Anda di halaman 1dari 9

Kelompok IV mola hidatidosa :

1. Sri patrawati
2. Desi wdia sapitri
3. Sri mulatmi
4. Maiyah
5. Elis medianita
6. Samsiah
7. Tica rahmaningsih
8. Maria pronika

makalah molahidatidosa
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri tumor jinak (benigna) dari
chorion penyebab embrio mati dalam uterus tetapi plasenta melanjutkan sel-sel trophoblastik
terus tumbuh menjadi agresif dan membentuk tumor yang invasif, kemudian edema dan
membentuk seperti buah anggur, karakteristik mola hidatiosa bentuk komplet dan bentuk
parsial, yaitu tidak ada jaringan embrio dan ada jaringan embrio.
Sebagian dari villi berubah menjadi gelembung-gelembung berisi cairan jernih. Biasanya
tidak ada janin, hanya pada mola parsialis kadang-kadang ada janin. Gelembung itu sebesar
butir kacang hijau sampai sebesar buah anggur. Gelembung ini dapat mengisi seluruh cavum
uteri. Di bawah mikroskop nampak degenerasi hydrotopik dari stoma jonjot, tidak adanya
pembuluh darah dan proliferasi trofoblast. Pada bagian pemeriksaan kromosom didapatkan
poliploidi dan hampir pada semua kasus mola susunan sex chromatin adalah wanita.
Mola hidatidosa terjadi pada 1 dari 200 kehamilan di Amerika Serika, kambuh pada 2%
wanita pernah mengalami kasus ini. Wanita diatas 45 tahun memiliki insiden 10 kali lebih
besar biladibandingpadausiareproduksi 20 – 40 tahun, sebesar 2-8% kehamilan mola adalah
ganas. Kejadianmola di rumahsakitbesar di Indonesia kira-kiradiantara 80 persalinan
(ObstetriPatologi, bagianobsgin.FK.UNPAD, 1984).
Pada mola hidatidosa, ovaria dapat mengandung kista lutein kadang-kadang hanya pada
satu ovarium, kadang-kadang pada kedua-duanya. Kista ini berdinding tipis dan berisi cairan
kekuning-kuningan dan dapat mencapai ukuran sebesar sarung tinju atau kepala bayi. Kista
lutein terjadi karena perangsangan ovarium oleh kadar gonadotropin chorion yang tinggi,
kista ini hilang sendiri setelah mola dilahirkan.

1.2.Rumusan Masalah
1.      Apa definisi molahidatidosa?
2.      Bagaimana tanda dan gejala molahidatidosa?
3.      Bagaimana patofisiologi molahidatidosa?
4.      Bagaimana diagnosis molahidatidosa?
5.      Bagaimana prognosa molahidatidosa?
6.      Apa prioritas masalah molahidatidosa?
7.      Bagaimana intervensi molahidatidosa?
8.      Bagaimana penanganan awal molahidatidosa?

1.3.Tujuan
1.      Agar mahasiswa mengetahui  dan memahami definisi dari mola hidatidosa
2.      Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tanda dan gejala dari mola hidatidosa
3.      Agar mahasiswa mengetahui dan memahami patofisiologi molahidatidosa
4.      Agar mahasiswa mengetahui dan memahami diagnosis molahidatidosa
5.      Agar mahasiswa mengetahui dan memahami prognosa molahidatidosa
6.      Agar mahasiswa mengetahui dan memahami prioritas masalah molahidatidosa
7.      Agar mahasiswa mengetahui dan memahami intervensi molahidatidosa
8.      Agar mahasiswa mengetahui dan memahami penanganan awal molahidatidosa

1.4.Manfaat
1.    BagiPenulis
Mendapatkanpengalamansertadapatmenerapkanapa yang
telahdidapatdalamperkuliahandengankasusnyatadalammelaksanakanAsuhanKebidananpadap
asien denganMolaHydatidosa.
2.    BagiInstitusi
Sebagaibahankepustakaanbagi yang
membutuhkanasuhankebidanandanperbandinganpadapenanganankasusMolaHydatidosa.
3.    BagiMasyarakat
Agar masyarakatdapatmengetahui dan memahami tentang molahidatidosa.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.  Defenisi
Molahidatidosa adalah suatu kehamilan yang ditandai dengan hasil konsepsi yang
tidak berkembang menjadi embrio setelah fertilisasi. Namun terjadi proliferasi dari vili
korialis disertai dengan degenerasi hidropik. Uterus melunak dan berkembang lebih cepat
dari usia gestasi normal, tidak dijumpai adanya janin, dan cavum uteri hanya terisi oleh
jaringan seperti rangkaian buah anggur. (Lily,Yulaikhah.2006;90).
Molahidatidosa adalah merupakan penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan
kehamilan yang tidak disertai janin dan seluruh vili korealis mengalami perubahan hidropik.
(Kusuma, Sri, dkk.2006;104).
Mola Hadatidosa secara Umum :
            Mola Hidatidosa ditandai oleh kelainan vili korialis, yang terdiri dari proliferasi
trofoblastik dangan derajat yang bervariasi dan edema sroma vilus. Mola biasanya menempati
kavum uteri, tetapi kadang-kadang tumor ini ditemukan dalam tuba falopii dan bahkan dalam
ovarium. Perkembangan penyakit trofoblastik ini amat menarik, dan ada tidaknya jaringan
janin telah digunakan untuk menggolongkannya menjadi bentuk mola yang komplet (klasik)
dan parsial (inkomplet).
Karakteristik Mola Hidatidosa bentuk komplet dan parsial :
a.      Mola Hidatidosa Komplet (klasik)
Vili korialis berubah menjadi kumpulan gelembung yang jernih. Gelembung-
gelembung atau vesikula ini bervariasi ukurannya mulai dari yang mudah terlihat sampai
beberapa cm, dan bergantung dalam beberapa kelompok dari tangkai yang tipis. Massa
tersebut dapat tumbuh cukup besar sehingga memenuhi uterus, yang besarnya bisa mencapai
ukuran uterus kehamilan normal lanjut. Berbagai penelitian sitogenetik terhadap kehamilan
mola komplet, menemukan komposisi kromosom yang paling sering (tidak selalu) 46XX,
dengan kromosom sepenuhnya berasal dari ayah.
Fenomena ini disebut sebagai androgenesis yang khas ovum dibuahi oleh sebuah
sperma haploid yang kemudian mengadakan duplikasi kromosomnya sendiri setelah miosis.
Kromosom ovum bias tidak terlihat atau tampak tidak aktif. Tetapi semua mola hidatidosa
komplet tidak begitu khas dan kadang-kadang pola kromosom pada mola komplet biSA
46XY. Dalam keadaan ini dua sperma membuahi satu ovum yang tidak mengandung
kromosom. Variasi lainnya juga pernah dikemukakan misalnya 45X. jadi mola hidatidosa
yang secara morfologis komplet dapat terjadi akibat beberapa pola kromosom.
b.      Mola Hidatidosa Parsial (inkomplet)
Apabila perubahan hidatidosa bersifat fokal serta belum begitu jauh dan masih
terdapat janin atau sedikitnya kantong amnion, keadaan ini digolongkan sebagai mola
hidatidosa parsial. Pada sebagian vili yang biasanya avaskuler terjadi pembengkakan
hidatidisa yang berjalan lambat, sementara vili lainnya yang vaskular dengan sirkulasi darah
fetus plasenta yang masih berfungsi tidak mengalami perubahan. Hyperplasia trofoblastik
yang terjadi, lebih bersifat fokal dari pada generalisata. Katiotipe secara khas berupa triploid,
yang bias 69XXY atau 69XYY dengan satu komplemen maternal tapi biasanya dengan dua
komplemen haploid paternal. Janin secara khas menunjukkan stigmata triploidi yang
mencakup malformasi congenital multiple dan retardasi pertumbuhan.

2.2.  Tanda dan Gejala


Tanda dan Gejala yang biasanya timbul pada klien dengan ”mola hidatidosa” adalah :
a.       Amenore dan tanda-tanda kehamilan
b.      Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada             keadaan
lanjut kadang keluar gelembung mola.
c.       Pembesaran uterus lebih besar dari usia    kehamilan.                        
d.      Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya DJJ                  sekalipun
uterus sudah membesar setinggi pusat atau lebih.
e.       Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu.
f.       Hiperemesis lebih sering terjadi, lebih keras dan lebih lama.
g.      Mungkin timbul preeklampsia dan eklampsia.Terjadinya preeclampsia dan eklampsia
sebelum minggu kedau empat menuju kearah mola hidatidosa.
h.      Kadar gonadotropin tinggi dalam darah serum pada hari ke 100 atau lebih sesudah periode
menstruasi terakhir.

2.3.  Patofisiologi

Faktor ovum
Mengalami keterlambatan dalam pengeluaran ,Kematian ovum didalam tubuhMengalami
degenerasi,Jonjot-jonjot korion yang tumbuh berganda dan mengandung cairan,Kista-kista
kecil seperti anggur Molahidatidosa
Tindakan invasive.
2.4.  Data Subjektif dan Objektif
1.      Data subjektif
a.       Anamnesis/keluhan
1.      Terdapat gejala-gejala hamil muda yang kadang-kadang lebih nyata dari kehamilan biasa
2.      Kadang kala terdapat tanda toksemia gravidarum
3.      Terdapat perdarahan sedikit atau banyak, tidak teratur, warna tua atau kecoklatan seperti
bumbu  rujak
4.      Pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan(lebih besar) dengan tua kehamilan
yang seharusnya.
5.      Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan(tidak selalu ada), yang merupakan
diagnosis pasti.
2.      Data objektif
a.       Inspeksi
1.      Muka dan kadang-kadang badan kelihatan pucat kekunungan, yang disebut muka mola(mola
face).
2.      Jika gelembung mola yang sudah keluar dapat dilihat dengan jelas.
b.      Palpasi
1.      Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, terasa lembek
2.      Tidak teraba bagian-bagian janin dan ballotemen, juga gerakan janin.
3.      Adanya fenomena harmonika, yaitu darah dan gelembung mola keluar dan fundus uteri
turun, lalu naik lagi karena terkumpulnya darah baru.
c.       Auskultasi
1.      Tidak terdengar denyut jantung janin
2.      Terdengar bising dan bunyi khas
d.      Reaksi kehamilan: karena kadar HCG tinggi maka uji biologi dan uji imunologi akan positif
setelah pengenceran
e.       Pemeriksaan dalam
1.      Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagian-bagian janin, terdapat
perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan vagina serta evaluasi kedaan servix.
2.      Uji sonde: sonde dimasukkan pelan pelan dan hati hati kedalam kanalis servikalis dan kavum
uteri. Jika tidak ada tahanan, sonde diputar serta ditarik sedikit. Jika ada tahanan,
kemungkinan mola.
f.       Foto ronsen abdomen : jika terlihat tulang tulang janin (pada kehamilan 2-4 bulan )
g.      Arteriogram khusus pelvix
h.      USG pada mola akan keihatan bayangan badai salju dan tidak terlihat janin.

2.5.  Diagnosis
            Kita harus mempertimbangkan kemungkinan data-data tentang menstruasi atau uterus
hamil yang lebih lanjut membesar akibat mioma, hidramnion, atau terutama akibat janin lebih
dari satu.
a.         Ultrasonografi
            Ketapatan diagnostic yang terbesar diperoleh dari gambaran USG yang khas pada
mola hidatidosa keamanan dan ketepatan pada pemeriksaan sonografi membuat pemeriksaan
ini menjadi prosedur pilihan. Tetapi kita harus ingat bahwa beberapa stuktur lainnya dapat
memperlihatkan gambaran yang serupa dengan gambaran mola hidatidosa, termasuk mioma
uteri dengan kehamilan dini dan kehamilan dengan janin lebih dari satu. Tinjauan cermat
mengenai riwayat penyakit bersama hasil evaluasi pemeriksaan USG yang cermat dan kalau
perlu diulang satu atau dua minggu kemudian, harus bias menghindari diagnose mola
hidatidosa lewat USG yang keliru ketika kehamilan sebenarnya normal.
b.        Amniografi
Penggunaan bahan radiopak yang dimasukkan kedalam uterus secara transabdominal
akan memberikan gambaran radiografik khas pada mola hidatidosa. Cavum uteri ditembus
dengan jarum untuk amniosintesis. 20ml hypaque disuntikkan segera dan 5 hingga 10 menit
kemudian difoto anteroposterior. Pola sinar x seperti sarang tawon, khas ditimbulkan oleh
bahan kontraks yang mengelilingi gelembung-gelembung corion. Pada kehamilan normal
terdapat sedikit resiko abortus akibat penyuntikan bahan kontraks hipertonik intra amnion.
Dengan semakin banyaknya sarana USG yang tersedia, teknik pemeriksaan amniografi sudah
jarang dipakai lagi.
c.         Pengukuran kadar corionic gonadotropin
Pengukuran kadar corionic gonadotropin kadang-kadang digunakan untuk membuat
diagnose jika metode pengukuran secara kuantitatif yang andal telah tersedia, dan variasinya
cukup besar pada sekresi gonadotropin dalam kehamilan normal sudah dipahami khusus
kenaikan kadar gonadotropin yang kadang-kadang menyertai kehamilan dengan janin lebih
dari satu.
d.        Uji Sonde
Sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis servikalis
dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak
ada tahanan, kemungkinan mola (cara Acosta-Sison).

2.6.  Prognosa
Hampir 20% mola hidatidosa komplet berlanjut menjadi keganasan, sedangkan mola
hidatidosa parsial jarang. Mola yang terjadi berulang disertai tirotoksikosis atau kista lutein
memiliki kemungkinan menjadi ganas lebih tinggi.
Prognosis Kematian pada mola hidatidosa disebabkan perdarahan, infeksi, payah
jantung atau tirotoksikosis. Sebagian dari pasien mola akan segera sehat kembali setelah
jaringannya dikeluarkan, tetapi ada sekelompok perempuan yang kemudian menderita
degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma.
Bila tindakan penanganan dan pengobatan telah dilakukan secara cepat dan tepat,
maka ibu dapat berpeluang untuk hamil kembali. Kontrol rutin tetap harus dijalani sesuai
ketentuan prosedur dari dokter. Bila pemeriksaan kadar HCG dalam darah sampai tiga kali
berturut turut negatif,  ibu boleh pulng dengan diberi konseling penggunaan alat kontrasepsi
untuk menunda kehamilan.Alat kontrasepsi pilhan bisa pil, atau IUD.

2.7.  Intervensi
Langkah pengobatan molahidatidosa terdiri dari 4 tahap
1.    perbaikan keadaan umum. Pengeluaran gelembung mola yang disertai perdarahan yang
memerlukan tranfusi, sehingga penderita tidak syok yang dapat menjadi penyebab kematian.
Disamping itu setiap evakuasi jaringan mola dapat diikuti perdarahan sehingga persiapan
darah, menjadi program vital terapi molahidatidosa. Pada waktu mengeluarkan mola dengan
kuretase didahului pemasangan infus dan uterotonika, sehingga pengecilan rahim dapat
mengurangi perdarahan
2.    pengeluaran jaringan molahidatidosa. Dalam menghadapi kasus ini terdapat beberapa
pertimbangan yang berkaitan dengan umur penderita dan paritas. Pada molahidatidosa
dengan umur muda dan jumlah anak sedikit, rahim perlu diselamatkan dengan melakukan
tindakan:
a.       Evakuasi jaringan molahidatidosa. Evakuasi jaringan molahidatidosa dilakukan dengan
kuretase atau dengan vakum kuretase, yaitu alatt peghisap listrik yang kuat sehingga dapat
menghisap jaringan mola dengan cepat. Pengguanaan alat vakum listrik mempunyai
keuntungan, yaitu jaringan mola dengan cepat dapat dihisap dan mengurangi perdarahan.
Evakuasi jaringan mola dilakukan sebanyak 2 kali dengan interval 1 minggu, dan jaringan
diperiksa kepada ahli patologi anatomi.
b.      histerektomi. Dengan pertimbangan umur relatif tua(diatas 35 tahun) paritas diatas 3, pada
penderita mola hidatidosa, dilakukan tindakan radikal histerektomi. Pertimbangan ini
didasarkan pada kemungkinan keganasan korio karsinoma menjadi lebih tinggi. Hasil operasi
diperiksakan kepada ahli patologi anatomi.
3.    pengobatan profilaksis dengan sitostatika (kemoterapi). Molahidatidosa merupakan penyakit
trofoblas yang dapat berkelanjutan menjadi korio karsinoma(65-75%). Untuk menghindari
terjadinya degenerasi ganas, penderita molahidatidose diberi profilaksis dengan
sitistatika(kemoterapi)  methotraxate(MTX) atau Acinomycin D. Pengobatan profilaksis atau
terapi sitostatika memerlukan perawatan dan pengawasan di rumah sakit
4.    pengawasan lanjutan. Degenerasi korio karsinoma memerlukan waktu sehingga kesembuhan
penyakit molahidatidosa memerlukan pengawasan.disamping itu rekuren molahidatidosa
mempercepat kejadian koriokarsinoma sehingga setelah penanganan molahidatidosa perlu
menunda kehamilan paling sedikit 1 tahun. Metode keluarga berencana yang dianjurkan
adalah pil KB, pantang berkala, kondom, atau alat kontrasepsi dalam rahim(AKDR).

2.8.  Penanganan Awal
1.      Terapi
a.       Kalauperdarahanbanyak
yangkeluarjaringanmolaatausyokdanperbaikikeadaanumumpenderitadenganpemberiancairand
antranfusidarah. Tindakanpertamaadalahmelakukan manual digital
untukmengeluarkansebanyakmungkinjaringandanpembekuandarah,
barulahdengantenangdanhati-hatievakuasidansisanyadengankuretase.
b.      Jikapembukaankanalisservikalismasihkecil,
-          Pasangbeberapagayanglaminariauntukmemperlebarpembukaanselama 12 jam
-          Setelahitupasanginfus, dektrose 5 % yang berisi 50 satuan, oksitosin (pitosinatausintosinon).
Cabutlaminaria, kemudiansetelahitulakukanevakuasiisicavum uteri denganhati-
hatipakailahcunam ovum yang agakbesarataukuretbesarambillahdulupadabagiantengah
-          Barubagian-bagianlainnyapadakuretasepertama.
Keluarkanlahjaringansebanyakmungkintakusahterlalubersih
-          Kalauperdarahanbanyakberikantransfusidarahdanlakukan tampon utero vaginal selama 24
jam.
c.       Bahanjaringandikirimuntukpemeriksaanhistopatologikdalam 2 porsi :
-          Porsi 1 yang dikeluarkandengancunam ovum.
-          Porsi 2 yang dikeluarkandengankuretase
d.      Berikanobat-obatan :antibiotika, uterotonikadanperbaikanumum penderita.
e.       7 – 10 harisesudahkerokan yang pertamadilakukankerokankedua, adabeberapainstitut yang
melakukanhisterotomia.
f.       Histerotomia total dilakukanpadamolaresikotinggi (high risk mola), usialebihdari 30 tahun,
paritas 4 ataulebihdan uterus yang sangatbesaryaitusetinggipusatataulebih.
2.      Pemeriksaan yang dilakukan pada pengwasan pasca molahidatidosa adalah:
1.      Melakukan pemeriksaan dalam dengan pedoman Trias Acosta Sison HBSL yaitu
histori(pasca molahidatidosa, pasca abortus, pasca partum), enlargement(pembesaran rahim).
Dengan evaluasi berdasarkan Trias Acosta Sison kemungkinan degenerasi ganas secara klinis
dapat ditegakkan.
2.      Pemeriksaan hormon. Sebelum dapat ditetapkan dengan pemeriksaan canggih,
molahidatidosa ditetapkan dengan melakukan pemeriksaan Galli Mainini. Pemeriksaan alat
canggih dilakukan untuk menetapkan kadar hormon gonadotropin.
3.      Pemeriksaan foto torax. Pemeriksaan foto torax dilakukan karena kemungkinan metastase ke
paru dengan gejala batuk disertai dahak berdarah, dapat terjadi timbunan cairan dalam
pleural.

BAB III
PENUTUP

3.1.  Kesimpulan
            Mola Hidatidosa ditandai oleh kelainan vili korialis, yang terdiri dari proliferasi
trofoblastik dangan derajat yang bervariasi dan edema sroma vilus. Mola biasanya menempati
kavum uteri, tetapi kadang-kadang tumor ini ditemukan dalam tuba falopii dan bahkan dalam
ovarium. Perkembangan penyakit trofoblastik ini amat menarik, dan ada tidaknya jaringan
janin telah digunakan untuk menggolongkannya menjadi bentuk mola yang komplet (klasik)
dan parsial (inkomplet)
Hamil anggur atau molahidatidosa adalah kehamilan abnormal berupa tumor jinak
yang terjadi sebagai akibat kegagalan pembentukan “ bakal janin “ sehingga terbentuk
jaringan permukaan membran (vili-vili) mirip gerombolan buah anggur, yakni sel bagian tepi
ovum atau sel telur, yang telah dibuahi, yang nantinya melekat di dinding rahim dan menjadi
plasenta (tembuni) serta membran yang memberi makan hasil pembuahan. Pengeluaran mola
(evakuasi). Pada wanita subur dan masih menginginkan anak, dapat dilakukan kuret atau
kuret hisap. Kuret ulangan dilakukan sekitar seminggu setelah kuret pertama, untuk
memastikan bahwa rahim benar-benar sudah bersih. Sedangkan bagi wanita usia lanjut atau
yang sudah tidak menginginkan tambahan anak, dilakukan pengangkatan rahim
(histerektomi).

3.2.  Saran
            Diharapkan semua pihak yang berperan dalam pelayanan kesehatan untuk
memberikan penanganan yang lebih baik lagi, untuk meminimalkan kejadian kematian ibu
akibat perdarahan khususnya yang diakibatkan kehamilan Molahidatidosa dan kejadian
keganasan akibat Molahidatidosa.

DAFTAR PUSTAKA
Ersenberg,Arlene,dkk.2005.Kehamilan apa yang Anda Hadapi Bulan Perbulan.Jakarta:Arcan
Kusuma,Sri,dkk.2006.Buku Aja Ginekologi.Jakarta:EGC
Manuaba,dkk.2004.Gawat Darurat Obstetri  Ginekologi dan Obstetri Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan.Jakarta:EGCMorgan, Geri,
dkk.2003.Obstetri Ginekologi.Jakarta:EGC
Yulaikhah, Lily.2006.Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai