MOLA HIDATIDOSA
Perceptor:
dr. Taufiqurrahman Rahim, Sp.OG (K)
dr. Dino Rinaldy, Sp.OG (K) Onk
dr. Ody Wijaya, Sp.OG
Oleh:
Angga Alpiansyah, S.Ked
KEPANITERAAN KLINIK
SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DR. H. ABDUL MOELOEK
BANDAR LAMPUNG
2015
KATA PENGATAR
Pertama penulis ucapkan terima kasih kepada Allah SWT. karena atas rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul Mola Hidatidosa
tepat pada waktunya. Adapun salah satu tujuan pembuatan laporan kasus ini
adalah sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik SMF Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Dr. H.
Abdul Moeloek Bandar Lampung.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Taufiqurrahman Rahim, Sp.OG(K),
dr. Dino Rinaldi, Sp.OG(K)Onk dan dr. Ody Wijaya, Sp.OG yang telah
meluangkan waktunya untuk penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis menyadari banyak sekali kekurangan dalam laporan ini, oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga laporan kasus
ini dapat bermanfaat bukan hanya untuk penulis, tetapi juga bagi siapa pun yang
membacanya.
Bandar Lampung, 18 Oktober 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I LAPORAN KASUS............................................................................. 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 3
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
Definisi.................................................................................................. 3
Epidemiologi......................................................................................... 3
Klasifikasi............................................................................................. 4
Etiologi.................................................................................................. 4
Patologi................................................................................................. 6
Patogenensis.......................................................................................... 7
Manifestasi Klinis................................................................................. 8
Diagnosis............................................................................................... 8
Penatalaksanaan.................................................................................... 15
Komplikasi............................................................................................ 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana
tidak ditemukan janin hampir seluruh villi korealis mengalami perubahan
hidrofili dengan ciri-ciri stroma villi korealis langka vaskularisasi dan
edematus. Jaringan trofoblast pada villus berploriferasi, dan mengeluarkan
hormon yaitu hCG dalam jumlah yang lebih besar daripada kehamilan biasa.
Gambaran yang diberikan ialah seperti buah anggur.1
Mola hidatidosa adalah rare mass atau pertumbuhan yang terbentuk di dalam
rahim pada permulaan kehamilan. Mola hidatidosa atau kehamilan mola
merupakan hasil dari produksi jaringan berlebihan yang seharusnya
berkembang menjadi plasenta. Mola hidatidosa merupakan penyakit
trofoblastik gestasional (PTG).2
Frekuensi mola banyak ditemukan di negara-negara asia, Afrika dan Amerika
latin dari pada di negara-negara barat. Mola hidatidosa merupakan penyakit
wanita dalam masa reproduksi antara umur 15 tahun sampai 45 tahun.
Penderita dengan kehamilan mola mempunyai risiko untuk terjadinya
kehamilan mola juga pada kehamilan berikutnya. Insiden molahidatidosa
ulangan tersebut dilaporkan sebesar 0,6-2,0% dari seluruh kehamilan yang
terjadi setelahnya di Amerika Utara dan Asia. Penderita dengan kehamilan
molahidatidosa ulangan tersebut mempunyai risiko yang meningkat menjadi
penyakit trofoblas ganas yang persisten pada fase penyakit mola berikutnya. 3
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan referat ini adalah sebagai berikut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana
tidak ditemukan janin hampir seluruh villi korealis mengalami perubahan
hidrofili dengan ciri-ciri stroma villi korealis langka vaskularisasi dan
edematus. Jaringan trofoblast pada villus berploriferasi, dan mengeluarkan
hormon yaitu hCG dalam jumlah yang lebih besar daripada kehamilan biasa.
Gambaran yang diberikan ialah seperti buah anggur.1
Mola hidatidosa adalah rare mass atau pertumbuhan yang terbentuk di dalam
rahim pada permulaan kehamilan. Mola hidatidosa atau kehamilan mola
merupakan hasil dari produksi jaringan berlebihan yang seharusnya
berkembang menjadi plasenta. Mola hidatidosa merupakan penyakit
trofoblastik gestasional (PTG).2
B. Epidemiologi
Frekuensi mola banyak ditemukan di negara-negara asia, Afrika dan Amerika
latin dari pada di negara-negara barat. Mola hidatidosa merupakan penyakit
wanita dalam masa reproduksi antara umur 15 tahun sampai 45 tahun.
Penderita dengan kehamilan mola mempunyai risiko untuk terjadinya
kehamilan mola juga pada kehamilan berikutnya. Insiden mola hidatidosa
ulangan tersebut dilaporkan sebesar 0,6-2,0% dari seluruh kehamilan yang
terjadi setelahnya di Amerika Utara dan Asia. Penderita dengan kehamilan
mola hidatidosa ulangan tersebut mempunyai risiko yang meningkat menjadi
penyakit trofoblas ganas yang persisten pada fase penyakit mola berikutnya. 3
Menurut teori ini molahidatidosa dapat terjadi bila terdapat kelainan pada
telur, baik sebelum diovulasikan maupun setelah dibuahi.
3. Teori infeksi
Bagshawe, melaporkan bahwa ada sarjana yang dapat mengisolasi sejenis
virus pada molahidatidosa. Virus ini kemudian ditransplantasikan pada
selaput korioalantoin mudigah ayam, ternyata kemudian terjadi perubahanperubahan khas menyerupai molahidatidosa, baik secara makroskopik
maupun mikroskopik. Selain itu molahidatidosa diduga disebabkan oleh
toksoplasmosis, teori ini dikemukakan oleh Bleier. Teori ini didasarkan
pada penemuan toksoplasmosis Gondii dalam jumlah besar pada darah
penderita molahidatidosa.
4. Teori hipofungsi ovarium
Teori ini dikemukakan oleh Hasegawa, berdasarkan penelitian beberapa
orang ahli yaitu Courrier dan Gros yang melakukan kastrasi pada seekor
kucing, 15-17 hari setelah pembuahan. Ternyata kemudian pada
plasentanya
ditemukan
molahidatidosa.
perubahan-perubahan
Karzafina
melaporkan
bahwa
yang
60%
menyerupai
penderita
ovarium.
Smalbreak
melaporkan
bahwa
dari
hasil
perempuan muda dan pada perempuan tua dimana fungsi ovarium telah
menurun.
Walaupun etiologi mola hidatidosa masih belum jelas, terdapat faktor-faktor
yang meningkatkan risiko terjadinya mola hidatidosa. Fator-faktor tersebut
antara lain:6
1. Usia
Kehamilan mola komplit sering terjadi pada wanita pada usia remaja dan
wanita berusia lebih dari 45 tahun. Usia memiliki sedikit atau bahkan tidak
ada pengaruh pada kehamilan mola parsial.
2. Kehamilan mola sebelumnya
Apabila terdapat riwayat kehamilan mola sebelumnya, penderita memiliki
kemungkinan 1-2% dibandingkan 0,167% orang pada wanita yang tidak
pernah mengalami kehamilan mola. Apabila kehamilan mola terjadi dua
kali atau lebih, maka kemungkinananya meningkat menjadi 15-20%.
3. Ras
Kehamilan mola lebih sering terjadi di negara-negara Asia seperti Taiwan,
Filipina dan Jepang, serta beberapa Native American. Akan tetapi, pada
beberapa tahun terakhir, perbedaan insidensi pada komunitas tersebut dan
populasi secara umum telah menjadi lebih sedikit.
E. Patologi
Secara mikroskopik pada mola komplet terlihat trias:1,12
1. Proliferasi dari trofoblast bersifat difus.
2. Degenerasi hidrofik dari stroma villi bersifat difus.
3. Hilangnya pembuluh darah dan stroma bersifat difus.
Sedangkan pada mola parsialis struktur histologisnya bersifat:1,7-9
1. Campuran dari sel
F. Patogenesis
Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis penyakit
ini. Pertama, teori missed abortion. Kematian mudigah pada usia kehamilan 35 minggu, saat di mana seharusnya sirkulasi fetomaternal sudah terbentuk,
menyebabkan gangguan peredaran darah. Sekresi dari sel-sel yang mengalami
hiperplasia dan menghasilkan substansi-substansi yang berasal dari sirkulasi
darah ibu, diakumulasikan ke dalam stroma villi sehingga terjadi kista villi
yang kecil-kecil. Cairan yang terdapat dalam kista tersebut adalah cairan
interstitial yang menyerupai cairan ascites atau edema, tetapi kaya akan hCG.1
Kedua, adalah teori neoplasma dari Park, yang mengatakan bahwa yang
abnormal adalah sel-sel trofoblas, yang mempunyai fungsi yang abnormal
pula, dimana terjadi resorpsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehingga
timbul gelembung. Hal ini menyebabkan gangguan peredaran darah dan
kematian mudigah. Sebagian dari villi berubah menjadi gelembunggelembung berisi cairan jernih. Biasanya tidak ada janin, hanya pada mola
parsialis kadang-kadang ditemukan janin. Gelembung-gelembung ini sebesar
butir kacang hijau sampai sebesar buah anggur. Gelembung ini dapat mengisi
seluruh kavum uterus.1
Pada pemeriksaan kromosom didapat poliploidi dan hampir pada semua kasus
mola susunan kromatin seksnya adalah wanita (46xx). Secara makroskopik,
mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-gelembung putih,
tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa
millimeter sampai satu atau dua sentimeter.1
G. Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul pada kehamilan mola adalah sebagai berikut.2
1. Pertumbuhan uterus abnormal, dimana ukuran uterus dapat lebih besar
ataupun lebih kecil daripada usia kehamilannya.
2. Mual dan muntah yang cukup berat sehingga memerlukan perawatan di
Rumah Sakit.
3. Perdarahan pervaginam pada 3 bulan pertama kehamilan.
asam
folat
karena
cepatnya
proliferasi
trofoblas.
semua pasien mola. Ada pula kasus-kasus yang uterusnya lebih kecil
atau sama besarnya dengan kehamilan normal, walaupun jaringannya
belum dikeluarkan. Dalam hal ini perkembangan trofoblas tidak
terlalu aktif sehingga perlu dipikirkan kemungkinan adanya dying
mole. Uterus mungkin sulit untuk diidentifikasikan secara pasti
dengan palpasi, terutama pada wanita nullipara. Hal ini disebabkan
karena konsistensinya yang lembut di bawah dinding perut yang kaku.
Pembesaran uterus karena kista theca lutein multiple akan membuat
sulit perbedaaan dengan pembesaran uterus biasa.
c. Tidak adanya aktifitas janin
Walaupun pembesaran uterus mencapai bagian atas simfisis, tidak
ditemukan adanya denyut jantung janin. Meskipun jarang, mungkin
terdapat plasenta ganda dengan kehamilan mola komplet yang
bertumbuh bersamaan, sementara plasenta yang satu dan janin terlihat
normal. Juga walaupun jarang, mungkin terdapat mola inkomplet pada
plasenta yang disertai janin hidup.
d. Eklampsia dan preeklampsia
Preeklampsia pada kehamilan mola timbul pada trisemester ke 2.
Eklamsia atau preeklamsia pada kehamilan normal jarang terlihat
sebelum usia kehamilan 24 minggu. Oleh karenanya preeklamsia yang
terjadi sebelum waktunya harus dicurigai sebagai mola hidatidosa.
e. Hiperemesis
Mual dan muntah yang signifikan dapat timbul sebagai salah satu
gejala mola hidatidosa.
f. Tirotoksikosis
Kadar tiroksin plasma pada wanita dengan kehamilan mola sering
meningkat, namun gejala hipertiroid jarang muncul. Menurut Curry
insidennya 1%, tetapi Martaadisoebrata menemukan angka lebih
tinggi yaitu 7,6%. Terjadinya tirotoksikosis pada mola hidatidosa
berhubungan erat dengan besarnya uterus. Makin besar uterus makin
besar kemungkinan terjadinya tirotoksikosis. Oleh karena kasus mola
dengan uterus besar masih banyak ditemukan, maka Martaadisoebrata
menganjurkan agar pada tiap kasus mola hidatidosa dicari tanda-tanda
tirotoksikosis
secara
aktif.
Mola
yang
disertai
tirotoksikosis
10
b. Perdarahan pervaginam
c. Adanya denyut jantung janin
3. Pemeriksaan Fisik1,5,6,7,9,12
Pada pemeriksaan fisik ditemukan:
a. Inspeksi
Muka dan kadang-kadang badan kelihatan pucat kekuningkuningan yang disebut muka mola (mola face).
Kalau gelembung mola keluar dapat dilihat jelas.
b. Palpasi
Uterus membesar tidak sesuai dengan usianya, terasa lembek.
Tidak teraba bagian-bagian janin dan balotemen dan juga gerak
janin.
Adanya fenomena harmonika: darah dan gelembung mola keluar,
dan fundus uteri turun, lalu naik lagi karena terkumpulnya darah
baru.
c. Auskultasi
Tidak terdengar bunyi denyut jantung janin
Terdengar bising dan bunyi khas
d. Pemeriksaan dalam
Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagian-bagian
janin, terdapat perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan
vagina, serta evakuasi keadaan serviks.
4. Pemeriksaan Penunjang1,2,5,6,7,9,12
a. Pemeriksaan sonde
Dengan perasat Hanifa Winkjosastro, kita masukkan sonde uterus. Jika
sonde masuk ke dalam kavum uteri tanpa tahanan dan dapat diputar
360o dengan deviasi sonde kurang dari 10o, berarti merupakan
kehamilan mola.
b. Pemeriksaan laboratorium
Pengukuran kadar -hCG tidak lagi digunakan untuk menegakkan
diagnosis mola karena sudah digantikan oleh USG. Pemeriksaan serial
diperlukan untuk mendeteksi penyakit PTG yang persisten setelah
pengeluaran mola. Yang harus diperhatikan di sini adalah hormon hCG, karena karakteristik yang terpenting dari penyakit ini adalah
kemampuannya dalam memproduksi hormon -hCG, sehingga jumlah
hormon ini lebih meningkat bila dibandingkan dengan kehamilan
11
10
mIU/ml.
-hCG kualitatif urin, yang dapat mendeteksi kadar hCG > 25-50
mIU/ml.
-hCG kuantitatif urin, yang dapat mendeteksi kadar hCG > 5-2
juta mIU/ml.
mIU/L
mengindikasikan
pertumbuhan
ukuran
yang
12
Kuret hisap
Kuret hisap merupakan tindakan pilihan untuk mengevakuasi jaringan
mola, dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 IU
oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL dengan kecepatan 40-60
tetes/menit. Oksitosin diberikan untuk menimbulkan kontraksi uterus
mengingat isinya akan dikeluarkan Tindakan ini dapat mengurangi
perdarahan dari tempat implantasi dan dengan terjadinya retraksi
miometrium, dinding uterus akan menebal dan dengan demikian resiko
perforasi dapat dikurangi. Bila sudah terjadi abortus maka kanalis
servikalis sudah terbuka. Bila belum terjadi abortus, kanalis servikalis
belum terbuka sehingga perlu dipasang laminaria atau servikalis dilator
(setelah 10 jam baru terbuka 2-5 cm). Setelah jaringan mola
dikeluarkan secara aspirasi dan miometrium memperlihatkan kontraksi
dan retraksi, biasanya dilakukan kuretase yang teliti dan hati-hati
dengan menggunakan alat kuret yang tajam dan besar. Jaringan yang
diperoleh diberi label dan dikirim untuk pemeriksaan. Kuretase kedua
dilakukan apabila kehamilan seusia lebih dari 20 minggu, atau tidak
diyakini bersih. Kuret ke-2 dilakukan kira-kira 10-14 hari setelah kuret
pertama. Pada waktu itu uterus sudah mengecil sehingga lebih besar
kemungkinan bahwa kuret betul-betul menghasilkan uterus yang
bersih. Jika terdapat mola hidatidosa yang besar (ukuran uterus >12
14
Histerektomi
Sebelum kuret hisap digunakan, histerektomi sering dipakai untuk
pasien dengan ukuran uterus di luar 12-14 minggu. Namun
histerektomi tetap merupakan pilihan pada wanita yang telah cukup
umur dan cukup mempunyai anak. Alasan untuk melakukan
histerektomi ialah karena umur tua dan paritas tinggi karena hal
tersebut merupakan predisposisi timbulnya keganasan. Batasan yang
dipakai ialah umur 35 tahun dengan anak hidup tiga. Tidak jarang
bahwa pada sediaan histerektomi bila dilakukan pemeriksaan
histopatologi sudah tampak adanya tanda-tanda mola invasif. Ada
beberapa ahli yang menganjurkan agar pengeluaran jaringan dilakukan
melalui histerektomi. Tetapi cara ini tidak begitu populer dan sudah
ditinggalkan. Walau histerektomi tidak dapat mengeliminasi sel-sel
tumor trofoblastik, namun mampu untuk mengurangi kekambuhan
penyakit ini.
ke
arah
keganasan,
pertimbangan
untuk
memberikan
15
1 tahun
Follow up dapat dihentikan dan kehamilan diijinkan 1 tahun kemudian.
keadaan serviks, uterus cepat bertambah kecil atau tidak, dan lain-lain
Reaksi biologis atau imunologis air seni, 1x seminggu sampai hasil
negatif, 1x 2 minggu selama triwulan selanjutnya, 1x sebulan dalam 6
bulan selanjutnya, 1x 3 bulan selama tahun berikutnya. Kalau reaksi
titer tetap (+) maka harus dicurigai adanya keganasan. Keganasan
masih dapat timbul setelah 3 tahun pasca terkenanya mola hidatidosa.
Menurut Harahap tumor timbul 34,5% dalam 6 minggu, 62,1% dalam
12 minggu, dan 79,4% dalam 24 minggu serta 97,2% dalam 1 tahun
setelah mola keluar.
16
J. Diagnosis Banding1,2,7-12
Kehamilan normal
Kehamilan dengan mioma uteri
Abortus
Kehamilan ektopik terganggu
K. Komplikasi1-12
Perforasi uterus selama kuret hisap sering muncul karena uterus yang
membesar. Jika hal ini terjadi prosedur penanganannya harus dalam
bimbingan laparaskopi.
Perdarahan sering pada evakuasi mola, karenanya oksitosin IV harus
diberikan sebelum prosedur dimulai. Methergin atau Hemabase dapat juga
diberikan.
Penyakit trofoblastik ganas terjadi pada 20 % kehamilan mola, karenanya
pemeriksaan kuantitatif hCG serial dilakukan selama 1 tahun post
evakuasi sampai hasilnya negatif.
DIC, karena jaringan mola melepaskan faktor yang bersifat fibrinolitik.
Semua pasien harus diperiksa kemungkinan adanya koagulopati.
17
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perdarahan yang terjadi selama kehamilan muda (walaupun tanpa
pembesaran uterus yang tidak sesuai dengan umur kehamilan) harus
dicurigai terhadap kemungkinan adanya penyakit mola hidatidosa.
2. Diagnosa ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik
dan
pemeriksaan penunjang.
3. Diagnosa pasti ditegakkan bila adanya gelembung-gelembung mola atau
jaringan mola yang keluar.
4. Bila masih terdapat keraguan dalam penegakkan diagnosa, cara yang
sangat membantu yaitu pemeriksaan USG yang akan memberikan
gambaran badai salju. Pengukuran kadar B-hCG secara serial digunakan
dalam mendeteksi penyakit trofoblas ganas yang terjadi setelah evakuasi
jaringan mola.
5. Terdapat 2 cara pengeluaran jaringan mola, yaitu kuretase hisap ataupun
histerektomi.
6. Pemeriksaan tindak lanjut dilakukan pada 1x seminggu sampai hasil
negatif, 1x 2 minggu selama triwulan selanjutnya, 1x sebulan dalam 6
bulan selanjutnya, 1x 3 bulan selama tahun berikutnya.
B. Saran
Dalam penulisan ini penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak sekali
kekurangan, oleh karena itu penulis berusaha memberikan saran terutama bagi
para pembaca agar:
1. Selalu memperbaharui ilmu karena ilmu dapat berubah dari waktu ke
waktu karena peningkatan pemahaman atau bahkan pembaharuan yang
lebih tepat.
2. Selama belajar, sangat wajar apabila terdapat kesalahan. Akan tetapi
sebaiknya tidak mengulangi kesalahan yang sama dan mengambil
pelajaran dari kesalahan sebelumnya agar dapat diperbaiki ke depannya.
19
DAFTAR PUSTAKA