Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Oleh:
Ajeng Tri Aulia Nanis
Pembimbing:
dr. Dhini Karunia , Sp.A
1
LEMBAR PERSETUJUAN
TUTORIAL KLINIK
Oleh :
Ajeng Tri Aulia Nanis
Pembimbing
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan refleksi kasus tentang “Acute Myeloblastic Leukimia”. Tutorial
klinik ini disusun dalam rangka tugas kepaniteraan klinik di Laboratorium Ilmu Kesehatan
Anak Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan tutorial klinik ini tidak lepas dari
bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan
ucapan terima kasih kepada dr. Dhini Karunia, Sp.A selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan saran selama penulis menjalani kepaniteraan klinik di
Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak, terutama di divisi Hematologi-Onkologi anak.
Penulis menyadari terdapat ketidaksempurnaan dalam penulisan, sehingga penyusun
mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnan tutorial klinik ini. Akhir kata, semoga
laporan ini berguna bagi penyusun sendiri dan para pembaca.
Samarinda, Desember 2019
Penulis
3
DAFTAR ISI
4
BAB 1
PENDAHULUAN
5
BAB 2
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas
Identitas Pasien
Nama : An. EH
Usia : 5 tahun 5 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Anak ke :2
Alamat : Jl. Margasari, Samboja
Pasien tidak pernah dirawat di RS dengan keluhan yang sama dan keluhan yang
lain.
7
2.12 Riwayat Kelahiran
Lahir di : Rumah
Pemeriksaan Antropometri
Berat Badan : 14 kg
Tinggi Badan : 93 cm
LILA : 24 cm
Lingkar Kepala : 50 cm
Lingkar Dada : 54 cm
Lingkar Perut : 51 cm
8
- Berjalan usia 14 bulan
- Masuk TK usia 5 tahun
Kepala/leher
Kepala/Rambut : Normocephali, rambut warna hitam, teraba krepitasi pada region colli
Mata :Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), perdarahan
subkonjungtiva (-/-), refleks cahaya (+/+), edema palpebra (-/+), mata
cekung (-/-)
Hidung :Sekret hidung (-), pernafasan cuping hidung (-), deviasi septum nasi(-)
Mulut : Mukosa bibir tampak kering, sianosis (-), perdarahan (-)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), retraksi saat nafas (-)
Thorax
Paru :
Inspeksi : bentuk dan besar dada normal, tampak simetris D=S, retraksi intercostal
(-/-), retraksi suprasternal (-), retraksi supraclavicular (-/-)
Palpasi : Gerakan napas simetris D=S, pelebaran ICS (-/-), fremitus teraba simetrsi
D=S
Asukultasi : Suara napas vesikuler (+/+), Ronki (+/+), wheezing (-/-), stridor (-/-)
Jantung:
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Auskultasi : S1 S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Flat, distended (-)
Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal
Perkusi : Timpani, asites (-)
Palpasi : Soefl, nyeri tekan (+), hepatomegali (+), splenomegali (+)
Ekstremitas
Ekstremitas superior: Akral hangat, edema (-/-), CRT < 2 detik
Ekstremitas inferior: Akral hangat, edema (-/-), CRT < 2 detik
9
2.15 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah rutin (1 Desember 2019 di RSUD Aji Batara)
10
Trombosit 18 x 106//µL 150-450 x 106/ /µL
Neutrofil% 30% 40 – 74 %
Limfosit% 33% 19 – 48 %
Eosinofil% 0% 0–7%
Basofil% 0% 0–1%
SGOT 13 <40
SGPT 7 <41
Pemeriksaan Hasil
Eritrosit Normositik normokrom, anisositosis, normoblast (-)
Leukosit Jumlah meningkat, sel blast 59%
Trombosit Jumlah menurun, morfologi normal
Kesan Suspek Leukemia akut (suspek AML DD ALL)
Saran BMP
11
Pemeriksaan Urinalisa (02 Desember 2019)
2.16 Diagnosis
Diagnosis Primer : Susp. AML (Acute Myeloblastic Leukemia)
Diagnosis sekunder : Pneumonia
Diagnosis Komplikasi :-
- IVFD D5 ½ NS 10 tpm
- O2 Nasal kanul 1 lpm
12
- Injeksi Cefotaxime 2x500 mg
- Sucralfat syr 3 x cth I
Follow Up Pasien
A:
-Susp. AML
-Pneumonia
03/12/2019 S: P:
-Batuk, tidak ada mual dan -Inf KAEN 3B 1000ml/24 jam
muntah -inj cefotaxime 2x500 mg
-inj PCT 3x150 mg iv
O: -NAC 140 mg 3x1 pulv
-Komposmentis -CTM 1,4 mg 3x1 pulv
-akral hangat -salbutamol 1-4 mg 3x1 pulv
-RR: 27 x/menit -vitamin B complex 1/3 mg 3x1 pulv
-T : 36,60C -nebu ventolin 1 amp + PZ s/d 3 cc/12
-SpO2: 97% jam
-Nadi: 112x/menit
A:
-Susp. AML
-Pneumonia
04/12/2019 S: -Inf KAEN 3B 1000ml/24 jam
-Batuk, tidak ada mual dan -inj cefotaxime 2x500 mg
muntah -inj PCT 3x150 mg iv
-NAC 140 mg 3x1 pulv
O: -CTM 1,4 mg 3x1 pulv
-Komposmentis -salbutamol 1-4 mg 3x1 pulv
-akral hangat -vitamin B complex 1/3 mg 3x1 pulv
-RR: 27 x/menit -nebu ventolin 1 amp + PZ s/d 3 cc/12
-T : 36,60C jam
-SpO2: 97%
-Nadi: 112x/menit
A:
-Susp. AML
13
-Pneumonia
05/12/2019 S: -Inf KAEN 3B 1000ml/24 jam
-Batuk, kencing berdarah, -inj cefotaxime 2x500 mg
mulai BAB -inj PCT 3x150 mg iv
-NAC 140 mg 3x1 pulv
O: -CTM 1,4 mg 3x1 pulv
-Komposmentis -nebu ventolin 1 amp + PZ s/d 3 cc/12
-akral hangat jam
-RR: 34 x/menit -Dulcolax sup
-T : 36,60C -Transfusi TC 3 x 140 cc
-SpO2: 90%
-Nadi: 147x/menit
A:
-Susp. AML
-Pneumonia
14
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Leukimia mieloblastik akut adalah salah satu tipe leukemia aku yang merupakan
suatu penyakit yang ditandai dengan transformasi neoplastic dan gangguan diferensiasi sel-
sel progenitor dari sel myeloid.
3.2 Epidemiologi
Kejadian AML berbeda dari satu negara dengan negara lainnya, hal ini berkaitan
dengan cara diagnosis dan pelaporannya. AML mengenai semua kelompok usia, tetapi
kejadiannya meningkat dengan bertambahnya usia. Di Amerika Serikat, diperkirakan ada
sekitar 19.950 kasus baru AML dan sekitar 10.430 kematian karena AML pada tahun 2016,
sebagian besar pada dewasa. Di Australia setiap tahunnya terdapat kurang lebih 3.200 orang
dewasa dan 250 anak-anak yang didiagnosis dengan leukimia. Dari total tersebut 900 orang
dewasa diantaranya dan 50 anak terdiagnosis dengan AML. Jumlah insiden terjadinya AML
meningkat terutama pada orang-orang yang berusia 60 tahun (Anwar & Widyaningsih, 2017).
Data di Indonesia sangat terbatas, pernah dilaporkan insidens AML di Jogjakarta
adalah 8 per satu juta populasi. Penyakit ini meningkat progresif sesuai usia, puncaknya pada
usia ≥ 65 tahun. Usia rata-rata pasien saat didiagnosis AML sekitar 67 tahun. AML sedikit
lebih sering dijumpai pada pria. AML yang lebih banyak terjadi pada orang dewasa. Namun
AML juga merupakan jenis leukimia yang sering ditemukan pada anak-anak. Risiko
terjadinya. AML meningkat 10 kali lipat dari usia 30-34 tahun sampai dengan usia 65-69
tahun. Pada otrang yang berusia leih dari 70 tahun insidennya jarang meningkat (Anwar &
Widyaningsih, 2017).
3.3 Etiologi
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini. Menurut hasil
penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko timbulnya penyakit
leukemia.
1. Paparan radiasi
Banyak bukti telah mengimplikasikan radiasi pada leukemogenesis pada banyak
pasien, sebagaimana dibuktikan di Jepang setelah ledakan atom di Hiroshima dan Nagasaki.
Meskipun anak-anak memiliki risiko tinggi terkena ALL, remaja dan orang dewasa paling
mungkin untuk terkena leukemia myeloid akut. Sebagian besar leukemia muncul dalam 5
15
tahun pertama setelah pajanan, meskipun beberapa berkembang sebanyak 15 tahun setelah
pajanan.
Laporan peningkatan risiko leukemia di antara pasien yang tinggal di dekat
pabrik nuklir sedang diselidiki, tetapi data masih kurang. Demikian juga, laporan awal bahwa
paparan medan elektromagnetik yang kuat merupakan faktor risiko untuk leukemia akut
belum dikuatkan.
16
200 kali lipat dari populasi normal. Sindrom-sindrom ini memiliki fitur perbaikan DNA yang
buruk yang diyakini mempengaruhi orang yang terkena rangsangan leukemogenik.
Anak-anak dengan neurofibromatosis tipe I juga tampaknya memiliki risiko yang
lebih tinggi untuk mengembangkan leukemia myeloid akut. Meskipun sebagian besar kasus
didiagnosis setelah durasi gejala yang relatif singkat, beberapa pasien mungkin mengalami
myelodysplasia. Gangguan yang relatif lamban ini ditandai dengan anemia progresif lambat
atau trombositopenia. Gangguan ini dapat muncul selama berbulan-bulan atau bahkan
bertahun-tahun sebelum akhirnya berubah menjadi leukemia myeloid akut.
3.4 Patogenesis
AML merupakan penyakit dengan transformasi maligna dan perluasan klon-klon sel-
sel hematopoetik yang terhambat pada tingkat diferensiasi dan tidak bisa berkembang
menjadi bentuk yang lebih matang. Sel darah berasal dari sel induk hematopoesis pluripoten
yang kemudian berdiferensiasi menjadi induk limfoid dan induk mieloid (non limfoid)
multipoten. Sel induk limfoid akan membentuk sel T dan sel B, sel induk mieloid akan
berdiferensiasi menjadi sel eritrosit, granulosit-monosit dan megakariosit. Pada setiap
stadium diferensiasi dapat terjadi perubahan menjadi suatu klon leukemik yang belum
diketahui penyebabnya. Bila hal ini terjadi maturasi dapat terganggu, sehingga jumlah sel
muda akan meningkat dan menekan pembentukan sel darah normal dalam sumsum tulang.
Sel leukemik tersebut dapat masuk kedalam sirkulasi darah yang kemudian menginfiltrasi
organ tubuh sehingga menyebabkan gangguan metabolisme sel dan fungsi organ.
AML merupakan neoplasma uniklonal yang menyerang rangkaian mieloid dan
berasal dari transformasi sel progenitor hematopoetik. Sifat alami neoplastik sel yang
mengalami transformasi yang sebenarnya telah digambarkan melalui studi molekular tetapi
defek kritis bersifat intrinsik dan dapat diturunkan melalui progeni sel. Defek kualitatif dan
kuantitatif pada semua garis sel mieloid, yang berproliferasi pada gaya tak terkontrol dan
menggantikan sel normal. Sel-sel leukemik tertimbun di dalam sumsum tulang,
menghancurkan dan menggantikan sel-sel yang menghasilkan sel darah yang normal. Sel
kanker ini kemudian dilepaskan ke dalam aliran darah dan berpindah ke organ lainnya,
dimana mereka melanjutkan pertumbuhannya dan membelah diri. Mereka bisa membentuk
tumor kecil (kloroma) di dalam atau tepat dibawah kulit dan bisa menyebabkan meningitis,
anemia, gagal hati, gagal ginjal dan kerusakan organ lainnya.
17
Kematian pada penderita leukemia akut pada umumnya diakibatkan penekanan
sumsum tulang yang cepat dan hebat, akan tetapi dapat pula disebabkan oleh infiltrasi sel
leukemik tersebut ke organ tubuh penderita.
3. Gejala konstitusional
Demam yang tidak dapat dijelaskan dan persisten kadang-kadang merupakan
gejala pada pasien leukemia. Penurunan berat badan dan cachexia adalah dapat
ditemukan pada anak leukemia. Hal ini dapat disebabkan karena status gizi katabolic
disertai penurunan asupan kalori akibat anoreksi.
18
Nyeri tulang jarang terjadi pada AML dibandingkan dengan pasien ALL.
Penyebabkan mungkin karena peningkatan periosteal akibat infiltrasi sel leukemia pada
tulang. Biasanya korteks tulang yang lemah dapat mengalami fraktur patologis pada
ekstremitas yang menimbulkan nyeri dan penurunan mobilitas atau fraktur kompresi
vertebra setelah terjadi trauma minimal. Fraktur kompresi menyebabkan nyeri punggung,
dan disfungsi ekstremitas bawah ditandai dengan kelemahan, kehilangan fungsi kandung
kemih dan usus.
Gejala pada SSP dapat muncul selama masa tindak lanjut. Tanda dan gejala yang
umum terkait dengan peningkatan intracranial seperti sakit kepala, mual dan muntah,
lesu, mudah marah, dan keluhan visual. Keterlibatan pada saraf kranial, paling sering
pada saraf wajah yang mengakibatkan bell palsy dan saraf abducens yang mengakibatkan
esotropia.
Pada AML, sel blast membentuk agregat besar yang disebut chloromas atau
granulocytic sarcomas yang dapat menekan epidural. Leukositosis ektrim dengan jumlah
WBC lebih daro 200 x 109/L dikaitkan dengan hiperviskositas, leukositosis intraserebral
dan perdarahan intraserebral akut.
Pada kasus yang jarang terjadi, sel-sel leukemia dapat masuk ke bagian mata.
Retina dan iris yang paling sering terkena. Iritis menyebabkan fotofobia, nyeri, dan
peningkatan lakrimasi. Sedangkan keterlibatan retina dapat menyebabkan perdarahan
dan kebutaan.
19
3.6 Pemeriksaan penunjang
1. Darah lengkap dan Hapusan darah tepi
Ciri leukemia myeloid akut adalah berkurangnya atau tidak ada elemen
hematopoietic normal. Anemia biasanya normositik dengan jumlah retikulosit lebih
rendah dari hemoglobin. Penuruan kadar hemoglobin dapat minimal hingga sangat
rendah.
- Jumlah trombosit pada pasien ptekie spontan yaitu <20.000/µL
- Jumlah eritrosit dapat menurun atau meningkat.
- Hiperleukositosis dengan jumlah leukosit >100.000/µL dapat ditemukan dengan
jumlah neutrophil biasanya berkurang.
2. Kimia darah
- asam urat dan kadar laktat dehydrogenase sering meningkat akibat peningkatan
proliferasi dan kerusakan sel
- serum muramidase (lysozyme) biasanya meningkat pada pasien dengan leukemia
monisitik
- tanda lisi tumor meliputi hyperkalemia, hipokalsemia dan asidosis laktat
- kultur darah dan urin diindikasikan pada anak leukemia dengan demam.
3. Radiografi
a. CT scan dan MRI
- Jika pasien mengeluhkan nyeri abdomen dan kemungkinan adanya infeksi pada
usus besar maka pada hasil CT scan akan tampak penebalan dan edema pada
dinding usus yang menunjukkan thyplitis.
- Jika pasien memiliki gejala neurologis, maka dapat dilakukan ct scan atau MRI
pada kepala, tulang belakang untuk menyingkirkan adanya perdarahan
intracranial atau penyakit infiltrative.
- Pada pemeriksaan CT scan juga memungkinkan untuk mendeteksi dini sinusitis
yang asimptomatik yang dapat menyebabkan demam yang persisten.
20
b. Ultrasonografi
Melakukan Echocardiography sebelum melakukan kemoterapi dan untuk
pemberian dosis tinggi anthracyclines. Karena sebagian besar obat anthracyclines
seperti daunomycin dan idarubicin dapat menyebabkan kardiomiopati.
4. Sitogenetik
- Analisis perubahan kromosom pada sel leukemia sering dilakukan untuk
mengkonformasi diagnosis dan penetuan prognosis.
- Jika pasien memiliki translokasi 9,22 ini akan menunjukkan leukemia
myelogenous kronis yang memerlukan pengobatan dengan inhibitor tirosun
kinase dan transplantasi stem cell. FLT3 dapat menjadi penentu prognostik yang
penting.
5. Immunophenotyping
Antibody monoclonal spesifik untuk garis keturunan sel yang berbeda dan
tahap perkembangan untuk melihat karakteristik sel-sel leukemia. Penanda myeloid
yang paling umum adalah CD13, CD14, CD15 dan CD33 dengan lebih dari 90% sel
leukemia menunjukkan positif terhadap beberapa antigen tersebut.
21
- Meskipun cairan serebrospinal lebih jarang terlibat pada AML dibandingkan
ALL, tetapi telah dilaporkan 5-20% infiltasi sel leukemia pada AML. Resiko
terbesar dapat ditemukan pada subtipe monositik, bayi dan anak-anak dengan
leukositosis.
3.7 Penatalaksanaan
kemoterapi intensif untuk menghancurkan populasi sel leukemia secepat mungkin dan
untuk mencegah munculnya klon yang resisten. Pasien secara bersamaan diberikan
perawatan suportif sampai sumsum tulang mencapai remisi hematologis dan kembali
Rawat inap diperlukan pada pasien dengan leukemia myeloid akut untuk
Beberapa rawat inap dapat berlangsung lama. Sejumlah perubahan dalam antibiotik
1. Kemoterapi
berbagai kemoterapi multi-agen, dikaitkan dengan hasil yang lebih baik ketika
22
kelangsungan hidup bebas penyakit. Setelah semua kelompok nasional pediatrik
myeloid, diadaptasi; ini terdiri dari 2 siklus terapi induksi dengan infus
CD33-positif pada pasien berusia 2 tahun dan lebih tua. Gemtuzumab ozogamicin
awalnya menerima persetujuan yang dipercepat pada bulan Mei 2000 sebagai
pengobatan yang berdiri sendiri untuk kambuhnya AML positif CD33 pada pasien
yang lebih tua, tetapi secara sukarela ditarik dari pasar setelah uji konfirmasi
dengan faktor pengikat inti (CBF) AML yang menerima FLAG / DNX memiliki
kemungkinan bertahan hidup 4 tahun 24% lebih tinggi daripada mereka yang
menerima Rejimen FLAG sendiri. Pasien yang positif FLT3 dapat mengambil
23
2. Terapi radiasi
massa lain yang menekan pada struktur vital dan yang dapat menyebabkan
sindrom vena cava superior atau gangguan jalan nafas karena massa mediastinal.
iradiasi kraniospinal.
iradiasi total tubuh dengan busulfan untuk mengurangi timbulnya beberapa efek
keganasan kedua lebih rendah daripada yang terkait dengan total iradiasi tubuh.
penyelamatan dengan infus sel induk yang cocok dengan HLA untuk
Namun, opsi ini sering tidak tersedia, karena donor yang cocok dengan
HLA ditemukan hanya sekitar 25% dari pasien. Selain itu, untuk pasien berisiko
24
tinggi, transplantasi dicadangkan untuk remisi kedua, karena tingkat penyelamatan
cukup tinggi untuk pasien tersebut. Meskipun demikian, sejumlah opsi telah
yang dapat membantu dalam menemukan donor yang tidak terkait (HLA) yang
cocok dengan HLA. Hasil dengan MUD hampir sama dengan donor keluarga
Darah tali pusat, yang kaya akan sel punca, semakin memperluas
tampaknya ditoleransi dengan lebih baik dengan sel donor dalam hal
pengembangan cangkok tingkat tinggi versus penyakit inang (GVHD) . Selain itu,
penggunaan sel induk autologus yang dibersihkan atau tidak dibersihkan, yang
host, sedang diselidiki dalam uji klinis. Namun, sampai saat ini, penelitian acak
disebut sindrom obstruktif sinusoidal), suatu komplikasi yang bisa berakibat fatal,
25
4. Transfusi
trombosit dan sel darah merah (RBC) diperlukan untuk mengoreksi anemia dan
Dukungan dari bank darah adalah wajib ketika pasien datang dengan
hiperleukositosis ekstrem dan berisiko tinggi untuk stroke dan gagal jantung
atau transfusi pertukaran volume ganda untuk secara cepat dan aman mengurangi
beban sel leukemia tanpa berkontribusi pada kelainan metabolisme. Prosedur ini
juga memfasilitasi koreksi anemia yang cepat, yang sebaliknya akan membatasi
viskositas.
mengobati infeksi serius yang tidak menanggapi terapi antibiotik yang tepat.
Pendekatan ini mungkin paling tepat untuk sepsis gram negatif, infeksi
5. Manajemen Metabolik
Pasien yang memiliki beban sel leukemia yang besar, baik jumlah WBC
cytoreduction, perbaiki kelainan yang ada dan lakukan tindakan untuk mencegah
26
yang baru. Hiperkalemia dan hiperfosfatemia yang berhubungan dengan
hipokalsemia terjadi akibat pergantian dan penghancuran sel yang cepat. Segera
oksidase untuk mencegah pembentukan asam urat), dan alkalinisasi urin dengan
natrium bikarbonat biasanya berhasil mencegah sindrom lisis tumor yang serius.
Untuk pasien yang berisiko tinggi untuk sindrom lisis tumor, mereka yang
mengalami disfungsi ginjal, atau mereka yang kadar asam uratnya sudah
meningkat, rasburicase langsung melisiskan asam urat dan dengan cepat dapat
menurunkan tingkatnya
6. Terapi Antibiotik
leukemia myeloid akut. Pasien dengan demam, terutama jika mereka memiliki
sebaliknya.
memiliki jumlah neutrofil absolut kurang dari 7,5-10 X 109 / L (<750-1000 / μL).
sampai hasil kultur tersedia. Ketika dicurigai adanya infeksi terowongan di sekitar
27
kateter vena sentral, vankomisin harus diberikan. Di institusi tertentu,
dengan gejala perut atau GI, antibiotik yang dipilih harus mencakup anaerob.
dengan demam persisten 3-5 hari setelah inisiasi antibiotik spektrum luas dan
7. Profilaksis
infeksi herpes simpleks, terutama pada pasien yang telah menjalani transplantasi
sumsum tulang.
kejadian sepsis dan infeksi yang mengancam jiwa lainnya (Bucaneve, et al.,
2005). Banyak pusat secara rutin memberikan profilaksis flukonazol atau nistatin
untuk mengurangi risiko infeksi jamur. Karena kejadian signifikan dari infeksi
Enterococcal yang mengancam jiwa pada populasi pasien ini, profilaksis dengan
28
GVHD yang membutuhkan terapi imunosupresif yang signifikan memerlukan
3.8 Prognosis
Dengan tingkat kelangsungan hidup keseluruhan 45-60%, prognosis untuk
anak-anak dengan leukemia myeloid akut telah meningkat secara signifikan sejak
akhir abad ke-20. Sebuah konsorsium Jepang melaporkan tingkat kelangsungan hidup
5 tahun keseluruhan sebesar 62%. Tingkat kelangsungan hidup jangka panjang bebas
penyakit sekitar 65% untuk pasien yang menerima human leukocyte antigen (HLA) -
transplantasi sel induk yang cocok dari donor keluarga, dengan kemoterapi, angka ini
lebih rendah pada pasien berisiko tinggi. Ketika pasien meninggal selama perawatan
atau setelah kambuh, penyebabnya paling sering adalah infeksi, perdarahan, atau
penyakit refrakter.
Sebuah studi 2012 dari Jepang mengkonfirmasi hasil uji coba AML 99
untuk pasien anak yang baru didiagnosis dengan AML dengan kelangsungan hidup 5
tahun keseluruhan (OS) 75,6% dan survival bebas kejadian (EFS) 61,6%. Kelompok
ini membandingkan hasil mereka dengan kelompok lain pasien AML yang baru
didiagnosis dan menemukan hasilnya sama dengan uji coba AML99 asli dengan OS 5
tahun 77,7% dan EFS 66,7%. Menariknya, EFS 5 tahun pada pasien dengan kariotipe
normal lebih rendah dibandingkan dengan uji coba AML99 asli (Imamura, et al.,
2012).
Untuk anak-anak dengan sindrom Down, hasil saat ini mendukung anak-
anak yang lebih muda, dengan tingkat kelangsungan hidup 84-86% untuk anak-anak
yang lebih muda dari usia 2 tahun, 79% untuk anak-anak berusia 2-4 tahun, dan hanya
33% untuk anak-anak yang lebih tua dari usia 4 tahun (Gamis AS, et al., 2003).
Sebuah studi oleh Klco et al mencari untuk menentukan apakah pendekatan genom
dapat memberikan informasi prognostik baru untuk pasien dewasa dengan de novo
AML. Studi ini menemukan bahwa meskipun data genomik komprehensif dari pasien
tidak meningkatkan penilaian hasil, deteksi mutasi terkait leukemia persisten pada
setidaknya 5% sel sumsum tulang dalam sampel remisi 30 hari dikaitkan dengan
peningkatan risiko kekambuhan yang signifikan, dan mengurangi kelangsungan hidup
secara keseluruhan (Klco, Miller, & Griffith M, 2015).
29
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Anamnesis
Teori Kasus
Acute Myelobaltik Leukemia adalah Pasien rujukan dari RSUD Aji Batara
suatu penyakit yang ditandai dengan Samboja pada tanggal 2 Desember 2019.
transformasi neoplastic dan gangguan Pasien tampak pucat dan mata kiri
diferensiasi sel-sel progenitor dari sel bengkak sejak 1 minggu yang lalu. Pasien
myeloid. Gejala pada AML adalah juga mengalami demam yang naik turun
anemia, perdarahan, dan demam. ±1 bulan yang lalu. Ibu pasien
mengatakan bahwa kedua kaki pasien
lemah dan tidak dapat berjalan sejak 2
minggu. Wajah sebelah kiri pasien juga
mengalami kelemahan. Pasien mengalami
batuk pilek sejak 1 minggu. Ibu pasien
mengatakan tidak ada mual dan muntah
serta lebam-lebam pada tubuh. Tidak
pernah mimisan dan kejang. Buang air
kecil baik tetapi sebelum masuk RS
pasien diare.
30
4.2. Pemeriksaan Fisik
Teori Kasus
- pasien tampak pucat disertai
Pemeriksaan Fisik
takikardia. Pada anemia berat Keadaan Umum :Tampak sakit sedang
pasien mungkin mengalami Kesadaran : Komposmentis
kelesuhan, murmur jantung, dan Tanda Vital :
tanda-tanda gagal jantung Nadi 93 kali/menit, regular, kuat angkat
kongestif. Pernafasan 34 kali/menit
- Manifestasi perdarahan
paling Suhu 36,4o C per aksiler
sering tampak pada kulir seperti SpO2 98%
ptekie, lesi purpura dan ekimosis.
- Perdarahan GI tract Kepala/leher
mengindikasikan adanya erosi Pembengkakan pada mata sebelah kiri
atau perforasi. dan parese wajah sebelah kiri
- Tanda-tanda infeksi
seperti Thorax
demam, gingivitis, hipotensi atau Paru :
distress pernapasan. Asukultasi : Suara napas vesikuler
- Adenopati, jarang tampak pada (+/+), Ronki (+/+), wheezing (-/-),
AML. stridor (-/-)
- Splenomegaly dan hepatomegaly Abdomen :
- Temuan pada gejala SSP meliputi Palpasi : nyeri tekan(+), hepar dan
kelesuhan, disfungsi saraf kranial lien teraba membesar
terutama estropia dan kelumpuhan Ekstremitas :
wajah serta papilledema. Parese pada ekstremitas inferior
- Adanya nodul pada kulit biasanya
ditemukan pada pasien AML.
Nodul tampak tegas, terangkat dan
sering berwarna ungu kebiruan.
31
4.3 Pemeriksaan Penunjang
Hematologi
Teori Kasus
- Trombositopenia - Hb : 9.3 g/dl
- Eritrosit : 3.21 juta/mm3
- Jumlah eritrosit menurun atau
- Trombosit : 27.000/mm3
meningkat - Leukosit : 29.880/mm3
- Leukositosis
4.4 Penatalaksanaan
Teori Kasus
- Kemoterapi -Inf KAEN 3B 1000ml/24 jam
-inj cefotaxime 2x500 mg
- Radioterapi
-inj PCT 3x150 mg iv
- Transfusi -NAC 140 mg 3x1 pulv
-CTM 1,4 mg 3x1 pulv
- Transplantasi sumsum tulang dan
-salbutamol 1-4 mg 3x1 pulv
darah -vitamin B complex 1/3 mg 3x1 pulv
-nebu ventolin 1 amp + PZ s/d 3 cc/12
- Antibiotik
jam
- Transfusi PRC II Kolf
32
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Leukimia mieloblastik akut adalah salah satu tipe leukemia aku yang merupakan
suatu penyakit yang ditandai dengan transformasi neoplastic dan gangguan diferensiasi
sel-sel progenitor dari sel myeloid.
Data di Indonesia sangat terbatas, pernah dilaporkan insidens AML di Jogjakarta
adalah 8 per satu juta populasi. Penyakit ini meningkat progresif sesuai usia, puncaknya
pada usia ≥ 65 tahun. Usia rata-rata pasien saat didiagnosis AML sekitar 67 tahun. AML
sedikit lebih sering dijumpai pada pria. AML yang lebih banyak terjadi pada orang
dewasa. Namun AML juga merupakan jenis leukimia yang sering ditemukan pada anak-
anak. Risiko terjadinya. AML meningkat 10 kali lipat dari usia 30-34 tahun sampai
dengan usia 65-69 tahun. Pada otrang yang berusia leih dari 70 tahun insidennya jarang
meningkat. Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini. Menurut
hasil penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko timbulnya
penyakit leukemia.
Perawatan untuk pasien dengan leukemia myeloid akut melibatkan kemoterapi
intensif untuk menghancurkan populasi sel leukemia secepat mungkin dan untuk
mencegah munculnya klon yang resisten. Pasien secara bersamaan diberikan perawatan
suportif sampai sumsum tulang mencapai remisi hematologis dan kembali menghasilkan
sel hematopoietik normal. Rawat inap diperlukan pada pasien dengan leukemia myeloid
akut untuk mengelola kemoterapi dan untuk mengobati komplikasi yang berkaitan dengan
penyakit dan pengobatannya, biasanya infeksi atau episode neutropenik demam.
Beberapa rawat inap dapat berlangsung lama. Sejumlah perubahan dalam antibiotik
mungkin diperlukan sampai infeksi dan neutropenia sembuh.
33
BAB 6
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, C., & Widyaningsih, M. (2017). Acute Myeloid Leukimia. Bali: Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.
Bucaneve, G., Micozzi, A., Menichetti, F., Martino, P., Dionisi, M., Martineli, G., et al.
(2005). Levofloxacin to Prevent Bacterial Infection in Patients with Cancer and
Neutropenia. N Eng J Med, 977-87.
Children's Oncology Group. (2006). Long term follow up guideliness for survivors of
childhood, adolescent, and young adult cancers. Children's Oncology Group.
Chustecka, Z. (2010). FDA Approves Mylotarg for Treatment of Acute Myeloid Leukemia.
Retrieved Desember 5, 2019, from Medscape Medical News:
http://www.medscape.com/viewarticle/885134
Gamis AS, Woods, W., Alonzo, T., Buxton , A., Lange , B., Barnard, D., et al. (2003).
Increased age at Diagnosis has a Significantly Negative Effect on Outcome in
Children with Down Syndrome and Acute Myeloid Leukemia: a Report from the
Childrens Cancer Group Study. J Clin Oncol, 3415-22.
Harding, A. (2013, May 18). One-Third Cure Rate in First Ever Pediatric Relapsed AML
Trial. Retrieved December 5, 2019, from Medscape Medical News:
http://www.medscape.com/viewarticle/777872
Imamura, T., Iwamoto, S., Kanai, R., Shimada, A., Terui, K., Osugi, Y., et al. (2012).
Outcome in 146 Patients with Paediatric Acute Myeloid Leukemia Treated According
to the AML99 Protocol in the Period 2003 From Japan Association of Childhood
Leukemia Study. Br J Haematol, 23-27.
Klco, J., Miller, C., & Griffith M. (2015). Association Between Mutation Clearance After
Induction Therapy and Outcomes in Acute Myeloid Leukemia. JAMA, 811-22.
Klingebiel, T., Reinhardt, D., & Bader, P. (2008). Place of HSCT in Treatment of childhood
AML. Bone
Sjakti, H., & Windiastuti, E. (2012). Pola Infeksi pada Leukimia Mieloblastik Akut pada
Anak. Saripediatri, 424-30.
34
35