Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Payudara tumbuh sejak minggu keenam masa embrio berupa penebalan
ektodermal dari sepanjang garis yang terbentang dari aksila sampai regio inguinal.
Payudara merupakan organ seks sekunder yang merupakan simbol femininitas
perempuan. Adanya kelainan pada payudara akan dapat menurunkan kepercayaan
diri perempuan. Salah satu dari kelainan payudara terbanyak pada perempuan
yaitu tumor payudara. (Sjamsuhidajat, 2013)
Tumor merupakan benjolan yang abnormal dalam tubuh yang disebabkan
oleh berbagai macam penyakit, seperti penyakit keganasan (neoplasma), infeksi,
dll. Tumor merupakan hasil perubahan neoplastik dari semua sel berinti tunggal di
dalam tubuh, namun ada juga beberapa jenis sel lain yang lebih mudah tumbuh
untuk membentuk tumor. Sel yang telah mengalami transformasi ini disebut sel
neoplastik. Neoplasma berasal dari kata neos (Yunani) berarti baru dan
plasein yaitu pembentukan jaringan baru yang abnormal. Beberapa stimulus
dapat menimbulkan perubahan materi genetik yang akan menimbulkan perubahan
pola pertumbuhan sel normal yang menetap. Sel-sel ini akan berproliferasi secara
berlebihan dalam pola yang tidak teratur untuk membentuk tonjolan atau massa
jaringan yang disebut neoplasma (pertumbuhan baru). Istilah neoplasma
mempunyai kesamaan arti medis dengan kata tumor. Menurut kesepakatan, massa
sel neoplatik disebut dengan tumor. (Sudoyo, 2009)
Tumor payudara jinak merupakan faktor risiko penting untuk penyakit
payudara berkembang menjadi keganasan. Hal Ini mencakup gambaran histologis
yang luas, biasanya dibagi menjadi lesi nonproliferative, lesi proliferatif tanpa
atypia, dan hiperplasia atipikal, dengan peningkatan risiko kanker payudara yang
terkait dengan proliferasi atau lesi atipikal. (Sjamsuhidajat, 2013)
Pada satu penelitian disebutkan bahwa dalam kurun waktu 10 tahun
pengamatan, sedikitnya 16% wanita datang dengan keluhan benjolan di
payudaranya. Dari jumlah ini, ternyata 8% adalah kanker payudara, terutama pada
usia di atas 40 tahun. Gejala subjektif yang dikeluhkan bervariasi dari hanya
benjolan yang nyeri/tidak nyeri sampai keluarnya cairan dari puting susu. (Fadjari,
2012)

1
B. Tujuan Referat
Tujuan penulisan referat ini mempelajari lebih lebih dalam mengenai Tumor
pada mammae, terutama untuk penulis sendiri.
C. Manfaat Referat
Penulisan referat ini diharapkan dapat membantu penulis dan pembaca
sekalian dalam mempelajari penyakit, sehingga dapat menjadi acuan dalam
mendiagnosis dan memberikan terapi yang tepat pada pasien yang mempunyai
gejala tumor mammae.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Tumor Payudara


Tumor atau neoplasma secara umum di artikan sebagai benjolan atau
pembengkakan yang disebabkan pertumbuhan sel abnormal dalam tubuh.
Pertumbuhan tumor dapat bersifat ganas (malignan) atau jinak (benign). (Pierce,
2007)
B. Anatomi Payudara
Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan, yaitu jaringan
glandular (kelenjar) dan jaringan stromal (penopang). Jaringan glandular meliputi
kelenjar susu (lobus) dan salurannya (ductus). Sedangkan jaringan stromal
meliputi jaringan lemak dan jaringan ikat. Payudara terdapat dalam fasia
superfisialis dinding torak ventral yang berkembang menonjol tegak dari
subklavikula sampai dengan costae atau intercostae kelima sampai keenam.

Gambar 1. Anatomi mammae anterior


Setiap payudara terdiri atas 15-20 lobus yang tersusun radier dan
berpusat pada papilla mamma. Saluran utama tiap lobus memiliki ampulla
yang membesar tepat sebelum ujungnya yang bermuara ke papilla. Tiap
papilla dikelilingi oleh daerah kulit yang berwarna lebih gelap yang disebut
areola mamma. Daerah aerola mammae mengandung folikel rambut, kelenjar
apokrin dan kelenjar sebaseus Montgomery yang menghasilkan air susu. Puting
susu mengandung akhiran saraf dan otot polos, serta 8-20 duktus laktiferus
komunis yang merupakan terminal dari duktus laktiferus. Pada areola mamma,
terdapat tonjolan-tonjolan halus yang merupakan tonjolan dari kelenjar areola di
bawahnya.
Jika dilakukan perabaan pada payudara, akan terasa perbedaan di tempat
yang berlainan. Pada bagian lateral atas (dekat aksila), cenderung terasa
bergumpal-gumpal besar. Pada bagian bawah, akan terasa seperti pasir atau

3
kerikil. Sedangkan bagian di bawah puting susu, akan terasa seperti kumpulan biji
yang besar. Namun, perabaan ini dapat berbeda pada orang yang berbeda.
Untuk mempermudah menyatakan letak suatu kelainan, payudara dibagi
menjadi lima regio, yaitu
1. Kuadran atas bagian medial (inner upper quadrant)
2. Kuadran atas bagian lateral (outer upper quadrant)
3. Kuadran bawah bagian medial (inner lower quadrant)
4. Kuadran bawah bagian lateral (outer lower quadrant)
5. Regio puting susu (nipple)

Gambar 2. Regio mammae

Perdarahan jaringan payudara berasal dari arteri perforantes anterior yang


merupakan cabang dari arteri mammaria interna, arteri torakalis lateralis, dan
arteri interkostalis posterior. Sedangkan, sistem limfatik payudara terdiri dari
pleksus subareola dan pleksus profunda. Pleksus subareola mencakup bagian
tengah payudara, kulit, areola dan puting yang akan mengalir kearah
kelenjar getah bening pektoralis anterior dan sebagian besar ke kelenjar getah
bening aksila. Pleksus profunda mencakup daerah muskulus pektoralis menuju
kelenjar getah bening rotter, kemudian ke kelenjar getah bening subklavikula
atau route of Grouzsman, dan 25% sisanya menuju kelenjar getah bening
mammaria interna.

Gambar 3. Sistem limfatik mammae

4
Persarafan sensorik payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis dan
cabang saraf interkostalis kedua sampai keenam sehingga dapat menyebabkan
penyebaran rasa nyeri terutama pada punggung, skapula, lengan bagian
tengah, dan leher.
C. Fisiologi Payudara
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormon.
Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa
fertilitas, sampai ke klimakterium, dan menopause. Sejak pubertas pengaruh
estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise,
telah menyebabkan ductus berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke
8 haid, payudara menjadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid
berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang
nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi
tegangdan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin
dilakukan. Pada waktu itu, pemeriksaan foto mammgrafi tidak berguna karena
kontras kelenjar terlalu besar. Begitu haid mulai, semuanya berkurang.
Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan,
payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus
berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis
anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus,
kemudian dikeluarkan melalui duktus putting susu.
(Sjamsuhidajat, 2013)
D. Kelainan Pertumbuhan dan Perkembangan Payudara
1. Ginekomastia
Ginekomastia merupakan hipertrofi payudara pada laki-laki. Pada masa
remaja sering ditemukan berupa benjolan 2-3 cm dengan nyeri dan biasanya
bilateral, namun kelainan akan normal kembali dalam waktu 1 tahun.
Biasanya ditemukan juga pada usia > 65 tahun pada obesitas, penyakit hati
dan juga obat-obatan seperti hormon estrogen dan androgen,antihipertensi,
digitalis dan kemoterapeutik kanker.
2. Anomali
Anomali mammae meliputi amastia (tidak ada kelenjar mammae), athelia
(tidak ada puting payudara), jaringan aksesoris mammae, dan mammae
aberan (ektopik, menyimpang).
(Sjamsuhidajat, 2013)

5
E. Infeksi
1. Mastitis puerperalis akut
Merupakan peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai
infeksi yang menyertai laktasi. Biasanya terjadi infeksi oleh bakteri
stafilokokus atau streptokokus yang masuk melalui puting susu yang luka
berupa fisura atau lewat muara duktus laktiferus. Dapat berkembang menjadi
abses yang nyeri disertai demam.
2. Mastitis tuberkulosa
Merupakan suatu kondisi peradangan yang disebabkan oleh bakteri
Mycobcterium tuberculosis yang kadang membentuk sebuah fistel, dapat
timbul abses dingin yang tidak begitu nyeri. Diagnosis dipastikan dengan
pemeriksaan, pembiakan nanah dan histologi biopsi.
3. Fistel paraareola
Merupakan terjadinya pengeluaran cairan hemoragik dari puting yang
kental seperti mentega, sehingga menyebabkan retraksi pada bagian bawah
payudara. Hal ini dapat menjadikan abses pada payudara, kemudian
mengakibatkan terbentuknya fistel. Fistel umumnya harus di eksisi, jika tidak
lengkap maka terjadi kekambuhan.
(Sjamsuhidajat, 2013)
F. Tumor Jinak
Tumor jinak mammae ialah lesi jinak yang disebabkan pertumbuhan sel
abnormal yang dapat terjadi pada payudara. (Pierce, 2007)
1. Kista
Kista adalah ruang berisi cairan yang dibatasi sel-sel glandular. Kista
terbentuk dari cairan yang berasal dari kelenjar payudara. Mikrokista terlalu
kecil untuk dapat diraba, Kista tidak dapat dibedakan dengan massa lain pada
mammae dengan mammografi atau pemeriksaan fisis dan ditemukan hanya
bila jaringan tersebut dilihat di bawah mikroskop. Jika cairan terus
berkembang akan terbentuk makrokista. Makrokista ini dapat dengan mudah
diraba dan diameternya dapat mencapai 1 sampai 2 inchi.
(Pierce, 2007)
2. Fibroadenoma
Fibroadenoma merupakan neoplasma jinak yang terutama terdapat pada
wanita muda. Setelah menopause, tumor tersebut sudah tidak lagi
ditemukan. Fibroadenoma teraba sebagai benjolan bulat atau berbenjol-
benjol, dengan simpai licin dan konsistensi kenyal padat. Tumor ini tidak
melekat pada jaringan sekitarnya dan amat mudah digerakkan. Bisaanya
fibroadenoma tidak nyeri, tetapi kadang dirasakan nyeri bila di tekan.
Kadang-kadang fibroadenoma tumbuh multiple.
(Sjamsuhidajat, 2013)

6
3. Tumor filoides
Sistosarkoma filoides merupakan salah satu tipe dari fibroadenoma yang
tumbuh sangat cepat. Tumor ini dapat membesar dan merusak sekitarnya,
karena proses pendesakan tumor. Tumor ini dapat menjadi tumor ganas,
sehingga dikenal dengan tipe jinak dan ganas.
(Sjamsuhidajat, 2013)
4. Galaktokel
Galaktokel adalah kista berisi susu yang terjadi pada wanita yang sedang
hamil atau menyusui atau dengan kata lain merupakan dilatasi kistik suatu
duktus yang tersumbat yang terbentuk selama masa laktasi. Galaktokel
merupakan lesi benigna yang luar biasa pada payudara dan merupakan
timbunan air susu yang dilapisi oleh epitel kuboid. Seperti kista lainnya,
galaktokel tidak bersifat seperti kanker.
(Pierce, 2007)
5. Papiloma intraduktus
Lesi jinak yang berasal dari duktus lactiferus dan 75% tumbuh di bawah
areola mamma ini memberikan gejala berupa sekresi cairan berdarah dari
putting susu. Konfirmasi diagnosis papiloma intraduktus dilakukan dengan
duktografi. Lesi dapat multipel dan atau bilateral. Biasanya terjadi pada usia
40 tahunan. Penanganannya berupa eksisi local. Pada kasus multipel
papilloma, frekuensi untuk menjadi karsinoma papilar meningkat.
(Sjamsuhidajat, 2013)
6. Duktus ektasia
Ektasia duktus merupakan lesi benigna yang ditandai adanya pelebaran
dan pengerasan dari duktus. Adanya massa berupa ductus yang membesar
dicirikan dengan sekresi puting yang berwarna hijau atau hitam pekat, dan
lengket. Pada puting serta daerah disekitarnya akan terasa sakit serta tampak
kemerahan.
(Pierce, 2007)
7. Adenosis sklerosis
Adenosis adalah temuan yang sering didapat pada wanita dengan
kelainan fibrokistik. Adenosis adalah pembesaran lobulus payudara, yang
mencakup kelenjar-kelenjar yang lebih banyak dari biasanya. Apabila
pembesaran lobulus saling berdekatan satu sama lain, maka kumpulan
lobulus dengan adenosis ini kemungkinan dapat diraba. Adenosis sklerotik
adalah tipe khusus dari adenosis dimana pembesaran lobulus disertai dengan
parut seperti jaringan fibrous.
(Pierce, 2007)

7
8. Nekrosis lemak
Nekrosis lemak terjadi bila jaringan payudara yang berlemak rusak, bisa
terjadi spontan atau akibat dari cedera yang mengenai payudara. Ketika
tubuh berusaha memperbaiki jaringan payudara yang rusak, daerah yang
mengalami kerusakan tergantikan menjadi jaringan parut. Nekrosis lemak
berupa massa keras yang sering agak nyeri tetapi tidak membesar. Kadang
terdapat retraksi kulit dan batasnya tidak rata.
(Pierce, 2007)
9. Kelainan lain
Tumor lain yang jarang tetapi dapat ditemukan di payudara yaitu lipoma,
leiomioma, histiositoma, dan kista sebasea.
(Sjamsuhidajat, 2013)
G. Tumor Ganas
Carcinoma Mammae atau kanker mammae adalah adalah suatu kondisi
dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga
mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali.
Carcinoma mammae merupakan neoplasma yang ganas berasal dari parenchyma.
1. Epidemiologi
Kanker payudara merupakan kanker tersering pada perempuan (22%
dari semua kasus baru kanker pada perempuan) dan menjadi penyebab
utama kematian akibat kanker di dunia (14% dari semua kematian kanker
perempuan). Insidens tertinggi dijumpai di Negara-negara maju seperti
amerika utara, eropa Barat, dan Utara, dan Australia, kecuali jepang.
Insidens tinggi kanker payudara pada perempuan juga diamati di amerika
selatan terutama Uruguay dan argentina.
Saat ini terjadi peningkatan insidens kanker payudara di Negara-negara
yang sebelumnya memiliki insidens rendah, seperti jepang dan Cina. Selain
disebabkan oleh perubahan yang signifikan dalam gaya hidup masyarakat
Asia, peningkatan ini juga turut terjadi berkat kemajuan teknologi diagnosis
tumor ganas payudara.
(Sjamsuhidajat, 2013)
2. Etiologi dan Faktor Resiko
a. Usia
Insiden kanker payudara semakin meningkat seiring bertambahnya
umur seorang wanita. Angka kejadian kanker payudara rata-rata
pada wanita usia 45 tahun ke atas. Kanker jarang timbul sebelum
menopause, adapun pada usia sebelum 35 tahun, yang paling sering
menyebabkan benjolan pada payudara adalah fibroadenoma dan
penyakit fibrokistik. Kanker dapat didiagnosis pada wanita
premenopause atau sebelum usia 35 tahun, tetapi kankernya

8
cenderung lebih agresif, derajat tumor yang lebih tinggi, dan
stadiumnya lebih lanjut, sehingga survival rates-nya lebih rendah.
b. Ras
Kanker payudara lebih sering terdiagnosis pada wanita kulit putih,
dibandingkan wanita Latin Amerika, Asia, or Afrika. Insidensi lebih
tinggi pada wanita yang tinggal di daerah industrialisasi.
c. Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara
Kemungkinan ini lebih besar bila keluarga itu menderita kanker
bilateral atau pramenopause. Risiko untuk menjadi kanker lebih
tinggi 2-3 kali lebih besar pada wanita yang ibunya atau saudara
perempuan kandungnya memiliki kanker payudara. Risiko lebih
tinggi jika anggota keluarganya menderita kanker payudara sebelum
usia 40 tahun. Risiko lebih meningkat bila terdapat kerabat/saudara
(baik dari keluarga ayah atau ibu) yang menderita kanker payudara.
Risiko juga meningkat apabila keluarga menderita kanker bilateral
atau saat premenopause.
d. Hormonal
Meningkatnya paparan estrogen berhubungan dengan peningkatan
risiko untuk berkembangnya kanker payudara, sedangkan
berkurangnya paparan justru memberikan efek protektif.
Penggunaan esterogen sebagai terapi penganti hormon (Hormone
Replacement Therapy = HRT) pada wanita perimenopause dan post
menopause sedikit meningkatkan resiko Ca mammae. Resiko
meningkat jika pada wanita yang menerima Estrogen Hormon
Replacement Therapy tersebut sebelumnya pernah menderita
kelainan benigna pada mammae-nya.
e. Gaya Hidup
Berat badan, aktifitas fisik, merokok, alkohol meningkatkan resiko
terjadi nya kanker payudara.
f. Pernah menderita penyakit payudara non-kanker
Risiko menderita kanker payudara lebih tinggi pada wanita yang
pernah menderita penyakit payudara non-kanker yang menyebabkan
bertambahnya jumlah saluran air susu dan terjadinya kelainan
struktur jaringan payudara (hiperplasia atipik).
g. Menarche (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun
Semakin dini menarche, semakin besar risiko menderita kanker
payudara. Risiko menderita kanker payudara 2-4 kali lebih besar
pada wanita yang mengalami menarche sebelum usia 12 tahun.

9
h. Menopause
Untuk wanita yang mengalami menopause pada usia diatas 55
tahun, resiko timbulnya Ca mammae 2 kali lebih besar
dibandingkan dengan mereka yang mulai menopause sebelum usia
45 tahun. Induksi menopause buatan dapat menurunkan resiko Ca
mammae, misalnya pada wanita-wanita yang mengalami
oophorectomy (pengangkatan ovarium) pada usia kurang dari 35
tahun.
i. Perubahan Genetik
Beberapa perubahan gen-gen tertentu akan meningkatkan risiko
terjadinya kanker payudara, antara lain BRCA1, BRCA2, dan
beberapa gen lainnya. BRCA1 and BRCA2 termasuk tumor supresor
gen. Secara umum, gen BRCA-1 beruhubungan dengan invasive
ductal carcinoma, poorly differentiated, dan tidak mempunyai
reseptor hormon. Sedangkan BRCA-2 berhubungan dengan invasive
ductal carcinoma yang lebih well differentiated dan
mengekspresikan reseptor hormon. Wanita yang memiliki gen
BRCA1 dan BRCA2 akan mempunyai risiko kanker payudara 40-
85%. Wanita dengan gen BRCA1 yang abnormal cenderung untuk
berkembang menjadi kanker payudara pada usia yang lebih dini.
(Sjamsuhidajat, 2013)
3. Klasifikasi
a. Non invasive carcinoma
i) Ductal carcinoma in situ
Ductal carcinoma in situ, juga disebut intraductal cancer, merujuk
pada sel kanker yang telah terbentuk dalam saluran dan belum
menyebar. Saluran menjadi tersumbat dan membesar seiring
bertambahnya sel kanker di dalamnya. Kalsium cenderung terkumpul
dalam saluran yang tersumbat dan terlihat dalam mamografi sebagai
kalsifikasi terkluster atau tak beraturan (clustered or irregular
calcifications) atau disebut kalsifikasi mikro (microcalcifications) pada
hasil mammogram seorang wanita tanpa gejala kanker.
DCIS dapat menyebabkan keluarnya cairan puting atau munculnya
massa yang secara jelas terlihat atau dirasakan, dan terlihat pada
mammografi. DCIS kadang ditemukan dengan tidak sengaja saat dokter
melakukan biopsy tumor jinak. Sekitar 20%-30% kejadian kanker
payudara ditemukan saat dilakukan mamografi. Jika diabaikan dan
tidak ditangani, DCIS dapat menjadi kanker invasif dengan potensi
penyebaran ke seluruh tubuh.

10
DCIS muncul dengan dua tipe sel yang berbeda, dimana salah satu
sel cenderung lebih invasif dari tipe satunya. Tipe pertama, dengan
perkembangan lebih lambat, terlihat lebih kecil dibandingkan sel
normal. Sel ini disebut solid, papillary atau cribiform. Tipe kedua,
disebut comedeonecrosis, sering bersifat progresif di awal
perkembangannya, terlihat sebagai sel yang lebih besar dengan bentuk
tak beraturan.

A B

Gambar 4. Ductal Carcinoma in situ (A) dan Sel-sel kanker menyebar keluar dari
ductus, menginvasi jaringan sekitar dalam mammae (B)

ii) Lobular carcinoma in situ


Meskipun sebenarnya ini bukan kanker, tetapi LCIS kadang
digolongkan sebagai tipe kanker payudara non-invasif. Bermula dari
kelenjar yang memproduksi air susu, tetapi tidak berkembang melewati
dinding lobulus. Mengacu pada National Cancer Institute, Amerika
Serikat, seorang wanita dengan LCIS memiliki peluang 25%
munculnya kanker invasive (lobular atau lebih umum sebagai
infiltrating ductal carcinoma) sepanjang hidupnya.

Gambar 5. Lobular carcinoma in situ

11
b. Invasive carcinoma
i) Pagets disease dari papilla mammae
Pagets disease dari papilla mammae pertama kali dikemukakan
pada tahun 1974. Seringnya muncul sebagai erupsi eksim kronik dari
papilla mammae, dapat berupa lesi bertangkai, ulserasi, atau halus.
Paget's disease biasanya berhubungan dengan DCIS (Ductal
Carcinoma in situ) yang luas dan mungkin berhubungan dengan kanker
invasif. Biopsi papilla mammae akan menunjukkan suatu populasi sel
yang identik (gambaran atau perubahan pagetoid). Patognomonis dari
kanker ini adalah terdapatnya sel besar pucat dan bervakuola (Paget's
cells) dalam deretan epitel. Terapi pembedahan untuk Paget's disease
meliputi lumpectomy, mastectomy, atau modified radical mastectomy,
tergantung penyebaran tumor dan adanya kanker invasif.

ii) Invasive ductal carcinoma


a) Adenocarcinoma with productive fibrosis (scirrhous, simplex,
NST) (80%)
Kanker ini ditemukan sekitar 80% dari kanker payudara dan pada
60% kasus kanker ini mengadakan metastasis (baik mikro maupun
makroskopik) ke KGB aksila. Kanker ini biasanya terdapat pada wanita
perimenopause or postmenopause dekade kelima sampai keenam,
sebagai massa soliter dan keras. Batasnya kurang tegas dan pada
potongan meilntang, tampak permukaannya membentuk konfigurasi
bintang di bagian tengah dengan garis berwarna putih kapur atau
kuning menyebar ke sekeliling jaringan payudara. Sel-sel kanker sering
berkumpul dalam kelompok kecil, dengan gambaran histologi yang
bervariasi.
b) Medullary carcinoma (5%)
Medullary carcinoma adalah tipe khusus dari kanker payudara,
berkisar 5% dari seluruh kanker payudara yang invasif dan merupakan
kanker payudara herediter yang berhubungan dengan BRCA-1.
Peningkatan ukuran yang cepat dapat terjadi sekunder terhadap nekrosis
dan perdarahan. 20% kasus ditemukan bilateral. Karakterisitik
mikroskopik dari medullary carcinoma berupa (1) infiltrat
limforetikular yang padat terutama terdiri dari sel limfosit dan plasma;
(2) inti pleomorfik besar yang berdiferensiasi buruk dan mitosis aktif;
(3) pola pertumbuhan seperti rantai, dengan minimal atau tidak ada
diferensiasi duktus atau alveolar. Sekitar 50% kanker ini berhubungan
dengan DCIS dengan karakteristik terdapatnya kanker perifer, dan
kurang dari 10% menunjukkan reseptor hormon. Wanita dengan kanker

12
ini mempunyai 5-year survival rate yang lebih baik dibandingkan NST
atau invasive lobular carcinoma.
c) Mucinous (colloid) carcinoma (2%)
Mucinous carcinoma (colloid carcinoma), merupakan tipe khusus
lain dari kanker payudara, sekitar 2% dari semua kanker payudara yang
invasif, biasanya muncul sebagai massa tumor yang besar dan
ditemukan pada wanita yang lebih tua. Karena komponen musinnya,
sel-sel kanker ini dapat tidak terlihat pada pemeriksaan mikroskopik.
d) Papillary carcinoma (2%)
Papillary carcinoma merupakan tipe khusus dari kanker payudara
sekitar 2% dari semua kanker payudara yang invasif. Biasanya
ditemukan pada wanita dekade ketujuh dan sering menyerang wanita
non kulit putih. Ukurannya kecil dan jarang mencapai diameter 3 cm.
McDivitt dan kawan-kawan menunjukkan frekuensi metastasis ke KGB
aksila yang rendah dan 5- and 10-year survival rate mirip mucinous dan
tubular carcinoma.
e) Tubular carcinoma (2%)
Tubular carcinoma merupakan tipe khusus lain dari kanker
payudara sekitar 2% dari semua kanker payudara yang invasif.
Biasanya ditemukan pada wanita perimenopause dan pada periode awal
menopause. Long-term survival mendekati 100%.
iii) Invasive lobular carcinoma (10%)
Invasive lobular carcinoma sekitar 10% dari kanker payudara.
Gambaran histopatologi meliputi sel-sel kecil dengan inti yang bulat,
nucleoli tidak jelas, dan sedikit sitoplasma. Pewarnaan khusus dapat
mengkonfirmasi adanya musin dalam sitoplasma, yang dapat
menggantikan inti (signet-ring cell carcinoma). Seringnya multifokal,
multisentrik, dan bilateral. Karena pertumbuhannya yang tersembunyi
sehingga sulit untuk dideteksi.
iv) Kanker campuran jaringan epitel dan jaringan ikat
- Tumor filoides ganas
- Karsinosarkoma
- Angiosarkoma
Keganasan payudara berasal dari pembuluh darah dan limfe.
Kadang angiosarkoma tumbuh 5-10 tahun setelah radioterapi
pascamasektomi keganasan payudara sebelumnya.
Angiosarkoma cenderung mengalami nekrosis sentral. Gambaran
klinis angiosarkoma berupa ruam merah hingga ungu pada kulit
yang diradiasi. Pada derajat tinggi, angiosarkoma dapat menonjol
keluar ke permukaan kulit. Metastasis ke kelenjar limfe regional

13
jarang terjadi sehingga diseksi aksila jarang diperlukan, namun
metastasis hematogen dapat terjadi dan paling sering menyebar
ke paru. Jika tidak ada metastasis, reaksi bedah harus mencapai
margin bebas sel tumor. Kemoterapi tidak banyak memberi
manfaat. Rata-rata harapan hidup penderita angiosarkoma
dengan metastasis sekitar dua tahun.
(Sjamsuhidajat, 2013)
4. Stadium
Tabel 1.3. TNM Staging System untuk Breast Cancer
Tumor Primer (T)

TX Tumor primer tidak dapat dinilai

T0 Tidak ada bukti terdapat tumor primer

Tis Carcinoma in situ

Tis(DCIS) Ductal carcinoma in situ

Tis(LCIS) Lobular carcinoma in situ

Tis(Paget's) Paget's disease dari papilla mammae tanpa tumor (Catatan :


Paget's disease yang berhubungan dengan tumor diklasifikasikan
menurut ukuran tumor)

T1 Tumor 2 cm

T1mic Microinvasion 0.1

T1a Tumor > 0.1 cm tetapi tidak lebih dari 0.5 cm

T1b Tumor > 0.5 cm tetapi tidak lebih dari 1 cm

T1c Tumor > 1 tetapi tidak lebih dari 2 cm

T2 Tumor > 2 cm tetapi tidak lebih dari 5 cm

T3 Tumor > 5 cm

14
T4 Tumor ukuran berapapun dengan perluasan langsung ke dinding
dada atau kulit, seperti yang diuraikan dibawah ini :

T4a Perluasan ke dinding dada, tidak melibatkan otot pectoralis

T4b Edema (termasuk peau d'orange), atau ulserasi kulit [ayudara, atau
ada nodul satelit terbatas di kulit payudara yang sama

T4c Kriteria T4a dan T4b

T4d Inflammatory carcinoma

Kelenjar Getah BeningKlinis (N)

NX KGB regional tidak dapat dinilai (misalnya sebelumnya telah


diangkat)

N0 Tidak ada metastasis ke KGB regional

N1 Metastasis ke KGB aksilla ipsilateral tetapi dapat digerakkan

N2 Metastasis KGB aksilla ipsilateral tetapi tidak dapat digerakkan


atau terfiksasi, atau tampak secara klinis ke KGB internal
mammary ipsilateral tetapi secara klinis tidak terbukti terdapat
metastasis ke KGB aksilla ipsilateral

N2a Metastasis ke KGB aksilla ipsilateral dengan KGB saling melekat


atau melekat ke struktur lain sekitarnya.

N2b Metastasis hanya tampak secara klinis ke KGB internal mammary


ipsilateral dan tidak terbukti secara klinis terdapat metastasis ke
KGB aksilla ipsilateral

N3 Metastasis ke KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa


keterlibatan KGB aksilla, atau secara klinis ke KGB internal
mammary ipsilateral tetapi secara klinis terbukti terdapat
metastasis ke KGB aksilla ipsilateral; atau metastasis ke KGB
supraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB
infraklavikula atau aksilla ipsilateral

15
N3a Metastasis ke KGB infraklavikula ipsilateral

N3b Metastasis ke KGB internal mammary dan aksilla

N3c Metastasis ke KGB supraklavikula ipsilateral

Metastasis Jauh (M)

MX Metastasis jauh tidak dapat dinilai

M0 Tidak terdapat metastasis jauh

M1 Terdapat metastasis jauh

Tabel 1.4. TNM Stage Groupings


Stadium T (Tumor N (KGB) M Presentasi Harapan Hidup
Primer) (Metastasis)

Stage 0 Tis N0 M0 100%

Stage I T1a N0 M0 100%

Stage IIA T0 N1 M0 92%

T1a N1 M0

T2 N0 M0

Stage IIB T2 N1 M0 81%

T3 N0 M0

Stage IIIA T0 N2 M0 67%

16
T1a N2 M0

T2 N2 M0

T3 N1 M0

T3 N2 M0

Stage IIIB T4 N0 M0 54%

T4 N1 M0

T4 N2 M0

Stage IIIC T apapun N3 M0 -

Stage IV T apapun N M1 20%


apapun

(Sjamsuhidajat, 2013)
5. Patogenesis
Tumorigenesis kanker payudara merupakan proses multi tahap, tiap
tahapnya berkaitan dengan satu mutasi tertentu atau lebih di gen regulator
minor atau mayor. Terdapat dua jenis sel utama pada payudara orang
dewasa; sel mioepitel dan sel sekretorik lumen.
Secara klinis dan histopatologis, terjadi beragam tahap morfologis dalam
perjalan menuju keganasan. Hiperplasia duktal ditandai oleh proliferasi sel-
sel epitel poliklonal yang tersebar tidak rata yang pola kromatin dan bentuk
inti-intinya saling bertumpang tindih dan lumen duktus yang tidak teratur,
sering menjadi tanda awal kecenderungan keganasan. Sel-sel di atas relative
memiliki sedikit sitoplasma dan batas selnya tidak jelas dan secara sitologis
jinak. Perubahan dari hiperplasia ke hiperplasia atipik (klonal) yang
sitoplasma selnya lebih jelas dan tidak tumpang tindih, dan lumen duktus
yang teratur, secara klinis meningkatkan risiko kanker payudara.
Setelah hiperplasia atipik, tahap berikutnya adalah timbulnya karsinoma
in situ, baik karsinoma duktal dan lobular. Pada karsinoma in situ, terjadi
proliferasi sel yang memiliki gambaran sitologis sesuai dengan keganasan,
tetapi proliferasi sel tersebut belum menginvasi stroma dan menembus
membrane basal.

17
Karsinoma in situ lobular biasanya menyebar ke seluruh jaringan
payudara (bahkan bilateral) dan biasanya tidak teraba dan tidak terlihat pada
pencitraan. Sebaliknya, karsinoma in situ duktal merupakan lesi duktus
segmental yang dapat mengalami kalsifikasi sehingga memberi penampilan
yang beragam.
Setelah sel-sel tumor menembus membrane basal dan menginvasi
stroma, tumor menjadi invasif, dapat menyebar secara hematogen dan
limfogen sehingga menimbulkan metastasis.
(Sjamsuhidajat, 2013)
6. Patofisiologi
Hiperplasia sel-sel

Perkembangan sel-sel atipik

Karsinoma Menginvasi kulit & limfe

Menginvasi stroma

Sel-sel ganas

Menginvasi epidermis puting

Menimbulkan krus dan tampak seperti aksim

Karsinoma payudara

Bermetastasis langsung penyebaran melalui saluran


Ke jaringan sekitar limfe dan aliran darah
(paru, pleura, tulang dan hati)

Menimbulkan kematian

Untuk pencegah metastase

Tindakan mastektomi
(Price, 2007)
7. Manifestasi Klinis
Pasien biasanya datang dengan keluhan benjolan atau massa di
payudara, rasa sakit, keluar cairan dari puting susu, timbulnya kelainan
kulit (dimpling, kemerahan, ulserasi, peau deorange, pembesaran kelenjar
getah bening, atau tanda metastasis jauh. Setiap kelainan pada payudara
harus dipikirkan ganas sebelum dibuktikan tidak .

18
Perubahan pada kulit yang biasa terjadi adalah :
a. Tanda dimpling. Ketika tumor mengenai ligamen glandula mammae,
ligamen tersebut akan memendek hingga kulit setempat menjadi
cekung, yang disebut dengan tanda lesung.
b. Perubahan kulit jeruk (peau deorange). Ketika vasa limfatik subkutis
tersumbat sel kanker, hambatan drainase limfe menyebabkan udem
kulit, folikel rambut tenggelam ke bawah tampak sebagai tanda kulit
jeruk.
c. Nodul satelit kulit. Ketika sel kanker di dalam vasa limfatik subkutis
masing-masing membentuk nodul metastasis, di sekitar lesi primer
dapat muncul banyak nodul tersebar, secara klinis disebut tanda
satelit.
d. Invasi, ulserasi kulit. Ketika tumor menginvasi kulit, tampak perubahan
berwarna merah atau merah gelap. Bila tumor bertambah besar, lokasi
itu dapat menjadi iskemik, ulserasi membentuk bunga terbalik, ini
disebut tanda kembang kol.
e. Perubahan inflamatorik. Secara klinis disebut karsinoma mammae
inflamatorik, tampil sebagai keseluruhan kulit mammae berwarna
merah bengkak, mirip peradangan, dapat disebut tanda peradangan.
Tipe ini sering ditemukan pada kanker payudara waktu hamil atau
laktasi.
Perubahan papilla mammae pada karsinoma mammae adalah :
a. Retraksi, distorsi papilla mammae. Umumnya akibat tumor menginvasi
jaringan subpapilar
b. Sekret papilar (umumnya sanguineus). Sering karena karsinoma papilar
dalam duktus besar atau tumor mengenai duktus besar
c. Perubahan eksematoid. Merupakan manifestasi spesifik dari kanker
eksematoid (Paget disease). Klinis tampak areola, papilla mammae
tererosi, berkrusta, sekret, deskuamasi, sangat mirip eksim.
Pembesaran kelenjar limfe regional. Pembesaran kelenjar limfe
aksilar ipsilateral dapat soliter maupun multipel, pada awalnya mobile,
kemudian dapat saling berkoalesensi atau adhesi dengan jaringan
sekitarnya. Dengan perkembangan penyakit, kelenjar limfe
supraklavikular juga dapat menyusul membesar. Yang perlu diperhatikan
adalah ada sebagian sangat kecil pasien kanker payudara hanya tampil
dengan limfadenopati aksilar tapi tak teraba massa mammae, ini disebut
sebagai karsinoma mammae tipe tersembunyi.

19
Adanya gejala metastasis jauh :
a. Otak : nyeri kepala, mual, muntah, epilepsi, ataksia, paresis, paralisis
b. Paru : efusi, sesak nafas
c. Hati : kadang tanpa gejala, massa, ikterus obstruktif
d. Tulang : nyeri, patah tulang
8. Penegakan Diagnosis
a. Anamnesa
Gejala yang yang paling sering meliputi :
1) Penderita merasakan adanya perubahan pada payudara atau pada
puting susunya
- Benjolan atau penebalan dalam atau sekitar payudara atau di
daerah ketiak
- Puting susu terasa mengeras
2) Penderita melihat perubahan pada payudara atau pada puting
susunya
- Perubahan ukuran maupun bentuk dari payudara
- Puting susu tertarik ke dalam payudara
- Kulit payudara, areola, atau puting bersisik, merah, atau
bengkak. Kulit mungkin berkerut-kerut seperti kulit jeruk.
3) Keluarnya sekret atau cairan dari puting susu
Pada awal kanker payudara biasanya penderita tidak merasakan
nyeri. Jika sel kanker telah menyebar, biasanya sel kanker dapat ditemukan
di kelenjar limfe yang berada di sekitar payudara. Sel kanker juga dapat
menyebar ke berbagai bagian tubuh lain, paling sering ke tulang, hati,
paru-paru, dan otak.
Pada 33% kasus kanker payudara, penderita menemukan benjolan
pada payudaranya. Tanda dan gejala lain dari kanker payudara yang jarang
ditemukan meliputi pembesaran atau asimetrisnya payudara, perubahan
pada puting susu dapat berupa retraksi atau keluar sekret, ulserasi atau
eritema kulit payudara, massa di ketiak, ketidaknyamanan
muskuloskeletal. 50% wanita dengan kanker payudara tidak memiliki
gejala apapun. Nyeri pada payudara biasanya berhubungan dengan
kelainan yang bersifat jinak.
b. Pemeriksaan fisik
Inspeksi yang memadai memerlukan dada yang terbuka seluruhnya.
Karena payudara cenderung membengkak dan menjadi lebih nodular
dalam masa prahaid akibat dari peningkatan stimulasi estrogen, saat
terbaik untuk melakukan pemeriksaan adalah 5-7 hari sesudah permulaan
haid. Nodulus yang muncul selama fase prahaid harus dievaluasi kembali
setelah dimulainya haid tersebut.

20
1. Inspeksi
Lakukan inspeksi payudara ketika pasien berada dalam posisi duduk
dan setelah pakaiannya diturunkan hingga batas pinggang.
Pemeriksaan payudara yang seksama meliputi inspeksi yang cermat
terhadap perubahan kulit, kesimetrisan kontur, dan retraksi dalam 4
pandangan- kedua lengan pada sisi tubuh, kedua lengan di atas
kepala, berkacak pinggang dan mencodongkan tubuh ke depan
dengan kedua lengan pada sisi tubuh
Gambaran klinis sebagai berikut
a) Penampakan kulit yang meliputi
Warna kulit. Penebalan kulit dan pori-pori yang tampak
mencolok secara abnormal, mungkin menyertai obstruksi
limfatik. Penebalan seperti kulit jeruk, kemerahan. Atau
penampakan yang abnormal seperti adanya nodul atau tarikan
kulit.
b) Ukuran dan kesimetrisan payudara
Beberapa perbedaan pada ukuran payudara yang meliputi
ukuran areola merupakan keadaan yang sering ditemukan dan
biasanya normal
c) Kontur payudara
Cari perubahan seperti massa, cekungan (dimpling), atau
pendataran. Bandingkan payudara satu dengan lainnya.
d) Karakteristik putting
Meliputi ukuran dan bentuknya, arah putting itu menunjuk,
setiap ruam ruam atau ulserasi, ataupun setiap pengeluaran
secret.
e) Perhatikan mobilitas payudara saat penderita menaikkan
lengannya ke atas.

Gambar 6. Pemeriksaan Mamae dengan Inspeksi

21
2. Palpasi
Dilakukan palpasi pada payudara apakah terdapat massa, termasuk
palpasi kelenjar limfe di aksila, supraklavikula, dan parasternal.
Setiap massa yang teraba atau suatu lymphadenopathy, harus dinilai
lokasinya, ukurannya, konsistensinya, bentuk, mobilitas atau
fiksasinya.

Gambar 7. Pemeriksaan Mamae dengan Palpasi


c. Pemeriksaan penunjang
1. Mamografi
Mammografi merupakan metode pilhan deteksi kanker payudara
pada kasus kecurigaan keganasan maupun kasus kanker payudara
kecil yang tidak terpalpasi (lesi samar). Indikasi mammografi antara
lain kecurigaan kinnis adanya kanker payudara, sebagai tindak lanjut
pasca mastektomi (deteksi tumor primer kedua dan rekurensi di
payudara kontralateral), dan pasca breast conserving therapy (BCT)
untuk mendeteksi kambunya tumor primer kedua (walaupun lebih
sering dengan MRI), adanya adenokarsinoma metastatic dari tumor
primer yang tidak diketahui asalnya, dan sebagai program skrining.
Mammografi perempuan berusia dibawah 35 tahun sering sulit
diinterprasi karena padatnya jaringan kelenjar payudara.
Mammografi perempuan pasca menopause lebih mudah
diinterpretasi karena jaringan payudaranya sudah mengalami regresi.
Oleh karena itu, mammografi digunakan sebagai metode deteksi
dalam program skrining perempuan menopause. Temuan mamografi
yang menunjukan kelainan yang mengarah keganasan antara lain
tumor berbentuk spikula, distorsi, atau irregularitas, mikro
kalsifikasi (karsinoma intraduktal), kadang disertai pembesaran
kelenjar limfa.
Hasil mamografi dikonfirmasi lebih lanjut dengan FNAB, corebiopsy
atau biopsy bedah.

22
Dengan Mammografi dapat dilihat kelainan dalam jaringan payudara
yang berupa :
- Kalsifikasi
- Architectural distortion
- Massa dengan tanda-tanda keganasan atau bukan
- Perubahan densitas yang tidak normal
- Tanda-tanda keganasan pada mammografi adalah :
Massa dengan tepi yang irregular, Mikrokalsifikasi (clustered,
terutama yang pleomorfik dan yang tersebar sepanjang duktus)
dan Distorsi arsitektur kelenjar payudara setempat (focal
architectural distorsion) dan perubahan densitas fokal yang
nyata.
2. Ultrasonografi
Ultrasonografi berguna untuk menentukan ukuran lesi dan
membedakan kista dengan tumor solid. Sedangkan, diagnosis
kelainan payudaranya dapat dipastikan dengan melakukaan
pemeriksaan sitologi aspirasi jarum halus (FNAB), core biopsy,
biopsy terbuka, atau sentinel node biopsy.
3. MRI
MRI dilakukan pada
- Pasien usia muda karena gambaran mammografi yang kurang
jelas pada payudara wanita muda
- Untuk mendeteksi adanya rekurensi pasca BCT
Mendeteksi adanya rekurensi dini keganasan payudara yang dari
pemeriksaan fisik dan penunjang laninnya kurang jelas.
4. Imunohistokimia
Pemeriksaan imunohistokimia yang dilakukan untuk membantu
terapi target, antara lain pemeriksaan status ER (estrogen receptor),
PR (progesteron reseptor), c-ERB-2(HER-2 neu), cathepsin-D, p53
(bergantung situasi), Ki67, dan Bcl2.
5. Biopsi
Setiap ada kecurigaan pada pemeriksaan fisik dan mammogram,
biopsy harus selalu dilakukan. Jenis biopsy dapat dilakukan yaitu
biopsy jarum halus (fine needle aspiration biopsy, FNAB), core
biopsy (jarum besar), dan biopsy bedah. FNAB hanya
memungkinkan evaluasi sitologi, sedangkan biopsyjarum besar dan
biopsy bedah memungkinan analisis arsitektur jaringan payudara
sehingga ahli patologis dapat menentukan apaakah tumor bersifat
invasif atau tidak

23
a. FNAB
Dengan jarum halus sejumlah keil jaringan dari tumor diaspirasi
keluar lalu diperiksa di bawah mikroskop, jika lokasi tumor
terpalpasi dengan mudah , FNAB dapat dilakukan sambil
mempalpasi tumor. Namun jika benjolan tidak terpalpasi dengan
jelas USG dapat digunakan untuk memandu arah jarum, ada juga
metode biopsy jarum stereostaktik. Berdasarkan 2 mammogram
dalam posisi yang berbeda, computer akan menentukan letak tumor
dengan tepat.
Walaupun paling mudah dilakukan, specimen FNAB kadang
tidak dapat menentukan grade tumor dan kadang tidak member
diagnosis yang jelas sehingga dibutuhkan biopsy lainnya.
b. Core Biopsy
Biopsi ini menggunakan jarum yang ukurannya cukup besar
sehingga dapat diperoleh specimen silinder jaringan tumor yang
tentu saaja lebih bermakna disbanding FNAB. Core biopsy dapat
dilakukan sambil memfiksasi massa dengan palpasi, ataupun
dipandu dengan ultrasonografi, mammografi, ataupun MRI. Core
biopsy yang invasif serta grade tumor, tetapi sekitar 10% core biopsy
member hasil yang inkonklusif oleh karenannya memerlukan biopsy
terbuka untuk member diagnosis definitfnya.
Core biopsy dapat digunakan untuk membiopsy kelainan yang
tidak dapat dipalpasi, tetapi terlihat pada kelainan mammografi.
c. Biospy terbuka
Biopsy terbuka dilakukan bila pada mammografi terlihat adanya
kelainan yang mengarah ke tumor maligna, hasil FNAB atau core
biopsy yang meragukan. Bila hasil mammografi positif tetapi FNAB
negative (hanya terlihat sel normal), biopsy terbuka perlu dilakukan.
Bila hasil mammografi negative (tidak terlihat adanya kelainan)
namun manifestasi klinis pasien mengarah ke kanker payudara,
biopsy terbuka wajib dilakukan.
Biopsy eksisional adalah mengangkat seluruh massa tumor dan
menyertakan sedikit jaringan sehat di sekitar massa tumor dan
biopsy insisional hanya mengambil sebagian massa tumor untuk
kemudian dilakukan periksaan patologi anatomi. Pada kanker
payudara inflamatori, biopsy insisional dapat menyertakan sedikit
biopsy kulit (skin punch biopsy)
Needle localization excisional biopsy (NLB) adalah biopsy
eksisional yang dilakukan dengan panduan jarum dan kawat yang

24
diletakan dalam jaringan payudara pada lokasi lesi berdasarkan hasil
mammografi.
d. Sentinel node biopsy
Biopsy ini dilakukan untuk menentukan status keterlibatan
kelenjar limfe aksilla dan parasternal (internal mammary chain
dengan cara pemetaan limfatik. Prosedur ii menggunakan kombinasi
pelacak radioaktif dan pewarna biru. Apabila tidak dijumpai adanya
sentinel node, diseksi kelenjar limf aksilla tidak perlu dilakukan,
sebalinya jika sentinel node positif sel tumor, diseksi kelenjar limf
aksila harus dilakukan, walaupun nodus yang ditemukan hanya
berupa sel tumor terisolasi dengan ukuran kurang dari 0,2 mm (dapat
diartikan sebagai N0). Indikasi prosedur ini terutam adalah yang
klinisi N0.
Prosedur pemetaan limfatik sentinel ini terdiri atas 3 pelacak,
yaitu 1) pencitraan limfoskitigraf preoperative baik fase static
maupun fase dinamik 2) injeksi blue dye preoperative 5-10 menit
(intratumor, peritumor, periareolar, dan subkutan) pada sisi tumor;
3) pemetaan dengan probe gamma detector intra operatif dan nilai
konkordinasi masing-masing pelacak.
Prosedur ini bermanfaat untuk staging nodus dan penentuan
terapi adjuvant sitemin dan penentuan tidakan diseksi regional.
9. Penatalaksanaan
Secara garis besar pelaksanaan tumor mamma, dibedakan menjadi :
- Terapi lokoregional dengan operasi dan atau radioterapi
- Terapi sistemik dengan kemoterapi atau hormonal terapi
Pada stadium dini (stadium I dan II, maka terapi utamanya adalah terapi
lokoregional dan terapi tambahan (adjuvant) dengan sistemik terapi.
Sebaliknya pada stadium lanjut terapi utamanya adalah terapi sistemik1).
Tujuan operasi adalah untuk membuang tumor dan menentukan stadium
penyakit. Pembedahan dan terapi radiasi pada nodus axilla dapat
menyebabkan lymphedema, dikarenakan ada penyumbatan aliran limfe.
a. Terapi Lokoregional
1) Mastektomi
Jenisnya ada beberapa macam :
Radical Mastektomi yaitu membuang seluruh jaringan payudara,
kelenjar aksila, muskulus pectoralis dan kadang-kadang kelenjar
getah bening mammaria interna.
Mastektomi radikal modifikasi adalah suatu modifikasi dari
mastektomi radikal dengan mempertahankan m.pectorales. Ada 2
cara yaitu pattey, memotong m.pectoralis minor dan Maden, tanpa

25
memotong pektoralis minor pada saat akan melakukan diseksi
aksila.
Simple mastectomy yaitu hanya mengangkat seluruh jaringan
payudara dapat juga disertai dengan pengambilan KGB axilla yang
terduga termetastase (toilet/sampling). Cara ini selalu didahului
atau dianjurkan dengan pengobatan local regional seperti radiasi.
Lumpektomi
Pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel kanker,
bukan seluruh jaringan mamma. Direkomendasikan pada pasien
yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir
mamma. Lumpektomi biasanya diikuti terapi radiasi, memiliki
resiko kambuh kembali .
2) Breast conservating Treatment
Yaitu eksisi dari tumor dan jaringan disekitar normal disekitar tumor
(+ 1 cm disekitar tumor) atatu lebih luas lagi, dapat juga dilakukan
pengangkatan satu kuadran dimana tumor itu terletak (quadrantektomi)
Semakin luas eksisi, maka makin semakin rendah kekambuhan, tetapi
semakin jelek kosmetiknya, Jika tumor lebih dari 4 cm, maka secara
kosmetik hasilnya sangat jelek.
Syarat dilakukan BCT :
Lesi single, baik dari pemeriksaan fisik maupun mammography
Tidak ada tanda-tanda local yang luas (T1, T2<4cm), keterlibatan
KGB regional (N0, N1) atau metastase (M0).
Dijaminnya pemberian radioterapi eksterna dengan baik
Penderita dapat di follow up dengan baik
Operator mempunyai kemampuan untuk mengerjakan BCT
Tumor tidak terlalu dekat dengan nipple
Kriteria inoperable
Karsinoma mamma dianggap inoperabel bila :
- Tumor melekat pada dinding thoraks
- Ada oedema lengan
- Ada nodul satelit yang luas,sampai melampui daerah payudara
- Suatu mastitis karsinomatosa
- Terdapat peau dorange yang melebihi luas payudara

3) Radioterapi
Radioterapi digunakan sebagai terapi tambahan setelah operasi, atau
pada kasus kanker payudara inoperable. Radioterapi merupakan terapi
sinar radioaktif yang dihasilkan oleh suatu mesin (cobalt 60 atau cesium
37). Dosisnya adalah 40-50 Gy setiap hari selama 3-5 minggu. Dosis

26
tambahan 10-20 Gy dapat diberikan pada tumor bed atau axilla baik
lewat radiasi eksternal maupun implant radioaktif. Indikasi ajuvan terapi:
Stadium IIIa dan IIIb
Stadium I dan II dengan beberapa kriteria :
o Terletak dibagian medial atau sentral
o Bila operator merasa perlu ditambahkan radiasi externa
oleh karena kemungkinan seeding pada saat operasi
o Tumor sangat dekat dengan m.pectoralis mayor
o Patologi kelenjar limfe aksila mengandung metastase
b. Hormonal atau endokrin terapi pada kanker payudara
1) Terapi Hormon
Hormonal terapi dapat digunakan sebagai terapi utama atau terapi
tambahan. Banyak cara yang digunakan untuk hormonal terapi antara
lain: pemberian antiestrogen, ablasi ovarium dan lain-lain.
Indikasi ajuvan Hormonal terapi(11):
Post Menopause dengan ER/PR (+)
Premenopause dengan perjalanan penyakit sangan progresif,
digabungkan dengan kemoterapi.
Tamoxifen efektif pada dosis 20 mg/hari, dosis yang lebih tinggi akan
memberikan efek yang sama dengan dosis 20 mg. obat ini efektif untuk
semua usia dan bermanfaat jika tumor itu mengandung reseptor estrogen.
Estrogen adalah hormon yang dihasilkan oleh ovarium, mendukung
pertumbuhan kanker payudara. Perempuan yang menderita kanker
payudara, mempunyai tes positif terhadap reseptor hormon (ER dan PR)
dapat diberikan obat yang disebut sebagai terapi hormonal agar kadar
estrogen rendah atau memblokir efek estrogen terhadap pertumbuhan sel
kanker payudara. Tamoxifencdan toremifene (Fareston) adalah obat yang
mencegah estrogen terikat pada sel kanker payudara dan efektif pada
pasien postmenopause dan pre menopause.
Fulvestrant (Faslodex) adalah obat baru (diberikan secara injeksi 1x
per bulan) untuk mengurangi jumlah reseptor estrogen pada tumor
payudara. Fulvestrant sering efektif pada perempuan postmenopause
meskipun kanker payudara tidak merespon tamoxifen.
Aromatase Inhibitors (AIs) juga digunakan untuk pengobatan kanker
payudara dengan reseptor hormon positif. Contoh obat AIs adalah
Letrozole, anastrozole, dan examestane. Obat ini memblokir enzim yang
bertanggung jawab untuk menghasilkan sejumlah kecil estrogen pada
wanita postmenopause. AIs tidak efektif pada wanita premenopause
karena tidak dapat menghentikan ovarium dari produksi estrogen.

27
2) Kemoterapi
Kemoterapi pada kanker payudara terdiri kemoterapi adjuvan
(paliatif) dan neoadjuvan. Kemoterapi adjuvan adalah kemoterapi yang
diberikan pascamasektomi untuk membunuh sel sel tumor walaupun
asimptomatik mungkin tertinggal atau menyebar secara mikroskopik.
Paling baik dimulai dalam empat minggu pasca bedah. Regimen
kemoterapi yang sering digunakan yaitu CMF (siklofosfamid,
metroteksat, dan 5-fluorourasil), FAC (siklofosfamid, adriamisin, 5-
fluorouasil), AC (adriamisin dan siklofosfamid), CEF (siklofosfamid,
epirubisin, dan 5-fluorouasil). Kemoterapi neoadjuvan adalah kemoterapi
yang diberikan sebelum pembedahan untuk memperkecil besar tumor
sehingga dapat diangkat dengan lumpektomi atau mastektomi simpel.
10. Pencegahan
Melakukan Pemeriksaan Payudara sendiri
Berikut adalah langkah-langkah pemeriksaan payudara yang harus
diajarkan kepada semua wanita, terutama kelompok berisiko tinggi:
a. Berdiri didepan cermin, lalu perhatikan bentuknya, simetris atau
tidak, ada tidaknya kemerahan di payudara. Perhatikan pula puting
susu dan sekitarnya, adakah luka atau puting tertarik ke dalam.

b. Lalu angkat kedua lengan ke atas dengan telapak tangan diletakkan


di daerah bela-kang kepala, sedikit di atas leher. Dengan gerakan ini,
seharusnya payudara akan terangkat ke atas secara simetris.
Perhatikan ada tidaknya daerah yang tertarik ke dalam. Perhatikan
adakah kelainan pada kulit payudara yang menyerupai kulit jeruk
(gambar 2).

28
c. Turunkan salah satu lengan, lalu raba dengan telapak jari-jari tangan
seperti tampak pada gambar 3. Berhenti sebentar, lalu raba dengan
gerakan memutar dengan sedikit penekanan pada payu-dara. Lalu
geser ke daerah lain, berhenti lagi sambil diraba dengan gerakan
memutar. Lakukan hal ini berulang-ulang sampai seluruh bagian
payudara selesai diperiksa.

d. Lakukan pemeriksaan pada daerah ke-tiak dengan gerakan memutar


seperti saat memeriksa payudara. Perhatikan ada tidaknya
pembesaran kelenjar getah bening.
e. Pemeriksaan terakhir adalah gerakan mengurut dari arah dasar
payudara ke arah puting, lalu beri sedikit penekanan di puting susu
terus ke depan (gambar 4). Tidak perlu khawatir bila dengan gerakan
ini keluar beberapa tetes cairan jernih.

29
11. Prognosis
Prognosis kanker payudara ditunjukan oleh angka harapan hidup atau
interval bebas penyakit. Diperkirakan prognosis nya buruk jika :
a. Usianya muda
b. Menderita kanker payudara bilateral
c. Mengalami mutasi genetik
d. adanya tripple negative yaitu grade tumor tinggi dan seragam
e. reseptor ER dan PR negatif
f. reseptor permukaan sel HER-2 negatif

Presentasi harapan hidup 5 tahun penderita kanker payudara :


a. Stadium 0 = 100%
b. Stadium I = 100%
c. Stadium IIA = 92%
d. Stadium IIB = 81%
e. Stadium IIIA = 67%
f. Stadium IIIB = 54%
g. Stadium IV = 20%

30
BAB III

PENUTUP

Tumor atau neoplasma secara umum di artikan sebagai benjolan atau


pembengkakan yang disebabkan pertumbuhan sel abnormal dalam tubuh.
Pertumbuhan tumor dapat bersifat ganas (malignan) atau jinak (benign).

Tumor jinak mammae dibagi atas kista, fibroadenoma, tumor filoides,


galaktokel, papiloma intraduktus, duktus ektasia, adenosis sklerosis, nekrosis
lemak dan kelainan lain seperti lipoma, leiomioma, histiositoma, dan kista
sebasea.

Carcinoma Mammae atau kanker mammae adalah adalah suatu kondisi


dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga
mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Sering
terjadi pada perempuan dan menjadi penyebab utama kematian akibat kanker di
dunia.

Etiologi dan faktor resiko dari ca mammae yaitu usia, ras, riwayat keluarga
yang menderita kanker payudara, hormonal, gaya hidup, pernah menderita
penyakit payudara non-kanker, menarche (menstruasi pertama) sebelum usia 12
tahun, menopause, dan perubahan genetik.

Pada manifestasi klinis tumor jinak mammae biasanya lebih sering pasien
datang dengan keluhan nyeri dan terdapat benjolan kecil. Pada ca mammae pasien
datang dengan keluhan benjolan atau massa di payudara dengan keluar cairan dari
puting susu (bisa darah), timbulnya kelainan kulit (dimpling, kemerahan, ulserasi,
peau deorange), pembesaran kelenjar getah bening, atau tanda metastasis jauh.

Untuk penegakan diagnosis dilakukan anamnesis pada penderita dengan


menanyakan apakah penderita merasakan dan melihat adanya perubahan pada
payudara atau pada puting susunya kemudian dilakukan pemeriksaan fisik
meliputi inspeksi dan palpasi. Pada pemeriksaan penunjang dilakukan
pemeriksaan mamografi (Gold standart), ultrasonografi, MRI atau bisa juga
imunohistokimia. Setiap ada kecurigaan pada pemeriksaan fisik dan mammogram,
biopsy harus selalu dilakukan. Jenis biopsy dapat dilakukan yaitu biopsy jarum
halus (fine needle aspiration biopsy, FNAB), core biopsy (jarum besar), dan
biopsy bedah.

Penatalaksanaan pada ca mammae dilakukan breast conservating Treatment


dan apabila pada stadium lanjut dilakukan mastektomi. Radioterapi digunakan

31
sebagai terapi tambahan setelah operasi, atau pada kasus kanker payudara
inoperable atau juga bisa dilakukan kemoterapi.

Pencegahan pada tumor mammae dilakukan Pemeriksaan Payudara sendiri


(SADARI). Prognosis kanker payudara ditunjukan oleh angka harapan hidup yaitu
pada stadium 0 dan I kemungkinan 100% mendapatkan harapan hidup selama 5
tahun semakin besar angka stadium maka semakin kecil presentasi harapan hidup.

32
DAFTAR PUSTAKA

Heri Fadjari, 2012. CDK-192/vol.39 no.4.Pendekatan Diagnosis Benjolan di


Payudara.

Pierce A.G, Neil R.B. 2007. At a Glance Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta : Erlangga.

Robbins, Kumar, etc. 2007. Buku Ajar Patologi Edisi 7 Volume II. Jakarta : EGC

Schwartz SI, Shires GT, Spencer FC, Husser WC. 2007. Principles Of Surgery.
New York: Mcgraw Hill Inc

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. 2009. Buku Ajar


Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing

J. Dirk Iglehart, MD, 2007. Diseases of the Breast.Sabiston textbook of


Surgery.18th Ed. Saunders Elsevier.

Tjindarbumi, 2000. Deteksi Dini Kanker Payudara dan Penaggulangannya,


Dalam: Deteksi Dini Kanker. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta

Lynn S. Bickley, 2009.Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Kesehatan


Bates.Edisi 8. Payudara.EGC.

Cohen S.M, Aft R.L, and Eberlein T.J. 2002. Breast Surgery. In: Doherty G.M et
all, ed. The Washington Manual of Surgery. Third edition. Philadelphia:
Lippincott Williams and Wilkins.

Roger A. Dashner, 2012. Clinical Anatomy of the Breast.


http://www.oucom.ohiou.edu/dbms-witmer/Downloads/2012-04-
24_Dashner_RPAC-BreastAnatomy.pdf

Sjamsuhidajat, R., Karnadiharja, W., Prasetyono, T.O.H., dan Rudiman, R.


Terjemahan Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat De Jong Edisi 3. 2013. Jakarta :
EGC

33

Anda mungkin juga menyukai