DI SUSUN OLEH :
MOLA HIDATIDOSA
A. DEFINISI
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus
korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan
tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh
terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur.
(Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002:339).
B. EPIDEMIOLOGI
Mola hidatidosa terjadi pada 1 dari 1.000 kehamilan di Amerika Serikat
(Cohn dkk.,2009). Penyebabnya tidak diketahui, meskipun mungkin terkait
dengan cacat pada ovum atau defisiensi gizi. Ibu pada peningkatan risiko
untuk pembentukan mola hidatidosa adalah mereka yang telah
menggunakan klomifen (Clomid) untuk stimulasi ovulasi dan mereka yang
berada di remaja awal atau lebih dari 40 tahun. Faktor risiko lain termasuk
riwayat keguguran dan gizi faktor (misalnya, defisiensi asupan koefisien
karoten dan lemak hewani) (Beaa & Wood, 2006; Cohn dkk., 2009).
C. ETIOLOGI
D. KLASIFIKASI KLINIS
a. Mola Hidatidosa Sempurna
Villi korionik berubah menjadi suatu massa vesikel-vesikel jernih.
Ukuran vesikel bervariasi dari yang sulit dilihat, berdiameter sampai
beberapa sentimeter dan sering berkelompok-kelompok menggantung
pada tangkai kecil.
Temuan Histologik ditandai oleh adanya, antara lain :
Degenerasi hidrofobik dan pembengkakan stroma vilus
Tidak adanya pembuluh darah di vilus yang membengkak
Proliferasi epitel tropoblas dengan derajat bervariasi
Tidak adanya janin dan amnion
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ada beberapa pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada mola
hidatidosa atau hamil anggur, pemeriksaan penunjang tersebut diantaranya
adalah :
1. Pemeriksaan serum β-hCG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan adanya kehamilan dan
pada waktu tertentu akan diulang untuk melihat pola peningkatan atau
lonjakan hormon β-hCG ini untuk membedakan adanya kehamilan
normal atau kehamilan anggur (mola hidatidosa). Pemeriksaan ini juga
dikatakan sebagai pemeriksaan β-hCG serial.
2. USG (Ultrasonografi)
Selanjutnya, keadaan adanya janin atau tidak dipantau dengan
menggunakan USG, seorang ahli kandungan dapat memastikan adanya
kehamilan dengan melihat adakah janin di dalam kantung gestasi
(kantung kehamilan) dan mendeteksi gerakan maupun detak jantung
janin. Apabila semuanya tidak kita temukan didalam pemeriksaan USG,
maka kemungkinan kehamilan ini bukanlah kehamilan yang normal.
3. Foto rontgen dada
Pemeriksaan rontgen dada digunakan untuk memantau keadaan
sistemik yang terjadi akibat adanya penyakit mola ini. Harap
diperhatikan bahwa rontgen dilakukanapabila benar-benar telah dapat
dipastikan bahwa kelainan yang terjadi adalah mola bukan kehamilan
normal.
F. PENATALAKSANAAN
Diagnosis dini akan menguntungkan prognosis pemeriksan, USG
sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas kesehatan di mana sumber daya
sangat terbatas, dapat dilakukan :
a. Evaluasi klinik dengan fokus pada
b. Riwayat haid terakhir dan kehamilan
c. Perdarahan tidak teratur atau spotting
d. Pembesaran abnormal uterus
e. Pelunakan serviks dan korpus uteri
f. Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin
g. Pastikan tidak ada janin (Ballottement) atau DJJ sebelum upaya
diagnosis dengan perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta Sisson.
h. Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera.
i. Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi
uterus).
j. Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun.
Selain dari penanganan di atas, masih terdapat beberapa penanganan
khusus yang dilakukan pada pasien dengan mola hidatidosa, yaitu : Segera
lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung
berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL dengan kecepatan
40-60 tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat
dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara tepat).
Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih aman dari kuretase tajam. Bila
sumber vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan AVM minimal 3
set agar dapat digunakan secara bergantian hingga pengosongan kavum
uteri selesai. Kenali dan tangani komplikasi seperti tirotoksikasi atau krisis
tiroid baik sebelum, selama dan setelah prosedur evakuasi. Anemia sedang
cukup diberikan Sulfas Ferosus 600 mg/hari, untuk anemia berat lakukan
transfusi. Kadar hCG diatas 100.000 IU/L praevakuasi menunjukkan masih
terdapat trofoblast aktif (diluar uterus atau invasif), berikan kemoterapi f.
MTX dan pantau beta-hCG serta besar uterus secara klinis dan USG tiap 2
minggu. Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan
kontrasepsi hormonal (apabila masih ingin anak) atau tubektomy apabila
ingin menghentikan fertilisasi.
G. ASUHAN KEPERAWATAN
Proses keperawatan adalah metode kerja dalam pemberian
pelayanan keperawatan untuk menganalisa masalah pasien secara
sistematis, menentukan cara pemecahannya, melakukan tindakan dan
mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan.
Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk
menetapkan, merencanakan danmelaksanakan pelayanan keperawatan
dalam rangka membantu klien untuk mencapai dan memelihara
kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut
dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan
dinamis.
1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan
data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan
kebutuhan perawatan bagi klien. Adapun hal-hal yang perlu dikaji
adalah Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang
meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan,
status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan
alamat. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan
adanya perdarahan pervaginam berulang.
Riwayat kesehatan , yang terdiri atas :
a. Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien
pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan
pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari
usia kehamilan.
b. Riwayat kesehatan masa lalu.
c. Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah
dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di
mana tindakan tersebut berlangsung.
d. Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit
yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi,
masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-
penyakit lainnya.
e. Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui
genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi
mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat
dalam keluarga.
f. Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe,
siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan
adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala
serta keluahan yang menyertainya.
g. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas : Kaji bagaimana
keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini,
bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
h. Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis
kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.
i. Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-
obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
j. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan
elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene,
ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
2. DIAGNOSA
Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul, ialah:
DIAGNOSA I : Nyeri b/d terputusnya kontinuitas jaringan
Tujuan : Klien akan menunjukkan nyeri berkurang/hilang
Kriteria Hasil : - Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang
- Ekspresi wajah tenang
- TTV dalam batas waktu normal
INTERVENSI RASIONAL
Kaji tingkat nyeri, lokasi dan Mengetahui tingkat nyeri yang
skala nyeri yang dirasakan klien. dirasakan sehingga dapat
membantu menentukan intervensi
yang tepat.
Observasi tanda-tanda vital tiap Perubahan tanda-tanda vital
8 jam. terutama suhu dan nadi merupakan
salah satu indikasi peningkatan
nyeri yang dialami oleh klien.
Anjurkan klien untuk melakukan Teknik relaksasi dapat membuat
teknik relaksasi. klien merasa sedikit nyaman dan
distraksi dapat mengalihkan
perhatian klien terhadap nyeri
sehingga dapat membantu
mengurangi nyeri yang dirasakan.
Beri posisi yang nyaman. Posisi yang nyaman dapat
menghindarkan penekanan pada
area luka/nyeri.
Kolaborasi pemberian analgetik. Obat-obat analgetik akan
memblok reseptor nyeri sehingga
nyeri tidak dapat dipersepsikan.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji kemampuan klien dalam
Untuk mengetahui tingkat
memenuhi rawat diri. kemampuan/ketergantungan klien dalam
merawat diri sehinnga dapat membantu
klien dalam memenuhi kebutuhan
hygienis.
Bantu klien dalam memenuhi
Kebutuhan hygiene klien terpenuhi tanpa
kebutuhan sehari-hari. membuat klien ketergantungan pada
perawat.
Anjurkan klien Pelaksanaan aktivitas dapat membantu
untuk
melakukan aktivitas sesuai klien untuk mengembalikan kekuatan
kemampuan. secara bertahap dan menambah
kemandirian dalam memenuhi
kebutuhannya.
Anjurkan keluarga klien untuk
Membantu memenuhi kebutuhan klien
selalu berada di dekat klien yang tidak terpenuhi secara mandiri.
dan membantu memenuhi
kebutuhan klien.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji pola tidur Dengan mengetahui pola tidur klien,
akan memudahkan dalam menentukan
intervensi selanjutnya.
Ciptakan lingkungan Memberikan kesempatan pada klien
yang
nyaman dan tenang untuk beristirahat.
Anjurkan klien minum susu
Susu mengandung protein yang tinggi
hangat sebelum tidur. sehingga dapat merangsang untuk
tidur.
Batasi jumlah penjaga klien Dengan jumlah penjaga klien yang
dibatasi maka kebisingan di ruangan
dapat dikurangi sehingga klien dapat
beristirahat.
Memberlakukan jam besuk Memberikan kesempatan pada klien
untuk beristirahat.
Kolaborasi dengan tim medis
Diazepam berfungsi untuk merelaksasi
pemberian obat tidur Diazepam otot sehingga klien dapat tenang dan
mudah tidur.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji tingkat kecemasan
Mengetahui sejauh mana kecemasan tersebut
pasien mengganggu klien
Ungkapan perasaan dapat memberikan rasa
Beri kesempatan pada
klien untuk lega sehingga mengurangii kecemasan
mengungkapkan
perasaannya
Dengan mendengarkan keluhan klien secara
Mendengarkan keluhan
klien dengan empati empati maka klien akan merasa diperhatikan
Jelaskan pada Menambah pengetahuan klien sehingga klien
klien
tentang proses penyakit tahu dan mengerti tentang penyakitnya
dan terapi yang di berikan
Beri
dorongan Menciptakan ketenangan batin sehingga
spiritual/support kecemasan dapat berkurang
INTERVENSI RASIONAL
Awasi tanda-tanda vital, kaji warna
Memberikan informasi tentang
kulit/membran mukosa, dasar kuku derajat/keadekuatan perfusi
jaringan dan membantu
menentukan intervensi
selanjutnya
Selidiki perubahan tingkat kesadaran,
Perubahan dapat menunjukkan
keluhan pusing dan sakit kepala ketidakadekuatan perfusi serebral
sebagai akibat tekanan darah
arterial
Kaji kulit terhadap dingin, pucat,
Vasokontriksi adalah respon
berkeringat, pengisian kapiler lambat simpatis terhadap penurunan
dan nadi perifer lemah volume sirkulasi dan dapat terjadi
sebagai efek samping vasopressin
Berikan cairan intravena, produk darah
Menggantikan kehilangan darah,
mempertahankan volume
sirkulasi
Penatalaksanaan pemberian
obat Obat antikoagulan berfungsi
antikoagulan tranexid 500 mg 3x1 mempercepat terjadinya
tablet pembekuan darah/mengurangi
perdarahan
INTERVENSI RASIONAL
Kaji status nutrisi klien Sebagai awal untuk menetapkan
rencana selanjutnya
Makan sedikit demi sedikit tapi sering
Anjurkan makan sedikit demi
sedikit tapi sering mampu membantu untuk
meminimalkan anoreksia
Anjurkan untuk makan makanan
Makanan hangat dan bervariasi dapat
dalam keadaan hangat dan meningkatkan nafsu makan klien
bervariasi
Timbang berat badan sesuai Mengevaluasi keefiktifan atau
indikasi kebutuhan mengubah pemberian
nutrisi
Tingkatkan kenyamanan linkungan
Sosialisasi waktu makan dengan orang
termasuk sosialisasi saat makan, terdekat atau teman dapat
anjurkan orang terdekat untuk meningkatkan pemasukan dan
membawa makanan yang disukai menormalkan fungsi makanan
klien
INTERVENSI RASIONAL
Kaji ada nya tanda-tanda infeksi Mengetahui adanya gejala awal dari
proses infeksi
Observasi vital sign Perubahan vitaal sign merupakan salah
satu indikator dari terjadinya proses
infeksi dari dalam tubuh
Deteksi dini perkembangan infeksi
Observasi daerah kulit yang
mengalami kerusakan (luka, garis memungkinkan untuk melakukan
jahitan), daerah yang terpasang tindakan dengan segera dan
alat invasif (infus, kateter) pencegahan komplikasi selanjutnya
Kolaborasi dengan tim medis untuk
Antibiotik dapat menghambat
pemberian obat antibiotik pembentukan sel bakteri, sehingga
proses infeksi tidak terjadi. Disamping
itu antibiotik juga dapat langsung
membunuh sel bakteri penyebab
infeksi
1. TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Ny.S
2. Umur : 34 tahun
3. Agama : Islam
6. Pekerjaan : IRT
IDENTITAS SUAMI
1. Nama : Tn.J
2. Umur : 36 tahun
3. Agama : Islam
4. Suku bangsa : Indonesia
5. Pendidikan : SD
6. Pekerjaan : Swasta
7. Alamat : Gulanjati Rt 12 / Rw 4 Sumber lawang, Sragen
Pasien datang rujukan dari Puskesmas, G2P1A0 hamil 10+4 minggu dengan
perdarahan pervaginam (flek-flek kecoklatan) sejak tanggal 15 April 2015 Pukul
17.00 WIB, Ibu mengatakan cemas dengan kehamilannya sekarang, karena
mengalami perdarahan.
2. Riwayat menstruasi
a) Menarche : 13 tahun
b) Siklus : 28 hari
c) Lama : ± 7 hari
3. Riwayat Hamil
e) Keluhan-keluhan pada
Trimester II : -
Trimester III : -
4. Riwayat penyakit
6. Riwayat Perkawinan
9. Pola kebiasaan
1) Nutrisi
Jenis : nasi,sayur,lauk. Minum : air putih 6-8 gelas dan teh manis
hangat 2 gelas sehari.
2) Eliminasi
3) Aktifitas
4) Istirahat / tidur
b) Selama hamil : Ibu mengatakan tidak pernah tidur siang dan tidur
malam ± 8 jam
5) Seksualitas
6) Personal Hygiene
7) Psikososial budaya
1) Status generalis
b) Kesadaran : Composmentis
N : 81 x/ menit R : 22 x/ menit
d) TB : 155 cm
e) BB sebelum hamil : 46 kg
f) BB sekarang : 45 kg
g) LLA : 24 cm
2) Pemeriksaan Sistematis
a. Kepala
c) Sklera : putih
b. Leher
1) Mammae
d. Areola : hiperpigmentasi
2) Axilla
1. Abdomen
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Auskultasi
1) Vulva Vagina
2) Perineum
3) Anus
4) Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium :
Hb : 12, 7 gr%
Gol. Darah : O+
HbsAg : Negatif
Urine : + (positif)
A. DIAGNOSA KEBIDANAN
Data Dasar :
4. Ibu mengatakan bahwa keluar flek darah kecoklatan dari jalan lahirnya pada
tanggal 15 April 2015 pukul 17.00 WIB
2) Kesadaran : Composmentis
: 22 x/ment S : 36,6 ºC
4) Palpasi
B. MASALAH
C. KEBUTUHAN
Kariokarsinoma.
Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk terapi obat yaitu pemberian infus,
uterotonika, dan tindakan kuretase.
V. RENCANA TINDAKAN
4. Beritahu ibu dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan kepada ibu.
VI. PELAKSANAAN
Tanggal : 16 April 2015 Pukul : 18.10WIB
1. Memberikan informasi pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan ibu,
bahwa KU : baik, TD : 110/70 mmHg, N : 81 x/menit, R : 22 x/menit, S : 36,6 ºC,
PPV : terdapat flek-flek darah kecoklatan.
2. Memberikan informasi pada ibu dan keluarga tentang keadaan kehamilan ibu
bahwa berdasar hasil pemeriksaan, ibu mengalami kehamilan mola hidatidosa atau
disebut dengan hamil anggur, di dalam rahim ibu tidak terdapat janin, sehingga
harus segera di akhiri dengan kuretase.
3. Memberikan dukungan psikologis dan support mental kepada ibu atas rasa
cemas, sedih dan kehilangan yang dialami dengan menenangkan hati ibu dan
memberi kata-kata penyemangat dengan melibatkan suami tau keluarga.
4. Memberikan informasi kepada ibu dan keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan kepada ibu yaitu tindakan kuretase oleh dokter SpOG untuk
membersihkanrahim ibu. Kuretase akan dilakukan selama 2 kali, yaitu kuretase
pertama akan dilakukan pada tanggal 17 April 2015 jam 15.00 WIB dan kuretase
kedua kurang lebih 2 minggu setelah kuretase pertama. Ibu tidak akan merasa sakit
karena akan dilakukan pembiusan.Meminta persetujuan (informed consent) kepada
keluarga untuk dilakukan kuretase, pukul 18.10WIB
b. Skin test untuk pemberian cefotaxim 1 gr/24 jam, pukul 18.20 WIB
d. Pemberian Cytrostol 200 mg/6 jam per oral, pukul 18.50WIB dan
pukul24.50 WIB
e. Menganjurkan ibu puasa untuk persiapan kuretase mulai jam 07.00 WIB
setelah makan pagi hingga pelaksanaan kuretase.
VII. EVALUASI
2. Ibu dan keluarga mengerti dan paham tentang keadaan kehamilan ibu, bahwa ibu
mengalami kehamilanmola hidatidosaatau hamil anggur dan harus segera diakhiri
dengan kuretase.
3. Ibu lebih tenang dan terlihat tegar setelah diberikan dukungan dan semangat oleh
suami dan keluarganya.
4. Ibu dan keluarga telah mengerti dan paham tentang tindakan kuretase yang akan
dilakukan kepada ibu.Keluarga setuju dan ibu telah menandatangani surat
persetujuan (informed consent) untuk dilakukan tindakan kuret pada ibu.
b. Skin test untuk pemberian Cefotaxim 1 gr/24 jam telah diberikan, hasil
ibu tidak ada alergi.
d. Pemberian Cytrostol 200 mg/6 jam per oral sudah diberikan, hasil ibu
bersedia meminumnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/21/01-gdl-ratnaasrin-1039-
1-ratnaas-_.pdf