Anda di halaman 1dari 26

REFERAT

KEGANASAN MAMMAE

BAB 1 PENDAHULUAN
Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran
kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara (Depkes RI,
2009). Kanker payudara dimulai di jaringan payudara, yang terdiri dari kelenjar untuk
produksi susu, yang disebut lobulus, dan saluran yang menghubungkan lobulus ke puting.
Sisa dari payudara terdiri dari lemak, jaringan ikat, dan limfatik (American Cancer
Society, 2011).

Menurut World Health Organization (WHO) tahun


2012,

Ca

mammae

didefinisikan

sebagai

penyakit

neoplasma yang ganas, yang berasal dari parenkim


mammae.

Ca

mammae

merupakan

keganasan

yang

terbanyak pada wanita, yaitu 99% dan merupakan suatu


neoplasma spesifik yang tersering pada wanita yang
berusia

40

sampai

44

tahun.

Di

Amerika

Serikat,

keganasan ini paling sering terjadi pada wanita dewasa.


Diperkirakan

di

Amerika

Serikat,

175.000

wanita

didiagnosis menderita Ca mammae.


Menurut the American Cancer Society, payudara merupakan tempat
nomor dua tumbuhnya kanker pada wanita. Kanker payudara pada stadium awal,
jika diraba, umumnya tidak menemukan adanya benjolan yang jelas pada
payudara.

Namun

sering

merasakan

ketidaknyamanan

pada

daerah

tersebut.Sedangkan pada Stadium lanjut gejalanya antara lain, jika diraba dengan
tangan, terasa ada benjolan di payudara; jika diamati bentuk dan ukuran payudara
berbeda dengan sebelumnya; ada luka eksim di payudara dan puting susu yang
tidak dapat sembuh meskipun telah diobati; keluar darah atau cairan encer dari
puting susu; puting susu masuk memuntir kedalam payudara; kulit payudara
berkerut seperti kulit jeruk (Mangan, 2009).

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Payudara
Payudara merupakan suatu kelenjar kulit yang terdiri
atas lemak, kelenjar, dan jaringan ikat, yang terdapat di
bawah kulit dan di atas otot dada. Pria dan wanita memiliki
payudara yang memiliki sifat yang sama sampai saat
pubertas. Pada saat pubertas terjadi perubahan pada
payudara wanita, dimana payudara wanita mengalami
perkembangan dan berfungsi untuk memproduksi susu
sebagai nutrisi bagi bayi.
Kelenjar susu merupakan sekumpulan kelenjar kulit.
Batas payudara yang normal terletak antara iga 2 di
superior dan iga 6 di inferior (pada usia tua atau mammae
yang besar bisa mencapai iga 7), serta antara taut
sternokostal di medial dan linea axillaris anterior di lateral.
Dua pertiga bagian atas mammae terletak di atas otot
pektoralis mayor, sedangkan sepertiga bagian bawahnya
terletak di atas otot serratus anterior, otot obliquus
externus abdominis, dan otot rectus abdominis.

Gambar 1. Anatomi Payudara


Setiap payudara terdiri atas 15 sampai 20 lobulus
kelenjar, masing-masing mempunyai saluran bernama
duktus laktiferus yang akan bermuara ke papilla mammae
(nipple areola complex). Diantara kelenjar susu dan fasia
pektoralis,
terdapat

juga

diantara

jaringan

lemak.

kulit
Di

dan
antara

kelenjar

tersebut

lobulus

terdapat

jaringan ikat yang disebut ligamentum Cooper yang


memberi kerangka untuk payudara. Mammae menonjol 3-5
cm dari dinding ventral thorax, mempunyai diameter
cranio-caudal sebesar 10-12 cm, ukuran transversal sedikit
lebih kecil. Berat 150-200 gram dan pada masa laktasi
mencapai

400-500

gram.

Biasanya

mammae

sinistra

sedikit lebih besar dari dextra.


Perdarahan payudara terutama berasal dari cabang
arteri perforantes anterior dari arteri mamaria interna,
arteri torakalis lateralis yang bercabang dari arteri axillaris,
dan beberapa arteri interkostalis.
Payudara sisi superior dipersarafi oleh n.supclavicula
yang berasal dari cabang ke-3 dan ke-4 plexus cervical.
Payudara sisi medial dipersarafi oleh cabang kutaneus

anterior dari n.intercostalis 2-7. Papilla mammae terutama


dipersarafi oleh cabang kutaneus lateral dari n.intercostalis
4, sedangkan cabang kutaneus lateral dari n.intercostalis
lain mempersarafi areola dan mammae sisi lateral. Kulit
daerah payudara dipersarafi oleh cabang plexus cervicalis
dan n.intercostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri
dipersarafi oleh saraf simpatik.
Untuk menentukan standarisasi batas penyayatan
aksiler,

nodus aksiler dibagi atas 3 level. Level I nodus

berlokasi pada external mammary, scapular, axillary vein,


dan kelompok central axillary yang terletak di lateral dari
batas lateral m.pectoralis minor. Level II nodus pada
kelompok

central

m.pectoralis

minor.

axillary
Level

yang
III

terletak

nodus

dibawah

termasuk

nodus

subclavicular medial dari m.pectoralis minor dan sulit


untuk dilihat dan diangkat jika m.pectoralis minor tidak
disingkirkan.

Nodus

limfatikus

pada

ruang

antara

m.pectoralis mayor dan m.pectoralis minor dikenal sebagai


interpectoral group, atau Rotter nodes.

Gambar 2. Kelompok Nodus Limfatikus Aksiler


5

Saluran

limfatik

sangat

banyak

pada

parenkim

payudara dan dermis. Secara khusus saluran limfatik


berkumpul

dibawah

nipple

dan

areola,

membentuk

Sappeys plexus. Cairan limfa mengalir dari kulit sampai ke


plexus

subareolar

dan

kemudian

ke

dalam

limfatik

interlobular dari parenkim payudara. Peranan dari aliran


limfatik penting dalam berhasilnya melakukan biopsy
nodus. Sebanyak 75% aliran limfatik adalah dari payudara
menuju nodus limfatikus axillar, dan dalam jumlah kecil
menuju

m.pectoralis

dan

menuju

kelompok

nodus

limfatikus medial. Perjalanan tersering metastasis dari


kanker payudara adalah melalui saluran limfatik dan
berdasarkan

lokasi

penyebaran

kanker

yang

sifatnya

regional.

Gambar 3. Nodulus Limfatikus pada Aksiler


2.2 Fisiologi Payudara
Menurut struktur dan perkembangannya, mammae
mempunyai hubungan yang erat dengan kulit, dan secara
fungsional

merupakan

organ

accesori

dari

system

reproduksi oleh karena memproduksi ASI pada masa


laktasi.

Payudara wanita mengalami tiga jenis perubahan


yang dipengaruhi oleh hormon. Perubahan pertama dimulai
dari masa hidup anak melalui masa pubertas sampai
menopause. Sejak pubertas, estrogen dan progesteron
menyebabkan berkembangnya duktus dan timbulnya sinus.
Perubahan kedua, sesuai dengan daur haid. Beberapa hari
sebelum haid, payudara akan mengalami pembesaran
maksimal, tegang, dan nyeri. Perubahan ketiga terjadi pada
masa hamil dan menyusui. Saat hamil payudara akan
membesar akibat proliferasi dari epitel duktus lobul dan
duktus alveolus, sehingga tumbuh duktus baru. Adanya
sekresi

hormon

prolaktin

memicu

terjadinya

laktasi,

dimana alveolus menghasilkan ASI dan disalurkan ke sinus


kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.
2.3 Definisi Carcinoma Mammae
Carcinoma mammae merupakan keganasan dari sel
yang membentuk jaringan payudara. Carcinoma mammae
didefinisikan sebagai kanker yang terbentuk di jaringan
payudara, biasanya pada saluran (tabung yang membawa
susu ke puting) dan lobulus (kelenjar yang memproduksi
air susu).
2.4

Epidemiologi
Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia
dengan insidens relatif tinggi, yaitu 20% dari seluruh
keganasan. Dari 600.000 kasus kanker payudara baru yang
didiagnosis

setiap

tahunnya,

sebanyak

350.000

di

antaranya ditemukan di negara maju, sedangkan 250.000


di negara yang sedang berkembang. Kanker payudara di
Indonesia menempati urutan kedua setelah kanker leher
rahim.
7

Dari data The American Cancer Society tahun 2008


memperkirakan setiap tahunnya sekitar 178.000 wanita
Amerika yang terkena kanker payudara. Berdasarkan data
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di Indonesia pada
tahun 2007, kanker payudara menempati urutan pertama
pasien rawat inap diseuruh rumah sakit di Indonesia yaitu
sebanyak 30% kemudian disusul oleh kanker leher rahim
sebanyak 24%.
2.5

Faktor Resiko

1. Faktor resiko tinggi


Usia tua
Resiko terkena kanker payudara meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Sekitar 77% wanita yang didiagnosis
menderita kanker payudara setiap tahunnya berada di atas
usia 50 tahun dan setengahnya berusia 65 tahun atau lebih

tua.
Riwayat penyakit keluarga
Adanya anggota keluarga (ibu atau saudara perempuan)
yang menderita kanker payudara merupakan resiko tinggi
untuk terkenanya kanker payudara. Jika anggota keluarga
yang

terkena

adalah

anggota

keluarga

dekat,

maka

resikonya akan meningkat 2 kali lipat. Jika yang terkena


adalah keluarga jauh, maka peningkatan resikonya dapat

mencapai 5 kali lipat.


Faktor genetik
Adanya perubahan pada salah satu atau keduanya dari gen
familial yang menyebabkan timbulnya kanker payudara,
BRCA (breast cancer) 1 atau BRCA 2 merupakan faktor
resiko tinggi untuk timbulnya kanker payudara. Wanita
yang mempunyai perubahan pada salah satu atau kedua
gen ini mempunyai resiko untuk terkena kanker payudara
sebesar 80%.
8

Adanya lesi pada payudara


Adanya riwayat biopsi payudara sebelumnya dengan hasil
adanya suatu hiperplasia atipikal (lobular maupun duktal)
akan meningkatkan resiko seorang wanita untuk terkena

kanker payudara sebanyak 4 hingga 5 kali.


2. Faktor resiko sedang
Riwayat keluarga jauh
Adanya riwayat kanker payudara pada anggota keluarga

yang hubungannya jauh, seperti bibi dan nenek.


Usia saat anak dilahirkan
Mempunyai anak pertama setelah usia 30 tahun atau tidak
mempunyai anak sama sekali menyebabkan timbulnya

resiko kanker payudara.


Menstruasi dini
Resiko terkena kanker payudara meningkat apabila pasien

mendapat menstruasi pertama kali sebelum usia 12 tahun.


Menopause yang terlambat
Jika menopause terjadi pada usia 55 tahun, maka terdapat

peningkatan resiko terkena kanker payudara


Paparan terhadap radiasi
Wanita-wanita yang mendapat terapi radiasi untuk jangka
waktu lama, seperti pada kasus mastitis postpartum, terapi
TBC dengan fluoroskopik x-rays, serta pada wanita-wanita
yang sering terpapar radiasi dalam jumlah besar sebelum
usia 30 tahun mempunyai resiko yang tinggi untuk terkena

kanker payudara.
Kanker lain pada keluarga
Adanya riwayat kanker lain pada keluarga, seperti kanker
ovarium, cervix, uterus, atau kolon akan meningkatkan

resiko terkenanya kanker payudara.


Ras
Wanita-wanita Kaukasia mempunyai resiko terkena kanker
payudara

lebih

tinggi

daripada

wanita-wanita

Amerika, Asia, Hispanik, dan Amerika asli.


Konsumsi alkohol

Afrika-

Sering mengkonsumsi alkohol menyebabkan peningkatan

resiko terkena kanker payudara sebanyak 1.5 kali.


Terapi hormonal
Penggunaan estrogen dan progesteron sebagi

terapi

hormonal untuk jangka waktu lama akan meningkatkan


resiko terkena kanker payudara. Resiko ini juga terjadi pada
wanita-wanita yang kembali menggunakan terapi hormonal
setelah sebelumnya berhenti selama 5 tahun atau lebih.
3. Faktor resiko rendah
Kehamilan sebelum usia 18 tahun
Onset menopause yang terlalu dini
Ovarektomi sebelum usia 37 tahun.
Hingga saat ini, masih diteliti apakah menyusui,
merokok, diet tinggi lemak, kurangnya aktivitas, dan polusi
lingkungan dapat meningkatkan resiko terkena kanker
payudara.
2.6 Klasifikasi
1. Keganasan Epithelial Non-invasif
Ductal carcinoma in situ (DCIS)
Lobular carcinoma in situ (LCIS)
2. Keganasan Epithelial Invasif
Karsinoma duktal invasif (50-70%)
Karsinoma tubular (2-3%)
Karsinoma musinosus atau koloid (2-3%)
Karsinoma medular (5%)
Karsinoma kribiformis invasif (1-3%)
Karsinoma papiler invasif (1-2%)
Karsinoma sistik adenoid (1%)
Karsinoma metaplastik (1%)
Karsinoma lobular invasif (10-15%)
3. Keganasan Campuran Jaringan Epitel dan Jaringan Ikat
Tumor filoides ganas
Karsinosarkoma
Angiosarkoma
2.7 Diagnosis

10

Diagnosis tumor payudara dapat ditegakkan dari


anamnesis,

pemeriksaan

fisik,

dan

pemeriksaan

penunjang.
1. Anamnesis
Pada 33% dari kasus tumor payudara, pasien merasakan
adanya benjolan pada payudaranya. Walaupun begitu,
lebih dari 50% tidak menimbulkan gejala. Nyeri payudara
berhubungan

dengan

kelainan

yang

jinak.

Kelainan

payudara lain yang dialami pasien dan dapat diketahui dari

anamnesis, antara lain :


Pembesaran payudara, atau asimetris dari payudara
Perubahan pada puting susu, tertarik ke dalam, atau keluar

cairan dari puting susu


Ulserasi atau eritema pada kulit payudara
Adanya massa pada ketiak
Rasa tidak nyaman pada otot sekitar payudara
Dari anamnesis juga bisa didapatkan informasi mengenai halhal

lain

yang

berhubungan

dengan

tumor

payudara,

misalnya :
Usia pasien
Pasien-pasien yang mulai memasuki usia menopause
memiliki resiko lebih tinggi terhadap terkenanya tumor

payudara.
Tindakan bedah sebelumnya
Misalnya : biopsi payudara

yang

pernah

ovarektomi, dan histerektomi.


Masa kehamilan atau menyusui
Terapi hormonal yang pernah didapatkan
Riwayat penyakit keluarga
Tanda-tanda metastase, seperti nyeri

dilakukan,

tulang

dan

penurunan berat badan.


2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik untuk tumor payudara harus dilakukan di
ruang yang terang, dengan tujuan untuk menjaga privasi
dan kenyamanan pasien. Pemeriksaan fisik dimulai dari
inspeksi. Pasien duduk tegak, bandingkan payudara kiri
11

dan kanan, kemudian diamati apakah ada tumor pada


payudaranya,

kesimetrisan

dari

massa

tersebut,

ada

tidaknya perubahan warna kulit pada payudara (apakah


terdapat edema / peau dorange), ada tidaknya retraksi
pada kulit payudara maupun puting susu, dan ada tidaknya
eritema

pada

payudara.

Pemeriksaan

dapat

diulang

dengan kedua tangan pasien diangkat lurus ke atas,


bandingkan antara payudara kiri dan kanan.

peau dorange
Selanjutnya, dilakukan palpasi payudara pada empat kuadran.
Pasien
sebagai

berbaring
alas

telentang,

hemithoraks

kemudian
yang

ditaruh

diperiksa.

bantal

Pemeriksa

melakukan palpasi dengan menggunakan sisi palmar


tangan. Palpasi dilakukan dengan lembut, dimulai dari sisi
payudara yang berbatasan dengan sternum, berjalan ke
lateral menuju ke muskulus latissimus dorsi, dan dari
tulang klavikula berjalan kaudal menuju ke arah abdomen.
Palpasi juga dilakukan pada ketiak. Pada palpasi dapat
dinilai ada tidaknya tumor pada payudara. Jika ada, dapat
ditentukan berapa ukurannya, konsistensinya, bentuknya,

12

mobilitasnya, fiksasinya, dan karakteristik lain dari adanya


tumor payudara.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan bila keluar cairan
dari puting susu, antara lain :
Sifat cairannya (serous, hemoragik, atau cairan susu)
Ada / tidaknya sel tumor
Unilateral atau bilateral
Cairan keluar dari satu atau beberapa duktus
Cairan keluar spontan atau setelah dipijat
Cairan keluar bila seluruh payudara ditekan atau dari

3.

segmen tertentu
Berhubungan dengan siklus haid / tidak
Premenopause / postmenopause
Penggunaan obat hormon
Pemeriksaan penunjang
Fine-Needle Aspiration Biopsy (FNAB)
Fine-Needle aspiration biopsy (FNAB) atau biopsi jarum
halus merupakan bagian dari pemeriksaan rutin untuk
mendiagnosis tumor payudara. Pemeriksaan ini dapat
dilakukan dengan menggunakan jarum nomor 22, spuit,
dan kapas alkohol. Setelah dilakukan biopsi, kemudian
dilakukan

pemeriksaan

sitologi

terhadap

hasil

biopsi

tersebut. FNAB dapat dilakukan pada massa solid maupun


kistik pada payudara. Beberapa dokter memilih untuk
memastikan
mengulangi

hasil

pemeriksaan

pemeriksaan

pembedahan.

13

pada

FNAB

menggunakan

dengan
biopsi

Gambar 6. Fine Needle Aspiration Biopsy

Core Needle Biopsy


Core needle biopsy menggunakan jarum khusus dengan
pemotong. Digunakan bantuan mammografi atau USG
untuk

melakukan

pemeriksaan

ini,

karena

dengan

mammografi atau USG dapat diketahui densitas dari massa


yang

akan

ditusukkan

di-biopsi,
dengan

sehingga

tepat.

jarum

Setelah

biopsi

kulit

dapat

dianestesi,

dilakukan insisi, kemudian jarum biopsi ditusukkan pada


massa dengan bantuan robotic arm dan biopsy gun.
Setelah itu, hasil biopsi diperiksa. Kekurangan dari metode

ini adalah dapat menimbulkan scar pada bekas insisi.


Mammografi
Mammografi telah digunakan di Amerika Utara sejak tahun
1960-an. Pemeriksaan ini menggunakan sinar x-ray dengan
dosis kurang dari 100 mrad (0.1 centigray (cGy) atau 0.1
rad). Payudara yang akan diperiksa diletakkan di antara 2
plat, kemudian diambil 2 foto payudara, yaitu mediolateral
oblique (MLO) dan craniocaudal (CC). Adanya kelainan
pada payudara dapat dilihat dari adanya kelainan densitas
pada

hasil

foto,

misalnya

adanya

massa,

kelainan

parenkim, payudara yang asimetris, dan mikrokalsifikasi.


Adanya nodul pada aksila, perubahan pada kulit maupun
puting susu juga dapat dilihat pada mammogram.

14

Gambar 7. Teknik Pemeriksaan Mammografi

Gambar 7. Hasil Pencitraan Mammografi


Duktografi
Pemeriksaan ini sama dengan mammografi, hanya
dikhususkan untuk melihat duktus pada payudara. Indikasi
dilakukannya duktografi adalah adanya pengeluaran cairan
dari puting susu, terutama jika cairan tersebut berdarah.
Pada pemeriksaan ini, duktus dilebarkan dengan dilator,
kemudian dimasukkan cannula kecil yang tumpul dan steril
ke dalam ampulla. Pasien dalam posisi berbaring telentang,
kemudian dimasukkan 0.1 sampai 0.2 ml media kontras,
lalu dilakukan mammografi. Papilloma intraduktal dapat
dilihat sebagai gambaran filling defect kecil yang dikelilingi
oleh media kontras. Kanker payudara memberi gambaran

massa yang ireguler atau multiple filling defect.


Ultrasonografi

15

Ultrasonografi merupakan pemeriksaan yang penting untuk


mengetahui

secara

payudara. Massa

pasti

jinak

adanya

pada

massa

payudara

kistik

akan

pada

tampak

sebagai daerah dengan kontur yang lembut, berbentuk


oval atau bulat, weak internal echoes, dengan margin
anterior dan posterior yang jelas. Karsinoma payudara
ditandai dengan dinding yang ireguler. Ultrasonografi
digunakan sebagai guiding untuk FNAB dan core-needle
biopsy. Ultrasonografi tidak dapat mendeteksi lesi yang
berdiameter 1 cm.

Tumor Marker
Pada saat dilakukan biopsi, jaringan tumor mammae
dilakukan pemeriksaan untuk estrogen dan progesteron
reseptor dan HER2/neu antigen. Penanda ini memberi
informasi seberapa agresif sel-sel kanker dan bagaimana
respon terhadap terapi. Penanda yang sering dipakai untuk
follow up pasien adalah CA 15-3, CA 27.29, dan CEA.
Penanda CA 15-3 dan CA 27.29 cukup sensitif sedangkan
CEA kurang begitu sensitif.
CA 15-3
Penanda ini dipakai untuk monitoring pasien dengan
karsinoma mammae. Peningkatan kadar dalam darah
ditemukan pada 10 % pasien dengan stadium awal dan
70% pada pasien dengan stadium lanjut. Kadarnya akan
turun seiring pemberian terapi. Nilai normal adalah < 25
U/ml

CA 27.29
Penanda tumor ini tidak banyak berbeda dengan CA 153. Nilai normalnya 38-40 U/ml

Carcinoembryonic antigen (CEA)

16

CEA biasa dipakai untuk monitoring pasien dengan Ca


colorectal tetapi beberapa dokter memakainya pada Ca
mammae. Kadar normalnya < 5 ng/ml. Kadar yang
tinggi

pada

saat

ditemukan

Ca

colorextal

maka

menujukkan bahwa penyakitnya sudah lanjut


Estrogen receptors/progesterone receptors
Bahan pemeriksaan untuk penanda ini adalah jaringan
payudara

bukan

darah.

Jika

jaringan

tersebut

mengandung estrogen reseptor maka disebut ER positif


sedangkan jika mengandung progesteron disebut PR
positif. Kira-kira 7 dari 10 Ca mammae positif terhadap
penanda ini. Hasil yang positif menandakan kanker
memiliki
terhadap

prognosis
terapi

yang

baik

hormonal

dan

seperti

berespon

baik

tamoxifen

atau

aromatase inhibitor.
HER2 (HER2/neu, erbB-2, atau EGFR2)
Bahan pemeriksaan untuk penanda ini adalah jaringan
payudara bukan darah. Kegunaan utama dari penanda
ini adalah untuk mengetahui prognosis. Kanker yang
positif untuk penanda ini tidak memiliki respon yang
baik terhadap kemoterapi dan pada waktu lampau
dianggap

memiliki

prognosis

yang

buruk,

tetapi

sekarang hal ini dapat diatasi dengan terapi terbaru


seperti trastuzumab dan lapatinib yang cukup efektif
bekerja terhadap reseptor ini.
2.8 Grading & Staging
A. Grading
Keganasan payudara
berdasarkan

derajat

dibagi

menjadi

diferensiasinya.

tiga

Gambaran

grade
sitologi

nukleus sel tumor dibandingkan dengan nukleus sel epitel


payudara normal. Grade I artinya berdiferensiasi buruk,
grade II diferensiasi sedang, grade III diferensiasi baik.
17

Grading

histologi

(disebut

juga

Bloom-Richardson

grade) menilai formasi tubulus, hiprekromatik nukleus, dan


derajat mitosis sel tumor dibandingkan dengan histologi
normal sel-sel payudara. Grade histologi ini juga dibagi tiga
namun dengan urutan yang terbalik
nuklear

yaitu,

grade

berdiferensiasi

dibanding grade
baik,

grade

II

berdiferensiasi sedang dan grade III berdiferensiasi buruk.


B. Staging
1. Tumor primer (T)
o Tx : Tumor primer tidakdapat diniali
o To : Tidakterbuktiadanya tumor primer
o Tis : Karsinoma in situ
o T1 : Ukuran tumor< 2 cm
o T1mic : mikroinvasif > 1 cm
o T1a : Ukuran tumor> 0,1 cm tetapi < 0,5 cm
o T1b : Ukuran tumor > 0,5 cm tetapi < 1 cm
o T1c : Ukuran tumor > 1 cm tetapi < 2 cm
o T2 : Diameter terbesar tumor > 2 cm tetapi < 5 cm
o T3 : Diameter terbesar tumor > 5 cm
o T4 : Tumor berukuran apapun dengan disertai
perlekatan pada dinding toraks atau kulit
o T4a : Melekatpadadinding dada
o T4b : Edema kulit, ulserasi, nodul satelit pada kulit
yang terbatas pasa satu payudara
o T4c : Edema termasuk peau dorange atau edema
kulit
o T4d : Gabungan antara T4a dan T4b, karsinoma
inflamatorik

2. Nodus limfe regional (N)


o Nx

Pembesarankelenjar

regional

tidakdapatditentukan
o N0 : Tidakada metastasis ke KGB regional
o N1 : Metastasis pada kelenjar axilla ipsilateral, bersifat
mobile

18

o N2 : Metastasis pada kelenjar limfe ipsilateral, tidak


dapat digerakkan
o N3 : Metastasis pada kelenjar limfe infraklavikular,
atau

mengenai

kelenjar

mammae

interna,

atau

kelenjar limfe supraklavikular


3. Metastasis jauh (M)
o Mx : Metastasis tidak dapatdinilai
o M0 : Tidak terdapat metastasis
o M1 : Terdapat metastasis jauh
American Joint Committee on Cancer Staging of
Breast Carcinoma

Stage 0: tahap sel kanker payudara tetap di dalam


kelenjar payudara, tanpa invasi ke dalam jaringan

payudara normal yang berdekatan.


Stage I: Karsinoma invasif dengan ukuran 2 cm atau

kurang serta kelenjar getah bening normal.


Stage IIA: tumor tidak ditemukan pada payudara tapi
sel-sel kanker ditemukan dikelenjar getah bening di
ketiak, atau tumor dengan ukuran 2 cm atau kurang dan
telah menyebar ke kelenjar getah bening aksiler, atau
tumor yang lebih besar dari 2 cm tapi tidak lebih besar
dari 5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening

aksiler.
Stage IIB: tumor yang lebih besar dari 2 cm, tetapi
kurang dari 5 cm telah menyebar ke kelenjar getah
bening yang berhubungan dengan ketiak, atau tumor
yang lebih besar dari 5 cm tapi belum menyebar ke

kelenjar getah bening ketiak.


Stage IIIA: tumor yang lebih besar dari 5 cm, kanker
ditemukan di kelenjar getah bening ketiak yang melekat
bersama atau dengan struktur lainnya, atau kanker
ditemukan di kelenjar getah bening di dekat tulang
19

dada, atau tumor dengan ukuran berapapun dimana


kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak,
terjadi perlekatan dengan struktur lainnya, atau kanker
ditemukan di kelenjar getah bening di dekat tulang

dada.
Stage IIIB: tumor dengan ukuran tertentu dan telah
menyebar ke dinding dada dan/atau kulit payudara dan
mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening
ketiak yang berlekatan dengan struktur lainnya, atau
kanker mungkin telah menyebar ke kelenjar getah
bening

di

dekat

tulang

dada.

Kanker

payudara

inflamatorik dipertimbangkan paling tidak pada tahap

IIIB.
Stage IIIC:ada atau tidak ada tanda kanker di
payudara atau mungkin telah menyebar ke dinding
dada dan/atau kulit payudara dan mungkin telah
menyebar ke kelenjar getah bening baik di atas atau di
bawah tulang belakang dan kanker mungkin telah
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau kelenjar

getah bening di dekat tulang dada.


Stage IV: Metastasis jauh.

2.11 Penatalaksanaan
Ca Mammae In Situ (stadium 0)
Terapi saat ini untuk LCIS adalah dengan tamoxifen.
Tujuan utama terapi ini adalah mencegah atau mendeteksi
stadium dini dari karsinoma invasif yang dapat muncul
pada 25-35 % wanita. Eksisi terhadap LCIS tidak banyak
memberi keuntungan karena penyakit ini menyerang
kedua payudara dan resiko terjadinya kanker sama untuk
kedua payudara.

20

Wanita dengan DCIS dan terdapat penyebaran memerlukan


mastectomy

sedangkan

jika

penyakitnya

terbatas

dapat

dilakukan lumpectomy dan terapi radiasi. Untuk DCIS yang tidak


dapat diraba maka mammografi diperlukan untuk memastikan
semua sel yang dicurigai kanker dapat diangkat. Wanita dengan
mastektomy memiliki kemungkinan rekurensi sekitar 2%. Para
ahli berpendapat bahwa rekurensi sering muncul pada daerah
bekas operasi karena tidak semua jaringan DCIS terangkat.
Early Invasive Ca Mammae (stadium I, IIa, atau IIb)
Sebuah
penelitian
yang
dilakukan
oleh
NSABP
membandingkan lumpectomy dengan radiasi dan tanpa radiasi
untuk terapi stadium I dan II Ca mammae. Setelah 5 8 tahun
follow up penyakitnya sembuh tetapi insidensi munculnya
rekurensi pada payudara ipsilateral meningkat pada pasien
dengan lumpectomy tanpa pemberian terapi radiasi sehingga
disimpulkan bahwa terapi Ca mammae stadium I dan II adalah
dengan lumpectomy dan terapi radiasi. Kemoterapi adjuvant juga
dapat dipertimbangkan sebagai terapi pada stadium ini.
Advanced Locoregional Ca Mammae (stadium IIIa atau
IIIb)
Pada stadium ini diperlukan tindakan pembedahan dengan
terapi radiasi dan kemoterapi. Pasien dengan Ca Mammae
stadium IIIa dikategorikan sebagai operable dan non operable.
Pasien golongan operable biasa dilakukan modified radical
mastectomy

dilanjutkan

dengan

adjuvant

kemoterapi

(mengurangi penyebaran) dan adjuvant radioterapi (mengurangi


locoregional disease). Pada stadium IIIa yang inoperable dan IIIb
maka diberikan dahulu neoadjuvant terapi untuk mengurangi
ukuran tumor sehingga dapat dioperasi. Jika sudah terjadi
penyebaran ke KGB mammaria interna maka diperlukan terapi
radiasi dan kemoterapi sistemik.
Metastasis Jauh (stadium IV)

21

Terapi untuk stadium ini tidak bersifat kuratif tetapi


bertujuan untuk memperpanjang masa hidup dan meningkatkan
kualitas hidup pasien. Terapi hormonal lebih disukai pada
stadium ini. Indikasi pemberian terapi hormonal adalah wanita
penderita kanker dengan reseptor hormon positif, wanita dengan
metastasis hanya ke tulang atau jaringan lunak saja, dan wanita
dengan metastasis visceral yang terbatas dan asimptomatik.
Kemoterapi sistemik diberikan pada wanita penderita kanker
dengan reseptor hormon negatif, metastasis visceral yang
simptomatik dan kanker yang tidak dapat sembuh dengan terapi
hormonal.
Breast Conservation
Breast conservation meliputi reseksi tumor primer
dengan tepi normal pada jaringan payudara, terapi radiasi
adjuvant, dan penilaian status KGB axilla. Reseksi tumor
primer Ca mammae juga disebut reseksi segmental,
lumpectomy,

partial

mastectomy,

dan

tylectomy.

Pembedahan konservatif merupakan standart terapi bagi


wanita dengan Ca mamme stadium I dan II. Wanita dengan
DCIS

hanya

memerlukan

reseksi

tumor

primer

dilajutkan dengan terapi radiasi adjuvant.


Mastectomy dan Diseksi Axilla
Skin-sparring mastectomy membuang semua

dan

jaringan

payudara, kompleks nipple-areola, dan hanya 1 cm kulit disekitar


tempat eksisi. Tingkat rekurensi kurang dari 2% jika teknik ini
dipakai

untuk

kanker

stadium

T1

dan

T3.

Total

(simpel)

mastectomy membuang semua jaringan payudara, kompleks


nipple-areola, dan kulit. Modified radical mastectomy membuang
semua jaringan payudara, kompleks nipple-areola, kulit, dan
tingkat

dan

II

KGB

axilla.

Halsted

radical

mastectomy

membuang semua jaringan payudara, kulit, kompleks nipple-

22

areola, M.pectoralis mayor dan M.pectoralis minor, serta tingkat


I, II, dan III KGB axilla.
Beberapa wanita lebih memilih mastectomy dibanding
pembedahan konservatif. Wanita dengan tumor primer yang
memiliki komponen ekstensif intraductal sebaiknya dilakukan
mastectomy

karena

tingkat

kegagalan

yang

tinggi

pada

payudara ipsilateral setelah pembedahan konservatif. Wanita


dengan tumor yang besar yang meliputi subareolar dan bagian
tengah payudara dan wanita dengan tumor primer multipel
sebaiknya juga dilakukan mastectomy.

2.13 Pencegahan
Karsinoma

payudara

dapat

dicegah

dengan

memahami faktor resiko dan kemudian menghindarinya.


Seorang wanita yang memiliki riwayat keluarga menderita
kanker payudara atau ovarium, sebaiknya melakukan
pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sebulan sekali
sekitar hari ke-8 menstruasi baik untuk dilakukan sejak usia
18 tahun dan mamografi setiap tahunnya sejak usia 25
tahun.

23

Gambar 7. SADARI

24

BAB III
PENUTUP
Ca mammae merupakan keganasan dari sel yang membentuk
jaringan payudara. Ca mammae didefinisikan sebagai kanker yang
terbentuk di jaringan payudara, biasanya pada saluran (tabung yang
membawa susu ke puting) dan lobulus (kelenjar yang memproduksi air
susu).
Ca mammae merupakan salah satu masalah kesehatan wanita di
Indonesia. Di Indonesia, jumlah penderita Ca mammae menduduki
tingkat kedua setelah Ca cervix,

didapatkan estimasi insidensi Ca

mammae di Indonesia sebesar 26 per 100.000 wanita dan Ca cervix


sebesar 16 per 100.000 wanita.
Diagnosis Ca mammae
pemeriksaan

fisik,

dan

bisa

ditegakkan

pemeriksaan

dari

penunjang.

anamnesis,
Pemeriksaan

penunjang untuk mendukung pemeriksaan klinis, yaitu mamografi dan


ultrasonografi (USG). Pemeriksaan radiodiagnostik untuk staging, yaitu
dengan rontgen thorax, USG abdomen (hepar), dan bone scanning.
Sedangkan pemeriksaan radiodiagnostik yang bersifat opsional (atas
indikasi), yaitu magneting resonance imaging (MRI), CT-Scan, PET
Scan, dan bone survey.
Ca mammae dapat dicegah dengan memahami faktor risiko dan
kemudian menghindarinya. Seorang wanita yang memiliki riwayat
keluarga

menderita

kanker

payudara

atau

ovarium,

sebaiknya

melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sebulan sekali


sekitar hari ke-8 menstruasi baik untuk dilakukan sejak usia 18 tahun
dan mamografi setiap tahunnya sejak usia 25 tahun.

25

DAFTAR PUSTAKA

Kirby I, Samuel W. Beenken, and Edward M. Copeland. 2005. The Breast. in:
Schwartzs Principal of Surgery 8th edition. USA: McGraw-Hill
Companies. P453-464.
Iglehart, J. D. and Kaelin, C. M. 2004. Diseases of The Breast. in: Sabiston
Textbook of Surgery 17th edition .Philadelphia. h.867-874.
Foster, M. E. and Stiff, G. M. 2001. Payudara. in: Teknik Bedah Umum.
Farmedia. Jakarta. h.35-45.
Sjamsuhidjat dan Wim de Jong. 2000.Payudara, dalam: Buku Ajar Ilmu
Bedah. EGC.. Jakarta. h.867-902.
Buranda T, Djayanglangkara H, Datu AR, Lisal J, Rafiah S, Nikmatiah. 2006.
Anatomi Umum. Makassar : FK UNHAS.
American cancer society. Breast cancer [online].2015. [cited 2015 June 05].
Available from: URL;
http//www.cancer.org/acs/groups/cid/document/webcontent/003090.pdf
American Joint Cancer Staging. 7th ed. [online]. Available from: URL;
http://cancerstaging.
org/referencestools/quickreferences/Documents/BreastMedium.pdf
.

26

Anda mungkin juga menyukai