Anda di halaman 1dari 22

1

Laporan Kasus
G4P2A1 36 minggu dengan Preeklampsi Berat

Diajukan guna melengkapi tugas kepaniteraan klinik


Bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan
RST dr. Soedjono Tingkat II Magelang

Disusun oleh :
Kartika Yoga Iswara
30101206649

Pembimbing :
Kolonel Ckm dr. Rahmat Saptono, Sp.OG

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2016
LEMBAR PENGESAHAN

Diajukan untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik dan melengkapi salah satu syarat
menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter di bagian Ilmu Kebidanan & Kandungan
periode 17 Oktober 17 Desember 2016.

Nama : Kartika Yoga Iswara

NIM : 30101206649

Fakultas : Kedokteran

Universitas : Universitas Sultan Agung Semarang

Bidang Pendidikan : Ilmu Kebidanan & Kandungan

Periode Kepaniteraan Klinik : 17 Oktober 17 Desember 2016

Judul : Lapkas G4P2A1 36 minggu dengan Preeklampsi Berat

Pembimbing : Kolonel Ckm dr. Rahmat Saptono, Sp. OG

Telah diperiksa dan disahkan tanggal : ..

Pembimbing
Kepaniteraan Ilmu Bedah

Kolonel Ckm dr. Rahmat Saptono, Sp. OG

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
BAB II LAPORAN KASUS......................................................................................... 3
3.1. IDENTITAS PASIEN...................................................................................... 3
3.2. ANAMNESIS............................................................................................... 3
3.2.1. Riwayat Penyakit Sekarang.........................................................................3
3.2.2. Riwayat Haid.......................................................................................... 3
3.2.3. Riwayat Pernikahan.................................................................................. 3
3.2.4. Riwayat Kontrasepsi................................................................................. 3
3.2.5. Riwayat Keluarga..................................................................................... 3
3.2.6. Riwayat Penyakit Dahulu...........................................................................3
3.2.7. Riwayat Reproduksi..................................................................................4
3.2.8. Riwayat Obstetri...................................................................................... 4
3.3. PEMERIKSAAN FISIK................................................................................... 4
3.3.1. STATUS GENERALIS.............................................................................. 4
3.3.2. STATUS OBSTETRI................................................................................6
3.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG.....................................................................7
3.5. DIAGNOSA................................................................................................. 7
3.6. RENCANA TINDAKAN................................................................................. 7
3.7. FOLLOW UP................................................................................................ 8
BAB III TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................11
2.1. Definisi Preeklamsia..................................................................................... 11
2.2. Faktor Risiko............................................................................................... 11
2.3. Etiologi & Patofisiologi..................................................................................11
2.4. Diagnosis................................................................................................... 13
2.5. Penatalaksanaan........................................................................................... 14
2.6. Komplikasi................................................................................................. 16
BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 19

3
BAB I
PENDAHULUAN

Tiga penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan (30%), hipertensi dalam
kehamilan (25%), dan infeksi (12%) (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).
WHO memperkirakan kasus preeklampsia tujuh kali lebih tinggi di negara berkembang
daripada di negara maju (Osungbade & Ige, 2011). Kecenderungan yang ada dalam dua
dekade terakhir ini tidak terlihat adanya penurunan yang nyata terhadap insiden
preeklampsia, berbeda dengan insiden infeksi yang semakin menurun sesuai dengan
perkembangan temuan antibiotik.

Preeklampsia merupakan masalah kedokteran yang serius dan memiliki tingkat


kompleksitas yang tinggi (Szczech, 2014). Besarnya masalah ini bukan hanya karena
preeklampsia berdampak pada ibu saat hamil dan melahirkan, namun juga menimbulkan
masalah pasca persalinan akibat disfungsi endotel di berbagai organ, seperti risiko penyakit
kardiometabolik dan komplikasi lainnya. Hasil metaanalisis menunjukkan peningkatan
bermakna risiko hipertensi, penyakit jantung iskemik, stroke dan tromboemboli vena pada
ibu dengan riwayat preeklampsia dengan risiko relatif 3,7 (95% CI 2,70 5,05), 2,16 (95% CI
1,86 2,52), 1,81 (95% CI 1,45 2,27), dan 1,79 (95% CI 1,37 2,33) (Belamm, et al.,
2007). Dampak jangka panjang juga dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu dengan
preeklampsia, seperti berat badan lahir rendah akibat persalinan prematur atau mengalami
pertumbuhan janin terhambat, serta turut menyumbangkan besarnya angka morbiditas dan
mortalitas perinatal. Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab tersering
kedua morbiditas dan mortalitas perinatal. Bayi dengan berat badan lahir rendah atau
mengalami pertumbuhan janin terhambat juga memiliki risiko penyakit metabolik pada saat
dewasa.

Penanganan preeklampsia dan kualitasnya di Indonesia masih beragam di antara


praktisi dan rumah sakit. Hal ini disebabkan bukan hanya karena belum ada teori yang
mampu menjelaskan pathogenesis penyakit ini secara jelas, namun juga akibat kurangnya
kesiapan sarana dan prasarana di daerah. Selain masalah kedokteran, preeklampsia juga
menimbulkan masalah ekonomi, karena biaya yang dikeluarkan untuk kasus ini cukup tinggi
(Fahy, et al., 2015). Biaya ini akan bertambah apabila turut menghitung beban akibat dampak
jangka panjang preeklampsia.

1
Berikut ini diajukan suatu kasus seorang wanita tahun dengan diagnosa preeklampsi
berat yang selanjutnya ditatalaksanai dengan vakum ekstraksi. Selanjutnya akan dibahas
apakah diagnosa, tindakan, penatalaksaaan ini sudah tepat dan sesuai dengan literatur.

2
3

BAB II
LAPORAN KASUS

3.1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. Komsatun Jenis Kelamin : Perempuan


Usia : 38 tahun Suku Bangsa : Jawa
Status Perkawinan : Menikah Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga No. RM : 144709
Alamat : Mlanggen Tgl Masuk RS : 29 Oktober 2016

3.2. ANAMNESIS
3.2.1. Riwayat Penyakit Sekarang

G4P2A1 hamil 37 minggu datang melalui IGD melalui rujukan dari


PKM Salaman dengan keluhan pandangan berkunang kunang, disertai tekanan
darah 160/100 mmHg serta proteinuria +1. Pasien tidak merasakan mulas,
nyeri epigastrium disangkal. Pasien mengatakan tidak ada keluar ketuban dan
tidak ada perdarahan.
3.2.2. Riwayat Haid
Menarche : 13 tahun
Siklus : Teratur
Lama : 7 hari
HPHT : 20 Januari 2016
Keluhan :-
3.2.3. Riwayat Pernikahan
Menikah 1x.
3.2.4. Riwayat Kontrasepsi
Tidak memakai alat kontrasepsi
3.2.5. Riwayat Keluarga
Tidak ada keluhan yang serupa pada keluarga. Hipertensi, Diabetes, Alergi dan
Penyakit Sistemik lain disangkal.
3.2.6. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada keluhan yang serupa pada keluarga. Hipertensi, Diabetes, Alergi dan
Penyakit Sistemik lain disangkal.

3.2.7. Riwayat Reproduksi


Tidak ada riwayat penyakit reproduksi.
3.2.8. Riwayat Obstetri
P2A1 : - Abortus

3
4

- Perempuan, sehat, 9 tahun, spontan, bidan, 2600 gram


- Laki-laki, sehat, 1 tahun, spontan, bidan, 2700 gram
3.3. PEMERIKSAAN FISIK
3.3.1. STATUS GENERALIS

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital :

Tekanan Darah : 160/100 mmHg

Suhu : 36,2 C

Nadi : 80x/menit

Pernapasan : 20x/menit

Status Antropometri : BB : 61 kg, TB :147 cm, IMT : 28

Kepala :

Normocephal, rambut berwarna hitam, tidak mudah dicabut.

Mata :

Bentuk simetris, pupit isokor, sklera ikterik (-), konjungtiva anemis (-)

Hidung :

Bentuk normal, sekret (-), deviasi septum (-)

Telinga :

Normooti, discharge (-/-)

Mulut :

Lidah tidak ada kelainan, uvula di tengah, faring tidak hiperemis, tonsil
T1/T1

Thorax :

o Jantung :

4
5

- Inspeksi : pulsasi iktus kordis tidak tampak

- Palpasi : iktus kordis teraba

- Perkusi :

Batas atas jantung di ICS II midclavicula line sinistra

Batas kanan jantung sejajar ICS IV parasternal line dextra

Batas kiri jantung di ICS V midclavicula line sinistra .

- Auskultasi: bunyi jantung I/II regular, murmur (-), gallop (-)

o Paru :

- Inspeksi: bentuk normal, simetris saat statis dan dinamis,

- Palpasi: stem fremitus sama kuat pada seluruh lapang paru

- Perkusi: sonor pada seluruh lapang paru

- Auskultasi: suara napas vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen

- Lihat Status Obstetri

Extremitas :

Superior Inferior

Oedem -/- -/-

Varises -/- -/-

Reflek fisiologis +/+ +/+

Reflek patologis -/- -/-

3.3.2. STATUS OBSTETRI


Inspeksi : Abdomen membesar asimetris
TFU : 29 cm
Teregang : Kanan
Terbawah : Kepala

5
6

Gerak : (+)
DJJ : 140 x/menit, posisi di kanan 2 jari di bawah umbilikus
HIS : 2 x 20 /10
Adekuasi Panggul :
a. Promontorium : Tidak teraba
b. Linea Innominata : Teraba 2/3 anterior
c. Spina Ischiadica : Tidak menonjol
d. Os sacrum : Cekung
e. Os Coccygeus : Mobile
f. Arcus Pubis : > 900
Kesan : Panggul Adekuat
VT : Cervix axial, pembukaan 3 cm, eff 80%,
selaput ketuban (+), kepala H I, STLD (-)

6
7

3.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal


Hematologi
RBC 4,36 106/ul 3.5 : 5.5
MCV 82,8 fl 75 : 100
RDW% 12,5 % 11 : 16
HCT 35,8 % 35 : 55
PLT 301 103/ul 140 : 400
WBC 18,7 103/ul 3.5 : 10
HGB 10,0 g/dl 11.5 : 16
MCH 28,2 pg 25 : 35
MCHC 34,1 g/dl 31 :38
LYM 1,5 103/ul 0,5 : 5
GRAN 16,5 103/ul 1.2 : 8
MID 0,7 103/ul 0,1 : 1
LYM% 8,1 % 15 : 50
GRAN% 88,2 % 35 : 80
MID% 3,7 % 2 : 15
PCT 0,28 % 10 : 18
PDW 15,4 %

3.5. DIAGNOSA
G4P2A1 dengan PEB
3.6. RENCANA TINDAKAN
Partus Pervaginam dengan Induksi Oksitosin
Vacuum Ekstraksi

7
8

3.7. FOLLOW UP

TIME SUBJECTIVE OBJECTIVE ASSESSMENT PLANNING


Pasien mengeluh pandangan Keadaan Umum : Baik Obs KU & TTV
28/10/16 Kesadaran : Compos Mentis Ny. K, 38 th, Obs His & DJJ
berkunang-kunang
TD : 160/100 mmHg Kolaborasi dengan Sp.OG
HR : 80 x/i G4P2A1, Hamil 37
Drip Oxytocin mulai 20
RR : 20 x/i
T : 37,2 0C minggu dengan tpm
Obstetri : TFU 29 cm, puka, preskep,
PEB
DJJ 140x/m, His 2x/10
Genital : VT Cervix axial, pembukaan
3 cm, eff 80%, selaput ketuban (+),
kepala H I, STLD (-)
Keadaan Umum : Baik Observasi KU & TTV
29/10/16 Kesadaran : Compos Mentis Ny. K, 38 th, Observasi His & DJJ
TD : 160/100 mmHg Inj. MgSO4
HR : 84 x/i G4P2A1, Hamil 37
Nifedipin PO 3x1
RR : 22 x/i
T : 37,2 0C minggu dengan
Obstetri : TFU 29 cm, puka, preskep,
PEB
DJJ 140x/m, His 2x/10
Genital : VT Cervix axial, pembukaan
5 cm, eff 80%, selaput ketuban (+),
kepala H I, STLD (-)
Ibu telah melahirkan bayi dengan cara Keadaan Umum : Baik Drip Oxytocin 1 amp
29/10/16 Kesadaran : Compos Mentis Telah lahir VE, Gastrul 3 tab PO
VE
TD : 150/100 mmHg Explorasi perdarahan
HR : 84 x/i
8
9

RR : 22 x/i
14.40 T : 37,2 0C dengan BB : 2800

gram, PB 49 cm,

LK : 33 cm, LD :

31 cm, AS : 7/8/9

anus (+) cacat (-)

perdaraha 200cc.

Tidak ada keluhan Keadaan Umum : Baik Observasi KU + TTV


30/10/16 Kesadaran : Compos Mentis Ny K Post P3A1 Observasi Perdarahan
TD : 120/100 mmHg
HR : 84 x/i Post VE Hari I
RR : 22 x/i
T : 36 0C
Tidak ada keluhan Keadaan Umum : Baik Observasi KU + TTV
31/10/16 Kesadaran : Compos Mentis Ny K Post P3A1 Pulang
TD : 120/90 mmHg
HR : 80 x/i VE Hari II
RR : 21 x/i
T : 36,4 0C

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Preeklamsia

9
10

Preeklampsia merupakan sindrom spesifik-kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel,
yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria (Cunningham, et al., 2014). Preeklampsia terjadi pada umur kehamilan
diatas 20 minggu, paling banyak terlihat pada umur kehamilan 37 minggu, tetapi dapat juga timbul kapan saja pada pertengahan
kehamilan. Preeklampsia dapat berkembang dari preeklampsia yang ringan sampai preeklampsia yang berat.
2.2. Faktor Risiko
Walaupun belum ada teori yang pasti berkaitan dengan penyebab terjadinya preeklampsia, tetapi beberapa penelitian menyimpulkan
sejumlah faktor yang mempengaruhi terjadinya preeklampsia. Faktor risiko tersebut meliputi;
o Riwayat preeklampsia. Seseorang yang mempunyai riwayat preeklampsia atau riwayat keluarga dengan preeklampsia maka akan
meningkatkan resiko terjadinya preeklampsia.
o Primigravida, karena pada primigravida pembentukan antibodi penghambat (blocking antibodies) belum sempurna sehingga
meningkatkan resiko terjadinya preeklampsia Perkembangan preklamsia semakin meningkat pada umur kehamilan pertama dan
kehamilan dengan umur yang ekstrem, seperti terlalu muda atau terlalu tua.
o Obesitas
o Kehamilan ganda. Preeklampsia lebih sering terjadi pada wanita yang mempuyai bayi kembar atau lebih.
o Riwayat penyakit tertentu. Wanita yang mempunyai riwayat penyakit tertentu sebelumnya, memiliki risiko terjadinya
preeklampsia. Penyakit tersebut meliputi hipertensi kronik, diabetes, penyakit ginjal atau penyakit degenerati seperti reumatik
arthritis atau lupus.
2.3. Etiologi & Patofisiologi

Etiologi terjadinya preeklampsia hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Terdapat banyak teori yang ingin menjelaskan tentang
penyebab preeclampsia tetapi tidak ada yang memberikan jawaban yang memuaskan.Tetapi, ada beberapa faktor yang berperan, yaitu:

Peran Prostasiklin dan Tromboksan


Pada preeklampsia dijumpai kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga sekresi vasodilatator prostasiklin oleh sel-sel endotelial
plasenta berkurang, sedangkan pada kehamilan normal, prostasiklin meningkat. Sekresi tromboksan oleh trombosit bertambah

10
11

sehingga timbul vasokonstriksi generalisata dan sekresi aldosteron menurun. Perubahan aktivitas tromboksan memegang peranan
sentral terhadap ketidakseimbangan prostasiklin dan tromboksan.Hal ini mengakibatkan pengurangan perfusi plasenta sebanyak
50%, hipertensi, dan penurunan volume plasma.

Peran Faktor Imunologis


Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama karena pada kehamilan pertama terjadi pembentukan blocking antibodies
terhadap antigen plasenta tidak sempurna. Pada preeklampsia terjadi kompleks imun humoral dan aktivasi komplemen. Hal ini
dapat diikuti dengan terjadinya pembentukan proteinuria.

Peran Faktor Genetik


Bukti yang mendukung berperannya faktor genetik pada penderita preeklampsia adalah peningkatan Human leukocyte antigen
(HLA). Menurut beberapa peneliti,wanita hamil yang mempunyai HLA dengan haplotipe A 23/29, B 44 dan DR 7 memiliki resiko
lebih tinggi menderita preeklampsia dan

11

Gambar 2.1. Patofisiologi Eklampsia &


Preeklampsia (Beckmann, et al., 2009)
12

12
13

2.4. Diagnosis

Klasifikasi Preeklampsia

Dari berbagai gejala, preeklampsia dibagi menjadi preeklampsia ringan dan preeklampsia berat.

1. Kriteria preeklampsia ringan :


Hipertensi dengan sistolik/diastolik > 140/90 mmHg, sedikitnya enam jam pada dua kali pemeriksaan tanpa kerusakan organ.
Proteinuria > 300 mg/24 jam atau > 1 + dipstik.
Edema generalisata yaitu pada lengan, muka, dan perut.
2. Preeklampsia berat dibagi menjadi : preeklampsia berat tanpa impending eclampsia dan preeklampsia berat dengan impending
eclampsia.
Kriteria preeklampsia berat :
a. Tekanan darah sistolik/diastolik > 160/110 mmHg sedikitnya enam jam pada dua kali pemeriksaan. Tekanan darah ini tidak
menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan telah menjalani tirah baring.
b. Proteinuria > 5 gram/24 jam atau > 3 + dipstik pada sampel urin sewaktu yang dikumpulkan paling sedikit empat jam sekali.
c. Oliguria < 400 ml / 24 jam.
d. Kenaikan kadar kreatinin plasma > 1,2 mg/dl.
e. Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala persisten, skotoma, dan pandangan kabur.
f. Nyeri epigastrium pada kuadran kanan atas abdomen akibat teregangnya kapsula glisson.
g. Edema paru dan sianosis.
h. Hemolisis mikroangipatik karena meningkatnya enzim laktat dehidrogenase
i. Trombositopenia ( trombosit < 100.000 mm3)
j. Oligohidroamnion, pertumbuhan janin terhambat, dan abrupsio plasenta.
k. Gangguan fungsi hepar karena peningkatan kadar enzim ALT dan AST.
2.5. Penatalaksanaan

1. Penanganan Umum
Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi sampai tekanan diastolik antara 90-100 mmHg
Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar no.16 atau lebih

13
14

Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload


Kateterisasi urin untuk pengukuran volume dan pemeriksaan proteinuria
Infus cairan dipertahankan 1,5 - 2 liter/24 jam
Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin
Observasi tanda vital, refleks dan denyut jantung janin setiap 1 jam
Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru. Adanya krepitasi merupakan tanda adanya edema paru. Jika ada edema paru,
hentikan pemberian cairan dan berikan diuretik (mis. Furosemide 40 mg IV)
Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan. Jika pembekuan tidak terjadi setelah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulopati
2. Anti Konvulsan (MgSO4)
3. Anti Hipertensi
Obat pilihan adalah Nifedipin, yang diberikan 5-10 mg oral yang dapat diulang sampai 8 kali/24 jam
Jika respons tidak membaik setelah 10 menit, berikan tambahan 5 mg sublingual Nifedipin 10 mg sublingual.

preeklamsia

Ringan Berat Eklamsia

Rawat RS: Rawat RS:


istirahat MgSO4 Anti
Oksigen konvulsan
Anti MgSO4
hipertensif Oksigen
Gejala progresif
berkurang
KU stabil
Induksi
Rawat jalan Persalinan
14
15

Pertimbangkan
persalinan
Stabil pervaginam

Pervaginam Berhasil Gagal SC

15
16

2.6. Komplikasi

Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin. Usaha utama ialah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre-
eklampsia dan eklampsia. Komplikasi yang tersebut di bawah ini biasanya terjadi pada pre-eklampsia berat dan eklampsia.

1. Solusio plasenta. Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada pre-
eklampsia.
2. Hipofibrinogenemia. Pada pre-eklampsia berat Zuspan (1978) menemukan 23% hipofibrinogenemia, maka dari itu penulis
menganjurkan pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.
3. Hemolisis. Penderita dengan pre-eklampsia berat kadang-kadang menunjukkan gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus.
Belum diketahui dengan pasti apakah ini merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah. Nekrosis periportal hati
yang sering ditemukan pada autopsi penderita eklampsia dapat menerangkan ikterus tersebut.
4. Perdarahan otak. Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklampsia.
5. Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu, dapat terjadi. Perdarahan kadang-
kadang terjadi pada retina; hal ini merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.
6. Edema paru-paru. Zuspan (1978) menemukan hanya satu penderita dari 69 kasus eklampsia, hal ini disebabkan karena payah
jantung.
7. Nekrosis hati. Nekrosis periportal hati pada pre-eklampsia-eklampsia merupakan akibat vasopasmus arteriol umum. Kelainan ini
diduga khas untuk eklampsia, tetapi ternyata juga ditemukan pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan
pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.
8. Sindroma HELLP. yaitu haemolysis, elevated liver enzymes, dan low platelet.

16
17

9. Kelainan ginjal. Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembeng-kakan sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa
kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
10. Komplikasi lain. Lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat kejang-kejang pneumonia aspirasi, dan DIC (disseminated
intravascular coogulation).
11. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra-uterin.

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada laporan kasus berikut diajukan suatu kasus seorang wanita berusia 38 tahun dengan diagnosa Preeklampsia Berat. Diagnosa

ditegakkan berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik-ginekologik, serta pemeriksaan pemeriksaan laboratorium.

Dari hasil anamnesis didapatkan data pasien merupakan Ibu Hamil dengan G4P2A1 37 minggu dengan keluhan mata berkunang-kunang

pada pasien,. Ada beberapa kemungkinan diagnosis untuk pasien yaitu Hipertensi dalam Kehamilan, Anemia, atau Dizziness.

Pemeriksaan status generalis menunjukkan keadaan umum serta pemeriksaan head to toe pasien baik dan dalam batas normal, namun salah

satu vital sign yaitu tekanan darah mengalami peningkatan, yaitu 160/110. Hal tersebut mengarahkan ke diagnosa Hipertensi dalam Kehamilan.

Hipertensi dalam kehamilan dibagi dalam beberapa kategori untuk penentuan diagnosa akhir. Diagnosa tersebut didasarkan pada umur

kehamilan, tekanan darah, adanya proteinuria, serta tanda dan gejala lain seperti gangguan visual, gangguan fungsi neurogis, gangguan fungsi

hati dan ginjal ataupun hitung jumlah trombosit <100.000/mm3, dan lain-lain.

17
18

Berdasarkan data yang didapat diagnosa pasien mengarah ke Preeklampsia Berat, dengan diagnosa banding Hipertensi Gestasional, dengan

pembeda ada tidaknya proteinuria pada pasien tersebut.

Pemeriksaan penunjang yang didapatkan saat pertama awal datang adalah proteinuria +1 atas data rujukan dari Faskes Awal yang

menangani pasien tersebut. Dan didiagnosa dengan Preeklampsia Berat. Namun saat diperiksa ulang kadar proteinuria tersebut secara kuantitatif

menunjukan hasil negative.(<300mg) dan mengarah ke diagnosa Hipertensi Gestasional.

Penatalaksanaan yang dilakukan adalah Informed Consent, dan pemberian MgSO4 sebagai profilaksis terjadinya eclampsia. Setelah itu

akan dilakukan terminasi kehamilan dengan cara Induksi Oksitosin yang dimulai dari 20 tpm. Pasien maupun janin diobservasi selama

pemberian dengan P10. Pada saat persalinan dilakukan Vakum Ekstraksi pada pasien karena tidak menunjukan adanya kemajuan persalinan.

DAFTAR PUSTAKA

Beckmann, C. R. B. et al., 2009. Obstetrics and Gynecology 6th Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Cunningham, et al., 2014. Williams Obstetric, 24th edition. United States of America: McGraw-Hill.
Desen, W., 2013. Buku Ajar Onkologi Klinik. Jakarta: Penerbit FKUI.
Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2014. Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2013. Profil Kesehatan Jawa Tengah, 1 Mei, pp. 1-114.
Hadibroto, B. R., 2005. Mioma Uteri. Majalah Kedokteran Nusantara, pp. 254-259.
Hurt, K. J. et al., 2011. Manual of Gynecology & Obstetric. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Kumar, V., Abbas, A. K. & Aster, J. C., 2013. Robbins Basic Pathology 9th edition. Philadelphia: Elsevier.

18
19

Prawirohardjo, S., 2010. Ilmu Kebidanan Edisi IV. Jakarta: PT Bina Pustaka.
Prawirohardjo, S., 2011. Ilmu Kandungan Edisi III. Jakarta: PT Bina Pustaka.
Sinclair, C., 2010. Buku Saku Kebidanan. Jakarta: EGC.

19

Anda mungkin juga menyukai