Anda di halaman 1dari 7

Negara Hukum dan HAM

Disusun oleh :

Rini Putri Pradana

16.20.019 / S1-2A

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KEPANJEN
2017
PEMBAHASAN

 Negara Hukum

Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah Rechstaat yang


diberikan oleh ahli-ahli hukum Eropa continental atau Rule of law yang
diberikan oleh ahli hukum Anglo-Saxon. Rechstaat atau Rule of law dapat
dikatakan sebagai perumusan yuridis dari gagasan konsitusionalisme.
Negara yang menganut gagasan ini dinamakan constitutional state atau
rechstaat (Miriam Budiarjo,2008. Oleh karena itu, konstitusi dan negara
hukum merupakan dua lembaga yang tidak dapat terpisahkan.

Negara hukum adalah negara yang penyelenggaraan kekuasaan


pemerintahnya didasarkan atas hukum. Di negara hukum, pemerintah dan
lembaga-lembaga lain melakukan tindakan apapun harus dilandasi oleh
hukum dan dipertanggung jawabkan secara hukum. Soetandyo
Wignjosoebroto menyatakan bahwa negara hukum mempunayi konsep
berparadigma bahwa negara dan alat kekuasaannya harus bertindak pada
dasar kebenaran hukum yaitu undang-undang yaitu undang undang
dasar.Terdapat 3 karakter konsep negara hukum dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pertama, hukum itu harus dibentuk dalam
wujudnya yang positif. Kedua, apa yang disebut hukum disebut constitutum
merupakan kesepakatan golongan-golongan dalam suatu negara melalui
suatu proses yang disebut proses legislasi. Ketiga, hukum yang telah
diwujudkan berbentuk undang-undang.

Negara hukum menempatkan hukum sebagai hal yang tertinggi


(supreme) sehingga ada istilah supremasi hukum. Supremasihukum tidak
boleh mengabaikan tiga ide dasar hukum yaitu keadilan, kemanfatan,
kepastian atau tiga tujuan hukum yaitu keadilan, kepastian, dan
kemanfaatan.ada dua unsure dalam negara hukum. Pertama, hubungan
antara yang memerintah dan yang diperintah tidak berdasarkan kekuasaan,
melainkan berdasarkan suatu norma objektif. Kedua, norma objektif itu
harus memenuhi syarat bahwa tidak hanya secara formal, melainkan dapat
dipertahankan berhadapan dengan ide hukum.
Di negara hukum, hukum tidak hanya sekedar sebagai formalitas belaka dari
kekuasaan. Jika hanya sekedar formalitas, hukum dapat menjadi
pembenaran untuk melakukan tindakan menyimpang. Di negara hukum
tidak boleh mengabaikan rasa keadilan masyarakat. Hukum diwujudkan
dalam peraturan perundang undangan yang berpuncak pada konstitusi atau
dasar hukum negara. Di dalam negara hukum, kekuasaan negara berdasar
atas hukum bukan kekuasaan belaka, melainkan berdasarkan pada
konstitusi yang berpaham konstitusionalisme. Di dalam negara hukum,
kontitusi negara merupakan sarana pemersatu bangsa. Hubungan antara
warga negara dengan negara, hubungan antara lembaga kerja dengan kinerja
masing-masing elemen kekuasaan berada pada satu system aturan yang
disepakati dan dijunjung tinggi.

Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Negara Kesatuan Republik


Indonesia Tahun 1945 menyebutkan, bahwa “Negara Indonesia Negara
Hukum”. Negara hukum dimaksud adalah negara yang menegakkan
supermasi hukum untuk menegakkan kebenaran dan keadilan dan tidak ada
kekuasaan yang tidak dipertanggung jawabkan. Berdasarkan uraian diatas
yang dimaksud dengan Negara Hukum ialah negara yang berdiri diatas
hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya. Keadilan
merupakan syarat bagi terciptannya kebahagiaan hidup untuk warga
negaranya, dan sebagai dasar dari pada keadilan itu perlu diajarkan rasa
susila kepada setiap manusia agar ia menjadi warga negara yang baik.
Demikian pula peraturan hukum yang sebenarnya hanya ada jika peraturan
hukum itu mencerminkan keadilan bagi pergaulan hidup antar warga
negaranya.

 Hak Asasi Manusia (HAM)


Hak Asasi Manusia merupakan hak dasar yang melekat dan dimiliki
setiap manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Mustafa
Kamal Pasha (2002) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Hak Asasi
Manusia adalah hal-hak dasar yang dibawa sejak lahir yang melekat pada
esensinya sebagai anugerah Allah SWT.
Kesadaran akan hak asasi manusia didasarkan pada pengakuan
bahwa semua manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki derajat dan
martabat yang sama. Dengan pengakuan akan prinsip tersebut maka setiap
manusia memiliki hak dasar yang disebut Hak Asasi Manusia.
Secara teoritis Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada
diri manusia yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah
Tuhan yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi. Sedangkan hakikat Hak
Asasi Manusia sendiri adalah merupakan upaya menjaga keselamatan
eksistensi manusia secara utuh melalu aksi keseimbangan antara
kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum. Begitu juga upaya
menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia
menjadi kewajiban dan tanggung jawab bersama antara individu,
pemerintah (Aparatur Pemerintahan baik Sipil maupun Militer), dan negara.
Pengakuan terhadap HAM memiliki dua landasan, yaitu:

Landasan yang langsung dan pertama, yakni kodrat manusia


, bahwa kodrat manusia adalah sama derajat tanpa membedakan ras,
agama, suku, bahasa, dan sebagainya.

Landasan yang kedua dan yang lebih dalam, yakni Tuhan


yang menciptakan manusia. Bahwa semua manusia adalah makhluk
dari pencipta yang sama yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu
dihadapan Tuhan manusia adalah sama kecuali nanti pada amalnya.

Dengan demikian, selama manusia belum mengakui adanya


persamaan harkat dan martabat manusia maka hak asasi manusia
belum bisa di tegakkan. Jika hak asasi manusia belum dapat
ditegakkan maka akan terus terjadi pelanggaran dan penindasan atas
hak asasi manusia, baik oleh masyarakat, bangsa dan pemerintah
suatu negara.
 Contoh Kasus

Kasus Marsinah

Penyebab :

Marsinah adalah salah seorang karyawati PT. Catur Putera Perkasa


yang aktif dalam aksi unjuk rasa buruh. Keterlibatan Marsinah dalam aksi
unjuk rasa tersebut antara lain terlibat dalam rapat yang membahas rencana
unjuk rasa pada tanggal 2 Mei 1993 di Tanggul Angin Sidoarjo. 3 Mei 1993,
para buruh mencegah teman-temannya bekerja. Komando Rayon Militer
(Koramil) setempat turun tangan mencegah aksi buruh. 4 Mei 1993, para
buruh mogok total mereka mengajukan 12 tuntutan, termasuk perusahaan
harus menaikkan upah pokok dari Rp 1.700 per hari menjadi Rp 2.250.
Tunjangan tetap Rp 550 per hari mereka perjuangkan dan bisa diterima,
termasuk oleh buruh yang absen.Sampai dengan tanggal 5 Mei 1993,
Marsinah masih aktif bersama rekan-rekannya dalam kegiatan unjuk rasa
dan perundingan-perundingan. Marsinah menjadi salah seorang dari 15
orang perwakilan karyawan yang melakukan perundingan dengan pihak
perusahaan.

Siang hari tanggal 5 Mei, tanpa Marsinah, 13 buruh yang dianggap


menghasut unjuk rasa digiring ke Komando Distrik Militer (Kodim)
Sidoarjo. Di tempat itu mereka dipaksa mengundurkan diri dari CPS.
Mereka dituduh telah menggelar rapat gelap dan mencegah karyawan
masuk kerja. Marsinah bahkan sempat mendatangi Kodim Sidoarjo untuk
menanyakan keberadaan rekan-rekannya yang sebelumnya dipanggil pihak
Kodim. Setelah itu, sekitar pukul 10 malam, Marsinah lenyap.Mulai tanggal
6,7,8, keberadaan Marsinah tidak diketahui oleh rekan-rekannya sampai
akhirnya ditemukan telah menjadi mayat pada tanggal 8 Mei 1993.

 Analisa Kasus :

Kasus pembunuhan Marsinah merupakan pelanggaran hak asasi


manusia (HAM) berat. Alasannya adalah karena telah melanggar hak hidup
seorang manusia. Dan juga karena sudah melanggar dari unsur penyiksaan
dan pembunuhan sewenang-wenang di luar putusan pengadilan terpenuhi.
Dengan demikian, kasus tersebut tergolong patut dianggap kejahatan
kemanusiaan yang diakui oleh peraturan hukum Indonesia sebagai
pelanggaran HAM berat.

Jika merujuk pada Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945), jelas bahwa tindakan pembunuhan
merupakan upaya berlebihan dalam menyikapi tuntutan marsinah dan
kawan-kawan buruh. Jelas bahwa tindakan oknum pembunuh melanggar
hak konstitusional Marsinah, khususnya hak untuk menuntut upah
sepatutnya. Hak tersebut secara tersurat dan tersirat ditegaskan dalam Pasal
28D ayat (2) UUD NRI tahun 1945, bahwa setiap orang berhak untuk
bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam
hubungan kerja.

Penyelesaian :

Hak Asasi setiap manusia harus dihargai oleh manusia yang lain
yang dalam kasus ini adalah hak asasi berpendapat dan hak untuk hidup.
Selain itu, kasus marsinah yang tak kunjung usai ini diakibatkan oleh
kurangnya transparansi dan kredibilitas para penyidik. Seharusnya
kredibilitas dan transparansi penyidikan lembaga terhadap suatu kasus
haruslah dijaga oleh para penegak hukum sehingga tercipta keadilan dan
ketentraman masyarakat Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://27victory.wordpress.com/2010/04/15/kronologi-tragedi-tanjung-
priok-berdarah-1984-oleh-saksi-mata-ust-abdul-qadir-djaelani/
2. https://rezaahmadfadila.wordpress.com/2016/04/25/makalah-pendidikan-
kewarganegaraan-negara-hukum-dan-hak-asasi-manusia/
3. Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Hukum Tata Negara Indonesia, Sinar
Bakti, Jakarta 1988.

Anda mungkin juga menyukai