Anda di halaman 1dari 24

Laboratorium Obstetri dan Ginekologi Laporan Kasus

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

REST PLASENTA

Disusun Oleh :
Achmad Ferdinan Amrullah
1910017025

Pembimbing :
dr. Handy Wiradharma,Sp.OG

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Pada Laboratorium


Obstetri dan Ginekologi
Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmatNya penyusun
dapat menyelesaikan Makalah Laporan Kasus tentang “Rest Plasenta”. Makalah ini
disusun dalam rangka tugas kepaniteraan klinik di Laboratorium Obstertri dan Ginekologi
Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Handy Wiradharma, Sp.OG
selaku dosen pembimbing Laporan Kasus yang telah memberikan bimbingan kepada
penyusun dalam penyelesaian makalah ini. Penyusun menyadari terdapat
ketidaksempurnaan dalam makalah ini, sehingga penyusun mengharapkan kritik dan
saran demi penyempurnaan. Akhir kata, semoga makalah ini berguna bagi penyusun
sendiri dan para pembaca.

Samarinda, Agustus 2021

Penyusun

DAFTAR ISI

1
KATA PENGANTAR .................................................................................................. 1
DAFTAR ISI ................................................................................................................. 2
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 3
1.2 Tujuan ..................................................................................................................... 3
1.3 Manfaat ................................................................................................................... 4
BAB 2 LAPORAN KASUS ..........................................................................................5
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................11
3.1 Definisi....................................................................................................................11
3.2 Etiologi....................................................................................................................11
3.3 Tanda dan Gejala ....................................................................................................12
3.4 Pemeriksaan Penunjang ..........................................................................................12
3.5 Diagnosis ................................................................................................................12
3.6 Penatalaksanaan ......................................................................................................12
3.7 Komplikasi .............................................................................................................13
3.8 Pencegahan .............................................................................................................16
BAB 4 PEMBAHASAN ...............................................................................................18
BAB 5 PENUTUP .........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................22

2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator pelayanan
kesehatan di suatu negara. Angka kematian ibu di Indonesia sendiri masih sangat
tinggi. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada
tahun 2012, angka kematian ibu saat melahirkan adalah sebanyak 262 per 100.000
kelahiran hidup, angka kematian ibu di Jawa Tengah adalah 252 per 100.000
kelahiran hidup. Angka tersebut masih jauh dua kali lipat lebih tinggi dari target
Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yakni 102 per 100.000 kelahiran
hidup.1
Penyebab kematian maternitas terbanyak adalah perdarahan (40-60%),
eklampsia (20-30%) dan infeksi (15-30%). Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu
akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 40% kematian masa nifas terjadi
dalam 24 jam pertama. Perdarahan postpartum merupakan penyebab perdarahan
bidang obstetrik yang paling sering. Sebagai penyebab langsung kematian
maternal, perdarahan postpartum merupakan ¼ penyebab kematian akibat
perdarahan.1,2
Perdarahan setelah melahirkan atau post partum hemorrhagic (PPH) adalah
konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma di
traktus genitalia dan struktur sekitarnya. Di Indonesia, Sebagian besar persalinan
terjadi tidak di rumah sakit, sehingga sering pasien yang bersalin di luar kemudian
terjadi perdarahan post partum terlambat sampai ke rumah sakit, saat datang
keadaan umum/hemodinamiknya sudah memburuk, akibatnya mortalitas tinggi.
Salah satu penyebab terjadinya perdarahan post partum adalah sisa plasenta.3

1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mengetahui tentang rest placenta dan perbandingan antara teori dengan
kasus nyata rest placenta

3
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui teori tentang rest placenta yang mencakup definisi,
epidemiologi, etiologi, klasifikasi, tanda dan gejala, diagnosis,
penatalaksanaan, komplikasi, dan prognosis.
2. Mengetahui perbandingan antara teori dengan kasus nyata rest placenta
yang terjadi di Ruang Mawar VK RSUD Abdul Wahab Syahranie.

1.3 Manfaat
1.3.1. Manfaat Ilmiah
Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran
terutama bidang Obstetri dan Ginekologi, khususnya tentang rest placenta.
1.3.2. Manfaat bagi Pembaca
Makalah ini diharapkan menjadi sumber pengetahuan bagi pembaca
mengenai rest placenta.

4
BAB 2
LAPORAN KASUS

2.1 Anamnesa
a) Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Usia : 21 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat : Handil
Masuk Rumah Sakit pada tanggal 20 Agustus 2021 pukul 23.48 WITA
b) Identitas Suami
Nama : Tn. A
Usia : 23 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Handil
c) Keluhan Utama:
Perdarahan dari jalan lahir
d) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda rujukan
dari Puskesmas Sungai Mariam Anggana dengan keluhan perdarahan dari
jalan lahir yang dirasakan sejak setelah melahirkan pada 18.18 WITA.
Perdarahan yang keluar sebanyak 1 sarung dan ½ underped (aktif mengalir).
Pasien diberitahu oleh dokter dari Puskesmas tersebut bahwa ari-ari tidak
keluar lengkap, sehingga timbul perdarahan aktif yang mengalir keluar dari
jalan lahir setelah persalinan. Keluhan disertai badan lemas. Tidak ada
keluhan pusing, pandangan mata berkabur, mual dan muntah, BAB dan BAK
lancar.

5
e) Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan serupa (+) pada kelahiran anak yang pertama tahun 2018,
Hipertensi (-), DM (-), Alergi (-), Asma (-), ISK (-), Gastritis (-)

f) Riwayat Penyakit Keluarga


Keluhan serupa (-), Hipertensi (-), DM (-), Alergi (-), Asma (-)

g) Riwayat Pernikahan
Pasien 1 kali menikah, pertama kali menikah pada usia 17 tahun dan lama
pernikahan dengan suami sekarang 4 tahun

h) Riwayat Kontrasepsi
Pasien menggunakan KB suntik 3 bulan selama 1 tahun

i) Riwayat Menstruasi
Umur Menarche : 12 tahun
Lama : 7 hari
Banyak darah : 2-3 kali ganti pembalut dalam sehari
Sakit waktu menstruasi : dalam batas normal
Siklus menstruasi : 28 hari, teratur
HPHT : Pasien lupa

j) Riwayat Obstetri
No Tahun Tempat Usia Jenis Penolong JK/BB Keadaan
. Kehamilan Persalinan Lahir

1. 2018 Dukun Aterm Spontan Dukun 3000 gr Hidup


Beranak

2. 2019 Dukun Aterm Spontan Dukun 2300 gr Hidup


Beranak

3. 2021 Dukun Aterm Spontan Dukun 3300 gr Hidup


Beranak

6
2.2 Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum : Tampak sakit sedang
b) Kesadaran : Compos mentis (GCS E4V5M6)
c) Berat badan : 55 Kg
d) Tinggi badan : 155 cm
e) Tanda vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Frekuensi nadi : 121 kali/menit
Frekuensi nafas : 20 kali/menit
Suhu : 36,8 0C
f) Status generalisata
- Kepala / leher : Normocephal, konjungtiva anemis (+/+), sklera
ikterik (-/-), pembesaran KGB (-), pembesaran thyroid (-)
- Thorax Pulmo
Inspeksi : Bentuk dan pergerakan dinding dada simetris
dekstra=sinistra, retraksi (-/-)
Palpasi : Fremitus raba dextra=sinistra
Perkusi : Sonor di seluruh lapangan paru
Auskultasi : Vesikular (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
- Thorax Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas kanan ICS II parasternal line dextra
Batas kiri ICS V midclavicular line sinistra
Auskultasi : S1 S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
- Abdomen
Pada status ginekologi
- Ekstremitas
Atas : Akral hangat, edema (-/-), CRT < 2 detik

7
Bawah : Akral hangat, edema (-/-), CRT < 2 detik

g) Status Obstetri
Inspeksi : Tidak tampak massa abdomen, tidak ada bekas
operasi.
Palpasi : Nyeri tekan (-), turgor kulit menurun (-), Fundus uteri
teraba 3 jari dibawah pusat
Auskultasi : Bising usus (+)
Inspekulo : Tidak dilakukan
Vaginal Toucher : Tidak dilakukan

2.3 Pemeriksaan Penunjang


1. Laboratorium
 Darah Lengkap (24 Agustus 2021)
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan

Leukosit 20.980 4.800-10.800/μL

Eritrosit 3.014.000 4.200.000 – 5.400.000/μL

Hematokrit 21.9 37,0%-54,0%

Trombosit 174.000 150.000-450.000/μL

Hemoglobin 7.5 12.0-16.0 gr/dL

 Kimia Klinik (24 Agustus 2021)


Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan

Creatinin 0.5 0,5-1,1 mg/dL

Ureum 15.4 19.3-49.2 mg/dL

Glukosa Sewaktu 128 70-100 mg/dL

Natrium 129 135-155 mmol/L

Kalium 3.3 3.6-5.5 mmol/L

Chloride 102 98-108 mmol/L

8
 Ultrasonografi (24 Agustus 2021)
Kesan : masih terdapat sisa plasenta / Stoll Cell (+)

2.4 Diagnosis
P3003A000 Hemorrhage post partum et causa Rest Placenta + Anemia

2.5 Penatalaksanaan
 Observasi keadaan umum dan tanda vital
 Konsultasi dr. Sp.OG
 Memasang infus RL drip oksitosin 20 ampul 20 tetes/menit
 Memasang DC
 kuretase
 Transfusi PRC 2 Kolf
 Injeksi Cefotaxim 3x1 iv

2.6 Follow Up
WAKTU FOLLOW UP

23/08/2021 Menerima pasien dari IGD post partum dengan P3003A000


23.48 WITA S : Perdarahan dari jalan lahir dan lemas
IGD O : KU tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis
TD : 110/70 mmHg N : 112 x/menit
RR : 20 x/menit T : 36,4°C
A : P3003A000 perdarahan post partum ec rest plasenta
P:
 IVFD RL 20 tpm
 Konsul dr.Sp.OG

24/08/2021 S : Perdarahan dari jalan lahir dan lemas


02.20 WITA O : KU tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis

9
VK TD : 110/70 mmHg N : 106 x/menit
RR : 21 x/menit T : 36,5°C
A : P3003A000 perdarahan post partum ec rest plasenta
P:
 IVFD RL drip oksitosin 2 ampul 20 tpm
 Injeksi Cefotaxim 3x1 iv
 Transfusi PRC 2 Kolf
 Rencana kuretase besok tanggal 25/08/2021

25/08/2021 S : Badan masih lemas


10.20 WITA O : KU tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis
VK TD : 110/80 mmHg N : 101 x/menit
RR : 20 x/menit T : 36°C
A : P3003A000 perdarahan post partum ec rest plasenta post
kuretase
P:
 IVFD RL 20 tpm
 Injeksi Cefotaxim 3x1 iv
 Transfusi PRC 2 Kolf sudah selesai, bilas dengan
NaCl 0.9%
 Post kuretase tanggal 25/08/2021, pukul 10.20
 Cek Darah lengkap
 Rencana KRS besok tanggal 26/08/2021

10
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Rest Plasenta adalah tertinggalnya sisa plasenta dan membrannya
dalam cavum uteri. Tertinggalnya bagian plasenta dalam uterus yang dapat
menimbulkan perdarahan post pasrtum sekunder, sisa plasenta yang masih
tertinggal tersebut disebut sebagai “sisa plasenta (rest placenta)”.
Sisa plasenta dalam nifas menyebabkan perdarahan dan infeksi.
Perdarahan yang banyak dalam nifas hampir selalu disebabkan oleh sisa
plasenta. Jika pada  pemeriksaan plasenta ternyata jaringan plasenta tidak
lengkap, maka harus dilakukan eksplorasi dari cavum uteri. Potongan-
potongan plasenta yang ketinggalan tana diketahui biasanya menimbulkan
perdarahan postpartum lambat.

3.2 Etiologi
a.) Plasenta belum lepas dari dinding uterus
Apabila plasentanya belum lahir sama sekali, tidak terjadi
perdarahan, jika lepas sebagian akan terjadi perdarahan yang
merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta belum lepas
dari dinding uterus bisa karena kontraksi uterus kuang kuat untuk
melepaskan plasenta (plasenta adhesiva), ataupun karena plasenta
merekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus
desidua sampai miometrium.
b.) Plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan
Hal ini dapat disebabkan oleh atonia uteri ataupun kesalahan pada
penanganan kala III sehingga menyebabkan lingkaran konstriksi
pada segmen bawah uterus yang dapat menghalangi keluarnya
plasenta.

11
3.3 Tanda dan gejala
Gejala klinis dari rest placenta adalah :
 Pada perdarahan post partum dini akibat sisa plasenta ditandai
dengan perdarahan dari rongga rahim setelah plasenta lahir dan
kontraksi rahim baik. Pada perdarahan post partum lambat
gejalanya sama dengan subinvolusi rahim, yaitu perdarahan yang
berulang atau berlangsung terus dan berasal dari rongga rahim.
Perdarahan terjadi karena uterus tidak bisa berkontraksi secara
efektif.
 Tinggi fundus uterus tidak berkurang walaupun terus berkontraksi
 Dapat dijumpai tanda-tanda syok

3.4 Pemeriksaan penunjang


a.) Laboratorium
Lakukan penilaian terhadap hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht),
trombositopenia, dan leukosit pada keadaan infeksi.
b.) USG
Pada pemeriksaan USG akan terlihat adanya sisa plasenta (stoll
cell)

3.5 Diagnosis
Penilaian klinis sulit untuk memastikan adanya sisa plasenta,
kecuali apabila penolong persalinan memeriksa lengkapan plasenta setelah
plasenta lahir. Apabila kelahiran plasenta dilakukan oleh orang lain atau
terdapat keraguan akan sisa plasenta maka untuk memastikannya dengan
eksplorasi dengan tangan, kuret, atau alat bantu diagnostik USG.

3.6 Penatalaksanaan
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan
dengan komplikasi perdarahan postpartum adalah sebagai berikut :
 Menghentikan perdarahan dengan mencari sumber perdarahan
 Mencegah timbulnya syok.

12
 Mengganti darah yang hilang.

Penanganan post partum akibat rest plasenta :


 Penemuan secara dini hanya mungkin dengan melakukan pemeriksaan
kelengkapan plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus sisa plasenta
dengan perdarahan pasca persalinan lanjut, sebagian besar pasien akan
kembali lagi ke tempat bersalin dengan keluhan perdarahan
 Perbaiki keadaan umum dengan memasang infus RL atau cairan Nacl
 Ambil darah untuk pemeriksaan hemoglobin, golongan darah dan
Cross match.
 Bila kadar Hb<8 gr% berikan transfusi darah. Bila kadar Hb>8 gr%,
berikan sulfas ferosus 600 mg/hari selama 10 hari. Pada kasus syok
parah, dapat gunakan plasma ekspander. Plasma expander diberikan
karena cairan ini dapat meresap ke jaringan dan cairan ini dapat
menarik cairan lain dari jaringan ke pembuluh darah.
 Jika ada indikasi terjadi infeksi yang diikuti dengan demam,
menggigil, rabas vagina berbau busuk, segera berikan antibiotika
spectrum luas.
 Lakukan eksplorasi (bila servik terbuka) dan mengeluarkan bekuan
darah atau jaringan. Bila servik hanya dapat dilalui oleh instrument,
lakukan evakuasi sisa plasenta dengan AMV atau dilatasi dan kuretase.
 Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hati-hati karena
dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus.
 Sisa plasenta dapat dikeluarkan dengan manual plasenta. Tindakan ini
dapat dilakukan untuk mengeluarkan sisa plasenta yang tertinggal di
dalam rahim setelah plasenta lahir.
 Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan
pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per oral.

3.7 Komplikasi
Perdarahan karena sisa plasenta dapat menyebabkan :
a.) Syok Hipovolemik

13
b.) Infeksi
c.) Kuratase dapat menyebabkan :
Perdarahan
Perforasi dinding rahim
Infeksi

3.7.1 Penatalaksanaan pada komplikasi perdarahan post partum

Syok merupakan komplikasi paling sering dari perdarahan post


partum. Pasien dengan perdarahan post partum memiliki 2 komponen
utama penanganan: (1) resusitasi dan penanganan perdarahan obstetrik
serta kemungkinan syok hipovolemik, dan (2) identifikasi dan penanganan
penyebab perdarahan. Keberhasilan terapi PPP tergantung dari
penanganan 2 komponen tersebut secara simultan dan sistematis. (1-3, 8, 11)

Diagnosis perdarahan post partum ditegakkan dengan mengamati


jumlah perdarahan dan keadaan klinis pasien. Jumlah darah yang hilang
dan derajat kesadaran pasien serta tanda-tanda vital pasien terus dipantau.
Setelah diagnosis ditegakkan, segera meminta pertolongan tenaga medis
lain. (1, 2, 11)

Posisi kaki yang ditinggikan (lebih tinggi dari pada dada pasien)
dapat meningkatkan aliran darah balik vena. Perlu dilakukan pemberian
oksigen dan akses intravena. Selama persalinan perlu dipasang paling
tidak 1 jalur intravena pada wanita dengan resiko perdarahan post partum
dan dipertimbangkan jalur kedua pada pasien dengan risiko sangat tinggi.
(2)

14
Gambar 1. Posisi Trendelenburg pada pasien syok

Berikan resusitasi dengan cairan kristaloid dalam volume yang besar


memalui intravena perifer. Normal salin (NS) merupakan cairan yang cocok
pada saat persalinan karena biaya yang ringan dan kompatibilitasnya dengan
sebagian besar obat dan transfusi darah. Risiko terjadinya asidosis
hiperkloremik sangat rendah dalam hubungannya dengan perdarahan post
partum. Bila dibutuhkan cairan kristaloid dalam jumlah banyak (>10 L),
dapat dipertimbangkan pengunaan cairan Ringer Laktat. (2)

Perlu diingat bahwa kehilangan I L darah perlu penggantian 4-5 L


kristaloid, sebagian besar cairan infus tidak tertahan di ruang intravaskuler,
dan bergeser ke ruang interstisial. Kehilangan darah yang banyak, biasanya
membutuhkan penambahan transfusi sel darah merah. (1, 2)

Transfusi darah perlu diberikan bila perdarahan masih terus berlanjut


dan diperkirakan akan melebihi 2. 000 mL atau keadaan klinis pasien
menunjukkan tanda-tanda syok walaupun telah dilakukan resusitasi cepat.
PRC digunakan dengan komponen darah lain dan diberikan jika terdapat
indikasi. (1, 2)

3.8 Pencegahan

15
Bukti dan penelitian menunjukkan bahwa penanganan aktif pada
persalinan kala III dapat menurunkan insidensi dan tingkat keparahan
perdarahan post partum. Penanganan aktif merupakan kombinasi dari hal-
hal berikut:(1, 3, 8, 11)

1) Pemberian uterotonik (dianjurkan oksitosin) segera setelah bayi


dilahirkan.
2) Penjepitan dan pemotongan tali pusat dengan cepat dan tepat.
3) Penarikan tali pusat terkendali ketika uterus berkontraksi dengan baik.

Mencegah atau sekurang-kurangnya bersiap siaga pada kasus-kasus


yang berisiko terjadi perdarahan sangat penting. Tindakan pencegahan
tidak saja dilakukan sewaktu bersalin namun sejak ibu hamil dengan
melakukan “antenatal care” yang baik. Ibu-ibu yang mempunyai
predisposisi atau riwayat perdarahan post partum sangat dianjurkan untuk
bersalin di rumah sakit. Di rumah sakit dapat dilakukan pemeriksaan
keadaan fisik, keadaan umum, kadar Hb, golongan darah, dan bila
mungkin tersedia donor darah sambil mengawasi persalinan, dipersiapkan
keperluan untuk infus dan obat-obatan. (2,8,11)

Anemia dalam kehamilan harus diobati karena perdarahan dalam


batas batas normal dapat membahayakan penderita menderita anemia.
Kadar fibrinogen perlu diperiksa pada perdarahan banyak, kematian janin
dalam uterus, dan solutio plasenta. (2,8,11)

Dalam kala III, uterus jangan dipijat dan didorong ke bawah


sebelum plasenta lepas dari dindingnya. Penggunaan oksitosin sangat
penting untuk mencegah perdarahan pascapersalinan. 10 IU oksitosin
diberikan intramuskular segera setelah anak lahir untuk mempercepat
pelepasan plasenta. Sesudah plasenta lahir, hendaknya diberikan 0,2 mg
ergometrin, intramuskular. Kadang-kadang pemberian ergometrin setelah
bahu depan bayi lahir pada presentasi kepala menyebabkan plasenta
terlepas segera setelah bayi seluruhnya lahir. (1 – 3, 8, 11)

16
Dengan tekanan pada fundus uteri, plasenta dapat dikeluarkan
dengan segera tanpa banyak perdarahan. Namun salah satu kerugian dari
pemberian ergometrin setelah bahu bayi lahir adalah terjadinya jepitan
(trapping) terhadap bayi kedua pada persalinan gemelli yang tidak
diketahui sebelumnya. Pada perdarahan yang timbul setelah anak lahir, ada
dua hal yang harus segera dilakukan, yaitu menghentikan perdarahan
secepat mungkin dan mengatasi akibat perdarahan. Tetapi apabila plasenta
sudah lahir, perlu ditentukan apakah penyebab perdarahan karena atonia
uteri atau karena perlukaan jalan lahir. (2,11)

Pencegahan dan penatalaksanaan dari perdarahan post partum


sangat penting dalam asuhan kehamilan. Seorang klinisi harus dapat
menentukan faktor risiko, mengetahui langkah-langkah pencegahan, dan
mempelajari teknik-teknik dari penatalaksanaan perdarahan post partum
sebaik mungkin. (2,11)

17
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Anamnesis
Teori Kasus

Pada perdarahan post partum dini akibat Pasien datang ke IGD RSUD Abdul
sisa plasenta ditandai dengan perdarahan Wahab Sjahranie Samarinda rujukan dari
dari rongga rahim setelah plasenta lahir Puskesmas Sungai Mariam Anggana
dan kontraksi rahim baik. Pada dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir
perdarahan post partum lambat gejalanya yang dirasakan sejak setelah melahirkan
sama dengan subinvolusi rahim, yaitu pada 18.18 WITA. Perdarahan yang keluar
perdarahan yang berulang atau sebanyak 1 sarung dan ½ underped (aktif
berlangsung terus dan berasal dari rongga mengalir). Pasien diberitahu oleh dokter
rahim. Perdarahan terjadi karena uterus dari Puskesmas tersebut bahwa ari-ari tidak
tidak bisa berkontraksi secara efektif. keluar lengkap, sehingga timbul
perdarahan aktif yang mengalir keluar dari
jalan lahir setelah persalinan. Keluhan
disertai badan lemas. Tidak ada keluhan
pusing, pandangan mata berkabur, mual
dan muntah, BAB dan BAK lancar.

4.2 Pemeriksaan Fisik


Teori Kasus

 Pada pemeriksaan fisik dapat - Dari pemeriksaan fisik pasien,


ditemukan adanya tanda-tanda anemia didapatkan tanda-tanda vital,
yaitu seperti konjungtiva anemis, akral - Tekanan darah : 110/70 mmHg
dingin - Nadi : 106x/menit
- Frekuensi napas : 20x/permenit
- Suhu : 36,5

18
- Konjungtiva anemis (+/+)

Status Obstetri

Inspeksi: Tidak tampak massa abdomen,


tidak ada bekas operasi, TFU
teraba 3 jari dibawah pusat
Palpasi: nyeri tekan Abdomen (-)

Inspekulo: tidak dilakukan

Vaginal Taoucher : Tidak dilakukan

4.3 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang
Teori Fakta
Diagnosis dapat ditegakkan dengan  - Darah Lengkap (24 Agustus 2021)
bantuan beberapa pemeriksaan Pemeriksaa Nilai
Hasil
penunjang sebagai berikut: n rujukan

- Darah lengkap 4.800-


Leukosit 20.980
10.800/μL
- USG : Stoll Cell (+)
4.200.000 –
Eritrosit 3.140.000
5.400.000/μL

37,0%-
Hematokrit 21.9 %
54,0%

150.000-
Trombosit 174.000
450.000/μL

12.0-16.0
Hemoglobin 7.5
gr/dL

 Kimia Klinik (24 Agustus 2021)

19
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan  USG (24 Agustus 2021)

Creatinin 0.5 0,5-1,1 mg/dL Kesan : Masih terdapat


sisa plasenta/Stoll Cell
Ureum 15.4 19.3-49.2 mg/dL
(+)
Glukosa
128 70-100 mg/dL
Sewaktu

Natrium 129 135-155 mmol/L

Kalium
4.4 Tatalaksana 3.3 3.6-5.5 mmol/L
Penatalaksanaan
Chloride 102 98-108 mmol/L
Teori Fakta
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam
menolong persalinan dengan komplikasi  Observasi keadaan umum dan
perdarahan postpartum adalah sebagai tanda vital
berikut :  Konsultasi dr. Sp.OG
 Menghentikan perdarahan  Memasang infus RL drip oksitosin
dengan mencari sumber 20 ampul 20 tetes/menit
perdarahan  Memasang DC
 Mencegah timbulnya syok.  kuretase

 Mengganti darah yang hilang  Transfusi PRC 2 Kolf


 Injeksi Cefotaxim 3x1 iv
Terapi definitif yaitu kuretase

BAB 5
PENUTUP

Telah dilaporkan sebuah kasus atas pasien Ny. N, 21 tahun. Didiagnosis


dengan P3003A000 Hemorrhage post partum et causa rest placenta +
Anemia. Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang didapatkan sesuai teori dan pada tatalaksana medikamentosa
diberikan sesuai dengan teori.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap LC, Wenstrom
KD. Obstetrical Hemorrhage. In: Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL,
Hauth JC, Gilstrap LC, Wenstrom KD, editor. Williams Obstetrics. Edisi 24.
USA: The McGraw-Hill Companies; 2014. p. 780-822
2. Smith J. Post partum Hemorrhage. [online]. 2014. [updated 23 September
2014; cited 27 Januari 2016]; Available from:http://emedicine. medscape.
com
3. Anderson J, Etches D. Prevention and Management of Post partum
Hemorrhage. Am Fam Physician. 2007 Mar 15;75(6). p. 875-881

21
4. Pitkin J, Peattie AB, Magowan BA. Post partum Haemorrhage And
Abnormalities Of The Third Stage Of Labour. Edinburgh: Chruchill
Livingstone; 2003. p. 60-61
5. Kompasiana. Angka Kematian Ibu di Indonesia Masih Jauh dari Target
MDGs 2015. 2014 [updated 9 November 2014; cited 27 Januari 2015];
Available from: http://kesehatan. kompasiana.
com/medis/2014/11/09/angka-kematian-ibu-di-indonesia-masih-jauh-dari-
target-mdgs-2015-690475. html
6. Pusat Data Perhimpunan RS seluruh Indonesia. Enam Provinsi Jadi Sasaran
Penurunan Angka Kematian Ibu dan Anak. 2012 [updated 14 Mei 2012;
cited 27 Januari 2016]; Available from: http://www. pdpersi. co.
id/content/news. php?mid=5&catid=23&nid=802
7. Kemnterian Kesehatan Republik Indonesia. Situasi Kesehatan Ibu. In:
Indonesia KKR, editor. Jakarta: Infodatin; 2014. Available from:
http://www. depkes. go. id/download. php?
file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-ibu. pdf
8. Aghajanian P, dkk. Post partum Hemorrhage & the Abnormal Puerperium.
In: DeCherney AH, Nathan L, Goodwin TM, Laufer N, editors. Current
Diagnosis & Treatment Obstetrics & Gynecology. USA: The McGraw-Hill
Companies; 2006. p. 31. 1-14
9. POPPPI. Prevention of Post partum Hemorrhages: Implementing Active
Managaement of the Third Stage of Labor (AMTSL): A Reference Manual
for Health Care Providers. Seattle: PATH; 2007. p. 8-9, 12, 19, 53-62
10. WHO. WHO Recommendations for the Prevention and Treatment of Post
partum Haemorrhages. 2012; Available from: http://apps. who.
int/iris/bitstream/10665/75411/1/9789241548502_eng. pdf
11. Paterson S, Brown S. Obstetrics Emergencies. In: Edmonds DK, editor.
Dewhurst’s Textbook of Obstetrics & Gynaecology. Edisi 7. USA:
Blackwell Publishing; 2007. p. 149-54
12. WHO. WHO Guidelines for the Management of Post partum Haemorrhage
and retained placenta. 2009; Available from: http://whqlibdoc. who.
int/publications/2009/9789241598514_eng. pdf

22
13. Thapa K, Malla B, Pandey S, Amatya S. Intrauterine Condom Tamponade in
Management of Post Partum Haemorrhage. J Nepal Health Res Counc. 2010
8(16). p. 19-22
14. Pelatihan Pelayanan Obstetri Emergensi Dasar. Atonia Uteri. Bagian
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Makassar. 2008
15. Diemert A, Ortmeyer G, Hollwitz B, Lotz M, Somville T, Glosemeyer P,
Diehl W, Hecher K. The combination of intrauterine ballon tamponade and
the B-lynch procedure for the treatment of severe post partum hemorrhage.
Am J Obstet Gynecol. 2012. 65. e1-4

23

Anda mungkin juga menyukai