
cle/1884995-overview

3. Price A. Sylvia & Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisologi edisi 6,vol.2.


Jakarta : EGC

4. Faiz, Omar. 2004. At A Glance Anatomy. Alih bahasa: Amalia Safitri.


Jakarta: Penerbit Erlangga

5. Mayoclinic. Atelectasis. Diperbaharui: Juni 11, 2015. Diakses: Maret 13,


2017.Tersedia:http://www.mayoclinic.org/diseasesconditions/atelectasis/basi
cs/definition/con-20034847

6. National Blood, Heart, and Lung Institute. What is atelectasis? Diperbaharui:


Januari 13, 2012. Diakses: Maret 13, 2107. Tersedia:
https://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/atl

7. MedScape.Atelectasis Differential Diagnosis. Diakses pada tanggal 13 Maret


2017. Tersedia: http://emedicine.medscape.com/article/296468-differential

8. Mattson, Carol. 2011. Essentials of Pathophysiology: Concepts of Altered


Health States. USA: Lippincot Williams & Wilkins.

9. William E. Erkonen, Wilbur L. Smith. 2010. Radiology 101 The Basic and
Fundamental of Imaging, Third Edition.USA.Wolters Kluwer business

10. Jannette Collins, Eric J. Stern.2008. Chest Radiology The Essentials. Second
Edition.Philadelphia.. Wolters Kluwer business

11. Petunjuk Membaca Foto Untuk Kedokteran Umum. EGC.

12. A. Adam, A.K. Dixon.2011. Diagnostic Radiolog A Textbook of Medical


Imaging, Fifth Edition. Volume One. Elsevier Churchill Livingstone

25
13. David Kaminsky.2011. Netter Collection of Medical Illustrations:
Respiratory System, Second Edition.Volume 2.

14. W. Richard Webb, Charles B. Higgins.2011. Thoracing Imaging: Pulmonary


and Cardiovascular Radiology,Second Edition. Wolters Kluwer business

15. Joanne Watchie.2009. Cardiovascular and Pulmonary Physical Therapy:


Aclinical Manual.

16. Kumar, Abbas, Fausto.Robbins and Cortans. Dasar Patologi Penyakit. Edisi
7.Jakarta.EGC.

17. MedScape. Lobar Atelectasis Imaging. Diakses tanggal 11 Maret 2017.


Tersedia: http://emedicine.medscape.com/article/353833-overview#a2

18. Ella A. Kazerooni, Barry H. Gross.2004.Cardiopulmonary Imaging.


Philadelpia. Wolters Kluwer business

19. 5 minute Clinical Consult. Atelectasis. Diakses tanggal 12 Maret 2017.


Tersedia: https://www.unboundmedicine.com/5minute/view/5-Minute-
Clinical-Consult/116059/all/Atelectasis#8

20. MedScape. Lung Abscess Workup. Diakses pada tanggal 13 Maret 2017.
Tersedia: http://emedicine.medscape.com/article/299425-workup#c5

21. University of Virginia. Introduction to Chest Radiology. Diakses pada


tanggal: 13 Maret 2017. Tersedia : https://www.med-
ed.virginia.edu/courses/rad/cxr/pathology8chest.html

22. MedScape.Lung Anatomy. Diakses pada tanggal 13 Maret 2017. Tersedia:


http://emedicine.medscape.com/article/1884995-overview#a

26

Anda mungkin juga menyukai