0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
133 tayangan11 halaman
Laryngopharyngeal reflux (LPR) atau refluks laringofaring (RLF) adalah kondisi dimana asam lambung naik kembali ke daerah laring, faring, trakea dan bronkus yang menyebabkan kerusakan jaringan saluran pernapasan atas dan gejala pada mulut, faring, laring dan paru-paru. Faktor risikonya antara lain pola hidup tidak sehat, usia lanjut, stres berlebih, dan obesitas. Diagnosa didasarkan pada
Laryngopharyngeal reflux (LPR) atau refluks laringofaring (RLF) adalah kondisi dimana asam lambung naik kembali ke daerah laring, faring, trakea dan bronkus yang menyebabkan kerusakan jaringan saluran pernapasan atas dan gejala pada mulut, faring, laring dan paru-paru. Faktor risikonya antara lain pola hidup tidak sehat, usia lanjut, stres berlebih, dan obesitas. Diagnosa didasarkan pada
Laryngopharyngeal reflux (LPR) atau refluks laringofaring (RLF) adalah kondisi dimana asam lambung naik kembali ke daerah laring, faring, trakea dan bronkus yang menyebabkan kerusakan jaringan saluran pernapasan atas dan gejala pada mulut, faring, laring dan paru-paru. Faktor risikonya antara lain pola hidup tidak sehat, usia lanjut, stres berlebih, dan obesitas. Diagnosa didasarkan pada
refluks laringofaring (RLF) adalah keadaan dimana terajdinya aliran balik asam lambung ke daerah laring, faring, trakea dan bronkus yang menyebab kan asam lambung kontak dengan jaringan pada traktus aero digestif atas sehingga menimbulkan jejas pada laringofaring dan saluran napas bagian atas yang disertai dengan manifestasi penyakit pada mulut, faring, laring dan paru-paru. Etiologi • Penyebab LPR adalah adanya refluks secara retrograd dari asam lambung atau isinya seperti pepsin kesaluran esofagusatas dan menimbulkan cedera mukosa karena trauma langsung.3Sehingga terjadi kerusakan silia yang menimbulkan tertumpuknya mukus, aktivitas mendehem dan batuk kronis akibatnya akan sebabkan iritasi dan inflamasi. Faktor resiko • Pola hidup seperti kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol, •Usia - Pasien berisiko lebih tinggi mengalami LPR seiring dengan bertambahnya usia. •Kebiasaan makan yang tidak sehat, seperti makan berlebih •Terlalu banyak mengonsumsi dalam coklat, jeruk, makanan berlemak, dan rempah-rempah •Kelebihan tekanan/stres •Rutin memakai pakaian teralu ketat •Kelebihan berat badan atau obesitas • Kriteria diagnosis Kriteria Koufman / RSI (Reflux symptoms Index)
Skor RSI adalah 0-45 dengan skor ≥ 13 curiga LPR.
Pemeriksaan penunjang 1. Laringoskop : Untuk melihat adanya iritasi dan inflamasi pada faring • Adanya eritema, • Edema dan • Hipertrofi komissura posterior • Granuloma dan nodul pita suara dapat terjadi pada kasus-kasus yang tidak diobati • Udem subglotik (Pseudosulkus vokalis) ditemui pada 90% kasus, adalah udem subglotik dimulai dari komissura anterior meluas sampai laring posterior. • Obliterasi ventrikel ditemukan pada 80% kasus • Pada obliterasi parsial ditemukan gambaran pemendekan jarak ruang ventrikel dan batas pita suara palsu memendek. Skor dimulai dari nol (tidak ada kelainan) dengan nilai maksimal 26 dan jika nilai RFS ≥7 dengan tingkat keyakinan 95% dapat di diagnosis sebagai LPR. 2. Monitor pH 24 jam di faringoesofageal : Pemeriksaan ini disebut ambulatory 24 hours double probe pH monitoring yang merupakan baku emas dalam mendiagnosis LPR. 3. Pemeriksaan histopatologi : Pada biopsilaring ditemukan gambaran hyperplasia epitel skuamosa dengan inflamasi kronik pada submukosa. Gambaran ini dapat berkembang menjadi atopi dan ulserasi epitel serta penumpukan fibrin,jaringan granulasi dan fibrotikdidaerah submukosa.