Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “Cardiomegali e.c HHD dan Bendungan
Paru”sebagai kelengkapan persyaratan dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior Bagian Radiologi RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Husni Edi Taufik, Sp. Rad
yang telah bersedia meluangka nwaktu dan pikirannya untuk membimbing penulis
selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Radiologi RSUD Raden
Mattaher Provinsi Jambi.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan guna kesempurnaan laporan ini, sehingga dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Ekspertise :
Cor : CTR >50%, Boat Shaped
Aorta dilatasi
Paru: Perselubungan inhomogen kedua paru
Hilus berselubung
Corakan bronchovaskular meningkat
Sinus dan diafragma baik
Kesan :
Cardiomegali e.c HHD,
Bendungan Paru
Pemeriksaan Laboratorium :
NORMAL
11-16 g/dl
5,8 x109 4.000-10.000
4,3x1012 4-6 juta/mm3
236x109 150.000-450.000
Hematokrit 33,9 % 37-43%
80-120 mg/dl
10-50
0,5-1,5 mg/dl
<31U/L
<32 IU/L
2.7 PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad malam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi Paru dan Jantung
3.1.1 Paru
Gambar 1: Jantung, Cor (kiri) dan Jantung, Cor, dan Pembuluh darah besar dilihat
dari dorsal (kanan)
(dikutip dari kepustakaan 6 )
B. Anatomi dalam
Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu atrium kanan dan kiri, serta ventrikel kanan dan
kiri. Belahan kanan dan kiri dipisahkan oleh septum. 5
1. Atrium kanan
Darah vena mengalir ke dalam jantung melalui vena kava superior dan inferior
masuk ke dalam atrium kanan, yang tertampung selama fase sistol ventrikel.
Kemudian selama fase diastol, darah dalam atrium kanan akan mengalir ke dalam
ventrikel kanan melewati katup trikuspid. Secara anatomis atrium kanan terletak
agak ke depan dibanding ventrikel kanan atau atrium kiri. Pada bagian antero-
superior atrium kanan terdapat lekukan ruang atau kantung berbentuk daun telinga
disebut aurikel.
Kedua vena kava bermuara pada tempat yang berbeda, vena kava superior
bermuara pada dinding supero-posterior, sedangkan vena kava inferior pada
dinding infero-latero posterior. 5
2. Ventrikel kanan
Letak ruang ini paling depan di dalam rongga dada, yaitu tepat dibawah
manubrium sterni.sebagian besar ventrikel kanan berada di kanan depan ventrikel
kiri. Perbedaan bentuk kedua ventrikel dapat dilihat pada potongan melintang.
Ventrikel kanan berbentuk bulan sabit atrau setengah bulatan, berdinding tipis
dengan tebal 4-5mm. bentuk ventrikel kanan seperti ini disebabkan oleh tekanan
di ventrikel kiri yang lebih besar.
Secara fungsional ventrikel kanan dapat dibagi dalam alur masuk dan alur keluar.
Ruang alur masuk ventrikel kanan(right ventricular inflow tract) dibatasi oleh
katup trikuspid, trabekel anterior dan dinding inferior ventrikel kanan. Sedangkan
alur keluar ventrikel kanan (right ventricular outflow tract) berbentuk tabung atau
corong, berdinding licin terletak dibagian superior ventrikel kanan yang disebut
infundibulum atau konus arteriosus. 5
3. Atrium kiri
Atrium kiri menerima darah dari empat vena pulmonal yang bermuara pada
dinding postero-superior atau postero-lateral, masing-masing sepasang vena kanan
dan kiri. Letak atrium kiri adalah di postero-superior dari ruang jantung lain,
sehingga pada foto sinar tembus dada tidak tampak. Tebal dindingnya 3 mm,
sedikit lebih tebal daripada dinding atrium kanan. 5
4. Ventrikel kiri
Ventrikel kiri berbentuk lonjong seperti tlur, dimana bagian ujungnya mengarah
ke antero-inferior kiri menjadi apeks kordis. Bagian dasar ventrikel tersebut
adalah annulus mitral. Tebal dinding ventrikel kiri adalah 2-3 kali lipat dinding
ventrikel kanan, sehingga menempati 75% massa otot jantung seluruhnya. Tebal
dinding ventrikel kiri saat diastol adalah 8-12 mm. batas dinding medialnya
berupa septum interventrikuler yang memisahkannya dari ventrikel kanan.
Rentangan septum ini berbentuk segitiga, dimana dasar segitiga tersebut adalah
pada daerah katup aorta. Sekat inter-ventrikuler terdiri dari 2 bagian yaitu bagian
muskuler menempati hamper seluruh bagian septum dan bagian membranus. Pada
duapertiga dari dinding septum terdapat serabut otot trabekel karne dan sepertiga
bagian endokardiumnya licin. 5
A. Katup jantung
Antara atrium, ventrikel dan pembuluh darah besar yang keluar dari jantung
terdapat katup-katup jantung, yaitu katup atrio-ventrikuler dan katup semiluner. 5
1. Katup semiluner
Bentuk katup semiluner aorta dan pulmonal adalah sama, tetapi katup aorta lebih
tebal. Kedua katup ini terletak pada alur keluar dari masing-masing ventrikel
dengan katup pulmonal yang terletak lebih antero-superior dan agak ke kiri. 5
Setiap katup terdiri dari 3 lembar jaringan ikat daun katup atau daun katup yang
berbentuk huruf U. pinggir bawah tiap daun katup melekat dan bergantung pada
annulus aorta dan annulus pulmonal, dimana pinggir atas mengarah ke lumen. Di
belakang tiap daun katup, dinding pembuluh darah melebar dan berbentuk seperti
kantong, dikenal sebagai sinus Valsalva. Ujung bebas tiap daun katup berbentuk
konkaf dan terdapat nodul pada pertengahannya, yang dikenal sebagai nodulus
Aranti. Ketiga daun katup aorta dikenal sebagai daun katup koroner kanan, kiri
dan daun katup non-koroner. Katup pulmonal terdiri dari daun katup anterior,
daun katup kanan dan kiri. 5
2. katup atrio-ventrikuler
1. Arteri
Pendarahan otot jantung berasal dari aorta melalui dua pembuluh koroner utama,
yaitu arteri koroner kanan dan arteri koroner kiri. Kedua arteri ini keluar dari sinus
Valsava aorta. Arteri koroner kiri berjalan di belakang arteri pulmonal sebagai
arteri koroner kiri utama (LMCA = Left Main Coronary Artery) sepanjang 1-2 cm.
arteri ini bercabang menjadi arteri sirkumfleks (LCx = Left Circumflex Artery)
dan arteri desendens anterior kiri (LAD = Left Anterior Descendens Artery). LCx
berjalan pada sulkus atrio-ventrikuler mengelilingi permukaan posterior jantung,
sedangkan LAD berjalan pada sulkus interventrikuler sampai ke apeks. Kedua
pembuluh darah ini bercabang-cabang mendarahi daerah antara kedua sulkus
tersebut.5
Setelah keluar dari sinus Valsava aorta, arteri koroner kanan (RCA = Right
Coronary Artery) berjalan di dalam sulkus atrio-ventrikuler ke kanan bawah
mencapai kruks. Cabang pertama adalah arteri atrium anterior kanan (Right Atrial
Anterior Branch) untuk mendarahi nodus sino-atrial, dan cabang lain adalah arteri
koroner desenden posterior (PDA = Posterior Descending Coronary Artery) yang
akan mendarahi nodus atrio-ventrikuler.5
2. Vena
Aliran darah balik dari otot jantung dan sekitarnya melalui vena koroner yang
berjalan berdampingan dengan arteri koroner, akan masuk ke dalam atrium kanan
melalui sinus koronarius. Selain itu terdapat juga vena-vena kecil yang disebut
vena Thebesii, yang bermuara langsung ke dalam atrium kanan. 5
3. Pembuluh Limfe
Penyakit jantung hipertensi merujuk kepada suatu keadaan yang disebabkan oleh
peningkatan tekanan darah (hipertensi). Hipertensi yang berkepanjangan dan tidak
terkendali dapat mengubah struktur miokard, pembuluh darah dan sistem
konduksi jantung. Perubahan-perubahan ini dapat mengakibatkan hipertrofi
ventrikel kiri, penyakit arteri koroner, gangguan sistem konduksi, disfungsi
sistolik dan diastolik miokard yang nantinya bermanifestasi klinis sebagai angina
(nyeri dada), infark miokard, aritmia jantung (terutama fibrilasi atrium) dan gagal
jantung kongestif.
Etiologi
Tekanan darah tinggi meningkatkan beban kerja jantung, dan seiring dengan
berjalannya waktu hal ini dapat menyebabkan penebalan otot jantung. Karena
jantung memompa darah melawan tekanan yang meningkat pada pembuluh darah
yang meningkat, ventrikel kiri membesar dan jumlah darah yang dipompa jantung
setiap menitnya (cardiac output) berkurang. Tanpa terapi, gejala gagal jantung
akan makin terlihat.
Tekanan darah tinggi adalah faktor resiko utama bagi penyakit jantung dan
stroke. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan penyakit jantung iskemik
( menurunnya suplai darah untuk otot jantung sehingga menyebabkan nyeri dada
atau angina dan serangan jantung) dari peningkatan suplai oksigen yang
dibutuhkan oleh otot jantung yang menebal.
Patofisiologi
Patofisiologi dari penyakit jantung hipertensi adalah satu hal komplek yang
melibatkan banyak faktor yang saling mempengaruhi, yaitu hemodinamik,
struktural, neuroendokrin, seluler, dan faktor molekuler. Di satu sisi, faktor-faktor
ini memegang peranan dalam perkembangan hipertensi dan komplikasinya, di sisi
lain peningkatan tekanan darah itu sendiri dapat memodulasi faktor-faktor
tersebut. Adapun patofisiologi berbagai efek hipertensi terhadap jantung berbeda-
beda dan akan dijelaskan berikut ini.
Hipertrofi ventrikel kiri (left ventricular hypertrophy / LVH) terjadi pada 15-20%
penderita hipertensi dan risikonya meningkat dua kali lipat pada pasien obesitas.
Hipertrofi ventrikel kiri merupakan pertambahan massa pada ventrikel (bilik) kiri
jantung. Hal ini merupakan respon sel miosit terhadap stimulus yang menyertai
peningkatan tekanan darah. Hipertrofi miosit terjadi sebagai mekanisme
kompensasi peningkatan tekanan afterload. Stimulus mekanis dan neurohormonal
yang menyertai hipertensi akan mengaktivasi pertumbuhan sel miokard, ekspresi
gen dan berujung kepada hipertrofi ventrikel kiri. Selain itu aktivasi sistem renin-
angiotensin akan menyebabkan pertumbuhan intestitium dan komponen sel
matriks.
3. Gangguan katup
Hipertensi berat dan kronik dapat menyebabkan dilatasi pada pangkal aorta
sehingga menyebabkan insufisiensi katup. Hipertensi yang akut mungkin
menyebabkan insufisiensi aorta, yang akan kembali normal jika tekanan darah
dikendalikan. Selain menyebabkan regurgitasi (aliran balik) aorta, hipertensi juga
akan mempercepat proses sklerosis aorta dan regurgitasi katup mitral.
4. Gagal jantung
Gagal jantung merupakan komplikasi yang sering terjadi pada hipertensi kronis.
Pasien dengan hipertensi dapat menunjukkan gejala-gejala gagal jantung namun
dapat juga bersifat asimptomatis (tanpa gejala). Prevalensi (gagal jantung)
disfungsi diastolik asimptomatis pada pasien hipertensi tanpa disertai hipertrofi
ventrikel kiri adalah sebanyak 33 %. Peningkatan tekanan afterload kronik dan
hipertrofi ventrikel kiri dapat mempengaruhi fase relaksasi dan pengisian diastolik
ventrikel.
Disfungsi diastolik sering terjadi pada penderita hipertensi, dan terkadang disertai
hipertrofi ventrikel kiri. Hal ini disebabkan oleh peningkatan tekanan afterload,
penyakit arteri koroner, penuaan, disfungsi sistolik dan fibrosis. Disfungsi sistolik
asimptomatis biasanya mengikuti disfungsi diastolik. Setelah beberapa lama,
hipertrofi ventrikel kiri gagal mengkompensasi peningkatan tekanan darah
sehingga lumen ventrikel kiri berdilatasi untuk mempertahankan cardiac output.
Dalam waktu yang lama, fungsi sistolik ventrikel kiri akan menurun. Penurunan
ini mengaktifkan sistem neurohormonal dan renin-angiontensin, sehingga
meretensi garam dan air dan meningkatkan vasokonstriksi perifer, yang akhirnya
malah memperburuk keadaan dan menyebabkan disfungsi sistolik.
Apoptosis (kematian sel terprogram yang dirangsang oleh hipertrofi miosit dan
ketidakseimbangan stimulus dan inhibitornya) diduga memainkan peranan penting
dalam peralihan fase “terkompensasi” menjadi fase “dekompensasi”. Peningkatan
mendadak tekanan darah dapat menyebabkan edema paru tanpa adanya perubahan
fraksi ejeksi ventrikel kiri. Secara umum dilatasi ventrikel kiri (asimtomatik atau
simtomatik) dapat memperburuk keadaan dan meningkatkan risiko kematian.
Disfungsi ventrikel kiri serta dilatasi septal dapat menyebabkan penebalan
ventrikel kanan dan disfungsi diastolik.
5. Iskemia miokard
Pada pasien hipertensi dapat timbul iskemia miokard yang bermanifestasi sebagai
nyeri dada / angina pektoris. Hal ini dikarenakan hipertensi menyebabkan
peningkatan tekanan di ventrikel kiri dan transmural, peningkatan beban kerja
yang mengakibatkan hipertrofi ventrikel kiri. Suplai oksigen yang tidak sanggup
memenuhi kebutuhan otot jantung yang membesar akan menyebabkan nyeri dada.
Hal ini diperparah jika terdapat penyulit seperti aterosklerosis.
6. Aritmia jantung
Aritmia jantung yang sering ditemukan pada pasien hipertensi adalah fibrilasi
atrium, kontraksi prematur ventrikel dan takikardia ventrikel. Berbagai faktor
berperan dalam mekanisme arituma seperti miokard yang sudah tidak homogen,
perfusi buruk, fibrosis miokard dan fluktuasi pada saat afterload.
Manifestasi Klinis
Pada tahap awal, seperti hipertensi pada umumnya kebanyakan pasien tidak ada
keluhan. Bila simtomatik, maka biasanya disebabkan oleh:
2. Cepat lelah, sesak napas, sakit dada, bengkak kedua kaki atau perut.
Gangguan vaskular lainnya adalah epistaksis, hematuria, pandangan kabur karena
perdarahan retina, transient cerebral ischemic
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Urinalisis: protein, leukosit, eritrosit dan silinder
2. Pemeriksaan Radiologi
Dua fitur utama dari radiografi dada berguna dalam evaluasi pasien dengan
gagal jantung kongestif: (1) ukuran dan bentuk siluet jantung, dan (2)
edema di dasar paru-paru.9
Pada gagal jantung hampir selalu ada dilatasi dari satu atau lebih pada
ruang-ruang di jantung, menghasilkan pembesaran pada jantung. 9
Dari segi radiologik, cara yang mudah untuk mengukur jantung apakah
membesar atau tidak, adalah dengan membandingkan lebar jantung dan
lebar dada pada foto toraks PA (cardio-thoracis ratio). Pada gambar,
diperlihatkan garis-garis untuk mengukur lebar jantung (a+b) dan lebar
dada (c1-c2). (normal : 48-50 %) ,9,19
2. Pentalaksanaan Farmakologis
Patofisiologi
Etiologi: Rheumatic fever, infeksi (viral, bakteri streptokokus)
↓
Mitral Valve stenosis
↓
Peningkatan tekanan & atau ukuran Atrium kiri jantung
↓
Darah dari vena pulmonalis terbendung
↓
Corak vena pulmonalis pada lapang paru atas meningkat (kranialisasi) penurunan
volume pompa dari ventrikel kiri (cardiac output)
↓
Manifestasi berupa penurunan kemampuan tubuh untuk beaktifitas fisik/olahraga
↓
Kompensasi berupa pembesaran miokardium ventrikel kiri jantung
Manifestasi Klinis
Gejala pada bendungan paru yang simptomatik :Sesak napas
1. Sulit bernapas
2. Perasaan sesak seperti tenggelam
3. Mengi (wheezing)
4. Cemas atau gelisah
5. Batuk berdahak dengan atau tanpa darah
Gambaran Radiologi
1. Vena-vena pulmonalis disekitar hilus tampak melebar
2. Corak Bronkovaskularisasi lapang atas banding bawah meningkat lebih dari
3:1 (kranialisas)
3. Bendungan pada arteri pulmonalis (hilus melebar)
BAB IV
ANALISI KASUS
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 2 hari SMRS, dan
memberat sejak 1 hari yang lalu. Sebelumnya pasien mengeluh sakit dibagian ulu
hati dan sering mual setiap hari, nyeri memberat pada saat pagi dan malam hari.
Pasien sering merasa sesak dan sesak makin bertambah jika terlalu banyak
beraktivitas berat. Saat tidur pasien menggunakan bantal yang agak tinggi untuk
kepala nya. Demam (+), Mual (+), muntah (+), keringat berlebih (-), berdebar (-),
tremor (-), dan penurunan berat badan (-). riwayat merokok (+).
Berdasarkan pemeriksaan fisik ditemukan adanya suara nafas tambahan
berupa rhonki dan batas jantung kiri melebar 2 jari ke arah lateral dari
midclavicula kiri,, pemeriksaan penunjang pada foto thorak ditemukan jantung
tampak membesar/kardiomegali (CTR > 50%), corakan bronco Berdasarkan
pemeriksaan fisik ditemukan adanya suara nafas tambahan berupa rhonki dan
batas jantung kiri melebar 2 jari ke arah lateral dari midclavicula kiri,,
pemeriksaan penunjang pada foto thorak ditemukan jantung tampak
membesar/kardiomegali (CTR > 50%), corakan bronkovaskuler meningkat,
perselubungan inhomogen kedua lapangan paru, vaskuler meningkat. Berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang pasien menderita cardiomegali e.c
HHD dengan bendungan paru.
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA