Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS

Mioma Uteri

LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Ny. EY
Usia : 52 tahun
Alamat : Griya Alam Sentosa
Pendidikan : D3 akuntansi
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Masuk Rumah sakit : 25 Juli 2016 pukul 16.31

Keluhan utama
Dikirim oleh : Poliklinik
Dengan keterangan : P0A0 dengan mioma uteri multipel dan hipertensi
Keluhan utama : Nyeri perut bagian bawah

Riwayat penyakit sekarang


Pasien wanita usia 52 tahun, P0A0 datang ke RSUD Ciawi pada tanggal 25 Juli 2016 ke
poliklinik kebidanan dengan keluhan nyeri perut di bagian bawah. Nyeri perut sudah
dirasakan sejak lama, kurang lebih 10 tahun, dengan intensitas semakin lama semakin berat.
Nyeri perut hanya muncul kadang-kadang, tidak terus menerus, terutama saat dalam posisi
terlentang. Keluhan nyeri perut disertai dengan rasa seperti ada yang mengganjal di perut.
Keluar keluar darah dari jalan lahir disangkal. Keluhan nyeri kepala hebat, pandangan kabur,
nyeri ulu hati disangkal. Buang air besar dan buang air kecil dalam batas normal.

Riwayat haid
Menarche : 15 tahun
Siklus haid : 28 hari
Lama haid : 7 hari
Haid teratur, tidak nyeri

Riwayat persalinan
Tidak ada keterangan

Keterangan Tambahan
Haid terakhir : April 2015
Riwayat perkawinan : Pernikahan ke 1
Riwayat kehamilan : Pasien mengaku tidak pernah hamil
Riwayat KB : Pasien tidak pernah menggunakan KB
Riwayat penyakit dahulu : Penyakit darah tinggi sejak 10 tahun yang lalu. Penyakit
jantung, asma, DM, dan alergi disangkal. Pasien pernah
dilakukan mastektomi dekstra atas indikasi karsinoma duktal
invasif grade III
Riwayat penyakit keluarga : Kakak pasien pernah didiagnosis mioma uteri dengan berat 1
kg, kemudian dilakukan histerektomi
Riwayat pengobatan : Amlodipin 1 x 10 mg sejak 10 tahun yang lalu, namun minum
obat tidak teratur dan tidak teratur kontrol

Status Generalisata
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tensi : 140/90 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Pernafasan : 24 x/menit
Suhu : 36,0 oC
Jantung : BJ S I-II murni, reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru : Pergerakan paru tampak simetris, stem fremitus kiri kanan sama kuat,
perkusi sonor, SDV +/+ Rh -/- Wh -/-
Abdomen : Kontur cembung, bising usus (+), nyeri tekan (-), teraba massa
dengan konsistensi kenyal
Refleks : Fisiologis (+/+)
Edema : -/-
Varices : -/-
Berat badan : 66 kg
Tinggi badan :-
Hati dan Limpa : Tidak membesar

Pemeriksaan Dalam
Vulva/vagina : Tak ada kelainan, darah (-) lendir (-)
Portio : Lunak
Ostium : Tertutup

Laboratorium
Pemeriksaan Hematologi, Kimia, Imunologis
Hemoglobin : 12,8 g/dl
Hematokrit : 39%
Leukosit : 5900/mm3
Trombosit : 270.000/mm3
Masa Perdarahan : 200
Masa Pembekuan : 1030
Glukosa Darah Puasa : 96 mg/dl
Glukosa Darah 2PP : 103 mg/dl
Ureum : 18,6 mg/dl
Kreatinin : 0,82 ng/ml
SGOT : 39 U/l
SGPT : 57 U/l
HBsAg : Nonreaktif

Urinalisis
Warna : Kuning
Kejernihan : Agak keruh
Leukosit : Negatif
Nitrit : Negatif
Protein : Negatif
Eritrosit : Negatif
Sedimen (Leu / Eri) : Negatif
Silinder : Negatif
Kristal : Negatif
Bakteri : Negatif
Jamur : Negatif

Pemeriksaan USG
Gambaran mioma uteri multipel

Diagnosis
P0A0 dengan mioma uteri multipel dan hipertensi

Data Terakhir Pasien : P0A0 dilakukan tindakan miomektomi pada 27 Juli 2016 pukul
14.51 WIB
a. Tampak uterus sebesar kepalan tinju dewasa, diangkat massa dengan ukuran 10 x 8 cm,
perdarahan minimal
b. Post miomektomi pasien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, tekanan darah
130/80 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu 36,5 oC
c. BAB (+) dan BAK (+)

Rencana Pengelolaan
- Observasi TTV, perdarahan, tanda akut abdomen
- Imobilisasi 12 jam
- Realimentasi dini
- Cek H2TL kembali
- Edukasi untuk menjaga higiene
- Terapi :
- Ceftriaxone 2 x 1 g IV
- Ketoprofen supp 3 x 1
PEMBAHASAN

I. Mioma Uteri
a. Gejala klinis, Pemeriksaan, dan Diagnosis Mioma Uteri
Teori Klinis
Kebanyakan kasus mioma uteri tidak Pasien mengeluh nyeri perut di bagian bawah
bergejala. Keluhan yang sering dialami oleh disertai dengan rasa mengganjal di perut yang
pasien antara lain : sudah berlangsung lama ( 10 tahun).
Perdarahan Keluhan dirasakan semakin lama semakin

Nyeri perut berat

Ada yang menekan atau mengganjal


di perut
Tidak hamil-hamil
Keluhan yang disampaikan pasien juga dapat
berupa :
Gangguan haid
Nyeri saat berkemih
Rasa ingin berkemih yang sering
Sulit buang air besar
Beberapa hasil pemeriksaan yang mengarah Pada pemeriksaan fisik abdomen
kepada mioma uteri antara lain: pasien teraba massa dengan
Pada pemeriksaan fisik abdomen konsistensi kenyal
dapat terlihat massa yang menonjol Pada pemeriksaan USG terlihat
atau teraba massa seperti bagian janin gambaran mioma multipel
Pada pemeriksaan panggul didapatkan
pembesaran uterus dengan konsistensi
kenyal padat, berbatas tegas,
permukaannya berbenjol (biasanya
multipel) dengan kontur ireguler
Pada pemeriksaan USG didapatkan
gambaran hipoekoik sampai dengan
hiperekoik, bergantung pada
perbandingan antara otot polos
dengan jaringan ikatnya, serta bisa
didapatkan gambaran degenerasi atau
tidak

b. Tatalaksana Mioma Uteri


Teori Klinis
Tatalaksana untuk pasien mioma uteri antara Pasien direncanakan untuk menjalani
lain : tindakan miomektomi pada 27 Juli 2016
Observasi bila mioma uteri bersifat
asimtomatik atau ukuran mioma
usia gestasi 12 minggu, dengan
pemeriksaan panggul dan USG setiap
tahun
Tatalaksana farmakologi yang dapat
diberikan antara lain :
o Obat antiinflamasi non steroid
(AINS)
o Kontrasepsi Oral Kombinasi
atau pil progestin
o Pemberian senyawa androgen
seperti danazol dan gestrinone
o Pemberian agonis GnRH
seperti leuprolide asetat,
goserelin, triptorelin,
nafarelin. Terapi tambahan
dapat menggunakan progestin
atau dengan senyawa
Selective Estrogen-Receptor
Modulators (SERMs) seperti
tibolone dan raloxifene
o Pemberian antagonis GnRH
seperti cetrorelix dan ganirelix
secara injeksi
o Pemberian antiprogestin
seperti mifepristone (RU486)
atau Selective Progesterone-
Receptor Modulators (SPRM)
seperti asoprisnil
Embolisasi arteri uterina
Gelombang ultra terfokus dengan
bantuan MRI
Tatalaksana suportif berupa
pemberian nutrisi yang adekuat serta
suplementasi bila diperlukan
Tatalaksana pembedahan :
histerektomi, miomektomi, ablasi
endometrium, serta metode lainnya
yang masih melalui tahap uji klinis
seperti bedah elektrik mono atau
bipolar, bedah laser, krioterapi, ligasi
arteri uterina bilateral, serta klem
arteri uterina transien secara
transvaginal

c. Indikasi Miomektomi
Teori Klinis
Indikasi dilakukannya miomektomi adalah Pasien didiagnosis mengalami mioma
kasus mioma uteri yang disertai dengan : uteri yang disertai dengan nyeri
Perdarahan abnormal abdomen dan nyeri pelvik
Nyeri pelvik Pasien diduga mengalami infertilitas

Infertilitas
Abortus berulang
II. Hipertensi
a. Diagnosis Hipertensi
Teori Klinis
Menurut JNC VIII, hipertensi adalah orang- Pada pemeriksaan pertama pasien didapatkan
orang dengan tekanan darah sistolik 140 tekanan darah 140/90 mmHg
mmHg dan tekanan darah diastolik 90
mmHg. Hipertensi diklasifikasikan menjadi :
Prehipertensi, bila tekanan darah
sistolik antara 120 139 mmHg dan
tekanan darah diastolik antara 80 89
mmHg
Hipertensi derajat I, bila tekanan
darah sistolik antara 140 159 mmHg
dan tekanan darah diastolik antara 90
99 mmHg
Hipertensi derajat II, bila tekanan
darah sistolik 160 mmHg dan
tekanan darah diastolik 100 mmHg

KESIMPULAN
Pada kasus ini, pasien dinyatakan mengalami mioma uteri. Hal ini didasarkan pada :
Keluhan pasien berupa nyeri perut di bagian bawah disertai dengan rasa mengganjal
di perut yang sudah berlangsung lama ( 10 tahun). Keluhan dirasakan semakin lama
semakin berat
Terabanya massa dengan konsistensi kenyal pada pemeriksaan fisik abdomen
Terlihatnya gambaran mioma multipel pada pemeriksaan USG
Selain mengalami mioma uteri, pasien juga mengalami hipertensi karena pada pemeriksaan
tekanan darah didapatkan hasil 140/90 mmHg, dan menurut JNC VIII, hipertensi adalah
orang-orang dengan tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan darah diastolik 90
mmHg.
TINJAUAN PUSTAKA

Pendahuluan
Mioma uteri atau leiomioma uteri adalah neoplasma jinak dari sel otot polos serta jaringan
ikat sekitarnya yang terdapat di lapisan miometrium.

Epidemiologi
Insiden mioma uteri pada wanita mencapai 70 80% berdasarkan pemeriksaan secara
histopatologi atau USG. Neoplasma ini sering muncul pada usia subur dan menunjukkan
sensitivitas yang tinggi terhadap hormon estrogen dan progesteron.

Faktor Risiko
Neoplasma ini sering muncul pada usia subur dan risikonya meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Usia menarke yang lebih dini, angka IMT yang besar, riwayat mioma
uteri pada keluarga, wanita nulipara, wanita dengan ras Afro-Amerika, wanita yang
mengalami sindrom polikistik ovarium (polycystic ovarian syndrome / PCOS) meningkatkan
risiko terjadinya mioma uteri.

Klasifikasi
Berdasarkan lokasi dan arah tumbuhnya tumor, mioma uteri dibagi menjadi :
Leiomioma subserosa. Mioma jenis ini tumbuh pada sel otot polos yang dekat dengan
tunika serosa uterus, dan tumbuhnya mengarah ke luar. Bila terdapat struktur tangkai,
tumor dinamakan leiomioma pedunkulasi. Mioma dengan struktur tangkai ini berisiko
untuk mengalami torsi, nekrosis, dan infeksi.
Leiomioma parasitik. Mioma ini merupakan variasi dari leiomioma subserosa, dimana
struktur tumornya berlekatan dengan struktur pelvik disekitarnya seperti omentum
dan usus, kemudian mendapatkan vaskularisasi. Mioma dapat berhubungan atau tidak
berhubungan dengan sel otot polos induknya.
Leiomioma intramural atau mioma interstisial. Mioma ini tumbuh di dalam dinding
uterus.
Leiomioma submukosa. Mioma ini terletak dekat dengan endometrium dan tumbuh
ke arah kavitas endometrium.
European Society of Hysteroscopy membagi mioma uteri menjadi beberapa tipe.
Tipe 0. Mioma tipe ini terletak seluruhnya di dalam kavitas uteri.
Tipe I. Mioma tipe ini < 50% bagiannya terletak di dalam miometrium.
Tipe II. Mioma tipe ini > 50% bagiannya diliputi oleh struktur endometrium.

Gambaran Patologis
Secara makroskopis, tumor terlihat relatif bulat, berwarna putih mutiara (pucat), dindingnya
licin dengan batas yang tegas dan konsistensinya kenyal. Namun gambaran tumor seperti ini
dapat berubah bila tumor mengalami degenerasi, yang disebabkan tumor mudah mengalami
perdarahan dan nekrosis. Tumor ini dibedakan dengan jaringan miometrium di sekitarnya
melalui jaringan ikat luarnya yang lebih tipis. Secara mikroskopis, tumor terdiri dari sel otot
polos yang mengalami elongasi dan teragregasi membentuk kelompok-kelompok sel otot
polos.

Gejala
Kebanyakan kasus mioma uteri bersifat asimtomatik. Gejala hanya timbul pada 35 50 %
pasien. Beberapa keluhan yang sering diutarakan oleh pasien antara lain terjadinya
perdarahan, nyeri perut, terasa ada yang menekan / mengganjal di perut, atau tidak hamil-
hamil. Keluhan tersebut dirasakan sudah berlangsung cukup lama, kecuali pada kasus
terjadinya degenerasi atau prolaps dari mioma, torsi dari mioma pedunkulasi, retensi urin,
tromboemboli vena, atau perdarahan intraperitoneum. Keluhan lainnya yang mungkin
diutarakan pasien antara lain gangguan haid, nyeri saat berkemih, rasa ingin berkemih yang
sering, dan sulit buang air besar.
Perdarahan merupakan keluhan tersering yang dialami pasien mioma uteri, dalam
bentuk menoragia. Perdarahan disebabkan oleh dilatasi dan terbendungnya vena-
vena endometrium serta miometrium, yang dipengaruhi oleh penekanan massa
mioma dan terganggunya produksi faktor pertumbuhan yang bersifat vasoaktif.
Perdarahan yang berlangsung lama dan berjumlah banyak dapat menyebabkan
anemia defisiensi zat besi.
Rasa tidak nyaman di daerah pelvik, atau rasa ada yang menekan / mengganjal di
daerah perut / pinggang, disebabkan oleh pembesaran uterus.
Nyeri akut di daerah pelvik. Keluhan ini jarang terjadi, kecuali pada kasus mioma
yang telah terdegenerasi akibat gangguan vaskuler, mengalami prolaps, terinfeksi,
mengalami torsi (pada mioma bertangkai), menekan persarafan, atau terjadi
kontraksi uterus. Untuk membedakannya dengan penyebab nyeri pelvik lainnya,
dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa USG atau CT scan.
Infertilitas. Bagaimana mioma uteri dapat menyebabkan infertilitas belum diketahui
dengan pasti. Diduga terjadinya infertilitas terkait dengan oklusi ostium tuba,
berubahnya sifat kontraksi uterus yang mendorong sperma atau ovum, serta
terganggunya proses implantasi yang berhubungan dengan proses inflamasi dan
perubahan vaskuler uterus. Infertilitas lebih mungkin terjadi pada leiomioma
submukosa dibandingkan dengan mioma yang terletak di tempat lain, begitu pula
pada pasien dengan mioma multipel.

Diagnosis
Pada pemeriksaan fisik abdomen terlihat massa yang menonjol atau teraba massa seperti
bagian janin. Pada pemeriksaan panggul didapatkan pembesaran uterus dengan konsistensi
kenyal padat, berbatas tegas, permukaannya berbenjol (biasanya multipel) dengan kontur
ireguler. Pada pemeriksaan USG, gambaran mioma uteri bervariasi dari hipoekoik sampai
dengan hiperekoik, bergantung pada perbandingan antara otot polos dengan jaringan ikatnya,
serta apakah terdapat degenerasi atau tidak. Terdapatnya kalsifikasi atau degenerasi kistik
akan memperjelas gambaran mioma uteri. Bila terjadi kalsifikasi, akan terlihat gambaran
hiperekoik yang membatasi tumor atau tersebar secara acak di massa yang terlihat.
Sedangkan bila terjadi degenerasi kistik atau miksoid, akan terlihat gambaran hipoekoik
dengan dinding tipis, berbentuk bulat, berdinding tipis, dan berukuran ireguler. Bila
endometrium tebal atau ireguler, pemeriksaan sonografi dengan pemberian normosalin atau
histeroskopi daapat memberikan informasi tambahan.
Pemeriksaan dengan Doppler color flow akan memperjelas vaskularisasi mioma, berupa
sekumpulan pembuluh darah kecil di tepi yang menembus mioma. Pencitraan Doppler dapat
membedakan leiomioma dari polip endometrium, adenomiosis, atau massa pelvik lainnya.
Pemeriksaan MRI diindikasikan bila terdapat kelainan anatomis, diperlukan keterangan
ukuran, jumlah, dan letak mioma yang lebih tepat sebagai dasar untuk pemilihan rencana
terapi berikutnya, serta membedakannya dari adenomiosis.
Tatalaksana
Bila mioma uteri bersifat asimtomatik atau ukuran mioma usia gestasi 12 minggu,
maka pasien dapat diobservasi dengan pemeriksaan panggul dan USG setiap tahun.
Obat antiinflamasi non steroid (AINS) untuk keluhan dismenore.
Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists, Kontrasepsi Oral
Kombinasi atau pil progestin dapat mengurangi keluhan mioma uteri yang terkait
dengan haid, namun harus dilakukan pemantauan yang ketat terhadap kondisi mioma
dan ukuran uterus.
Pemberian senyawa androgen seperti danazol dan gestrinone dapat mengecilkan
volume mioma uteri dan mengurangi gejala perdarahan, namun pemberian senyawa
ini memiliki efek samping yang cukup mengganggu seperti akne dan hirsutisme.
Pemberian agonis GnRH seperti leuprolide asetat, goserelin, triptorelin, nafarelin.
Agonis GnRH diduga bekerja dengan menstimulasi reseptor gonadotropin pada
hipofisis, sehingga menyebabkan produksi FSH dan LH yang tinggi. Dalam jangka
panjang, jumlah reseptor ini akan berkurang, sehingga menyebabkan desentisasi
rangsangan oleh GnRH, penurunan FSH dan LH, serta penurunan estrogen dan
progesteron dalam 1 2 minggu. Cara kerja lainnya diduga senyawa ini bekerja
langsung pada reseptor GnRH yang diperkirakan juga terdapat di mioma, sehingga
dapat mengurangi ukurannya. Dalam 3 bulan pertama penggunaan, dilaporkan sudah
terjadi penurunan volume uterus dan mioma, serta berkurangnya rasa nyeri dan
hilangnya menoragia. Terapi dianjurkan untuk diteruskan hingga 3 6 bulan. Efek
samping yang dapat timbul dengan penggunaan agonis GnRH antara lain gejala
vasomotor, perubahan libido, keringnya epitel vagina, dispareunia, dan berkurangnya
massa tulang. Untuk mengurangi berbagai efek samping tersebut, dikembangkan
terapi tambahan bersama dengan agonis GnRH ini yang diberikan setelah 1 3 bulan
pemberian agonis GnRH. Terapi tambahan dapat menggunakan progestin atau dengan
senyawa Selective Estrogen-Receptor Modulators (SERMs) seperti tibolone dan
raloxifene.
Pemberian antagonis GnRH seperti cetrorelix dan ganirelix secara injeksi. Cara
kerjanya mirip dengan agonis GnRH, namun mencegah terjadinya lonjakan
gonadotropin serta onsetnya lebih cepat dibandingkan dengan agonis GnRH.
Kekurangannya adalah harus diinjeksi setiap hari dan efek berkurangnya
pertumbuhan mioma tidak berlangsung konsisten.
Pemberian antiprogestin seperti mifepristone (RU486) atau Selective Progesterone-
Receptor Modulators (SPRM) seperti asoprisnil. Mifepristone diberikan dengan dosis
2,5 50 mg /hari selama 12 minggu. Dibandingkan dengan agonis GnRH,
mifepristone lebih dapat ditoleransi. Efek samping yang dapat timbul dengan
pemberian mifepristone antara lain gejala-gejala vasomotor dan meningkatnya risiko
terjadinya perubahan pada endometrium. Sedangkan pemberian asoprisnil
menunjukkan berkurangnya perdarahan dan ukuran mioma, serta mencegah gejala-
gejala defisiensi estrogen dan breakthrough bleeding.
Embolisasi arteri uterina dengan menggunakan polivinil alkohol ukuran kecil atau zat
sintetis lainnya. Hal ini akan menyebabkan obstruksi aliran darah uterin yang menuju
ke mioma, sehingga menyebabkan iskemi dan nekrosis mioma tanpa melibatkan
struktur sekitarnya. Embolisasi arteri uterina merupakan terapi pilihan pada wanita
dengan gejala persisten walaupun sudah diberikan terapi oral, sebagai alternatif
tindakan miomektomi atau histerektomi, serta pada wanita yang sudah tidak ingin
memiliki anak lagi. Sebelum dilakukan embolisasi, pasien harus dilakukan
pemeriksaan ginekologis secara menyeluruh, serta sudah menjalani pemeriksaan
tambahan berupa pemeriksaan darah lengkap, pap smear, dan terbebas dari infeksi di
daerah genitalia. Keunggulan dari prosedur ini adalah dapat mengurangi berbagai
gejala penyerta mioma serta masa perawatan yang lebih singkat. Kekurangan dari
prosedur ini adalah tidak efektif untuk semua jenis leiomioma, timbulnya gejala
berupa rasa nyeri, mual-muntah, demam, dan malaise dalam waktu 1 7 hari setelah
tindakan, dapat memerlukan tindakan dilatasi dan evakuasi sisa jaringan mioma bila
tidak terjadi pengeluaran jaringan yang sempurna, serta risiko terjadinya amenore
transien sampai persisten.
Gelombang ultra terfokus dengan bantuan MRI. Energi gelombang ultra difokuskan
sampai pada tingkat yang mampu menghasilkan panas ke massa tumor, sehingga
menyebabkan nekrosis mioma 2 3 jam sejak dimulainya terapi. Metode ini cukup
aman, mungkin untuk dilakukan, minimal invasif, tidak memerlukan anestesi umum,
serta masa pemulihannya cepat. Kekurangan metode ini adalah terbatasnya perbaikan
gejala serta tidak semua pasien cocok. Kontraindikasi metode ini adalah terdapatnya
bekas luka di abdomen yang luas, ukuran uterus seperti pada usia gestasi > 24
minggu, ingin hamil kembali di masa mendatang, serta kontraindikasi terhadap
tindakan MRI.
Tatalaksana suportif berupa pemberian nutrisi yang adekuat serta suplementasi bila
diperlukan.

Tatalaksana Pembedahan
Pembedahan dilakukan bila ukuran uterus seperti pada usia gestasi 12 minggu atau terdapat
komorbid seperti perdarahan, torsi, infeksi, degenerasi, gejala penekanan, atau infertilitas.
Histerektomi. Histerektomi dapat dilakukan secara vaginal, abdominal, atau
laparoskopik, dengan mempertimbangkan ukuran uterus dan kadar hematokrit
sebelum operasi. Tindakan ini merupakan terapi definitif pada kasus mioma uteri.
Setelah dilakukan tindakan ini, sebagian besar pasien merasakan perbaikan gejala
nyeri pelvik, gejala saluran kemih, kelelahan, gejala psikis, serta disfungsi seksual.
Miomektomi. Miomektomi adalah pengangkatan mioma uteri dengan tetap
mempertahankan fungsi uterus semaksimal mungkin. Untuk mengevaluasi ukuran dan
letak tumor, seringkali uterus harus dikeluarkan dari rongga abdomen. Sebelum
dilakukan tindakan, persiapan yang perlu dijalani pasien antara lain pemeriksaan
USG, pemeriksaan pielografi intravena untuk mengetahui dampak massa terhadap
ureter, serta pemeriksaan crossmatch sebagai antisipasi diperlukannya transfusi darah
saat terjadi perdarahan selama tindakan. Miomektomi dapat dilakukan secara
laparoskopik, histeroskopik, atau melalui insisi laparotomi. Metode laparoskopik
memiliki keuntungan lebih sedikitnya kebutuhan transfusi, lama perawatan yang lebih
singkat, dan kejadian demam yang lebih sedikit. Sedangkan metode histeroskopik
memiliki keuntungan efektif untuk jangka waktu yang lama dan memperbaiki
kesuburan dengan cepat bila mioma adalah penyebab tunggal infertilitas. Tindakan
reseksi tumor dianjurkan pada pasien yang ingin memiliki anak kembali dan menolak
histerektomi. Tindakan ini mampu mengurangi keluhan nyeri, infertilitas, atau
perdarahan (menoragia) secara efektif. Namun, banyak yang meyakini risiko
terjadinya perdarahan, adhesi dan rekurensi setelah dilakukan tindakan ini lebih besar
dibandingkan dengan histerektomi.
Ablasi endometrium. Metode ini efektif untuk perdarahan uterus dan biasanya
dilakukan bersama dengan reseksi mioma secara histeroskopik. Namun efektivitas
metode ini juga bergantung pada ukuran dan letak mioma.
Metode lainnya yang masih melalui tahap uji klinis seperti bedah elektrik mono atau
bipolar, bedah laser, krioterapi, ligasi arteri uterina bilateral, serta klem arteri uterina
transien secara transvaginal.

Tatalaksana Khusus pada Kehamilan


Pada kasus mioma uteri yang menutup jalan lahir, persalinan dilakukan secara sectio
caesarea.
Pada masa postpartum, pengangkatan mioma uteri dianjurkan setelah 3 bulan, kecuali
bila terjadi gejala-gejala akut yang dapat membahayakan ibu.

Komplikasi
Mioma uteri akan meningkatkan risiko terjadinya infertilitas. Pada kehamilan, mioma uteri
meningkatkan risiko terjadinya abortus, kesulitan persalinan, inersia atau atonia uterus, dan
kesulitan melahirkan plasenta. Pada masa nifas, mioma uteri dapat menyebabkan
terganggunya involusi uterus.

Prognosis
Dubia

DAFTAR PUSTAKA
1. Hoffman BL, Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Bradshaw KD, Cunningham FG.
Williams gynecology. 2nd edition. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.; 2012.
2. World Health Organization. Buku saku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar
dan rujukan: pedoman bagi tenaga kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia; 2013.
3. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Panduan praktik klinis obstetri dan
ginekologi. Bandung: Departemen / SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran RSUP Dr. Hasan Sadikin; 2015.
4. Anwar M, Baziad A, Prabowo RP, editors. Ilmu kandungan. Edisi 3. Jakarta: PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2014.

Anda mungkin juga menyukai