Laporan Kasus
G4P2A1 36 minggu dengan Preeklampsi Berat
Disusun oleh :
Kartika Yoga Iswara
30101206649
Pembimbing :
Kolonel Ckm dr. Rahmat Saptono, Sp.OG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2016
LEMBAR PENGESAHAN
Diajukan untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik dan melengkapi salah satu syarat
menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter di bagian Ilmu Kebidanan & Kandungan
periode 17 Oktober 17 Desember 2016.
NIM : 30101206649
Fakultas : Kedokteran
Pembimbing
Kepaniteraan Ilmu Bedah
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
BAB II LAPORAN KASUS......................................................................................... 3
3.1. IDENTITAS PASIEN...................................................................................... 3
3.2. ANAMNESIS............................................................................................... 3
3.2.1. Riwayat Penyakit Sekarang.........................................................................3
3.2.2. Riwayat Haid.......................................................................................... 3
3.2.3. Riwayat Pernikahan.................................................................................. 3
3.2.4. Riwayat Kontrasepsi................................................................................. 3
3.2.5. Riwayat Keluarga..................................................................................... 3
3.2.6. Riwayat Penyakit Dahulu...........................................................................3
3.2.7. Riwayat Reproduksi..................................................................................4
3.2.8. Riwayat Obstetri...................................................................................... 4
3.3. PEMERIKSAAN FISIK................................................................................... 4
3.3.1. STATUS GENERALIS.............................................................................. 4
3.3.2. STATUS OBSTETRI................................................................................6
3.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG.....................................................................7
3.5. DIAGNOSA................................................................................................. 7
3.6. RENCANA TINDAKAN................................................................................. 7
3.7. FOLLOW UP................................................................................................ 8
BAB III TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................11
2.1. Definisi Preeklamsia..................................................................................... 11
2.2. Faktor Risiko............................................................................................... 11
2.3. Etiologi & Patofisiologi..................................................................................11
2.4. Diagnosis................................................................................................... 13
2.5. Penatalaksanaan........................................................................................... 14
2.6. Komplikasi................................................................................................. 16
BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 19
3
BAB I
PENDAHULUAN
Tiga penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan (30%), hipertensi dalam
kehamilan (25%), dan infeksi (12%) (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).
WHO memperkirakan kasus preeklampsia tujuh kali lebih tinggi di negara berkembang
daripada di negara maju (Osungbade & Ige, 2011). Kecenderungan yang ada dalam dua
dekade terakhir ini tidak terlihat adanya penurunan yang nyata terhadap insiden
preeklampsia, berbeda dengan insiden infeksi yang semakin menurun sesuai dengan
perkembangan temuan antibiotik.
1
Berikut ini diajukan suatu kasus seorang wanita tahun dengan diagnosa preeklampsi
berat yang selanjutnya ditatalaksanai dengan vakum ekstraksi. Selanjutnya akan dibahas
apakah diagnosa, tindakan, penatalaksaaan ini sudah tepat dan sesuai dengan literatur.
2
3
BAB II
LAPORAN KASUS
3.2. ANAMNESIS
3.2.1. Riwayat Penyakit Sekarang
3
4
Tanda vital :
Suhu : 36,2 C
Nadi : 80x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Kepala :
Mata :
Bentuk simetris, pupit isokor, sklera ikterik (-), konjungtiva anemis (-)
Hidung :
Telinga :
Mulut :
Lidah tidak ada kelainan, uvula di tengah, faring tidak hiperemis, tonsil
T1/T1
Thorax :
o Jantung :
4
5
- Perkusi :
o Paru :
Abdomen
Extremitas :
Superior Inferior
5
6
Gerak : (+)
DJJ : 140 x/menit, posisi di kanan 2 jari di bawah umbilikus
HIS : 2 x 20 /10
Adekuasi Panggul :
a. Promontorium : Tidak teraba
b. Linea Innominata : Teraba 2/3 anterior
c. Spina Ischiadica : Tidak menonjol
d. Os sacrum : Cekung
e. Os Coccygeus : Mobile
f. Arcus Pubis : > 900
Kesan : Panggul Adekuat
VT : Cervix axial, pembukaan 3 cm, eff 80%,
selaput ketuban (+), kepala H I, STLD (-)
6
7
3.5. DIAGNOSA
G4P2A1 dengan PEB
3.6. RENCANA TINDAKAN
Partus Pervaginam dengan Induksi Oksitosin
Vacuum Ekstraksi
7
8
3.7. FOLLOW UP
RR : 22 x/i
14.40 T : 37,2 0C dengan BB : 2800
gram, PB 49 cm,
LK : 33 cm, LD :
31 cm, AS : 7/8/9
perdaraha 200cc.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
9
10
Preeklampsia merupakan sindrom spesifik-kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel,
yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria (Cunningham, et al., 2014). Preeklampsia terjadi pada umur kehamilan
diatas 20 minggu, paling banyak terlihat pada umur kehamilan 37 minggu, tetapi dapat juga timbul kapan saja pada pertengahan
kehamilan. Preeklampsia dapat berkembang dari preeklampsia yang ringan sampai preeklampsia yang berat.
2.2. Faktor Risiko
Walaupun belum ada teori yang pasti berkaitan dengan penyebab terjadinya preeklampsia, tetapi beberapa penelitian menyimpulkan
sejumlah faktor yang mempengaruhi terjadinya preeklampsia. Faktor risiko tersebut meliputi;
o Riwayat preeklampsia. Seseorang yang mempunyai riwayat preeklampsia atau riwayat keluarga dengan preeklampsia maka akan
meningkatkan resiko terjadinya preeklampsia.
o Primigravida, karena pada primigravida pembentukan antibodi penghambat (blocking antibodies) belum sempurna sehingga
meningkatkan resiko terjadinya preeklampsia Perkembangan preklamsia semakin meningkat pada umur kehamilan pertama dan
kehamilan dengan umur yang ekstrem, seperti terlalu muda atau terlalu tua.
o Obesitas
o Kehamilan ganda. Preeklampsia lebih sering terjadi pada wanita yang mempuyai bayi kembar atau lebih.
o Riwayat penyakit tertentu. Wanita yang mempunyai riwayat penyakit tertentu sebelumnya, memiliki risiko terjadinya
preeklampsia. Penyakit tersebut meliputi hipertensi kronik, diabetes, penyakit ginjal atau penyakit degenerati seperti reumatik
arthritis atau lupus.
2.3. Etiologi & Patofisiologi
Etiologi terjadinya preeklampsia hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Terdapat banyak teori yang ingin menjelaskan tentang
penyebab preeclampsia tetapi tidak ada yang memberikan jawaban yang memuaskan.Tetapi, ada beberapa faktor yang berperan, yaitu:
10
11
sehingga timbul vasokonstriksi generalisata dan sekresi aldosteron menurun. Perubahan aktivitas tromboksan memegang peranan
sentral terhadap ketidakseimbangan prostasiklin dan tromboksan.Hal ini mengakibatkan pengurangan perfusi plasenta sebanyak
50%, hipertensi, dan penurunan volume plasma.
11
12
13
2.4. Diagnosis
Klasifikasi Preeklampsia
Dari berbagai gejala, preeklampsia dibagi menjadi preeklampsia ringan dan preeklampsia berat.
1. Penanganan Umum
Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi sampai tekanan diastolik antara 90-100 mmHg
Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar no.16 atau lebih
13
14
preeklamsia
Pertimbangkan
persalinan
Stabil pervaginam
15
16
2.6. Komplikasi
Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin. Usaha utama ialah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre-
eklampsia dan eklampsia. Komplikasi yang tersebut di bawah ini biasanya terjadi pada pre-eklampsia berat dan eklampsia.
1. Solusio plasenta. Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada pre-
eklampsia.
2. Hipofibrinogenemia. Pada pre-eklampsia berat Zuspan (1978) menemukan 23% hipofibrinogenemia, maka dari itu penulis
menganjurkan pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.
3. Hemolisis. Penderita dengan pre-eklampsia berat kadang-kadang menunjukkan gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus.
Belum diketahui dengan pasti apakah ini merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah. Nekrosis periportal hati
yang sering ditemukan pada autopsi penderita eklampsia dapat menerangkan ikterus tersebut.
4. Perdarahan otak. Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklampsia.
5. Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu, dapat terjadi. Perdarahan kadang-
kadang terjadi pada retina; hal ini merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.
6. Edema paru-paru. Zuspan (1978) menemukan hanya satu penderita dari 69 kasus eklampsia, hal ini disebabkan karena payah
jantung.
7. Nekrosis hati. Nekrosis periportal hati pada pre-eklampsia-eklampsia merupakan akibat vasopasmus arteriol umum. Kelainan ini
diduga khas untuk eklampsia, tetapi ternyata juga ditemukan pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan
pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.
8. Sindroma HELLP. yaitu haemolysis, elevated liver enzymes, dan low platelet.
16
17
9. Kelainan ginjal. Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembeng-kakan sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa
kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
10. Komplikasi lain. Lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat kejang-kejang pneumonia aspirasi, dan DIC (disseminated
intravascular coogulation).
11. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra-uterin.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada laporan kasus berikut diajukan suatu kasus seorang wanita berusia 38 tahun dengan diagnosa Preeklampsia Berat. Diagnosa
ditegakkan berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik-ginekologik, serta pemeriksaan pemeriksaan laboratorium.
Dari hasil anamnesis didapatkan data pasien merupakan Ibu Hamil dengan G4P2A1 37 minggu dengan keluhan mata berkunang-kunang
pada pasien,. Ada beberapa kemungkinan diagnosis untuk pasien yaitu Hipertensi dalam Kehamilan, Anemia, atau Dizziness.
Pemeriksaan status generalis menunjukkan keadaan umum serta pemeriksaan head to toe pasien baik dan dalam batas normal, namun salah
satu vital sign yaitu tekanan darah mengalami peningkatan, yaitu 160/110. Hal tersebut mengarahkan ke diagnosa Hipertensi dalam Kehamilan.
Hipertensi dalam kehamilan dibagi dalam beberapa kategori untuk penentuan diagnosa akhir. Diagnosa tersebut didasarkan pada umur
kehamilan, tekanan darah, adanya proteinuria, serta tanda dan gejala lain seperti gangguan visual, gangguan fungsi neurogis, gangguan fungsi
hati dan ginjal ataupun hitung jumlah trombosit <100.000/mm3, dan lain-lain.
17
18
Berdasarkan data yang didapat diagnosa pasien mengarah ke Preeklampsia Berat, dengan diagnosa banding Hipertensi Gestasional, dengan
Pemeriksaan penunjang yang didapatkan saat pertama awal datang adalah proteinuria +1 atas data rujukan dari Faskes Awal yang
menangani pasien tersebut. Dan didiagnosa dengan Preeklampsia Berat. Namun saat diperiksa ulang kadar proteinuria tersebut secara kuantitatif
Penatalaksanaan yang dilakukan adalah Informed Consent, dan pemberian MgSO4 sebagai profilaksis terjadinya eclampsia. Setelah itu
akan dilakukan terminasi kehamilan dengan cara Induksi Oksitosin yang dimulai dari 20 tpm. Pasien maupun janin diobservasi selama
pemberian dengan P10. Pada saat persalinan dilakukan Vakum Ekstraksi pada pasien karena tidak menunjukan adanya kemajuan persalinan.
DAFTAR PUSTAKA
Beckmann, C. R. B. et al., 2009. Obstetrics and Gynecology 6th Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Cunningham, et al., 2014. Williams Obstetric, 24th edition. United States of America: McGraw-Hill.
Desen, W., 2013. Buku Ajar Onkologi Klinik. Jakarta: Penerbit FKUI.
Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2014. Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2013. Profil Kesehatan Jawa Tengah, 1 Mei, pp. 1-114.
Hadibroto, B. R., 2005. Mioma Uteri. Majalah Kedokteran Nusantara, pp. 254-259.
Hurt, K. J. et al., 2011. Manual of Gynecology & Obstetric. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Kumar, V., Abbas, A. K. & Aster, J. C., 2013. Robbins Basic Pathology 9th edition. Philadelphia: Elsevier.
18
19
Prawirohardjo, S., 2010. Ilmu Kebidanan Edisi IV. Jakarta: PT Bina Pustaka.
Prawirohardjo, S., 2011. Ilmu Kandungan Edisi III. Jakarta: PT Bina Pustaka.
Sinclair, C., 2010. Buku Saku Kebidanan. Jakarta: EGC.
19