DISUSUN OLEH :
ARYATI RAHMANAINI
PENDAHULUAN
Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri tumor jinak (benigna) dari
chorion penyebab embrio mati dalam uterus tetapi plasenta melanjutkan sel-sel trophoblastik
terus tumbuh menjadi agresif dan membentuk tumor yang invasif, kemudian edema dan
membentuk seperti buah anggur, karakteristik mola hidatiosa bentuk komplet dan bentuk parsial,
yaitu tidak ada jaringan embrio dan ada jaringan embrio.
Sebagian dari villi berubah menjadi gelembung-gelembung berisi cairan jernih. Biasanya
tidak ada janin, hanya pada mola parsialis kadang-kadang ada janin. Gelembung itu sebesar butir
kacang hijau sampai sebesar buah anggur. Gelembung ini dapat mengisi seluruh cavum uteri. Di
bawah mikroskop nampak degenerasi hydrotopik dari stoma jonjot, tidak adanya pembuluh
darah dan proliferasi trofoblast. Pada bagian pemeriksaan kromosom didapatkan poliploidi dan
hampir pada semua kasus mola susunan sex chromatin adalah wanita.
Mola hidatidosa terjadi pada 1 dari 200 kehamilan di Amerika Serika, kambuh pada 2%
wanita pernah mengalami kasus ini. Wanita diatas 45 tahun memiliki insiden 10 kali lebih besar
biladibandingpadausiareproduksi 20 – 40 tahun, sebesar 2-8% kehamilan mola adalah ganas.
Kejadianmola di rumahsakitbesar di Indonesia kira-kiradiantara 80 persalinan
(ObstetriPatologi, bagianobsgin.FK.UNPAD, 1984).
Pada mola hidatidosa, ovaria dapat mengandung kista lutein kadang-kadang hanya pada satu
ovarium, kadang-kadang pada kedua-duanya. Kista ini berdinding tipis dan berisi cairan
kekuning-kuningan dan dapat mencapai ukuran sebesar sarung tinju atau kepala bayi. Kista
lutein terjadi karena perangsangan ovarium oleh kadar gonadotropin chorion yang tinggi, kista
ini hilang sendiri setelah mola dilahirkan.
2. Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami etiologi dari mola hidatidosa
6. Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami mengenai tanda dan gejala mola
hidatidosa
9. Agar mahasiswa mampu mengetahui dan memahami komplikasi yang disebabkan oleh mola
hidatidosa
BAB II
PEMBAHASAN
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin
dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa degenerasi hidropik. Secara makroskopik,
molda hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi
cairan jernih dengan ukuran bervariasi dari beberapa milimieter sampai 1 atau 2 cm (Sarwono
Prawirohardjo, 2014).
Suatu kehamilan yang tidak wajar, yang sebagian atau seluruh vili korialisnya mengalami degenerasi
hidrofik berupa gelembung yang menyerupai anggur (Martaadisoebrata, 2005). Mola Hidatidosa (MH)
secara histologis ditandai oleh kelainan vili korionik yang terdiri dari proliferasi trofoblas dengan derajat
bervariasi dan edema stroma vilus. MH biasanya terletak di rongga uterus, namun kadang-kadang MH
Walaupun penyakit ini sudah dikenal sejak abad keenam, tetapi sampai sekarang belum diketahui
dengan pasti penyebabnya. Oleh karena itu, pengetahuan pengetahuan tentang faktor resiko menjadi
penting agar dapat menghindari terjadinya mola hidatidosa, seperti tidak hamil di usia ekstrim dan
Ada beberapa teori yang dianjurkan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblas.
Pertama, missed abortion yaitu mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu, karena itu terjadi gangguan
peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim dari vili dan akhirnya
gizi berupa asam folat dan histidin pada kehamilan hari ke 13 dan 21. Hal ini yang menyebabkan
gangguan angiogenesis.
Kedua, teori neoplasma dari Park yang menyatakan bahwa yang abnormal adalah sel-sel trofoblas
yang mempunyai fungsi yang abnormal pula, dimana terjadi resorpsi cairan yang berlebihan kedalam vili,
sehingga timbul gelembung. Hal ini menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian mudigah. Ada
juga teori sitogenetika, yaitu mola hidatidosa komplit berasal dari genom paternal (genotype 46 XX
sering, 46 XY jarang, namun 46 XX-nya bersal dari reproduksi haploid sperma dan tanpa kromoson dari
ovum). Mola parsial mempunyai 69 kromoson terdiri dari kromoson 2 haploid paternal dan 1 haploid
maternal (triploid, 69 XXX atau 69 XXY dari 1 haploid ovum dan lainnya reduplikasi haploid paternal
1. Uterus mengalami distensi oleh karena adanya gelembung mola yang translusen, berdinding tipis,
2. Adanya degenerasi hidrofik dari villi khorionik. Avaskuler dari villi khorionik menyebabkan kematian
3. Dijumpai proliferasi trofoblas dengan aktivitas miosis pada lapisan sinsitio dan sitotrofoblas.
4. Terjadinya sekresi hCG, khorionik tirotropin, dan progesteron yang berlebihan. Dilain pihak, produksi
estrogen menurun karena suplai prekursor dari fetal tidak ada. Sekitar 50% kasus, dimana kadar hCG
yang tinggi dapat menyebabkan kista luteum multipel di ovarium. Kista dapat mencapai ukuran yang
besar (10 cm atau lebih). Kista akan menghilang dalam beberapa bulan (2-3 bulan) setelah evakuasi
mola. Kadar hCG yang tinggi juga dapat diketemukan diawal kehamilan normal.
1. Usia ibu
Peningkatan resiko untuk MHK karena kedua usia reproduksi yang ekstrim (terlalu muda dan
terlalu tua) (Daftary, 2006). Menurut Kruger TF, hal ini berhubungan dengan keadaan patologis ovum
premature dan postmature (Kruger TF, 2007). Ovum patologis terjadi karena gangguan pada proses
Jika ovum patologis tersebut dibuahi oleh satu sel sperma maka karyotipe yang dihasilkan
adalah 46,XX homozigot dan ini adalah karyotipe tersering yang ditemukan pada mola hidatidosa
Dalam sebuah penelitian, resiko untuk mola hidatidosa komplit meningkat 2 kali lipat untuk wanita
yang lebih tua dari 35 tahun dan 7,5 kali lipat untuk wanita yang lebih tua dari 40 tahun (Berek, 2007).
2. Status gizi
Dalam masa kehamilan keperluan akan zat-zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin, dengan keadaan sosial ekonomi yang
rendah maka untuk memenuhi zat-zat gizi yang diperlukan tubuh kurang sehingga mengakibatkan
hewan sebagai faktor penyerapan vitamin A, yang mungkin menjadi faktor penyebab mola hidatidosa.
Kekurangan vitamin A menyebabkan penyusutan janin dan kegagalan pembangunan epitel pada
hewan betina dan degenerasi epitel semineferous dengan penurunan perkembangan gamet yang pada
3. Riwayat obstetri
Resiko untuk mola hidatidosa komplit dan mola hidatidosa parsial meningkat pada wanita
dengan riwayat aborsi spontan sebelumnya (Brinton LA, 2005. Ibu multipara cenderung beresiko
terjadi kehamilan mola hidatidosa karena trauma kelahiran atau penyimpangan tranmisi secara genetik
(Saleh, 2005).
4. Genetik
Faktor resiko lain yang mendapat perhatian adalah genetik. Hasil penelitian sitogenetik Kajii et
al dan Lawler et al, menunjukkan bahwa pada kasus MH lebih banyak ditemukan kelainan Balance
translocation dibandingkan dengan populasi normal (4,6% dan 0,6%). Ada kemungkinan, pada wanita
dengan kelainan sitogenetik seperti ini, lebih banyak mengalami gangguan proses meiosis berupa
nondysjunction, sehingga lebih banyak terjadi ovum yang kosong atau intinya tidak aktif
(Martaadisoebrata, 2005).
Resiko untuk mola parsial dihubungkan dengan penggunaan kontrasepsi oral dan riwayat
perdarahan irregular (Berek, 2007). Kontrasepsi oral, peningkatan resiko MH dengan lamanya
penggunaan. Sepuluh tahun atau lebih meningkatkan resiko lebih dari 2 kali lipat (Berek, 2009). Pada
salah satu penelitian efek ini terbatas pada pengguna estrogen dosis tinggi, meskipun pada penelitian
yang lain menyebutkan pil tidak berefek pada komplikasi pascaMH (Hoskins WJ, 2005).
6. Golongan darah
Ibu dengan golongan darah A dan ayah dengan golongan darah A atau O memiliki resiko
meningkat dibandingkan dengan semua kombinasi golongan darah lain . Penemuan ini mendukung
faktor genetik atau faktor imunologik berkaitan dengan histokompatibilitas ibu dan jaringan trofoblas.
1. Mola hidatidosa komplet, yaitu penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan yang tidak
Gambar 1.1
2. Mola hidatidosa parsialis, yaitu sebagian pertumbuhan dan perkembangan vili korialis berjalan normal
sehingga janin dapat tumbuh dan berkembang. (Manuaba, 2009). Secara makroskopis tampak
gelembung mola yang disertai janin atau bagian dari janin. Pada mola parsial sering dijumpai
komponen janin. Penderita sering dijumpai pada usia kehamilan lebih tua, yaitu 18-20 minggu.
Gambar 1.2
3. Peningkatan tajam kadar Human Chorionic Gonadotrophin (HCG) karena proliferasi cepat sel
4. Perdarahan tanpa nyeri yang tidak teratur paling banyak terjadi pada 12 minggu kehamilan. Mungkin
5. Uterus kerap bertambah besar dari usia kehamilan karena pertumbuhan mola yang cepat (terjadi
6. Sesak napas.
11. Hipertensi akibat kehamilan, pre-eklamsi atau eklamsi sebelum usia kehamilan 24 minggu.
a) Emesis gravidarum/Hipermisgravidarum
b) Terdapat komplikasi
Tirotoksikosis (2-5%)
Hipertensi/Preeklamsia
Anemia akibat perdarahan
2. Pemeriksaan palpasi
a) Uterus
3. Pemeriksaan USG
c) Tampak sebagian plasenta normal dan kemungkinan dapat tampak janin (Manuaba, 2007).
Penatalaksanaan pada pasien Mola Hidatidosa dapat terdiri atas 4 tahap, yaitu:
Yang termasuk usaha ini misalnya, pemberian transfusi darah untuk memperbaiki syok atau
anemia dan menghilangkan atau mengurangi penyulit seperti preeklampsia atau tirotoksikosis.
a) Vakum Kuretase
Setelah keadaan umum diperbaiki, maka dapat dilakukan vakum kuretase tanpa pembiusan. Untuk
memperbaiki kontraksi diberikan pula uterotonika. Vakum kuretase dilanjutkan dengan kuretase
dengan menggunakan sendok kuret biasa yang tumpul.Tindakan kuret ini dilakukan sekali saja,
asal bersih. Kuret kedua hanya dilakukan bila terjadi pendarahan yang banyak.
b) Histerektomi
Tindakan ini dilakukan pada perempuan yang telah cukup umur dan cukup mempunyai anak.
Alasan untuk melakukan histeroktomi ialah karena umur tua dan paritas tinggi merupakan faktor
predisposisi untuk terjadinya keganasan. Batasan yang dipakai adalah umur 35 tahun dengan anak
hidup 3. Tidak jarang bahwa pada sediaan histerektomi bila dilakukan pemeriksaan hispatologik
Tes hCG harus mencapai nilai normal 8 minggu setelah evakuasi. Lama pengawasan berkisar 1 tahun.
Untuk tidak mengacaukan pemeriksaan selama periode ini, pasien dianjurkan untuk melakukan
penundaan kehamilan paling sedikit 1 tahun dengan menggunakan kondom, diafragma atau pil
kontrasepsi.
Menurut Yulaikhah (2008), komplikasi yang mungkin terjadi pada kehamilan mola yaitu:
1. Perdarahan hebat sampai syok, jika tidak segera ditangani dapat berakibat fatal.
3. Infeksi sekunder
5. Menjadi ganas pada kira-kira 15-20% kasus, yang akan menjadi mola desreuens atau
koriokorsinoma.
BAB III
STUDI KASUS
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN
DENGAN MOLAHIDATIDOSA
DI PUSKESMAS RIMBO TENGAH
TANGGAL
I. PENGUMPULAN DATA
A. DATA SUBJEKTIF
1.Biodata
Nama : Ny.D Nama : Tn.A
Umur : 25 tahun Umur : 28 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku /bangsa :Melayu /Indonesia Suku/Bangsa :Mela/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Irt Pekerjaan :Pedagang
Alamat : Pasir Putih
B.ANAMNESA (DATA SUBJEKTIF)
n n
1. H A M I L I N I
GI P0 A0
a. HPHT : 18-4-2023
b. TTP : 25-12-2023
a. UK : 20 minggu.
6. DM :Tidak ada
4. DM : Tidak ada
1) Makan
2) Minum
b) Keluhan/pantangan:Tidak ada
3. Pola istirahat
4. Pola eliminasi
5. Personal hygiene
1.Mandi :2 Kali/hari
2.Ganti pakaian : 3-4 kali
6. Pola aktivitas
7. Kebiasaan hidup
2. Tanda-tanda vital
a. Temperature :36.5oC
b.Pals : 82x/menit
c. RR : 22x/menit
d. TD : 110/80 mmHg
3. pengukuran BB dan TB
c.LILA : 26 cm
4. Pemeriksaan fisik
5. Mata
1).Sklera : Tidak Ikhterus
Hidung
3).Sekret :Bersih
1).Lidah : Bersih
3).Kebersihan : Bersih
1).Keadaan : Simetris
2).Kebersihan :Bersih
C.Leher
4).Kebersihan : Bersih
5).Kelainan :Tidak Ada
D.Dada
E.Abdomen
Inspeksi
1).Pembesaran :Pembesaran Tidak sesuai usia
kehamilan
TBJ :-
5.Pemeriksaan Panggul
Pemeriksaan Penunjang :
Reduksi : (-)
Protein : (-)
HCG : (+)
Molahidatidosa.
Dasar :
-K/U : Lemah
BB : 50 kg
TB : 155 cm
TD : 110/80 mmhg
Pols : 80x/m
RR : 24x/m
Temp : 36,5 c
(Cemas) Dasar :
Intervensi Rasionalisasi
Beritahu ibu dan keluarga Agar ibu dan keluarga mengetahui hasil
hasil pemeriksaan dan pemeriksaan dan kondisinya saat ini.
keadaan ibu saat ini.
IMPLEMENTASI
Tanggal :12 Agsutus 2023 Pukul: 09:45 wib
Implementas Paraf
o i
Memberitahu ibu hasil pemeriksaan: Aryati
Keadaan Umum : baik
Keadaan emosional :
Stabil
TTP :12 April 2018
Usia Kehamilan : 20 minggu
Observasi Vital Sign : Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Suhu : 360 C Nadi:82kali/menit Pernafasan : 22kali/menit
Penukuran BB dan TB
- Berat badan : 50 kg,
- Tinggi badan : 155 cm
Palpasi abdomen : teraba
ballottement TFU : 26 cm
TBJ : -
Kontrakasi :Tidak
ada Auskultasi :
DJJ :Tidak :-
EV: Ibu sudah mengetahui dan mengerti tentang
keadaannya
saat ini.
Memberitahu ibu tentang Aryati
Molahidatidosa,pengertian,Tanda tanda
kehamilan mola,dan penangan Molahidatidosa.
a) Pengertian molahidatidosa
Mola hidatidosa ialah kehamilan abnormal,dengan cirri-
ciri stroma villus korialis langka vaskularisasi, dan
edematous. Jaringan trofoblast pada villus kadang-
kadang berproliferasi ringan kadang-kadang keras, dan
mengeluarkan hormone, yakni human chorionic
gonadotrophin (HCG) dalam jumlah yang lebih besar
daripada kehamilan biasa (prawirohardjo 2005: 262)
b) Tanda dan gejala kehamilan Molahidatidosa
Mual muntah yang parah yang menyebabkan 10%
pasien masuk rumah sakit, pembesaran rahim yang
tidak sesuai dengan usia kehamilannya(lebih besar),
perdarahan yang keluar dari vagina disertai dengan
adanya gelembung- gelembung mola,tidak adanya djj
dan hasil usg berbentuk seperti jaringan yang mirip
tumpukan buah anggur (V Tiara,dkk 2016)
c) Komplikasi
Komplikasi pada ibu dengan molahidatidosa adalah
perdarahan yang hebat sampai syok,kalau tidak segera
ditolong dapat berakibat fatal,perdarahan berulang-
ulang yang dapat menyebabkan anemia,infeksi skunder,
perforasi karena keganasan dan karena tindakan,dan
menjadi gansa pada kira-kira 18-20% kasus,akan
menjadi mola destruens atau koriokarsinoma) (V
Tiara,dkk 2016)
d) Penanganan
Penanganan yang biasa dilakukan pada mola hidatidosa
adalahpengosongan jaringan mola dengan segera
dengan cara kuretase, antisipasi komplikasi (krisis
tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus)
(Tiara,dkk 2016)
III. EVALUASI
kuretase
O: -k.u : Lemah
-kesadaran : Compos Mentis
-TTV : -TD : 110/80mmhg -Pols : 82x/m
-RR : 22x/m -T : 36.5 derajat celcius
- Abdomen :
Palpasi abdomen :
Leopold 1 : Abdomen teraba bulat
Leopold 2 : Tidak teraba bagian bagian janin.
Leopold 3 : Tidak dilakukan
Leopold 4 : Tidak dilakukan
-Pemeriksaan Genetalia:
Asuhan kebidanan pada Ny.D Usia 25 tahun dengan retensio plasenta. Adapun
beberapa hal yang penulus uraikan pada pembahasan ini dimana penulis akan
membahas kesenjangan antara teori dengan hasil tinjauan kasus pada pelaksanaan
1. Pengkajian Data
Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian dengan
dengan hasil sebagai berikut : Ny.R usia 25 tahun G1P0A0 usia kehamilan 20
Hasil Anamnesa : ibu cemas dengan kehamilannya saat ini,ibu mengatakan keluar
darah berwarna merah kecokelatan disertai dengan adanya buih2 berwarna putih
keluar dari vagina sejak 4 hari yang lalu, ibu mengatakan belum pernah
merasakan gerakan janin, ibu mengatak sudah melakukan USG dan pada hasil
inspeksi uterus tidak sesuai pembesaran dengan usia kehamilan ibu, pada palpasi
terdengarnya DJJ. Pemeriksaan pada vagina tampak ada pengeluaran darah pada
Pada kasus ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek di dalam
pengumpulan data.
Identifikasi Masalah, Diagnosa dan Kebutuhan
semua data dasar yang telah dikumpulkan sehingga ditemukan diagnosis atau
ditemukan masalah Pada Ny.D adalah Ibu Cemas dengan keadaannya saat ini.
Dan kebutuhan yang diberikan pada Ny.K adalah informasi tentang keadaannya
Jadi pada langkah ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan
praktek lapangan.
pegumpulan data, pengamatan yang cermat dan observasi yang akurat kemudian
dievaluasi apakah terdapat kondisi yang tidak normal, dan apabila tidak
bahwa masalah potensial yang terjadi yaitu : Perdarahan hebat, Anemis, Syok,
masalah potensial antara tinjauan pustaka dengan apa yang ditemukan pada studi
kasus. Dengan demikian apa yang dijelaskan pada tinjauan pustaka dan yang
3. Tindakan Segera
Pada langkah ini, yang dilakukan bidan adalah mengidentifikasi perlunya
tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani
bersama dengan anggota Tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien.Ada
kemungkinan, data yang kita peroleh memerlukan tindakan yang harus segera
dilakukan oleh bidan, sementara kondisi yang lain masih bisa menunggu waktu
beberapa waktu lagi. (Varney, 2013)Pada studi kasus Ny. K tindakan segera yang
dilakukan adalah Melakukan Rujukan. Dengan demikian apa yang dijelaskan pada
tinjauan pustaka dan yang ditemukan pada studi kasus tidak ditemukan
kesenjangan.
4. Rencana Asuhan
Kasih.
Dalam rencana tindakan atau kegiatan yang dibuat, penulis tidak mendapat
kesulitan karena rencana tindakan yang dibuat sesuai dengan masalah dan
kebutuhan dari setiap masalah yang dimiliki Ny.K dan dapat dilaksanakan karena
keluarga dari Ny.K juga ikut bekerja sama. Dengan demikian apa yang dijelaskan
pada tinjauan pustaka dan yang ditemukan pada studi kasus tidak ditemukan
kesenjangan.
5. Pelaksanaan
asuhan yang sudah dibuat pada langkah kelima secara aman dan efisien (Varney,
2013).
studi kasus rencana tindakan yang sudah dibuat pada Ny.D sudah dilaksanakan
mental dan melakukan Rujukan Ke Rsud H hanafie. Berdasarkan data kasus yang
diperoleh dapat dilihat bahwa tidak ada kesenjangan teori dan praktek.
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan sebuah perbandingan atau rencana asuhan yang menyeluruh dari perencanaan.
Pada langkah terakhir, dilakukan keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Ini meliputi evaluasi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar – benar telah terpenuhi seagaimana diidentifikasi
didalam diagnosis dan masalah, Hasil evaluasi setelah dilakukan perawatan di Pkm Rimbo Tengah
: Ny.D dibawa ke Rumah Sakit H Hanafie dengan membawa surat rujukan untuk
bahwa tujuan yang ingin dicapai pada Kasus Ny.D sebagian besar dapt
terevaluasii dengan yang diharapkan. Dengan demikian pada tinjauan dan stusi
kasus pada Ny.D Di lahan praktek secara garis besar Nampak adanya persamaan
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan
janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa degenerasi hidropik. Secara
makroskopik, molda hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus
pandang, berisi cairan jernih dengan ukuran bervariasi dari beberapa milimieter sampai 1 atau 2 cm.
Penyebab mola hidatidosa sampai saat ini belum diketahui secara pasti, akan tetapi ada beberapa faktor
resiko yang dapat memicu tejadinya mola hidatidosa, diantaranya: usia ibu, status gizi, riwayat obstetri,
Pemeriksaan tindak lanjut dilakukan dengan test hCG. Dimana test harus mencapai nilai normal 8
minggu setelah evakuasi. Dimana, lama pengawasan berkisar 1 tahun.
4.1 Saran
Diharapkan semua pihak yang berperan dalam pelayanan kesehatan untuk memberikan
penanganan yang lebih baik lagi, untuk meminimalkan kejadian kematian ibu akibat perdarahan khususnya
Saifuddin, Abdul Bari. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Paputungan, V Tiara, Freddy W.Wagey dan Rudy A.Lengkong. 2016. “Profile Penderita Mola Hidatidosa di
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dalam Jurnal: e-Clinic Volume 4, Nomor 1. Manado: Bagian Obstetri
Affiliations expand
PMID: 36806108
DOI: 10.1556/650.2023.32704
Abstract
in English, Hungarian
Hydatidiform mole is an extremely rare gestational trophoblastic disease. The pathogenesis
is unique in that the maternal tumor arises from pregnancy tissue. In terms of occurrence, it
mainly affects women of reproductive age. In our case report, a 53-year-old female patient
was diagnosed with molar pregnancy as the background of her perimenopausal bleeding
disorder. Mola is a high-risk disease because the symptoms can be deceiving and may be
very similar to those of an incomplete miscarriage, ectopic pregnancy or perimenopausal
bleeding. Appropriate diagnosis is key to terminating the pregnancy as soon as possible.
The purpose of our case report is to draw attention to the atypical appearance of molar
pregnancy; in relation to our perimenopausal female patient, we review the basic principles
of treatment of hydatidiform mole and present the diagnostic and therapeutic management
of a successfully completed case. Orv Hetil. 2023; 164(7): 273-277.
PMID: 37468322
Abstract
Hydatidiform mole is the most common form of gestational trophoblastic disease. It is an
abnormally formed placental tissue with characteristic changes in karyotype, arising in
fertilization disorders. The presence of abundant paternal genetic information plays a key
role in the pathogenesis of complete and partial hydatidiform moles. These lesions are
characterized by a relatively wide spectrum of morphological changes that may not be fully
expressed, especially in the early stages of pregnancy. In addition, some changes can be
observed in non-molar gravidities, which, unlike hydatidiform moles, lack any risk of
malignant transformation. Although conventional histological examination still plays a key
role in the diagnosis, it should be supplemented by other methods that reliably differentiate
individual lesions. Accurate diagnosis of molar gravidities is important not only for
determining the correct therapeutic approach, but the obtained data may also contribute to
further research of these pathological entities.