Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS

G2P0A1 Hamil 7 Minggu dengan Abortus Imminens

Disusun oleh:

Widia Satya Surya


1102012305

Pembimbing:
dr. Budi Martino Lumunon, Sp. OG (K)

DISUSUN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK ILMU


KANDUNGAN & KEBIDANAN RS BHAYANGKARA TK.I R.SAID SUKANTO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 21 DESEMBER 2020 – 31 JANUARI 2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan berkah-Nya penulis
dapat menyelesaikan laporan kasus kepaniteraan klinik Ilmu Kandungan dan
Kebidanan di Rumah Sakit BHAYANGKARA TK I RADEN SAID SUKANTO yang
berjudul “G2P0A1 Hamil 7 Minggu dengan Abortus Imminens” Tujuan dari
penyusunan laporan kasus ini adalah sebagai syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan
klinik Ilmu Kandungan dan Kebidanan di Rumah Sakit BHAYANGKARA TK I
RADEN SAID SUKANTO.
Penyusunan laporan kasus ini tentu tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada dr. Budi Martino Lumunon, Sp. OG (K) atas bimbingan, saran,
kritik, dan masukannya dalam menyusun laporan kasus ini. Saya juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang selalu mendoakan dan teman-teman
serta pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu dalam membuat laporan kasus
ini.
Dalam penulisan laporan kasus ini penulis menyadari bahwa masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun dari segi
isi materi. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun untuk perbaikan pada penulisan dan penyusunan laporan
kasus ini. Penulis berharap laporan kasus ini dapat membawa manfaat bagi semua
pihak. Semoga Allah SWT senantiasa membalas segala kebaikan semua pihak yang
telah membantu. Aamin ya rabbal’alamin.

Wassalamualaikum wr. wb
Jakarta, Desember 2020

Penulis

2
PENDAHULUAN

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 15-50% kematian ibu disebabkan


oleh abortus. Didunia angka kematian ibu dan bayi yang tertinggi adalah di Asia
Tenggara, menurut data WHO persentase kemungkinan terjadinya abortus cukup
tinggi. Sekitar 15-40% angka kejadian, diketahui pada ibu yang sudah dinyatakan
positif hamil, dan 60-75% angka abortus terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 12
minggu ( Lestariningsih, 2008).
Di dunia terjadi 20 juta kasus abortus tiap tahun dan 70.000 wanita meninggal
karena abortus tiap tahunnya. Angka kejadian abortus di Asia Tenggara adalah 4,2 juta
pertahun termasuk Indonesia, sedangkan frekuensi abortus spontan di Indonesia adalah
10-15% dari 6 juta kehamilan setiap tahunnya atau 600.000 - 900.000, sedangkan
abortus buatan sekitar 750.000 – 1,5 juta setiap tahunnya, 2500 orang diantaranya
berakhir dengan kematian (Anshor, 2009).
Berdasarkan SDKI 2012 Angka Kematian Ibu (AKI) ( yang berkaitan dengan
kehamilan, persalinan dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. AKI
Indonesia yang mencapai 305 per 100.000 pada tahun 2015, Penyebab langsung
kematian ibu tahun 2013 adalah pendarahan 30,3%, hipertensi 27,1%, infeksi 7,3%,
partus lama 0%, abortus 0%, lain-lain 40,8%, (Kemenkes RI, 2015).
AKI Jawa Tengah tahun 2014 sebesar 111 per100.000 kelahiran hidup dan AKB
10,08/1000 kelahiran hidup (Dinkes Prov Jateng, 2015). AKI Kabupaten Semarang
tahun 2015 sebanyak 120,34 per 100.000 KH dan AKB 11,18 per 1000 kelahiran
hidup. Kematian ibu tertinggi adalah karena eklampsia (48,48%), Penyebab lainnya
adalah karena perdarahan (24,24%), disebabkan karena penyakit sebesar 18,18%,
Infeksi sebesar 3,03% dan lain-lain sebesar 6,06%, dengan kondisi saat meninggal
paling banyak pada masa nifas yaitu 54,55% diikuti waktu bersalin (27,2%).
Abortus atau dalam bahasa indonesia disebut keguguran merupakan salah satu
penyebab perdarahan yang terjadi pada kehamilan trimester pertama dan kedua.
Perdarahan ini dapat menyebabkan berakhirnya kehamilan atau kehamilan terus
berlanjut. Secara klinis, 10-15% kehamilan yang terdiagnosis berakhir dengan abortus
(Wiknjosastro, 2010).
Abortus dapat mengakibatkan kematian karena adanya perdarahan yang terus
menerus dan infeksi pada saat melakukan abortus. Di samping itu aborsi juga
berdampak pada kondisi psikologis. Perasaan sedih karena kehilangan bayi, beban

3
batin akibat timbulnya perasaan bersalah dan penyesalan yang dapat mengakibatkan
depresi.
Beberapa faktor yang merupakan predisposisi terjadinya abortus misalnya faktor
janin, faktor maternal, faktor lingkungan, umur, paritas, pekerjaan dan riwayat abortus.
Resiko abortus semakin tinggi dengan bertambahnya paritas dan semakin
bertambahnya usia ibu (Myles, 2009).
Resiko abortus spontan meningkat seiring dengan paritas serta usia ibu.
Frekuensi abortus yang secara klinis terdeteksi meningkat 12% pada wanita berusia
kurang dari 20 tahun menjadi 26% pada mereka yang usianya lebih dari 40 tahun
( Obstetri Williams, Cunningham, 2010 ).
Riwayat obstetrik sebelumnya merupakan prediktor terjadinya keguguran
spontan. Multigravida secara
signifikan beresiko lebih besar dibandingkan
2
primigravida, dan keguguran yang terjadi pada kehamilan sebelumnya merupakan
indikator risiko utama. Riwayat abortus pada penderita abortus juga merupakan
predisposisi terjadinya abortus berulang. Kejadiannya sekitar 3-5%. Data dari beberapa
studi menunjukkan bahwa setelah 1 kali abortus spontan, pasangan punya resiko 15%
untuk mengalami keguguran lagi sedangkan bila pernah 2 kali, resikonya akan
meningkat 25%. Beberapa studi meramalkan bahwa resiko abortus setelah 3 kali
abortus berurutan adalah 30-45% (Wiknjosastro, 2010).
Kejadian abortus yang terjadi dapat menimbulkan komplikasi dan dapat
menyebabkan kematian. Komplikasi abortus yang dapat menyebabkan kematian ibu
antara lain karena perdarahan dan infeksi. Perdarahan yang terjadi selama abortus
dapat mengakibatkan pasien menderita anemia, sehingga dapat meningkatkan risiko
kematian ibu. Salah satu jenis abortus spontan yang menyebabkan terjadi perdarahan
yang banyak adalah abortus inkomplit. Hal ini terjadi karena sebagian hasil konsepsi
masih tertinggal di plancental site. Sisa hasil konsepsi inilah yang harus ditangani agar
perdarahan berhenti. Selain dari segi medis, abortus juga dapat menimbulkan dampak
negatif pada aspek psikologi dan aspek sosioekonomi. Abortus seringkali terjadi pada
wanita hamil dan membawa dampak psikologis yang mendalam seperti trauma, depresi
hingga kecenderungan perilaku bunuh diri.

4
BAB I
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Ny. DP
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 13 Juni 1993
Usia : 27 tahun
Alamat : Kramat Jati
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : D4
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Bidan
Tanggal Masuk : 24 Desember 2020 (12.30 WIB)

Identitas Suami
Nama : Tn. IF
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 1990
Usia : 30 Tahun
Alamat : Kramat Jati
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Polri

ANAMNESIS
Keluhan Utama : Keluar darah merah segar sejak 12 jam SMRS
Riwayat penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD keterangan G2P0A1 hamil 7 minggu, dengan keluhan
keluar darah berwarna merah segar dari jalan lahir sejak 12 jam SMRS. Darah keluar
sebanyak kurang lebih 30cc, memenuhi 2 pembalut panjang. Keluhan disertai dengan

5
nyeri perut bagian bawah, nyeri dirasakan tumpul dan terus menerus. Saat ini juga
terasa sedikit pusing dan lemas. Pasien sempat meminum obat progesterone untuk
menghentikan pendarahannya. Keluhan keputihan (-) keluhan mual, muntah, demam,
batuk, pilek, nyeri kepala, pandangan kabur, dan kaki bengkak disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien memiliki riwayat abortus pada bulan Oktober 2020 pada usia kehamilan
12 minggu. Kuret (+).
Riwayat vaksin tokso (-)
Riwayat asma, alergi, HT, DM disangkal

Riwayat Penyakit keluarga


Pasien mengatakan diantara anggota keluarga tidak ada yang menderita penyakit
menular seperti TBC, HIV/AIDS, maupun penyakit menurun seperti kencing manis,
darah tinggi, jantung, asma, cacat bawaan dan tidak ada riwayat keturunan kembar.

Riwayat Obstetrik

Hamil Tahun Jenis Tempat Cara Hidup


Ke Kelamin Persalinan
1 2020 - - Kuretase Abortus
(Oktober) (12 minggu)
2 Hamil ini

Riwayat Haid
 Menarche : 13 tahun
 Siklus : Teratur, 28 hari
 Lamanya : 7 hari
 Banyaknya : 2x ganti pembalut
 HPHT : 02 November 2020
 Taksiran Persalinan : 09 Agustus 2021

Riwayat Pernikahan
 Menikah 1 kali

6
 Usia Menikah : 27 tahun
Riwayat Kontrasepsi
 Tidak ada

Riwayat Antenatal Care


 Test pack (positif)
 Tidak ada

Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan dan makanan.

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalisata
Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Composmentis (E4M6V5)
Tanda – Tanda vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Respiratori : 20 x/menit
Suhu : 36,9 ℃
TB : 155 CM
BB : 65 Kg
IMT: BB/ TB2 : 65/ (1,55)2 = 27 kg/cm2

Status Generalis
Kepala : Normochepal
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor, refleks
cahaya +/+.
Telinga : Normotia, keluar cairan -/-
Hidung : Bentuk normal, deviasi (-)
Mulut : Bibir dan mukosa tidak anemis, tidak ada trismus, tidak ada
pembesaran atau radang pada tonsil, tidak ada kelainan pada lidah, tidak ada gigi palsu.

7
Leher : Tidak ada kaku kuduk, tidak tampak pembesaran kelenjar
getah bening dan tiroid, tidak ada pembesaran JVP
Paru
Inspeksi : Bentuk normal, gerakan simetris dan ICS tidak melebar.
Palpasi: : Fremitus vokal dan fremitus taktil simteris tidaaada nyeri
tekan.
Perkusi : Sonor +/+, tidak ada nyeri ketuk.
Auskultasi : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Cor
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Teraba pulsasi tidak ada vibrasi
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : BJ1 dan BJ2 normoreguler, Gallop (-), Murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Perut terlihat cembung
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (+)
Perkusi : Timpani (+)
Ekstremitas : Ekstremitas bawah: Akral hangat, edema (-/-), CRT <2”
Anus : Tidak dilakukan Rectal Toucher

Pemeriksaan Obstetrik
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Perut terlihat sedikit cembung
Palpasi
Leopold I : TFU: Tidak dilakukan
Leopold II : Tidak dilakukan
Leopold III : Tidak dilakukan
Leopold IV : Tidak dilakukan
HIS :-
DJJ :-
Janin :-
Gerakan anak :-

8
Tinggi fundus uteri : - cm
TBJ : - gram

Pemeriksaan Dalam Vagina


Inspekulo :OUE menutup, portio tampak erosi, ditemukan darah berwarna merah
kehitaman mengalir dari OUI

Pemeriksaan Penunjang (24 Desember 2020)


Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 12,5 g/dl 12-16 g/dl
Hematokrit 38 % 37-47 %
Leukosit 10,410 /ul 4000-10.000 /uL
Trombosit 301.000 /mm3 150.000-400.000/mm3
Eritrosit 4,33 Juta/u 4 – 5 Juta/u
LED - <20 mm/jam
Sars COV 2 Rapid test Non reactive Non reactive
(IgG dan IgM)

DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja :
G2P0A1 Hamil 7 minggu dengan Abortus Imminens

9
DAFTAR MASALAH DAN URAIAN MASALAH

DAFTAR MASALAH URAIAN MASALAH


Abortus Imminens Pada pasien ini terjadi perdarahan dari daerah kemaluan sejak
satu malam sebelumnya, jika ini berlanjut terus menerus maka
dapat membahayakan janin. Pada ibu dapat terjadi anemia karena
kehilangan darah, dan pada janin dapat terjadi abortus. Sehingga
mortalitas dan morbiditas janin meningkat
Riwayat Abortus 1x Riwayat abortus 1 kali pada pasien ini akan meningkatkan resiko
(Kuret) abortus berulang jika penyebabnya tidak diatasi.

Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia
Quo ad fungtionam : dubia ad bonam

Tatalaksana
Rencana diagnostik
- Pemeriksaan USG

Rencana terapi
- Observasi TTV
- IVFD RL 12tpm
- Amoxicillin 3x500mg (oral)
- Etabion 1x1 (oral)

Rencana edukasi
- Menganjurkan kepada ibu untuk bed rest total
- Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang resiko yang akan terjadi jika
perdarahan terus terjadi
- Anjurkan untuk tidak melakukan aktifitas fisik secara berlebihan atau
melakukan hubungan seksual

10
Follow Up
25-26 Desember 2020
No S O A P
1. Pasien masih TD: 100/70mmHg G2P0A1 IVFD RL 12tpm
mengeluhkan keluar N : 84x/menit Hamil 7 Etabion 1x1
flek berwarna RR: 20x/menit minggu dengan Amoxicillin
kecoklatan sedikit- S : 36,7o C Abortus 3x500mg
sedikit, perut bawah Imminens
masih terasa nyeri.
BAK(+), BAB (-).
Nafsu makan baik
2. Pasien masih TD: 110/70mmHg G2P0A1 IVFD RL 12tpm
mengeluhkan keluar N : 80x/menit Hamil 7 Etabion 1x1
flek berwarna gelap RR: 18x/menit minggu dengan Amoxicillin
sangat sedikit, nyeri S : 36,9o C Abortus 3x500mg
perut bawah Imminens
berkurang. BAK(+),
BAB (-). Nafsu
makan baik

11
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kemampuan kandungan, dan sebagai batasan digunakan kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat badan anak kurang dari 500 gram. (terakhir, WHO/FIGO
1,2
1998 : 22 minggu) Penghentian kehamilan pada usia janin di atas itu tidak lagi
disebut aborsi, tetapi infantisida, atau pembunuhan bayi, yang di negara mana pun pasti
dilarang.
Sedangkan Aborsi tidak aman didefinisikan sebagai terminasi (penghentian)
kehamilan yang dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih atau di tempat yang tidak
memenuhi standar minimal medis, atau keduanya (WHO, 2000). Atau suatu prosedur
penghentian kehamilan oleh tenaga dengan ketrampilan yang kurang memadai atau
dilakukan di lingkungan yang kurang memenuhi syarat kesehatan atau keduanya.
Abortus Infeksiosus adalah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia.1,2

Epidemiologi
Diperkirakan frekuensi keguguran spontan berkisar antara 10-15 %. Namun
demikian, frekuensi seluruh keguguran yang pasti sukar ditentukan, karena abortus
buatan banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila telah terjadi komplikasi. Juga karena
sebagian keguguran spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga wanita
tidak datang ke dokter atau rumah sakit.
Lebih dari separuh atau 57% wanita pelaku aborsi, adalah mereka yang berusia
dibawah 25 tahun. Bahkan 24% dari mereka adalah wanita remaja berusia dibawah 19
tahun. Insidensi abortus menurut umur :

12
Tabel 2.1 Insidensi abortus menurut umur
No Usia Jumlah %
.
1 Dibawah 15 tahun 14.200 0.9
2 15-17 tahun 154.500 9.9
3 18-19 tahun 224.000 14.4
4 20-24 tahun 527.700 33.9
5 25-29 tahun 334.900 21.5
6 30-34 tahun 188.500 12.1
7 35-39 tahun 90.400 5.8
8 40 tahun keatas 23.800 1.5

Jika terjadi kehamilan diluar nikah, 82% wanita di Amerika akan melakukan
aborsi. Jadi, para wanita muda yang hamil diluar nikah, cenderung dengan mudah akan
memilih membunuh anaknya sendiri.
Untuk di Indonesia, jumlah ini tentunya lebih besar, karena didalam adat Timur,
kehamilan diluar nikah adalah merupakan aib, dan merupakan suatu tragedi yang
sangat tidak bisa diterima masyarakat maupun lingkungan keluarga, maka kasus ini
jarang dilaporkan. Akan tetapi, berdasarkan perkiraan dari BKBN, ada sekitar
2.000.000 kasus aborsi yang terjadi setiap tahunnya di Indonesia.
Data statistik mengenai kasus aborsi di luar negeri, khususnya di Amerika
dikumpulkan oleh dua badan utama, yaitu Federal Centers for Disease Control (CDC)
dan Alan Guttmacher Institute (AGI). Hasil pendataan mereka menunjukkan bahwa
jumlah nyawa yang dibunuh dalam kasus aborsi di Amerika, yaitu hampir 2 juta jiwa
lebih banyak dari jumlah nyawa manusia yang dibunuh dalam perang manapun dalam
sejarah negara itu. WHO memperkirakan dari 200 juta kehamilan per tahun, sekitar
38%(75 juta) merupakan kehamilan tak diinginkan (KTD).3,4
Sebanyak dua per tiga perempuan di dunia yang mengalami KTD (50 juta) akan
berakhir dengan aborsi disengaja (induced abortion), di mana 60% (30 juta)
diantaranya dilakukan secara aman dengan bantuan tenaga professional yang terlatih,
sedangkan sisanya 40% (20 juta) dilakukan secara tidak aman oleh tenaga yang tidak
berkompeten di tempat-tempat yang tidak memenuhi persyaratan medis.
Menurut estimasi WHO sekurangnya 78.000 (estimasi lain menyebutkan
sebanyak 150.000 – 200.000) perempuan setiap tahunnya meninggal karena komplikasi
akibat aborsi yang tidak aman.3,4

13
Etiologi
a. Faktor janin
1) Faktor genetik
a) Paling sering menimbulkan abortus spontan adalah abnormalitas kromosom
pada janin. Lebih dari 60% abortus spontan yang terjadi pada trimester pertama
menunjukkan beberapa tipe abnormalitas genetik
b)Kelainan telur, blighted ovum, kerusakan embrio
c) Embrio dgn kelainan lokal
d)Kelainan pada plasenta
Endometritis dapat terjadi dalam villi korialis dan menyebabkan oksigenasi
plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin.
Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
2) Faktor maternal
a) Kelainan anatomis ibu
Abnormalitas anatomi maternal yang dihubungkan dengan kejadian abortus
spontan yang berulang termasuk inkompetensi serviks, kongenital dan defek uterus
yang didapatkan (acquired). Lingkungan di endometrium disekitar tempat implansasi
kurang sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.
b) Infeksi
Infeksi intrauterin sering dihubungkan dengan abortus spontan berulang.
Organisme-organisme yang sering diduga sebagai penyebab antara lain Chlamydia,
Ureaplasma, Mycoplasma, Cytomegalovirus, Listeria monocytogenes dan Toxoplasma
gondii.
b. Faktor Endokrin, Hipertiroidismus, diabetes melitus dan defisisensi
progesteron.
c. Penyakit kronis yang melemahkan, misalnya penyakit tuberkulosis atau
karsinomatosis, namun keadaan ini jarang menyebabkan abortus; sebaliknya pasien
meninggal dunia karena penyakit ini tanpa melahirkan. Penyakit kronis lain (diabetes
melitus, hipertensi kronis, penyakit liver/ ginjal kronis).
d. Nutrisi
Malnutrisi umum yang sangat berat memiliki kemungkinan paling besar menjadi
predisposisi abortus. Meskipun demikian, belum ditemukan bukti yang menyatakan

14
bahwa defisiensi salah satu / semua nutrien dalam makanan merupakan suatu penyebab
abortus yang penting.
e. Faktor imunologis yang telah terbukti signifikan dapat menyebabkan abortus
spontan yang berulang antara lain: antibodi antinuklear, antikoagulan lupus dan
antibodi cardiolipin. Inkompatibilitas golongan darah A, B, O, dengan reaksi antigen
antibodi dapat menyebabkan abortus berulang, karena pelepasan histamin
mengakibatkan vasodilatasi dan peningkatan fragilitas kapiler.
f. Psikologis
Dibuktikan bahwa ada hubungan antara abortus yang berulang dengan keadaan mental
akan tetapi belum dapat dijelaskan sebabnya. Yang peka terhadap terjadinya
abortus ialah wanita yang belum matang secara emosional dan sangat
penting dalam menyelamatkan kehamilan.
1) Faktor eksternal
a) Radiasi
Dosis 1-10 rad bagi janin UK 9 minggu pertama dapat merusak janin, dan pada
dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan kematian.
b) Obat-obatan
Antagonis asam folat, antikoagulan, dll.
c) Bahan kimia lain (arsen & benzena) 2,4,6

Patogenesis
Pada permulaan terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti oleh nekrosis
jaringan sekitarnya, kemudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas. Karena
dianggap benda asing, maka uterus akan berkontraksi untuk mengeluarkannya. Saat
kantung gestasi terbuka, biasanya ditemukan cairan di sekitar janin yang maserasi atau
tidak ditemukan janin ( disebut Blighted Ovum ). Pada kehamilan di bawah 8 minggu,
hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena vili korialis belum menembus desidua
terlalu dalam, sedangkan pada kehamilan 8-14 minggu, telah masuk agak dalam,
sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal. Hilangnya kontraksi yang
dihasilkan dari aktivitas kontraksi dan retraksi miometrium menyebabkan banyak
terjadi perdarahan.
Bila terjadi pada umur kehamilan yang lebih tua, janin mungkin mengalami
maserasi, dimana tulang tengkorak kolaps, distensi abdomen, dengan cairan bercampur

15
darah dan degenerasi organ dalam. Kulit menjadi melepuh dan terkelupas. Dapat juga
ditemukan cairan amnion terabsorbsi sehingga terjadi kompresi janin.3,7
Infeksi yang terjadi pada abortus infeksiosus biasanya disebabkan karena
tindakan aborsi yang tidak aman, karena kurang memperhatikan asepsis dan antisepsis.
Jika jaringan tersisa di dalam rahim, muncul luka, cerukan, dikhawatirkan bisa memicu
terjadinya infeksi. Sebab, kuman senang sekali dengan daerah-daerah yang basah oleh
cairan seperti darah.3,13 Karena sisa jaringan biasanya menyebabkan perdarahan.
Mekanisme perdarahan pada kasus keguguran adalah dengan adanya sisa jaringan
menyebabkan rahim tidak bisa berkontraksi dengan baik sehingga pebuluh darah pada
lapisan dalam rahim tidak dapat tertutup dan menyebabkan perdarahan.
Mediator-mediator yang berperan dalam terjadinya infeksi dan sepsis antara lain,
TNF-α, interleukin 1-6, PAF, leukotriene, tromboxane A2, kinin, trombin, MDF dan β-
endorfin. Peranan Struktur organisme patogen dan juga aktivasi endotel pembuluh
darah.13

16
Gambar 2.1 Bagan proses terjadinya abortus

Klasifikasi
a. Menurut jenisnya
1) Abortus spontan
Merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan secara alamiah tanpa
intervensi luar. Terminologi umum untuk masalah ini adalah keguguran atau
miscarriage.

17
2) Abortus buatan
Merupakan tindakan pengakhiran kehamilan sebelum umur 20 minggu akibat
intervensi tertentu.
2.1 Abortus provokatus terapeutik adalah abortus buatan yang dilakukan atas
indikasi medik.
2.2 Abortus provokatus kriminalis adalah abortus buatan yang dilakukan tanpa
indikasi medik.
Terminasi untuk masalah ini adalah pengguran, aborsi, atau abortus provokatus.
b. Menurut derajatnya
1) Abortus iminens
Abortus tingkat permulaan, dimana terjadi pendarahan pervaginam atau
perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum umur kehamilan 20 minggu, ostium
msih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan/uterus dan tanpa adanya
dilatasi serviks. Dalam keadaan ini kehamilan masil mungkin berlanjut atau
dipertahankan.
2) Abortus insipiens
Abortus yang sedang mengancam dimana serviks telah mendatar atau adanya
dilatasi serviks uteri yang meningkat dan ostium uteri telah terbuka terjadi perdarahan
uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, akan tetapi hasil konsepsimasih daam
kavum uteri. Kondisi ini menunjukkan proses abortus sedang berlangsung dn akan
berlanjut menjadi abortus inkomplit atau komplit.
3) Abortus inkompletus
Merupakan pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa yang tertinggal di dalam kavum uteri.
4) Abortus kompletus
Merupakan pengeluaran seluruh hasil konsepsi dari kavum uteri pada kehamilan
kurang dari 20 minggu.
5) Missed abortion
Kematian embrio atau fetus/janin sebelum kehamilan 20 minggu, tetapi konsepsi
seluruhnya tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Hal ini dapat bermanifestasi
berupa kehamilan anembriogenik (kantung kehamilan kosong atau blighted ovum) atau
kehamilan fetus sebelum usia kehamilan 20 minggu.
6) Abortus habitualis
Merupakan keadaan dimana terjadinya abortus tiga kali berturut-turut atau lebih.

18
7) Abortus infeksiosus
Abortus yang disertai infeksi pada genital, adanya penyebaran kuman atau toksin
ke dalam sirkulasi atau kavum peritoneum yang dapat menimbulkan septikemi, sepsis
atau peritonitis.
8) Abortus septik
Abortus infeksiosus berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam
peredaran darah atau peritoneum. Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi
pada setiap abortus, tetapi biasanya ditemukan pada abortus inkomplit dan lebih sering
pada abortus buatan kriminalis. Infeksi pada abortus infeksiosus terbatas pada desidua,
sedangkan pada abortus septik, infeksi menyebar ke miometrium, tuba, parametrium.
Jika infeksi menyebar lebih jauh lagi, dapat terjadi peritonitis dan sepsis bahkan syok.
Diagnosis :
a) Tanda infeksi alat genital :
- Panas, takikardi
- Perdarahan pervaginam berbau
- Uterus membesar, lembek, nyeri tekan
- Leukositosis
b) Tanda sepsis
- Demam tinggi, menggigil
- Tekanan darah menurun 2

19
Gambar 2.2 gambaran uterus saat terjadi abortus

2.6 Kriteria Diagnosis


Tabel 2.2 Kriteria diagnosis Abortus8
Diagnosis Perdarahan Serviks Besar uterus Gejala lain
Abortus Sedikit-sedang, Tertutup Sesuai dengan - PP test (+)
iminens warna merah dan usia kehamilan - Kram perut bawah
cepat berhenti - Uterus lunak
- Mules sedikit atau tidak
sama sekali
- USG : Produk
kehamilan
dalam batas
normal

20
Abortus Sedang-banyak, Terbuka dan teraba Sesuai atau lebih - PP test (+)
insipiens warna merah, ketuban kecil - Kram perut bawah
dengan - Uterus lunak
gumpalan - Hasil konsepsi masih
banyak berada dalam kavum uteri
Abortus Sedang-banyak, Terbuka Lebih kecil dari - PP test (+)
inkomplit warna merah, usia kehamlan - Kram perut bawah
disertai - Uterus lunak
gumpalan darah - Keluar jaringan, tapi
dan jaringan masih ada sisa jaringan
konsepsi, sering yang tertinggal dalam
menyebabkan uterus
syok
Abortus Sedikit atau Lunak (terbuka atau Lebih kecil dari - PP test (+)
komplit tidak ada, warna tertutup) usia kehamilan - Sedikit atau tidak ada
merah kram
- Keluar massa kehamilan
- Uterus kenyal
Missed Sedikit, warna Agak kenyal dan Lebih kecil dari - Menghilang sebagian
abortion kehitaman tertutup usia kehamilan gejala kehamilan
- Uterus tidak Membesar
- USG : Hasil konsepsi
masih dalam uterus
namun tak ada tanda
kelangsungan hidupnya
Abortus Bisa banyak atau Lunak (terbuka atau Sesuai atau lebih Tanda infeksi genitalia:
Infeksios sediki tertutup) besar masa Panas
a (tergantung sisa kehamilan Takikardi
jaringan), berbau Nyeri tekan
Leukositosis
Tanda sepsis
Demam , mengigil
Penurunan tekanan darah
Peritonitis  syok

21
Pemeriksaan Penunjang
Diperlukan pada abortus infeksiosus
a. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah terdapat sisa jaringan.
b. Pemeriksaan laboratorium khususnya darah lengkap untuk mengetahui adanya
leukositosis dan penurunan kadar Haemoglobin akibat perdarahan.

Penatalaksaan
Penatalaksanaan dikelompokan berdasarkan jenis abortus yang terjadi9,10,11,12,
Tabel 2.3 Penanganan Abortus
No. Jenis abortus Penatalaksanaan

1. Abortus imminens • Istirahat baring  menyebabkan


bertambahnya aliran darah ke uterus dan
berkurangnya rangsangan mekanis
• Pertimbangkan infeksi à antibiotika,
AKDR à ekstraksi AKDR, defisiensi hormonal à
(didrogesteron, alilestenol)
2. Abortus insipiens, inkomplit • Bila kehamilan < 12 minggu 
dan missed abortion pengosongan uterus segera dengan kuret vakum
atau cunam ovum disusul kuretase
• Bila usia kehamilan > 16 minggu 
evakuasi dilakukan dengan cara dilatasi dan
kuretase
3. Abortus komplit • Bila kondisi baik, cukup beri tablet
ergometrin 3 x 1 mg/hari untuk 3 hari
• Bila penderita anemia  sulfas ferrosus
600 mg/hari selama 2 minggu atau transfusi
• Bila infeksi  antibiotic
4. Abortus habitualis • Perbaiki keadaan umum
• Pemberian makanan bergizi
• Istirahat banyak
• Larangan coitus dan olahraga
• Sesuai dengan etiologi : terapi infeksi,
kelainan endokrin, intervensi immunologi,
perbaikan keadaan anatomi, donor oocyte dan
sperma, konseling psikologi
• Jika penyebabnya serviks inkompetensi
dan saat hamil maka pengecilan serviks dengan
operasi menurut casa Shirodkar dan Mac Donald
(usia kehamilan 12 minggu)
5. Abortus terapeutik • Terminasi suatu kehamilan atas indikasi
ibu. Jika pengakhiran kehamilan tdk segera à
mengancam keselamatan ibu atau kecacatan yg
berat janin.
6. Abortus Infeksiosa • Pemberian cairan yang hilang dengan NS
atau RL melalui infus dan berikan antibiotik

22
(ampicillin 4x 1 gram dan metronidazol 500 mg)
• Kuretase
• Jika ada riwayat abortus kriminalis, beri
ATS dan TT
7. Abortus sepsis • Terapi suportif tergantung keadaan
umum pasien
• Kultur dan tes sensitivitas sebelum
antibiotik diberikan
• Antibiotik standart : ampicillin 3 x 1
gram IV/hari selama 3-5 hari, gentamisin 2 x 80
mg, Metronidazol 3 x 500 mg
• Kuretase dilakuikan bila temperatr tubuh
normal kembali
• Jika ada riwayat abortus kriminalis, beri
ATS dan TT

Pengeluaran jaringan pada abortus :


Setelah serviks terbuka (primer maupun dengan dilatasi), jaringan konsepsi dapat
dikeluarkan secara manual, dilanjutkan dengan kuretase.
1. Sondage, menentukan posisi dan ukuran uterus.
2. Masukkan tang abortus sepanjang besar uterus, buka dan putar 90o untuk
melepaskan jaringan, kemudian tutup dan keluarkan jaringan tersebut.
3. Sisa abortus dikeluarkan dengan kuret tumpul, gunakan sendok terbesar yang
bisa masuk.
4.. Pastikan sisa konsepsi telah keluar semua, dengan eksplorasi jari maupun
kuret.11
Hal-hal yang perlu diperhatikan bila kuretase pada abortus infeksiosus dan
abortus sepsis adalah tindakan kuretase dilakukan bila keadaan tubuh sudah membaik
minimal 6 jam setelah antibiotika adekuat diberikan, dan saat tindakan uterus
dilindungi dengan uterotonika. Antibiotika dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam dan
bila dalam waktu 2 hari pemberian tidak memberi respon harus diganti dengan
antibiotik yang lebih sesuai.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan sebelum melakukan kuretase antara lain
pemeriksaan USG kembali, mengukur tekanan darah dan kadar Hb, pemeriksaan
sistem pernafasan dan memastikan perdarahan. Hal ini untuk memastikan pasien dalam
kondisi baik untuk tindakan.13,14

23
Gambar 2.3 Pengeluaran jaringan pada abortus

Gambar. 2.4 Dilatasi dan kuretase

Komplikasi
Komplikasi terapi kuretase pada abortus infeksiosus sama kemungkinannya
seperti komplikasi kuretase pada umumnya,antara lain
a. Perforasi
Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu ada
kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus ke rongga
peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke kandung kencing. Oleh sebab itu, letak
uterus harus ditetapkan lebih dahulu dengan seksama pada awal tindakan, dan pada
dilatasi serviks tidak boleh digunakan tekanan berlebihan. Kerokan kuret dimasukkan
dengan hati-hati, akan tetapi penarikan kuret ke luar dapat dilakukan dengan tekanan
yang lebih besar. Bahaya perforasi ialah perdarahan dan peritonitis. Apabila terjadi
perforasi atau diduga terjadi peristiwa itu, penderita harus diawasi dengan seksama
dengan mengamati keadaan umum, nadi, tekanan darah, kenaikan suhu, turunnya

24
hemoglobin, dan keadaan perut bawah. Jika keadaan meragukan atau ada tanda-tanda
bahaya, sebaiknya dilakukan laparatomi percobaan dengan segera
b. Luka pada serviks uteri
Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul
sobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada ostium uteri
internum, maka akibat yang segera timbul ialah perdarahan yang memerlukan
pemasangan tampon pada serviks dan vagina. Akibat jangka panjang ialah
kemungkinan timbulnya incompetent cerviks.
c. Pelekatan pada kavum uteri
Melakukan kerokan secara sempurna memerlukan pengalaman. Sisa-sisa hasil
konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium jangan sampai terkerok,
karena hal itu dapat mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding kavum uteri di
beberapa tempat. Sebaiknya kerokan dihentikan pada suatu tempat apabila pada suatu
tempat tersebut dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi.
d. Perdarahan
Kerokan pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola hidatidosa
terdapat bahaya perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya dilakukan transfusi
darah dan sesudah itu, dimasukkan tampon kasa ke dalam uterus dan vagina.
e. Infeksi
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya infeksi
sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran
darah, sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan antara lain
infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan
lagi.
f. Lain – lain
Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl hipertonik
adalah apabila larutan garam masuk ke dalam rongga peritoneum atau ke dalam
pembuluh darah dan menimbulkan gejala-gejala konvulsi, penghentian kerja jantung,
penghentian pernapasan, atau hipofibrinogenemia. Sedangkan komplikasi yang dapat
ditimbulkan pada pemberian prostaglandin antara lain panas, rasa eneg, muntah, dan
diare.
Bila abortus infeksiosus ini tidak segera mendapat penanganan yang adekuat
dapat menimbulkan syok septik dan kematian pada ibu.14

25
26
BAB 3
ANALISA KASUS

Kasus Teori Pembahasan


Pasien G2P0A1 hamil 7 minggu, Keluhan: Anamnesis masih perlu
dengan keluhan keluar darah pendarahan pervaginam ditambahkan mengenai akivitas
berwarna merah segar dari jalan atau perdarahan dari fisik pasien belum dijelaskan.
lahir sejak 12 jam SMRS. Darah uterus pada kehamilan Anamnesis lain sudah cukup
keluar sebanyak kurang lebih sebelum umur kehamilan membantu untuk menegakkan
30cc, memenuhi 2 pembalut 20 minggu. diagnosis, seperti:
panjang. Keluhan disertai  Usia kehamilan, dimana
dengan nyeri perut bagian Anamnesis: usia kehamilan pasien saat
bawah, nyeri dirasakan tumpul  Usia kehamilan ini 7 minggu, dengan
dan terus menerus. Saat ini juga  Warna dan aroma perdarahan pervaginam
terasa sedikit pusing dan lemas. darah dicurigai pasien
Pasien sempat meminum obat  Lama perdarahan mengalami abortus.
progesterone untuk  Demam  Warna dan aroma darah,
menghentikan pendarahannya.  Riwayat trauma dimana apabila darah
Keluhan keputihan (-) keluhan  Riwayat aktivitas fisik berbau, disertai demam
mual, muntah, demam, batuk, maka pasien dicurigai
pilek, nyeri kepala, pandangan mengalami abortus
kabur, dan kaki bengkak infeksius ataupun abortus
disangkal. sepsis.
 Ada tidaknya trauma yang
dapat memicu terjadinya
abortus.
TTV: Tanda-tanda infeksi )suhu Dari data yang diperoleh pada
Tekanan Darah: 110/70 mmHg tubuh lebih dari 38 derajat pemeriksaan fisik, sudah cukup
Nadi: 82 x/menit Celcius) lengkap. Tidak ditemukan
Respiratori Rate: 20 x/menit Tinggi fundus uteri menurut adanya tanda-tanda infeksi
Suhu: 36,9 ℃ usia kehamilan: (suhu pasien 36,9 derajat
Celcius). Sesuai dengan teori,
Inspeksi: Perut sedikit cembung TFU pada usia 7 minggu belum
Leopold I: TFU: Tidak teraba pada pemeriksaan.
dilakukan Pemeriksaan leopold belum
Leopold II:Tidak dilakukan dapat dilakukan karena pasien
Leopold III: Tidak dilakukan masih dalam trimester pertama.
Leopold IV: Tidak dilakukan Denyut Jantung Janin belum
HIS: - dapat dilakukan karena pasien
DJJ: - masih dalam usia kandungan 7
Janin: - Pemeriksaan Leopold minggu. His tidak dapat dinilai
Gerakan anak: - belum dapat dilakukan pada trimester pertama/
Tinggi fundus uteri : - cm pada trimester pertama.
TBJ: - gram DJJ dapat dilakukan saat
usia kehamilan lebih dari 7
minggu.
His tidak dapat dinilai

27
pada trimester pertama.
Inspekulo: Pada pemeriksaan Pada pemeriksaan inspekulo
OUE menutup, portio tampak inspekulo didapatkan didapatkan OUE menutup.
erosi, ditemukan darah berwarna serviks tertutup, besar Sesuai dengan teori, pada
merah kehitaman mengalir dari uterus sesuai dengan usia pemeriksaan inspekulo akan
OUI. kehamilan. didapatkan serviks tertutup.
Pada kasus ini diagnosa pasien
Pemeriksaan penunjang: Nilai normal pemeriksaan mengarah kepada abortus
Hb: 12.5 g/dl penunjang: imminens. Pada pemeriksaan
Ht: 38% Hb: 12-16 g/dl penunjang didapatkan dalam
Leukosit: 10.410/uL Ht: 37-47% batas normal, dengan leukosit
Trombosit: 301.000/mm3 Leukosit: 4000-10.000/uL meningkat sedikit tanpa adanya
Eritrosit: 4,33 Juta/u Trombosit: 150.000- tanda infeksi lain seperti
LED: - 400.000/mm3 demam. Sars COV 2 Rapid
Sars COV 2 Rapid Test Eritrosit: 4-5 Juta/u Test Antibodi pada pasien
Antibodi: Non reaktif LED: <20mm/jam dinyatakan non reaktif yang
Sars COV 2 Rapid Test mengindikasikan bahwa pasien
Antibodi: Non reaktif tidak terinfeksi atau tidak
pernah terinfeksi COVID-19.

Rencana Penatalaksanaan:  USG : Produk kehamilan Pada pasien perlu dilakukan


Rencana diagnostik : dalam batas normal. pemeriksaan USG untuk
Pemeriksaan USG  Istirahat baring  memastikan apakah janin
Rencana terapi: menyebabkan masih terdapat di dalam uterus
- Observasi TTV bertambahnya aliran darah atau tidak, untuk memastikan
- IVFD RL 12tpm ke uterus dan diagnosis.
- Amoxicillin 3x500mg (oral) berkurangnya rangsangan Bed rest total dapat
- Etabion 1x1 (oral) mekanis meningkatkan aliran darah ke
Rencana edukasi:  Pertimbangkan infeksi à uterus dan berkurangnya
- Menganjurkan kepada ibu antibiotika, AKDR à rangsangan mekanis.
untuk bed rest total ekstraksi AKDR, Pemberian antibiotik
- Menjelaskan kepada ibu dan defisiensi hormonal à dipertimbangkan dengan
keluarga tentang resiko yang (didrogesteron, adanya nilai leukosit yang
akan terjadi jika perdarahan alilestenol) meningkat pada pasien, dengan
terus terjadi pertimbangan adanya infeksi
- Anjurkan untuk tidak pada pasien.
melakukan aktifitas fisik secara
berlebihan atau melakukan
hubungan seksual

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Hanifa W, dkk. 1999. ‘Kelainan Dalam Lamanya Kehamilan’. Ilmu Kebidanan.


Edisi 2. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Hal : 302 – 12
2. Sulaiman S, dkk. 2005. ‘Kelainan Lama Kehamilan’. Obstetri Patologi. Penerbit
EGC. Jakarta. Hal 1 – 9
3. Sarwono P. 2010. Perdarahan pada Kehamilan Muda. Ilmu Kebidanan Edisi 4.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Hal: 473
4. Anonim, 2007. Abortus inkomplit. www.jevuska.com/2007/04/11/abortus-
inkomplit.
(Accesed : 28th December 2020)
5. Anonim. 2008. Statistik Aborsi. http://forum.aborsi.org/. (Accesed : 28th
December 2020)
6. Anonim. 2008. Abortus Incomplete.
http://www.duniasex.com/forum/archive/index.php. (Accesed : 28th December
2020)
7. Martin L. Pernoll. 2001. ‘Early Pregnancy Complication’. Benson and Pernoll’s
Handbook of Obstetri and gynecology. Chapter 10. 10th Ed. McGraw-Hill Company.
New York. Pp 295 – 307
8. Cuningham, M. G., et al. 2005. ‘Abortion’. Williams Obstetrics. Section 3. 22nd Ed.
McGraw Hill Company. New York. Pp: 231 – 52
9. Yosef. 1996. ‘Perdarahan Selama Kehamilan’. Cermin Dunia Kedokteran, nomor:
112, Jakarta. Hal 32 – 5
10. Gulardi H, Norovono W. 1999. ‘Kelainan pada Lamanya Kehamilan’. Cakul Obgyn
Plus. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

29
11. Yasin S. 2006. Penanganan Kebidanan Abortus Inkomplit. www.siaksoft.net.
(Accesed : 28th December 2020)
12. Anonim. 2011. Kuretase. http://galleries-askeb.blogspot.com/2011/05/makalah-
kuretase.html. (Accesed : 28th December 2020)

30

Anda mungkin juga menyukai