Mola Hidatidosa
Disusun oleh :
Tiara Meutia Putri
Pembimbing :
dr. Ronny, Sp.OG
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
dapat meningkatkan MH antara lain usia ibu hamil terlalu muda/terlalu tua,
kekurangan protein, asam folat , histidin, dan genetik.1
Untuk memperkuat diagnosis kita dapat melakukan pemeriksaan USG dan
melihat peningkatan kadar Hcg. Pada trimester pertama gambaran MH tidak
spesifik, sehingga sering kali sulit dibedakan dari kehamilan anembrionik, missed
abortion, abortus inkomplit atau mioma uteri. Pengelolaan mola biasanya terdiri
atas 4 tahap seperti; perbaikan keadaan umum pasien, pengeluaran jaringan mola,
vakum kuretase dan histerektomi. Untuk prognosisnya sendiri kematian pada MH
biasanya disebabkan oleh perdarahan, infeksi, payah jantung atau tirotoksikosis.5
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar
dimana tidak ditemukan janin hampir seluruh villi korialis mengalami perubahan
berupa degenerasi hidropik. Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal
yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih,
dengan ukuran bervariasi dari beberapa milimeter sampai 1 atau 2 cm.13 Jaringan
trofoblast pada villus berploriferasi, dan mengeluarkan hormon human chononic
gonadotrophin (hCG) dalam jumlah yang lebih besar daripada kehamilan biasa.
Gambaran yang diberikan ialah seperti buah anggur.3 Pengertian lain dari Mola
hidatidosa adalah plasenta dengan vili korialis yang berkembang tidak sempurna
dengan gambaran adanya pembesaran, edema, dan vili vesikuler sehingga
menunjukan berbagai ukuran trofoblas proliferatif tidak normal.5
Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa
gelembung- gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, sehingga
menyerupai buah anggur, atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau
mata ikan. Ukuran gelembung- gelembung ini bervariasi dari beberapa milimeter
sampai 1-2 cm. Secara mikroskopik terlihat trias: (1) Proliferasi dari trofoblas; (2)
Degenerasi hidropik dari stroma villi dan kesembaban; (3) Hilangnya pembuluh
darah dan stroma. Sel-sel Langhans tampak seperti sel polidral dengan inti terang
dan adanya sel sinsitial giantik (syncytial giant cells). Pada kasus mola banyak
dijumpai ovarium dengan kista lutein ganda berdiameter 10 cm atau lebih (25-
60%). Kista lutein akan berangsur-angsur mengecil dan kemudian hilang setelah
mola hidatidosa sembuh.3,5,9
2.2 Epidemiologi
Mola Hidatidosa baik dalam bentuk jinak atau ganas, banyak ditemukan di
negara Asia dan Mexico, sedangkan di negara barat lebih jarang. Angka di
Indonesia umumnya merupakan angka rumah sakit, untuk mola hidatidosa berkisar
5
antara 1:50 sampai 1:141 dari kehamilan, sedangkan untuk koriokarsinoma 1:297
sampai 1: 1035 dari kehamilan.12 Mola hidatidosa merupakan penyakit wanita
dalam masa reproduksi antara umur 15 tahun sampai 45 tahun dan pada multipara.
Jadi dengan meningkatnya paritas kemungkinan menderita mola lebih besar. Selain
itu penyakit ini juga ditemukan pada golongan sosio-ekonomi rendah serta usia
kehamilan dibawah 29 dan diatas 34 tahun.12
6
dalam vilus tidak terbentuk dengan baik sehingga embrio 'kelaparan', mati, dan
diabsorpsi, sedangkan trofoblas terus tumbuh dan pada keadaan tertentu
mengadakan invasi ke jaringan ibu. Peningkatan aktivitas sinsitiotrofoblas
menyebabkan peningkatan produksi hCG, tirotrofin korionik dan progestron.
Sekresi estrodiol menurun, karena sintesis hormone ini memerlukan enzim dari
janin, yang tidak ada. Peningkatan kadar hCG dapat menginduksi perkembangan
kista teka-lutein di dalam ovarium.4
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor
penyebabnya yang kini telah diakui adalah :
1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan.
2. Usia ibu yang terlalu muda atau tua (36-40 tahun) beresiko 50% terkena penyakit
ini.
5. Paritas tinggi
6. Defisiensi vitamin A
7. Kekurangan protein
2.4 PATOGENESIS
Banyak teori yang menjelaskan tentang kejadian MH komplit, antara lain
teori Hertig, teori Park dan teori sitogenetika. Hertig et al menganggap bahwa MH
disebabkan oleh insufisiensi peredaran darah akibat kematian embrio pada minggu
ke-3 hingga minggu ke-5 (missed abortion), sehingga cairan tertimbun di dalam
jaringan vili dan membentuk kista-kista kecil yang kian membesar, hingga akhirnya
terbentuk gelembung mola. Proliferasi trofoblas terjadi akibat tekanan vili yang
membengkak.
7
Di lain pihak, Park mengatakan bahwa penyebab primer MH adalah
abnormalitas jaringan trofoblas beserta fungsinya, sehingga terjadi absorpsi cairan
berlebih ke dalam vili. Keadaan ini menekan pembuluh darah dan akhirnya
mematikan embrio.5
8
2.5 HISTOPATOLOGI
Hasil pemeriksaan patologi anatomi pada mola hidatodosa, yang secara
mikroskopik memperlihatkan : Stroma vili korialis yang membengkak, ketiadaan
vaskularisasi, dan hiperplasia sel sito- dan sinsitiotrofoblas.1
2.6 KLASIFIKASI
9
Gambar 1. Mola Hidatidosa Komplit
10
plasenta yang masih berfungsi tidak terkena. Hiperplasia trofoblastik lebih bersifat
fokal daripada generalisata.6
c. Kadar B-Hcg – jauh lebih tinggi dari kehamilan biasa. Pada kehamilan biasa
kadar B-hCG darah paling tinggi 100.00mIU/ml, sedangkan pada MH dapat
mencapai 5000.000 mIU/ml.1
Dan menurut Cuningham, 1995. Dalam stadium pertumbuhan mola yang dini
terdapat beberapa ciri khas yang membedakan dengan kehamilan normal, trimester
pertama dan selama trimester kedua sering terlihat perubahan sebagai berikut:2
1. Perdarahan
Perdarahan uterus merupakan gejala yang mencolok dan bervariasi mulai dari
spoting sampai perdarahan yang banyak. Perdarahan ini dapat dimulai sesaat
sebelum abortus atau yang lebih sering lagi timbul secara intermiten selama
berminggu-minggu atau setiap bulan. Sebagai akibat perdarahan tersebut gejala
11
anemia ringan sering dijumpai. Anemia defisiensi besi merupakan gejala yang
sering dijumpai.
2. Ukuran uterus
Uterus tumbuh lebih besar maupun lebih kecil dari usia kehamilan yang sebenarnya
dan teraba lunak. Saat palpasi tidak didapatkan balotement dan tidak teraba bagian
janin.
3. Aktivitas janin
Meskipun uterus cukup membesar mencapai bagian atas sympisis, secara khas tidak
akan ditemukan aktivitas janin, sekalipun dilakukan test dengan alat yang sensitive
sekalipun. Demikian pula sangat jarang ditemukan perubahan mola inkomplit yang
luas pada plasenta dengan disertai janin yang hidup.
4. Embolisasi
Trofoblas dengan jumlah yang bervariasi dengan atau tanpa stroma villus dapat
keluar dari dalam uterus dan masuk aliran darah vena. Jumlah tersebut dapat
sedemikian banyak sehingga menimbulkan gejala serta tanda emboli pulmoner akut
bahkan kematian. Keadaan fatal ini jarang terjadi. Meskipun jumlah trofoblas
dengan atau tanpa stroma villus yang menimbulkan embolisasi ke dalam paru-paru
terlalu kecil untuk menghasilkan penyumbatan pembuluh darah pulmoner namun
lebih lanjut trofoblas ini dapat menginfasi parenkin paru. Sehingga terjadi metastase
yang terbukti lewat pemeriksaan radiografi. Lesi tersebut dapat terdiri dari trofoblas
saja (koriokarsinoma metastasik) atau trofoblas dengan stroma villus (mola
hidatidosa metastasik). Perjalanan selanjutnya lesi tersebut bisa diramalkan dan
sebagian terlihat menghilang spontan yang dapat terjadi segera setelah evakuasi
atau bahkan beberapa minggu atau bulan kemudian. Sementara sebagian lainnya
mengalami proliferasi dan menimbulkan kematian wanita tersebut tidak
mendapatkan pengobatan yang efektif.
12
5. Ekspulsi Spontan
Ada kehamilan disertai gejala dan tanda kehamilan muda yang berlebihan,
perdarahan pervaginam berulang cenderung berwarna coklat dan kadang
bergelembung seperti busa.
(1) Perdarahan vaginal. Gejala klasik yang paling sering pada mola komplet
adalah perdarahan vaginal. Jaringan mola terpisah dari desidua, menyebabkan
perdarahan. Uterus membesar (distensi) oleh karena jumlah darah yang banyak.
(2) Hiperemesis. Penderita juga mengeluhkan mual dan muntah yang berat. Hal
ini merupakan akibat dari peningkatan secara tajam hormon β-HCG.
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
●
Muka dan kadang-kadang badan kelihatan pucat kekuning-kuningan yang
disebut muka mola (mola face).
●
Kalau gelembung mola keluar dapat dilihat jelas.
Palpasi :
Pemeriksaan dalam :
3. Pemeriksaan Laboratorium
●
Pemeriksaan kadar β -Hcg : β -hCG urin > 100.000 mlU/ml β - hCG serum
> 40.000 IU/ml
●
Pemeriksaan kadar T3 /T4
Ultrasonografi
Gambaran seperti sarang tawon (Honey comb appearance) tanpa disertai adanya
janin dan dapat pula ditemukan gambaran snow storm atau gambaran seperti badai
salju.5
14
Gambar 3. USG mola Hidatidosa
DIAGNOSIS BANDING
● Hyperemesis gravidarum
● Hipertensi
● Hyperthyroidism
● Hipertensi malignant
2.9 PENATALAKSANAAN
1. Evakuasi
● Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret atau vakum kuret
15
keadaan umum penderita.
c) 7- 10 hari setelah kerokan pertama, dilakukan kerokan kedua untuk
membersihkan sisa-sisa jaringan.
d) Histeriktomi total dilakukan pada mola resiko tinggi usia lebih dari 30
tahun, Paritas 4 atau lebih. Akan tetapi pada wanita yang masih
menginginkan anak, maka setelah diagnosis mola dipastikan,
dilakukan pengeluaran mola dengan kerokan isapan (suction
curettage) disertai dengan pemberian infus oksitosin intravena.
Sesudah itu dilakukan kerokan dengan kuret tumpul untuk
mengeluarkan sisa-sisa konseptus
e) Respiratori distres harus selalu diwaspadai pada saat evakuasi. Hal
ini terjadi karena embolisasi dari trofoblastik, anemia yang
menyebabkan CHF, dan iatrogenik overload. Distres harus segera
ditangani dengan ventilator. Setelah dilakukan evakuasi, dianjurkan
uterus beristirahat 4 – 6 minggu dan penderita disarankan untuk tidak
hamil selama 12 bulan. Diperlukan kontrasepsi yang adekuat selama
periode ini2,3,5,8
2. Pengawasan Lanjutan
16
Mematuhi jadwal periksa ulang selama setahun :
3. Sitostatika Profilaksis
2.10 PROGNOSIS
17
jantung dan tirotoksikosis.4,9 Lebih dari 80% kasus mola hidatidosa tidak berlanjut
menjadi keganasan trofoblastik gestasional, akan tetapi walaupun demikian tetap
dilakukan pengawasan lanjut yang ketat, karena hampir 20% dari pasien mola
hidatidosa berkembang menjadi tumor trofoblastik gestasional.4,9 Pada 10-15%
kasus mola akan berkembang menjadi mola invasive, dimana akan masuk kedalam
dinding uterus lebih dalam lagi dan menimbulkan perdarahan dan komplikasi yang
lain yang mana pada akhirnya akan memperburuk prognosisnya. Pada 2-3% kasus
mola dapat berkembang menjadi korio karsinoma, suatu bentuk keganasan yang
cepat menyebar dan membesar.4
18
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 IDENTITAS
Nama : Ny. I
Umur : 27 tahun
Tanggal lahir : 09 Oktober 1993
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : Islam
Alamat : Tambun
Suku : Betawi
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal masuk rumah sakit : 3 Mei 2021 pukul 10:00 WIB
Nama suami : Tn. D
Usia : 30 tahun
Pendidikan terakhir : SMK
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Karyawan Swasta
3.2 ANAMNESIS
Anamnesis secara auto-anamnesis kepada pasien pada tanggal 3 Mei 2021
1. Keluhan Utama
Nyeri pinggang sejak 4 hari yang lalu
2. Keluhan Tambahan
Mual muntah, nyeri perut bawah, keluar flek dan keputihan sejak awal hamil
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien Ny. I datang ke poli kebidanan RSUD Kabuaten Bekasi pada 3 Mei
2021 dengan keluhan nyeri pinggang sejak 4 hari yang lalu. Pasien mengatakan
pinggang sakit jika pasien berjalan. Pasien juga mengeluhkan adanya mual muntah
19
dan keputihan sejak awal kehamilan tidak bau dan kadang gatal. Pasien mengatakan
nyeri pada perut bagian bawah dan sering keluar flek pada berwarna coklat dan
tidak berbau.
Sejak 3 bulan smrs pasien merasakan gejala hamil muda seperti sakit kepala
dan mual muntah karena hal itu pasien memeriksakan kondisinya ke Klinik Mutiara
setelah dilakukan pemeriksaan USG pasien dikatakan hamil dengan usia kandungan
6 minggu. Sebelum memastikan kehamilan ke klinik sebelumnya pasien telah
melakukan pemeriksaan dengan test pack dan hasilnya positif.
Pasien tidak merasakan perut bertambah besar, pasien hanya merasakan
pusing, mual muntah dan nyeri pinggang serta nyeri di daerah perut bagian bawah
disertai keluar flek berwarna coklat dan tidak berbau.
Pasien memutuskan untuk memeriksakan kondisinya kembali ke RSUD
Kabupaten Bekasi karena pasien curiga dengan kondisi janin nya yang dirasakan
tidak biasa, pasien dilakukan pemeriksaan usg oleh dokter dan mendapat diagnosis
mola hidatidosa.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat perdarahan antepartum dan kehamilan ektopik pada kehamilan
sebelumnya disangkal. Riwayat infeksi tuba dan infeksi menular seksual disangkal.
Riwayat kuretase dan keguguran disangkal. Hipertensi, Diabetes, jantung, paru,
asma, alergi disangkal
20
8. Riwayat Menstruasi
Menarche usia : 12 tahun
Siklus haid : teratur, setiap 28 hari sekali
Lama haid : 7 hari
Jumlah : 2-3 pembalut/hari (50 cc/24 jam)
Keluhan : tidak terdapat keluhan saat menstruasi
9. Riwayat Pernikahan
Pasien menikah pertama kali umur 20 tahun, menikah hanya 1 kali dan sudah 7
tahun.
10. Riwayat KB
Jenis KB :-
Lama pemakaian :-
Keluhan :-
11. Riwayat Obstetri
G3P2A0
Anak hidup (AH) :2
Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) : 4 Februari 2021
Hari Perkiraan Lahir (HPL) : 11 Desember 2021
Usia kehamilan berdasar HPHT : 12-13 Minggu
Tabel 1. Riwayat Persalinan Pasien
3 Hamil ini
21
12. Antenatal Care
Pasien tidak melakukan antenatal care
22
c. Status Obstetri
A. Pemeriksaan Luar
i. Inspeksi:
Wajah : chloasma gravidarum (-), edema (-)
Abdomen : Tampak cembung, tegang, linea nigra (-), striae gravidarum (-).
ii. Palpasi
TFU : 10 cm
Leopold I : Tidak dilakukan
Leopold II : Tidak dilakukan
Leopold III : Tidak dilakukan
Leopold IV : Tidak dilakukan
iii. Auskultasi
DJJ : Tidak terdengar denyut jantung janin
B. Pemeriksaan Dalam
Vulva dan vagina : Tidak dilakukan
Porsio : Tidak dilakukan
Cavum Douglasi : Tidak dilakukan
3.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Darah
Pada tanggal 05 Mei 2021 jam 11:12 WIB
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Darah Lengkap
Hemoglobin 11.5 (L) 12 – 16 g/dL
Hematokrit 32 (L) 38 – 47 %
Eritrosit 3,96 (L) 4.2 – 5.4 juta/µL
MCV 82 80 – 96 Fl
MCH 29 28 – 33 pg/Ml
23
MCHC 36 33 – 36 g/dL
Leukosit 7600 5000 – 10000/µL
Trombosit 295000 150000 – 450000/µL
Hitung Jenis
Basofil 0 0.0 – 1.0 %
Eosinofil 1 1.0 – 6.0 %
Neutrofil 74 (H) 50 – 70 %
Limfosit 18 (L) 20 – 40 %
NLR 4.11 <= 5.80
Monosit 7 2–9%
Laju Endap Darah (LED) 40 (H) <15 mm/jam
Hemostasis
Waktu Perdarahan 2.00 1 – 3 menit
Waktu Pembekuan 3.30 1 – 6 menit
Golongan Darah + Rhesus
Golongan Darah B
Rhesus (+) Positif
Serologi
HIV reagen 1 Non Non reaktif
reaktif
Petanda Hepatitis
HBsAg Non Non reaktif
reaktif
Endokrin
T3 4,92 (H) 0,92-2,33 nmol/L
T4 194 (H) 60-120 nmol/L
Ureum Kreatinin
Ureum 22 15-40 mg/dL
Kreatinin 0.7 0.51-0.95 mg/dL
24
eGFR 119.1 >60 mL/Min/1.73m^2
Kimia Klinik
SGOT (AST) 28 <32 U/L
SGPT (ALT) 34(H) <31 U/L
glukosa sewaktu 111 80-170 mg/dL
B. USG
3.5 RESUME
Pasien Ny. I datang ke poli kebidanan RSUD Kabuaten Bekasi pada 3 Mei
2021 dengan keluhan nyeri pinggang sejak 4 hari yang lalu. Pasien mengatakan
pinggang sakit jika pasien berjalan. Pasien juga mengeluhkan adanya mual muntah
dan keputihan sejak awal kehamilan tidak bau dan kadang gatal. Pasien mengatakan
nyeri pada perut bagian bawah dan sering keluar flek pada berwarna coklat dan
tidak berbau.
Sejak 3 bulan smrs pasien merasakan gejala hamil muda seperti sakit kepala
dan mual muntah karena hal itu pasien memeriksakan kondisinya ke Klinik Mutiara
25
setelah dilakukan pemeriksaan USG pasien dikatakan hamil dengan usia kandungan
6 minggu. Sebelum memastikan kehamilan ke klinik sebelumnya pasien telah
melakukan pemeriksaan dengan test pack dan hasilnya positif.
Pasien memeriksakan kondisinya kembali ke RSUD Kabupaten Bekasi dan
dilakukan pemeriksaan usg oleh dokter dan mendapat diagnosis mola hidatidosa.
Pada pemeriksaan fisik general dalam batas normal. status obstetri wajah
chloasma gravidarum (-). Abdomen : Tidak Tampak cembung dan tegang. Palpasi
nyeri tekan(-), TFU pasien 10 cm pada usia kehamilan 12 - 13 minggu, DJJ tidak
terdengar. Pemeriksaan penunjang hemoglobin 11.5 d/dL, Hematokrit 32%,
Eritrosit 3.96 juta/µL, LED 40 mm/jam, T3 4.92nmol/L, T4 194 nmol/L. Pada
pemeriksaan USG kesan mola hidatidosa.
3.7 PENATALAKSANAAN
● Rencana Tindakan Kuretase
● KIE : Edukasi pasien dan suami dalam diagnosis serta tentang rencana tindakan
yang akan dilakukan
3.8 PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad sanactionam : ad bonam
Ad functionam : ad bonam
26
BAB IV
PEMBAHASAN
27
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Fisik
Dari pemeriksaan fisik didapatkan
Palpasi :
tinggi fundus uteri adalah 10 cm yaitu
• Uterus membesar tidak
lebih kecil dari usia kehamilan. Dan
sesuai dengan usia kehamilan,
pada ballotement tidak teraba adanya
teraba lembek
janin. Saat dilakukan auskultasi tidak
• Tidak teraba bagian-bagian terdengar adanya DJJ.
janin dan ballotement dan gerakan
janin.
Anamnesis pada kasus diatas sudah sesuai dengan teori yang ada yaitu pasien
mengeluhkan adanya amenorea, keluar flek kecoklatan dan rasa mual muntah. Mual
muntah yang dirasakan pasien merupakan kondisi yang terjadi akibat peningkatan
kadar B-hcg. Terdapat faktor resiko yang mendukung terjadinya mola pada pasien
yaitu pola hidup pasien yang jarang mengkonsumsi sayuran dan jarang makan
daging untuk itu pasien memenuhi kriteria kurangnya asupan protein dan defisiensi
vitamin A. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tinggi fundus uteri pasien adalah 10
cm yang mana ukuran nya lebih kecil dari usia kehamilan pasien. Didapatkan pula
hasil negatif pada pemeriksaan ballotement dan pada pemeriksaan auskultasi tidak
terdengar denyut jantung janin.
28
Didapatkan gambaran honeycomb app
2. Pada hasil lab kadar T3/T4 pasien
atau snow strom meningkat
3. 3. Peningkatan kadar T3/T4
4.3 Penatalaksanaan
Teori Kasus
Penatalaksaan : Penatalaksaan :
- Rencana Tindakan Kuretase
Evakuasi
- KIE : Edukasi pasien dan suami dalam
a. Perbaiki keadaan umum.
diagnosis serta tentang rencana tindakan
● Pemberian cairan yang akan dilakukan
b. Evakuasi
c. memberikan obat-obatan
Antibiotik, uterotonika untuk
memperbaiki kontraksi uterus.
29
4.4 Prognosis
Prognosis quo ad vitam, sanationam dan functionam pasien baik. Karena Lebih dari
80% kasus mola hidatidosa tidak berlanjut menjadi keganasan trofoblastik
gestasional, akan tetapi walaupun demikian tetap dilakukan pengawasan lanjut
yang ketat untuk mecegah mola berkembang kearah keganasan.
30
BAB V
KESIMPULAN
31
DAFTAR PUSTAKA
33