Lutfiyanto Nurhidayat
22104101001
Pembimbing:
dr. Sulistyowati, Sp.OG
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sholawat serta salam kita junjungkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kita menuju jalan kebenaran
sehingga dalam penyelesaian tugas ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
BAB 2 LAPORAN KASUS....................................................................................3
2.1 Identitas Pasien...............................................................................................3
2.2 Anamnesa.......................................................................................................3
2.3 Pemeriksaan Fisik...........................................................................................5
2.4 Pemeriksaan Penunjang..................................................................................7
2.5 Diagnosa Kerja..........................................................................................8
2.6 Kronologi Pasien............................................................................................8
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................12
3.1 Talasemia....................................................................................................12
3.1.1 Definisi......................................................................................................12
3.1.2 Klasifikasi..................................................................................................12
3.1.3 Patofisiologi...............................................................................................15
3.1.4 Talasemia pada Kehamilan.......................................................................17
3.1.5 Penatalaksanaan.........................................................................................17
BAB 4 ANALISA KASUS....................................................................................19
BAB 5 KESIMPULAN..........................................................................................23
5.1 Kesimpulan...................................................................................................23
5.2 Saran.............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24
3
1
BAB 1
PENDAHULUAN
pada talasemia dalam kehamilan perlu diketahui oleh tenaga kesehatan. Laporan
kasus ini ditulis untuk mempelajari dan menganalisa kasus terkait dengan
diagnosis G2P1001 UK 38-39 minggu + J/T/H/I + letak kepala + Talasemia.
3
BAB 2
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesa
1. Keluhan Utama:
Mules
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien hamil kedua merasa hamil 9 bulan, ANC di bidan Maya.
Tanggal 31-08-2022 kontrol di RSNU Hb 6,7 MRS, transfusi 2 kolf Hb
8,2, lalu drop kembali menjadi Hb 6,4 rujuk RSSA transfusi 4 kolf
hasil talasemia. Tanggal 4-10-2022 USG di polkan dengan dr. Sulis,
Sp.OG kepala/T/djj +/placenta corpus posterior/gr II/ketuban cukup, Hb :
8,5 konsul ke IPD rencana transfusi jika Hb < 8,5. Mules mulai 2 hari
yang lalu. Tanggal 15-10-2022 keluhan mules bertambah berangkat ke
IGD jam 22.30 Hb 7,7 MRS.
3. Riwayat Menikah:
Pasien menikah tahun 2011 (selama 11 tahun), merupakan perkawinan
pertama dan hamil anak kedua.
4. Riwayat Menstruasi:
Menarche: 12 tahun
4
8. Pemeriksaan Obstetri
Tgl pemeriksaan: 23 Mei 2022
Inspeksi : luka bekas operasi (-), striae gravidarum (+)
Palpasi :
a. TFU : 28 cm
b. Leopold I : teraba lunak
c. Leopold II : punggung kiri
d. Leopold III : teraba kepala
e. Leopold IV : kepala belum memasuki pintu atas panggul
f. DJJ: 138x/menit.
7
g. Vaginal thoucher:
- Vulva/vagina bloodslym
- Pembukaan 2 cm
- Efficement 30%
- Selaput ketuban +
- Presentasi kepala
- Hodge I
Hasil lab.:
-Hb : 8,5 g/dL
-bil. direk :
0,54 mg/dL
-bil. Indirek :
1,56 mg/dL
16/10/22 Merasa mules GCS 456 G2P1001 Terapi di IGD:
9
RPK talasemia +
anemia
16/10/22 Badan lemas TD: P2002 A/p dr. Erva, Sp.OG
RPK 110/80mmHg N. Spt + - SF 1x2 tab
HR: 86x/menit talasemia + - vit. C 1x1
RR: 20x/menit anemia - asam mefenamat 3x1
T: 36,6oC - cefadroxil 2x500mg
Anemis +/+
PPV : lochea
rubra
16/10/22 Mobilisasi + TD: P2002 - SF 1x2 tab
RPK 110/70mmHg N. Spt + - vit. C 1x1
HR: 84x/menit talasemia + - asam mefenamat 3x1
RR: 20x/menit anemia - cefadroxil 2x500mg
T: 36,4oC
Cek hb
- bila <8 transfusi
- bila >_8 KRS
16/10/22 KRS
RPK)
Data Bayi:
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Talasemia
3.1.1 Definisi
Talasemia merupakan defek genetik yang mengakibatkan berkurang atau
tidak adanya sama sekali sintesis satu atau lebih rantai globin yang membentuk
struktur normal hemoglobin. Talasemia merupakan salah satu penyakit yang
mengenai sistem hematologi sehingga dapat mempengaruhi fungsi sel darah
merah, atau dapat disampaikan bahwa talasemia merupakan kelainan jumlah
penyusun hemoglobin (Rujito, 2019).
ayah. Talasemia terjadi bila sintesis salah satu rantai polipeptida menurun.
Sebagian besar kelainan hemoglobin dan jenis talasemia merupakan hasil
kelainan mutasi pada gamet yang terjadi pada replikasi DNA (Sudoyo, 2009).
3.1.2 Klasifikasi
Berdasarkan kelainan klinis, talasemia dibagi menjadi 3, yaitu: talasemia
mayor, talasemia intermedia dan talasemia minor. Pembagian tersebut
berdasarkan gejala dan tanda klinis, serta kebutuhan transfusi darah yang
digunakan untuk terapi suportif (Rujito, 2019).
a. Talasemia mayor.
Talasemia mayor merupakan keadaan klinis talasemia yang
paling berat. Gejala secara umum muncul pada usia 7 bulan awal
pertumbuhan bayi atau setidak nya di bawah 3 tahun. Gejala awal
berupa pucat pada telapak tangan dan kelopak mata bagian dalam,
kemudian bayi akan tampak lemas, tidak begitu aktif dan tidak
ingin menyusui. Bayi akan mengalami kegagalan untuk
berkembang secara normal dan menjadi semakin pucat.
Gambaran di atas adalah keadaan anak yang tidak
menjalani transfusi, atau menjalani transfusi tetapi tidak rutin.
13
3.1.3 Patofisiologi
Hb (hemoglobin) sebagai protein pengikat oksigen yang ditemukan di
eritrosit atau sel darah merah dan berfungsi mengangkut oksigen dari paru- paru
ke jaringan. Setiap molekul hemoglobin berbentuk tetramer dan terbuat dari
empat rantai globin polipeptida. Setiap subunit pada globin mengandung bagian
heme yang terbentuk dari struktur cincin protoporfirin organik dan ion besi dalam
bentuk Fe2 +. Molekul besi pada setiap bagian heme dapat mengikat dan melepas
oksigen dan proses tersebut bertujuan untuk transportasi oksigen ke dalam tubuh.
Pada orang dewasa jenis hemoglobin yang paling umum adalah HbA, yang terdiri
atas dua subunit alfa-globin dan dua beta-globin. Gen globin yang berbeda akan
mengkodekan setiap jenis subunit globin (Hafen, 2021).
Kondisi yang terjadi berbeda dengan penyakit hemoglobinopati lain seperti pada
penyakit sel sabit yang merupakan defek struktural atau kualitatif hemoglobin.
Sedangkan pada beta-talasemia terjadi mutasi dari gen beta-globin yang
diwariskan dan menyebabkan berkurangnya sintesis rantai beta-globin
hemoglobin. Sehingga terdapat penurunan dari HbA yang terbentuk dari beta-
globin dan peningkatan dari Hb jenis lainnya yakni HbF (terdiri atas 2 subunit
alfa-globin dan 2 subunit gama- globin) dan HbA2 (terdiri atas 2 subunit alfa-
globin dan 2 subunit delta-globin), serta kadang juga terdapat keberadaan HbE.
Penurunan sintesa rantai beta-globin menyebabkan kerusakan pembentukan
hemoglobin, hal ini dapat menyebabkan hemolisis dan kondisi anemia.
Pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang dan suplai dari transfusi menyebabkan
hemolisis RBC yang menyebabkan fe meningkat dan terjadi hemosiderosis (Cao,
2010).
Hemoglobin
(HbA)
rantai α rantai β
thalasemia β ……… defisiensi sintesa rantai β
sintesa rantai a
kerusakan pembentukan
hemoglobinn
hemolisis
anemia berat
fe meningkat
hemosiderosis
17
3.1.5 Penatalaksanaan
Wanita hamil dengan talasemia-β minor dan anemia dimana
Hb < 7 gr/dL biasanya terjadi pada trimester ketiga, membutuhkan asam folat
atau dosis rendah aspirin 75 mg/hari (RCOG, 2014). Adanya splenomegali dan
18
BAB 4
ANALISA KASUS
memasuki pintu atas panggul. Selain itu, tidak terdapat edema pada ekstremitas
bawah dextra dan sinistra.
Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik, manifestasi klinis yang
muncul pada kasus ini, pasien memenuhi kriteria talasemia intermedia karena
terdapat tanda anemis dan gejala yang jarang muncul. Talasemia terbagi
berdasarkan tiga tipe yang juga membedakan berbagai gejala yang mungkin
ditimbulkannya. Tiga tipe tersebut yakni mayor, intermedia dan minor. Tipe
mayor muncul dengan sendirinya pada 2 tahun pertama kehidupan dengan gejala
anemia berat, pertumbuhan yang buruk, serta kelainan tulang, dan sebagai
penangannya membutuhkan transfusi darah yang teratur seumur hidup. Pada tipe
intermedia penangannya hanya membutuhkan transfusi darah secara berkala dan
gejala lebih jarang muncul, sedangkan tipe minor tidak memerlukan pengobatan
khusus serta biasanya tanpa gejala atau asimptomatik (Fibach, 2017). Berbagai
gejala yang mungkin timbul pada kondisi talasemia mayor yang berat adalah
anemia derajat ringan - berat, perluasan pada ruang sumsum tulang akibat proses
hiperplasia eritroid, hepatomegali dan splenomegali, dan hematopoiesis
ekstramedular di area dada dan perut. Serta berbagai manifestasi klinik yang dapat
muncul adalah pucat, ikterus, “facies cooley” (pelebaran dahi, batang hidung
masuk ke dalam, dan menonjol pada tulang hidung), dan pembesaran perut
(Nienhuis, 2012).
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan penunjang, berupa pemeriksaan
laboratorium. Pada pemeriksaan darah lengkap didapatkan leukositosis 20.0
x103/µL, Eritrosit 3.36 x103/µL, MCV 69.0 fL, MCH 22.9 Pg, Hemoglobin 7.7
g/dL, Hematokrit 23.2 % dan golongan darah O rhesus positif. Leukositosis dapat
muncul pada pasien dengan talasemia. Pasien talasemia dengan transfusi terjadi
inflamasi. Feritin, salah satu parameter cadangan besi juga merupakan protein fase
akut yang meningkat pada keadaan inflamasi. Kadar feritin pada penderita
talasemia menunjukkan inflamasi dan jumlah cadangan besi pada penderita
tersebut (Prawira, 2019). Sedangkan nilai Hb dan MCV yang menurun
menandakan adanya anemia mikrositik hipokrom. Pada beta talasemia, tipe
anemia yang paling sering ditemukan adalah anemia mikrositik hipokrom yang
ditandai oleh ukuran dan warna sel darah merah yang kurang dari biasanya.
21
Anemia mikrositik hipokrom juga dapat ditemukan pada anemia defisiensi besi
dimana kedua keadaan tersebut ditandai oleh hasil mean corpuscular volume
(MCV) yang kurang dari 83 (Jameel, 2017).
Talasemia merupakan kelainan dari proses sintesi rantai globin
hemoglobin, hal ini yang menyebabkan anemia mikrositik hipokromik.
Hemoglobin yang paling umum pada orang dewasa adalah HbA, yang terdiri
atas dua subunit alfa-globin dan dua beta-globin (Hafen, 2021). Beta-talasemia
terjadi mutasi dari gen beta-globin yang diwariskan dan menyebabkan
berkurangnya sintesis rantai beta-globin hemoglobin,s ehingga terdapat
penurunan dari HbA yang terbentuk dari beta-globin. Penurunan sintesa rantai
beta-globin menyebabkan kerusakan pembentukan hemoglobin, hal ini dapat
menyebabkan hemolisis dan kondisi anemia. Pembentukan eritrosit oleh sumsum
tulang dan suplai dari transfusi menyebabkan hemolisis RBC yang menyebabkan
fe meningkat dan terjadi hemosiderosis (Cao, 2010).
Tatalaksana yang dilakukan pada kasus ini adalah transfusi PRC karena
Hb yang rendah pada pasien. Terapi tranfusi regular dibutuhkan untuk
mempertahankan Hb sekitar 10 mg/dL memungkinkan pertumbuhan dan
perkembangan yang lebih baik dan juga menekan eritropoesis sehingga
mengurangi hepatosplenomegali (Hooffbrand, 1995). Pemberian transfusi yang
berulang-ulang dapat menimbulkan komplikasi hemosiderosis dan
hemokromatosis, yaitu menimbulkan penimbunan zat besi dalam jaringan tubuh
sehingga dapat mengakibatkan kerusakan organ-organ tubuh seperti hati, limpa,
ginjal, jantung, tulang dan pancreas (Weather, 2001).
Walaupun perempuan yang menderita talasemia yang tergantung transfusi
mengalami penurunan fertilitas, kehamilan tetap dapat terjadi. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa pasien talasemia hamil yang ditatalaksana dengan baik tidak
mengalami komplikasi seperti pertumbuhan janin terganggu, abortus dan
kehamilan prematur, sehingga tatalaksana talasemia yang optimal selama
kehamilan sangat penting dilakukan (Sumoastro, 2008)
Pasien dari β talasemia intermedia berada pada peningkatan risiko
komplikasi selama kehamilan, yang meliputi, memburuknya anemia dan
22
BAB 5
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Diagnosa pasien pada kasus ini adalah G2P1001 UK 38-39 minggu +
J/T/H/I + letak kepala + talasemia, sesuai dengan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang.
5.2 Saran
Pemahaman lebih lanjut mengenai skrinning kehamilan dengan talasemia
dan penanganannya serta mempelajari faktor prediktor terjadinya talasemia untuk
menghindari komplikasi pada ibu dan bayi.
24
DAFTAR PUSTAKA
Cao A, Galanello R. Beta- thalassemia. Genet Med. 2010 Feb;12(2):61-
76
Cao, A., & Kan, Y. W. The prevention of thalassemia. Cold Spring Harbor
perspectives in medicine, 3(2); 2013, a011775.
Creasy RK, Resnik R, Iams JD, Lockwood CJ, Moore TR, Greene MF. Creasy
& Resnik’s Maternal-Fetal Medicine Principles and Practice. 7th edition.
New York: Elsevier; 2014.
Dewi, S. Karakteristik Thalasemia yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum
Pusat H, Adam Malik Medan. USU; 2009
Fibach E, Rachmilewitz EA. Pathophysiology and treatment of patients
with beta-thalassemia - an update. F1000Res. 2017 Dec 20;6:2156
Hafen BB, Sharma S. Oxygen Saturation. In: StatPearls. Treasure Island (FL):
StatPearls Publishing; August 12, 2021.
Hooffbrand AV, Pettit JE. Essential Haematology 3nd ed. Blackwell
Science Ltd. 1995 : 94-120.
Jameel T, Baig M, Ahmed I, Hussain MB, Alkhamaly MBD. Differentiation of
beta thalassemia trait from iron deficiency anemia by hematological
indices. Pak J Med Sci. 2017;33(3):665-9
Kementrian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta:
Kemenkes RI; 2019
Sumoastro S, Maloveny A: Talasemia Pada Kehamilan. In WL. Purwita, Alwi
Idrus, Setiati Siti, Mansjoer Arif, Ranitya Rian, Editors : Penyakit- Penyakit
Pada Kehamilan Peran Seorang Internis. Jakarta : Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI; 2008 : 203-220
Nassar AH, Usta IM, Rechdan JB, Koussa S, Inati A, et al. (2006) Pregnancy in
patients with beta-thalassemia intermedia: outcome of mothers and
newborns. Am J Hematol 81: 499-502.
Nienhuis AW, Nathan DG. Pathophysiology and Clinical
Manifestations of the β- Thalassemias. Cold Spring Harb Perspect Med.
2012;2(12):a011726
25