Anda di halaman 1dari 24

Kelompok 9

• Fawwaz Sirojuddin Sonhaji


• Maria Damaisia Tekege
• Rut Agitari
• Velia Rahmadhani
 Mola hidatidosa (atau hamil anggur) adalah kehamilan abnormal berupa tumor
jinak yang terbentuk akibat kegagalan pembentukan janin. Bakal janin tersebut
dikenal dengan istilah mola hidatidosa. Istilah hamil anggur digunakan karena
bentuk bakal janin tersebut mirip dengan gerombolan buah anggur.

 Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh


berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan
sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil
anggur atau mata ikan. (Mochtar, Rustam, dkk, 1998 : 23).
Penyebab mola hidatidosa masih belum diketahui pasti, namun
ada faktor penyebab yaitu :
1. Faktor ovum
Pembuahan sel telur dimana intinya telah hilang atau tidak aktif
lagi oleh sebuah sel sperma.

2. Imunoselektif dari trofoblas


Perkembangan molahidatidosa diperkirakan disebabkan oleh
kesalahan respon imun ibu terhadap invasi oleh trofoblas.
Akibatnya vili mengalami distensi kaya nutrient. Pembuluh darah
primitive di dalam vilus tidak terbentuk dengan baik sehingga
embrio kelaparan, mati dan diabsorpsi, sedangkan trofoblas terus
tumbuh dan pada keadaan tertentu mengadakan invasi kejaringan
ibu.
3. Usia
Faktor usia yang dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat terjadi
kehamilan mola. Prekuensi mola hidatidosa pada kehamilan yang terjadi
pada awal atau akhir usia subur relatif tinggi. Namun tidak dapat
dipungkiri bahwa pada usia berapa pun dalam usia subur dapat terjadi
kehamilan mola.

4. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah


Dalam masa kehamilan keperluan akan zat-zat gizi meningkat. Hal ini
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan
janin, dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah maka untuk
memenuhi zat-zat gizi yang diperlukan tubuh kurang sehingga
mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan
janinnya.
5. Paritas tinggi
Pada ibu yang berparitas tinggi, cenderung beresiko terjadi kehamilan
molahidatidosa karena trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi
secara genetik yang dapat diidentifikasikan dengan penggunaan
stimulandrulasi seperti klomifen atau menotropiris (pergonal). Namun
juga tidak dapat dipungkiri pada primipara pun dapat terjadi kehamilan
molahidatidosa.

6. Defisiensi protein
Protein adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian tubuh
sehubungan dengan pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim dan buah
dada ibu, keperluan akan zat protein pada waktu hamil sangat
meningkat apabila kekurangan protein dalam makanan mengakibatkan
pertumbuhan pada janin tidak sempurna.
7. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
Infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil.
Masuk atau adanya mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu
menimbulkan penyakit ( desease ). Hal ini sangat tergantung dari jumlah
mikroba ( kuman atau virus ) yang termasuk virulensinya seta daya
tahan tubuh.

8. Riwayat kehamilan mola sebelumnya


Kekambuhan molahidatidosa dijumpai pada sekitar 1-2% kasus. Dalam
suatu kejadian terhadap 12 penelitian yang total mencangkup hampir
5000 Kelahiran, frekwensi mola adalah 1,3%. Dalam suatu ulasan
tentang molahidatidosa berulang tapi pasangan yang berbeda bisa
disimpulkan bahwa mungkin terdapat “ masalah oosit primer
Menurut Sarwono, 1994 patofisiologi dari kehamilan mola
hidatidosa yaitu karena tidak sempurnanya peredaran darah fetus, yang
terjadi pada sel telur patologik yaitu : hasil pembuahan dimana
embrionya mati pada umur kehamilan 3 – 5 minggu dan karena
pembuluh darah villi tidak berfungsi maka terjadi penimbunan cairan di
dalam jaringan mesenkim villi.
Dan menurut Cuningham, 1995. Dalam stadium pertumbuhan
mola yang dini terdapat beberapa ciri khas yang membedakan dengan
kehamilan normal, namun pada stadium lanjut trimester pertama dan
selama trimester kedua sering terlihat perubahan sebagai berikut :
1. Perdarahan
Perdarahan uterus merupakan gejala yang mencolok dan bervariasi
mulai dari spoting sampai perdarahan yang banyak. Perdarahan dimulai
sesaat sebelum abortus atau yang lebih sering lagi timbul secara
intermiten 7 selama berminggu-minggu. Akibat perdarahan tersebut
gejala anemia ringan sering dijumpai misalnya anemia defisiensi besi.
2. Ukuran uterus
Uterus yang lebih sering tumbuh lebih besar dari usia kehamilan yang
sebenarnya. Mungkin uterus lewat palpasi sulit dikenali dengan tepat
pada wanita multipara, khusus karena konsistensi tumor yang lunak di
bawah abdomen yang kenyal. Ovarium kemungkinan mempunyai
konsistensi yang lebih lunak.
3. Aktivitas janin
Meskipun uterus cukup membesar mencapai bagian atas sympisis,
secara khas tidak akan ditemukan aktivitas janin, sekalipun dilakukan
test dengan alat yang sensitive sekalipun.
4. Embolisasi Trofoblas
Dengan jumlah yang bervariasi dengan atau tanpa stroma villus dapat
keluar dari dalam uterus dan masuk aliran darah vena. Jumlah tersebut
dapat sedemikian banyak sehingga menimbulkan gejala serta tanda
emboli pulmoner akut bahkan kematian.
Menurut Wiknjosastro, 2002. Manifestasi klinik dari kehamilan Mola
hidatidosa adalah:
1. Hampir sebagian besar kehamilan mola akan disertai dengan
peningkatan pada HCG.
2. Gejala klinik mirip dengan kehamilan muda dan abortus iminen
tetapi gejala mual muntah lebih hebat, sering disertai gejala seperti
pre eklamsi.
3. Pemeriksaan USG, akan menunjukkan gambaran seperti sarang
tawon tanpa disertai adanya janin.
4. Diagnosa pasti, adalah dengan melihat jaringan mola, baik
melalui ekspulsi spontan ataupun biopsy spontan pasca perasat
hanifa dan acosta sisson.
1. Pemeriksaan palpasia.
a. Uterus
1) Lebih besar dari usia kehamilan (50-60%).
2) Besarnya sama dengan usia kehamilan (20-25%).
3) Lebih kecil dari usia kehamilan (5-10%).

b. Palpasi lunak seluruhnya


1) Tidak teraba bagian janin.
2) Terdapat bentuk asimetris, bagian menonjol agak padat-mola
destruen.

2. Pemeriksaan USG serial tunggala


a. Sudah dapat dipastikan MH tampak seperti TV rusak.
b. Tidak terdapat janin.
c. Tampak sebagian plasenta normal dan kemungkinan dapat
tampak janin.
3. Pemeriksaan laboratorium
a. β-hCG urin tinggi lebih dari 100.000 mIU/ml.
b. β-hCG serum di atas 40.000 mIU/m l(Manuaba, 2007).

Pemeriksaan lain yang dapat diguakan adalah :


1. Memasukan sonde intrauterin, jika tanpa tahanan, hanifa positif. Hal
ini berarti MH.
2. Penyuntikan bahan kontras secara intrauterin, foto abdomen, akan
tampak gambaran seperti sarang tawon.
3. Pemeriksaan MRI
a.Tidak tampak janin.
b.Jaringan MH jelas terlihat.
Pemeriksaan terakhir jarang dipergunakan karena dengan USG
diagnosis sudah jelas. Sekitar 10% kasus dijumpai MHP
(Manuaba, 2007).
Penatalaksanaan pada Molahidatidosa ada tiga tahap yaitu
perbaikan keadaan umum ibu, pengeluaran jaringan mola
dengan cara Kuretase atau Histerektomi dan pemeriksaan tindak
lanjut yaitu follow up selama 12 bulan, dengan mengukur kadar
β-HCG dan mencegah kehamilan selama 1 tahun.
Tindak lanjut serta penatalaksanaan saat ini berpusat pada
pengukuran serial kadar β-HCG serum untuk mendeteksi Tumor
Trofoblast Persisten.
Setelah didiagnosis mola hidatidosa ditegakkan,
kehamilan ini harus segera diakhiri karena sebagian (5%) dari
kehamilan mola akan berlanjut menjadi penyakit trofoblastik
yang maligna kariokarsinoma.
Kelahiran dapat terjadi pada sebagian kasus, tetapi mungkin tidak
lengkap. Uterus harus di kosongkan dan pengosongan paling sering di
lakukan dengan tindakan kuretase issap secara hati-hati. Histerektomi
biasanya dilakukan kalau wanita tersebut berusia lebih dari 40 tahun
(Farren, 1999).
Suction curettage adalah metode penanganan optimal untuk
evakuasi jaringan mola terutama bagi wanita yang masih ingin
mempertahankan fungsi organ reproduksinya. Tindakan ini juga
memperkecil secara signifikan kemungkinan terjadinya perdarahan
hebat, infeksi dan resiko tertahannya residu jaringan mola dibandingkan
dengan metode induksi oksitosin maupun prostaglandin.
Antigen RhD yang ditemukan pada trofoblast diatasi dengan
pemberian Rh immune globulin pada pasien Rh negative bersamaan
dengan tindakan kuretase.
A. Pengkajian
1. Identitas Istri dan Suami
Nama :................
Umur :................
Suku Bangsa :................
Agama :.................
Pendidikan :...............
Pekerjaan :................
Alamat :...............
2. Alasan Berkunjung
3. Keluhan Utama
4. Riwayat Haid
5. Riwayat Kehamilan Sekarang
6. Riwayat Kesehatan / Penyakit yang di derita sekarang dan dulu
7. Riwayat Sosial Ekonomi
8. Pemeriksaan Mata, leher, dada, abdomen, ekstremitas, kulit, rektum dan genetalia
B. Diagnosa
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Mola
hidatidosa adalah sebagai berikut :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler berlebihan.
2. Cemas berhubungan dengan ancaman kematian pada diri sendiri.
3. Resti infeksi berhubungan dengan pengeluaran darah pervaginam yang abnormal,
dan perlukaan jalan lahir.
4. Nyeri berhubungan dengan kontraksi otot atau dilatasi serviks.
5.Kurang perawatan diri berhubungan dengan keadaan umum yang lemah.
6.Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan dan tidak mengenal
sumber – sumber informasi
Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Kekurangan Mendemostrasikan 1. Eveluasi, laporkan catat 1. Perkiraan kehilangan darah


Volume kestabilan / jumlah serta sifat membantu membedakan
Cairan b.d perbaikan kehilangan darah. diagnosa.
Kehilangan keseimbangan 2. Lakukan tirah baring, 2. Perdarahan dapat berhenti
Vaskuler cairan instruksikan klien untuk dengan reduksi aktivitas
Berlebihan menghindari valsava peningkatan tekanan atau
manuver koitus. abdomen atau orgasme (
3. Posisikan klien dengan yang meningkatkan
tepat, dan nyaman, aktivitas uterus ) dapat
terlentang. merangsang perdarahan.
4. Catat tanda – tanda vital 3. Menjamin keadekuatan
( TD, Nadi, Suhu, RR ) darah yang tersedia untuk
5. Pantau aktivitas uterus otak.
dan adanya nyeri tekan 4. Membantu menentukan
abdomen. beratnya kehilangan darah.
5. Membantu menentukan
sifat hemoragi dan
kemungkinan hasil dari
peristiwa hemoragi.
Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Rasional
2. Cemas b.d Melaporkan / 1. Diskusikan situasi dan 1. Memberikan informasi
Ancaman Kematian menunjukan pemahaman tentang tentang reaksi individu
Pada Diri Sendiri berkurangnya situasi dengan klien terhadap apa yang
ketakutan atau hasil atau pasangan. terjadi.
perilaku yang 2. Pantau respon verbal 2. Menandakan tingkat
menunjukkan dan non verbal klien / rasa takut yang sedang
ketakutan pasangan. dialami klien /
3. Dengarlah masalah pasangan.
klien dan dengarkan 3. Meningkatkan rasa
secara aktif. kontrol terhadap situasi
4. Libatkan klien dalam dan memberikan
perencanaan dan kesempatan pada klien
berpartisipasi dalam untuk mengembangkan
perawatan sebanyak solusi sendiri.
mungkin. 4. Menjadi mampu
5. Jelaskan prosedur dan melakukan sesuatu
arti gejala – gejala. untu membantu
mengontrol situasi
dapat menurunkan rasa
takut.
5. Pengetahuan dapat
membantu
menurunkan rasa takut
dan meningkatkan rasa
kontrol terhadap situasi
Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Rasional
3. Resiko Tinggi Tidak terjadi 1. Catat suhu, catat 1. Kehilangan darah
Infeksi b.d peningkatan suhu jumlah bau, warna berlebihan dengan
Pengeluaran tubuh, leokosit dalam darah pervagina. penurunan Hb,
Darah Pervagina batas normal, bebas 2. Catat masukan / meningkatkan resiko klien
Yang Abnormal dari tanda dan gejala keluaran urin, catat untuk terkena infeksi.
infeksi berat jenis urine. 2. Penurunan perfusi ginjal
3. Pantau respon mengakibatkan penurunan
merugikan pada keluaran urine.
pemberian produk 3. Pengenalan dan intervensi
darah. dini dapat mencegah situasi
4. Berikan informasi yang mengancam hidup.
tentang resiko 4. Komplikasi seperti hepatitis
penerimaan produk dan (HIV/AIDS) dapat tidak
darah. bermanifestasi selama
5. Kolaborasi dengan perawatan di rumah sakit.
dokter tentang 5. Mempertahankan volume
pemberian sirkulasi untuk mengatasi
penggantian cairan. kehilangan cairan atau syok.
6. Kolaborasi pemberian 6. Mungkin diindikasikan
antibiotik secara untuk mencegah atau
parental. meminimalkan infeksi.
Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Rasional
4. Nyeri b.d kontraksi Melaporkan nyeri / 1. Tentukan sifat, 1. Membantu dalam
otot atau dilatasi ketidaknyamanan lokasi dan durasi mendiagnosa dan
servik hilang / terkontrol nyeri. memilih tindakan.
2. Kaji stress 2. Ansietas sebagai
psikologis klien / respon terhadap
pasangan dan situasi darurat
respon emosional dapat
terhadap kejadian. memperberat
3. Berikan derajat ketidak
lingkungan yang nyamanan.
tenang dan 3. Dapat membantu
aktivitas untuk dalam
mengalihkan rasa menurunkan
nyeri. tingkat ansietas
4. Kolaborasi untuk dan karenanya
tindakan curetage mereduksi
bila ketidaknyamanan.
diindikasikan. 4. Untuk
menghilangkan
nyeri.
Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Rasional
5. Kurang perawatan 1. Pasien dapat 1. Kaji penyebab atau 1. Mengetahui
diri b.d keadaan mengidentifikasi penunjang. penyebab masalah
umum yang lemah kemampuan dan 2. Tingkatkan yang muncul pada
aktivitas perawatan partisipasi optimal. pasien.
diri. 3. Tingkatkan harga 2. Melatih
2. Pasien dapat diri dan inisiatif kemampuan atau
mewujudkan diri. partisipasi dan
kebersihan optimal 4. Evaluasi toleransi pasien
sesudah perawatan keterbatasan untuk terhadap aktivitas.
dengan dibantu. berpartisipasi dalam 3. Memberikan
perawatan diri motivasi pada
(makan, pasien tentang
berpakaian, pentingnya Personal
mandi, dan hygiene.
toileting). 4. Mengevaluasi
pasien tentang
keterbatasan untuk
berpartisipasi dalam
pemenuhan
Personal hygiene.
Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Rasional
6. Kurang Mengungkapkan 1. Jelaskan tindakan 1. Memberikan informasi,
pengetahuan b.d dalam istilah dan rasional yang memperjelas kesalahan
kurang pemajanan sederhana, ditentukan untuk konsep dan dapat
dan tidak patofisiologi dan kondisi hemoragic. membantu menurunkan
mengenal implikasi situasi 2. Berikan kesempatan stress yang berhubungan.
sumber-sumber klinis. bagi klien untuk 2. Memberikan klasifikasi
informasi. mengajukan dari konsep yang salah,
pertanyaan dan identifikasi masalah-
mengungkapkan masalah dan kesempatan
kesalahan konsep. untuk mulai
3. Diskusikan mengembangkan
kemungkinan ketrampilan koping.
implikasi jangka 3. Memberikan informasi
pendek dan jangka tentang kemungkinan
panjang dari keadaan komplikasi.
perdarahan 4. Kadar HCG harus
4. Tinjau ulang dipantau selama 1 tahun
implikasi jangka setelah pengeluaran mola
panjang terhadap hidatidosa.
situasi yang
memerlukan
evaluasi dan
tindakan
tambahan.
C. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan tindakan yang telah
direncanakan, mencakup tindakan dan kolaborasi.

D. Evaluasi
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan
tujuan yang hendak dicapai.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai