Angela Tiana
112016287
Pembimbing : dr. Nasirun Zulkarnaen, Sp.Rad
2.1.5 Penatalaksanaan
Pengelolaan ileus paralitik bersifat konservatif dan suportif. Tindakannya
berupa dekompresi, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, mengobati kausa
atau penyakit primer dan pemberian nutrisi yang adekuat. Beberapa obat-obatan
jenis penyekat simpatik (simpatolitik) atau obat parasimpatomimetik pernah
dicoba, ternyata hasilnya tidak konsisten. Untuk dekompresi dilakukan pemasangan
pipa nasogastrik (bila perlu dipasang juga rectal tube). Pemberian cairan, koreksi
gangguan elektrolit dan nutrisi parenteral hendaknya diberikan sesuai dengan
kebutuhan dan prinsip pemberian nutrisi parenteral. Beberapa obat yang dapat
dicoba yaitu metoklopramid bermanfaat untuk gastroparesis, sisaprid bermanfaat
untuk ileus paralitik pasca-operasi, dan klonidin dilaporkan bermanfaat untuk
mengatasi ileus paralitik karena obat-obatan. Neostigmin sering diberikan pada
pasn ileus paralitik pasca operasi. Bila bising usus sudah mulai ada dapat dilakukan
test feeding, bila tidak ada retensi, dapat dimulai dengan diet cair kemudian
disesuaikan sejalan dengan toleransi ususnya.8
2.1.6 Prognosis
Prognosis ileus paralitik baik bila penyakit primernya dapat diatasi.
Gambar 1.Gambaran multiple air fluid level yang panjang ileus obstruktif
foto polos abdomen posisi supine
Sumber: www. Radiopaedia.org
2. Ileus Obstruktif
2.2.1 Definisi
Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi
lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya
sumbatan/hambatan mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding
usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen
usus yang menyebabkan nekrosis segmen usus tersebut.5
2.2.2 Etiologi
Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus antara lain :
1. Hernia inkarserata : usus masuk dan terjepit di dalam pintu hernia. Pada anak
dapat dikelola secara konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Namun,
jika percobaan reduksi gaya berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam, harus
diadakan herniotomi segera. Dalam pemeriksaan penunjang harus ditambah
dengan melakukan permeriksaan USG abdomen.3,9
2. Non hernia inkarserata, antara lain :
a. Adhesi atau perlekatan usus
Di mana pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit usus. Dapat berupa
perlengketan mungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, bisa setempat atau
luas. Umunya berasal dari rangsangan peritoneum akibat peritonitis setempat atau
umum. Ileus karena adhesi biasanya tidak disertai strangulasi. Dalam pmeriksaan
penunjang harus ditambah dengan melakukan permeriksaan USG abdomen.5
b. Invaginasi
Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak jarang pada
orang muda dan dewasa. Invaginasi pada anak sering bersifat idiopatik karena tidak
diketahui penyebabnya. Invaginasi umumnya berupa intususepsi ileosekal yang
masuk naik ke kolon ascendens dan mungkin terus sampai keluar dari rektum. Hal
ini dapat mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk dengan
komplikasi perforasi dan peritonitis. Diagnosis invaginasi dapat diduga atas
pemeriksaan fisik, dan dipastikan dengan pemeriksaan Roentgen dengan pemberian
enema barium. Invaginasi pada orang muda dan dewasa jarang idiopatik, umumnya
ujung invaginatum merupakan polip atau tumor lain di usus halus. Pada anak,
apabila keadaan umumnya mengizinkan, maka dapat dilakukan reposisi hidrostatik
yang dapat dilakukan sekaligus sewaktu diagnosis Roentgen ditegakkan. Namun,
apabila tidak berhasil, harus dilakukan reposisi operarif. Sedangkan pada orang
dewasa, terapi reposisi hidrostatik umumnya tidak mungkin dilakukan karena
jarang merupakan invaginasi ileosekal.10 (gambar 2g)
c. Askariasis
Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya jumlahnya
puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di mana-mana di usus halus,
tetapi biasanya di ileum terminal yang merupakan tempat lumen paling sempit.
Obstruksi umumnya disebabkan oleh suatu gumpalan padat terdiri atas sisa
makanan dan puluhan ekor cacing yang mati atau hampir mati akibat pemberian
obat cacing. Segmen usus yang penuh dengan cacing berisiko tinggi untuk
mengalami volvulus, strangulasi, dan perforasi.11
d. Volvulus
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang abnormal dari
segmen usus sepanjang aksis longitudinal usus sendiri, maupun pemuntiran
terhadap aksis radii mesenterii sehingga pasase makanan terganggu. Pada usus
halus agak jarang ditemukan kasusnya. Kebanyakan volvulus didapat di bagian
ileum dan mudah mengalami strangulasi. Gambaran klinisnya berupa gambaran
ileus obstruksi tinggi dengan atau tanpa gejala dan tanda strangulasi. 12 (gambar 2e
dan 2f)
e. Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi usus, kecuali jika ia
menimbulkan invaginasi. Proses keganasan, terutama karsinoma ovarium dan
karsinoma kolon, dapat menyebabkan obstruksi usus. Hal ini terutama disebabkan
oleh kumpulan metastasis di peritoneum atau di mesenterium yang menekan
usus.Dalam hal ini jika ada terdapat tumor perlu dilakukan pemeriksaan CT scan.
f. Batu empedu yang masuk ke ileus.
Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul dari saluran
empedu ke duodenum atau usus halus yang menyebabkan batu empedu masuk ke
traktus gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus,
umumnya pada bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan
obstruksi.
2.2.3 Patogenesis
Usus di bagian distal kolaps, sementara bagian proksimal berdilatasi. Usus
yang berdilatasi menyebabkan penumpukan cairan dan gas, distensi yang
menyeluruh menyebabkan pembuluh darah tertekan sehingga suplai darah
berkurang (iskemik), dapat terjadi perforasi. Dilatasi dan dilatasi usus oleh karena
obstruksi menyebabkan perubahan ekologi, kuman tumbuh berlebihan sehingga
potensial untuk terjadi translokasi kuman. Gangguan vaskularisasi menyebabkan
mortalitas yang tinggi, air dan elektrolit dapat lolos dari tubuh karena muntah.
Dapat terjadi syok hipovolemik, absorbsi dari toksin pada usus yang mengalami
strangulasi.4
Dinding usus halus kuat dan tebal, karena itu tidak timbul distensi
berlebihan atau ruptur. Dinding usus besar tipis, sehingga mudah distensi. Dinding
sekum merupakan bagian kolon yang paling tipis, karena itu dapat terjadi ruptur
bila terlalu tegang. Gejala dan tanda obstruksi usus halus atau usus besar tergantung
kompetensi valvula Bauhini. Bila terjadi insufisiensi katup, timbul refluks dari
kolon ke ileum terminal sehingga ileum turut membesar.1,2
Pengaruh obstruksi kolon tidak sehebat pengaruh pada obstruksi usus halus
karena pada obstruksi kolon, kecuali pada volvulus, hampir tidak pernah terjadi
strangulasi. Kolon merupakan alat penyimpanan feses sehingga secara relatif fungsi
kolon sebagai alat penyerap sedikit sekali. Oleh karena itu kehilangan cairan dan
elektrolit berjalan lambat pada obstruksi kolon distal.5
Dengan stetoskop, diperiksa suara normal dari usus yang berfungsi (bising
usus). Pada penyakit ini, bising usus mungkin terdengar sangat keras dan bernada
tinggi, atau tidak terdengar sama sekali.4,5,6 Nilai laboratorium pada awalnya
normal, kemudian akan terjadi hemokonsentrasi, leukositosis, dan gangguan
elektrolit. Pada pemeriksaan radiologis, dengan posisi tegak, terlentang dan lateral
dekubitus menunjukkan gambaran anak tangga dari usus kecil yang mengalami
dilatasi dengan air fluid level. Pemberian kontras akan menunjukkan adanya
obstruksi mekanis dan letaknya. Pada ileus obstruktif letak rendah jangan lupa
untuk melakukan pemeriksaan rektosigmoidoskopi dan kolon (dengan colok dubur
dan barium inloop) untuk mencari penyebabnya. Periksa pula kemungkinan terjadi
hernia.4,5,6 Pada saat sekarang ini radiologi memainkan peranan penting dalam
mendiagnosis secara awal ileus obstruktif secara dini.5,6
a. Gambaran Radiologi
Untuk menegakkan diagnosa secara radiologis pada ileus obstruktif dilakukan foto
abdomen 3 posisi. Yang dapat ditemukan pada pemeriksaan foto abdomen ini
antara lain :13
1. Ileus obstruksi letak tinggi :
- Dilatasi di proximal sumbatan (sumbatan paling distal di ileocecal junction)
dankolaps usus di bagian distal sumbatan.
- Coil spring appearance (gambar 2a)
- Herring bone appearance (gambar 2a)
- Air fluid level yang pendek-pendek dan banyak (step ladder sign) (Gambar 2c dan
2d)
2. Ileus obstruksi letak rendah :
- Gambaran sama seperti ileus obstruksi letak tinggi (gambar 2b)
- Gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada tepi abdomen
- Air fluid level yang panjang-panjang di kolon. Sedangkan pada ileus paralitik
gambaran radiologi ditemukan dilatasi usus yang menyeluruh dari gaster sampai
rectum.
2.2.7 Diagnosis Banding
Pada ileus paralitik nyeri yang timbul lebih ringan tetapi konstan dan difus,
dan terjadi distensi abdomen. Ileus paralitik, bising usus tidak terdengar dan tidak
terjadi ketegangan dinding perut. Bila ileus disebabkan oleh proses inflamasi akut,
akan ada tanda dan gejala dari penyebab primer tersebut. Gastroenteritis akut,
apendisitis akut, dan pankreatitis akut juga dapat menyerupai obstruksi usus
sederhana. 2,3,7
2.2.7 Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami
obstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan.
Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatu
penyumbatan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika
disebabkan oleh perlengketan. Penderita penyumbatan usus harus di rawat di rumah
sakit.14
1. Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi
dan mengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien dipuasakan, kemudian
dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan umum.
Setelah keadaan optimum tercapai barulah dilakukan laparatomi. Pada obstruksi
parsial atau karsinomatosis abdomen dengan pemantauan dan konservatif.
2. Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital
berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah
pembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila :
- Strangulasi
- Obstruksi lengkap
- Hernia inkarserata
- Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan pemasangan
NGT, infus, oksigen dan kateter)
3. Pasca Bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan
elektrolit. Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori
yang cukup. Perlu diingat bahwa pasca bedah usus pasien masih dalam keadaan
paralitik.
2.2.8 Komplikasi
Pada obstruksi kolon dapat terjadi dilatasi progresif pada sekum yang
berakhir dengan perforasi sekum sehingga terjadi pencemaran rongga perut dengan
akibat peritonitis umum.
Pada perforasi ileum, maka feses cair dan kuman-kuman segera
mengkontaminir peritoneum dan setelah melewati masa inkubasi (rata-rata 6-8 jam)
baru menimbulkan gejala peritonitis. Tetapi ileum sebenarnya memiliki sifat
”protective mechanism” yaitu sifat bila suatu segmen ileum mengalami perforasi
maka akan segera segemen tadi kaan berkontraksi sedemikian rupa sehingga
menutup lubang perforasi.Sifat ini berlangsung selama 1-4 jam tergantung keadaan
umum dan juga keadaan usus itu sendiri. Misalkan penderita dengan keadaan umum
jelek (KP,kakeksia) maka sifat ini berlangsung 1 jam atau kurang bahakan tak ada
sama sekali. Juga pada usus yang sakit misalkan pada tifus abdominalis maka
mekanisme ini juga akan berkurang.Secara ringkas disimpulkan bila ileum
mengalami perforasi maka gejala peritonitis timbul sesudah 8-12 jam kemudian.
Penderita harus diobservasi ketat selama minimal 24 jam pertama pada kasus
trauma tumpul abdomen.
2.2.9 Prognosis
Mortalitas ileus obstruktif ini dipengaruhi banyak faktor seperti umur,
etiologi, tempat dan lamanya obstruksi. Jika umur penderita sangat muda ataupun
tua maka toleransinya terhadap penyakit maupun tindakan operatif yang dilakukan
sangat rendah sehingga meningkatkan mortalitas. Pada obstruksi kolon
mortalitasnya lebih tinggi dibandingkan obstruksi usus halus.
Gambar 2a. Gambaran coil spring dan herring bone ileus obstruktif letak tinggi
foto polos abdomen posisi supine
Gambar 2b. Gambaran coil spring dan herring bone ileus obstruktif letak rendah
foto polos abdomen posisi supine
(2c) (2d)
Gambar 2c dan 2d. Gambaran multiple air fluid level yang pendek ileus obstruktif
(2e) (2f)
Gambar 2e. Volvulus sigmoid (adanya gambaran coffe bean apperance) dan 2f.
Volvulus caecum
2g. Gambaran Invaginasi
BAB III
PENUTUP
A. Ileus paralitik
Ileus paralitik terjadi karena adanyagangguan pasase usus. Pada
umumnya akan memberikan gambaran multiple air fluid level yang panjang.
Prognosis ileus paralitik baik bila penyakit primernya dapat diatasi.
B. Ileus obstruktif
Pada umumnya ileus obtruktif dibedakan menjadi non adhesi dan
adhesi. Ileus obstruktif disebabkan oleh berbagai hal bisa disebabkan
adanya volvulus, invaginasi, tumor dan sebagainya. Ileus ini dibedakan
menjadi ileus letak tinggi dan letak rendah. Dalam pemeriksaan foto polos
abdomen bisa didapatkan adanya gambaran multiple air fluid level yang
pendek-pendek, coil spring dan herring bone. Sedangkan yang
membedakan ileus letak tinggi denagn letak rendah adalah pada letak tinggi
terjadi dilatasi usus halus dan pada letak tinggi ditemuakn dilatasi usus halus
dan kolon.
Daftar Pustaka
1. Faradilla, Nova 2009. Ileus Obstruksi
.http://www.scribd.com/ileus_obstruktif .
2. Guyton A.C., Hall J.E. 2010. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Edisi ke-9.
Jakarta : EGC.
3. Manif Niko, Kartadinata. 2008. Obstruksi Ileus . Cermin Dunia
Kedokteran o.29.http://www.portalkalbe.com/files/obstruksiileus.pdf.
4. Katz Julian. Postoperative Ileus . Medscape Medicine.[Cited 5 januari
2017] diunduh dari ihttp://emedicine.medscape.com/article/2242141-
overview
5. Warsinggih. Peritonitis, ileus paralitik dan ileus obrtuktif. FK Hasanudin:
Makasar. 2014
6. Health Line. The symptons of Ileus.[Cited maret 2017] diunduh
http://www.healthline.com/health/ileus#overview1
7. Hacking Craig Adynamic Ileus. Radiopedia. [Cited nov 2017] diunduh dari
https://radiopaedia.org/articles/adynamic-ileus
8. Health Grades. Paralytic ileus. [Cited nov 2017] diunduh dari
https://www.healthgrades.com/conditions/paralytic-ileus
9. Hospital Care for Children. Masalah bedah yang berhubungan dengan
abdomen. [Cited 2017] diunduh dari http://www.ichrc.org/947
10. Amini Behrang. Intususepsi. Radiopedia. [Cited 2017] diunduh dari
https://radiopaedia.org/articles/intussusception
11. Medkes. Penyebab, gejala dan pengobatan askariasis. MEDKES. [Cited
2017] diunduh dari http://www.medkes.com/2015/02/penyebab-gejala-
pengobatan-askariasis.html
12. Jones Jeremy. Sigmoid Volvulus. Radiopaedia. [Cited 2017] diunduh dari
https://radiopaedia.org/articles/sigmoid-volvulus
13. Jones Jeremy. Small bowel obstruction. Radiopaedia. [Cited 2017]
diunduh dari https://radiopaedia.org/articles/small-bowel-obstruction
14. Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim. 2012. Buku Ajar Ilmu Bedah . Edisi
2. Jakarta : EGC. Hal: 623.