Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN IBU HAMIL


DENGAN MOLA HIDATIDOSA

DI SUSUN OLEH :

RINI PUTRI PRADANA (16.20.019)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1 & NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KEPANJEN - MALANG
2018
MOLA HIDATIDOSA

A. DEFINISI
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma
villus korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya
meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup
dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah
anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002:339).

Mola Hidatidosa (hamil anggur) adalah suatu massa atau pertumbuhan


di dalam rahim yang terjadi pada awal kehamilan. Mola Hidatidosa adalah
kehamilan abnormal, dimana seluruh villi korialisnya mengalami
perubahan hidrofobik. Mola Hidatidosa juga dihubungkan dengan edema
vesikular dari vili khorialis plasenta dan biasanya tidak diisertai fetus yang
intak. Secara, histologist, ditemukan proliferasi trofoblast dengan berbagai
tingkatan hiperplasia dan displasia. Vili khorialis terisi cairan,
membengkak, dan hanya terdapat sedikit pembuluh darah.

(Beaa & Wood, 2006; Cohn dkk., 2009).

B. ETIOLOGI

Penyebab pasti Mola Hidatidosa tidak diketahui, tetapi faktor-faktor


yang mungkin dapat menyebabkan dan mendukung terjadinya Mola,
antara lain :

a. Faktor ovum, dimana ovum memang sudah patologik sehingga mati,


tetapi terlambat dikeluarkan.
b. Imunoselektif dari trofoblast.
c. Keadaan sosioekonomi yang rendah.
d. Paritas tinggi.
e. Kekurangan protein.
f. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.
C. KLASIFIKASI KLINIS
a. Mola Hidatidosa Sempurna
Villi korionik berubah menjadi suatu massa vesikel-vesikel jernih.
Ukuran vesikel bervariasi dari yang sulit dilihat, berdiameter sampai
beberapa sentimeter dan sering berkelompok-kelompok menggantung
pada tangkai kecil.
Temuan Histologik ditandai oleh adanya, antara lain :
 Degenerasi hidrofobik dan pembengkakan stroma vilus
 Tidak adanya pembuluh darah di vilus yang membengkak
 Proliferasi epitel tropoblas dengan derajat bervariasi
 Tidak adanya janin dan amnion

Mola sempurna tidak memiliki jaringan fetus 90% merupakan


genotip 46XX dan sisanya 46XY. Vili korionik berubah menjadi suatu
massa vesikel-vesikel jernih.

Mola sempurna dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu :

1) Mola Sempurna Androgenetic


a. Homozygous
Merupakan 80% dari kejadian mola sempurna. Dua
komplemen kromosom paternal identik, didapatkan dari duplikasi
kromosom haploid seluruhnya dari ayah. Selalu perempuan; 46,YY
tidak pernah ditemukan.
b. Heterozygous
Merupakan 20% dari kejadian mola sempurna. Dapat laki-laki
atau perempuan. Semua kromosom berasal dari kedua orang tua,
kemungkinan besar terjadi karena pembuahan dua sperma.
2) Mola Sempurna Biparental
Genotip ayah dan ibu terlihat, tetapi gen maternal gagal
memengaruhi janin sehingga hanya gen paternal yang terekspresi.
Mola sempurna biparental jarang ditemukan. Bentuk rekuren mola
biparental (yang merupakan familial dan sepertinya diturunkan
sebagai autosomal resesif) pernah ditemukan. Telah ditemukan
daerah kromosom yang menjadi calon yaitu 19q13.
Presentasi klinis tipikal kehamilan mola sempurna dapat
didiagnosis pada trimester pertama sebelum onset gejala dan tanda
muncul. Gejala yang paling sering terjadi pada mola sempurna
yaitu perdarahan vagina. Jaringan mola terpisah dari desidua dan
menyebabkan perdarahan. Uterus dapat menjadi membesar akibat
darah yang jumlahnya besar dan cairan merah gelap dapat keluar
dari vagina. Gejala ini terjadi pada 97% kasus mola hidatidosa.
Pasien juga melaporkan mual dan muntah yang hebat. Ini
diakibatkan peningkatan kadar human chorionic gonadotropin
(HCG). Sekitar 7% pasien juga datang dengan takikardia, tremor,
dan kulit hangat.

b. Mola Hidatidosa Parisal


Apabila perubahan hidatidosa bersifat fokal dan kurang
berkembang dan mungkin tampak sebagai jaringan janin. Terjadi
perkembangan hidatidosa yang berlangsung lambat pada sebagian villi
yang biasanya avaskular, sementara villi-villi berpembuluh lainnya
dengan sirkulasi janin plasenta yang masih berfungsi tidak terkena.
Pasien dengan mola parsial tidak memiliki manifestasi klinis yang
sama pada mola sempurna. Pasien ini biasanya datang dengan tanda
dan gejala yang mirip dengan aborsi inkomplit atau missed abortion
yakni perdarahan vagina dan hilangnya denyut jantung janin.
Pada mola parsial, sering kali didapatkan jaringan fetus, erotrosit
dan pembuluh darah fetus pada villi. Komplemen kromosomnya yaitu
69,XXX atau 69,XXY. Ini diakibatkan dari fertilisasi ovum haploid
dan duplikasi kromosom gaploid paternal atau akibat pembuahan dua
sperma. Tetraploidi juga biasa didapatkan. Seperti pada mola
sempurna, ditemukan jaringan trofoblastik hyperplasia dan
pembengkakan villi chorionic.
D. MANIFESTASI KLINIS
a. Amenorrhoe dan tanda-tanda kehamilan.
b. Perdarahan pervagina dari bercak sampai perdarahan berat merupakan
gejala utama dari mola hidatidosa, sifat perdarahan bisa intermiten selama
berapa minggu sampai beberapa bulan sehingga dapat menyebabkan
anemia defisiensi besi.
c. Uterus sering membesar lebih cepat dari biasanya tidak sesuai dengan usia
kehamilan.
d. Tidak dirasakan tanda-tanda adanya gerakan janin maupun ballottement.
e. Hiperemesis, pasien dapat mengalami mual dan muntah cukup berat.
f. Preklampsi dan eklampsi sebelum minggu ke-24.
g. Keluar jaringan mola seperti buah anggur, yang merupakan diagnosis
pasti.
h. Gejala tirotoksikosis.
Tanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada mola hidatidosa.
Kecurigaan biasanya terjadi pada minggu ke-14 sampai dengan ke-16 dimana
ukuran rahim lebih besar dari kehamilan biasa, pembesaran rahim yang
terkadang diikuti perdarahan, dan bercak berwarna merah darah berserta
keluarnya materi seperti anggur pada pakaian dalam.
Tanda dan gejala mola hidatidosa :
a. Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan 10% pasien masuk RS.
b. Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih besar)
1) Gejala-gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup,
penurunan BB yang tidak dapat dijelaskan, tangan gemetar dan
berkeringat, kulit lembab.
2) Gejala-gejala pre-eklampsi seperti pembengkakan pada kaki dan
tungkai, peningkatan tekanan darah, proteinuria (terdapat protein
pada air seni).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ada beberapa pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada mola
hidatidosa atau hamil anggur, pemeriksaan penunjang tersebut diantaranya
adalah :
1. Pemeriksaan serum β-hCG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memastikan adanya kehamilan
dan pada waktu tertentu akan diulang untuk melihat pola peningkatan
atau lonjakan hormon β-hCG ini untuk membedakan adanya
kehamilan normal atau kehamilan anggur (mola hidatidosa).
Pemeriksaan ini juga dikatakan sebagai pemeriksaan β-hCG serial.
2. USG (Ultrasonografi)
Selanjutnya, keadaan adanya janin atau tidak dipantau dengan
menggunakan USG, seorang ahli kandungan dapat memastikan adanya
kehamilan dengan melihat adakah janin di dalam kantung gestasi
(kantung kehamilan) dan mendeteksi gerakan maupun detak jantung
janin. Apabila semuanya tidak kita temukan didalam pemeriksaan
USG, maka kemungkinan kehamilan ini bukanlah kehamilan yang
normal.
3. Foto rontgen dada
Pemeriksaan rontgen dada digunakan untuk memantau keadaan
sistemik yang terjadi akibat adanya penyakit mola ini. Harap
diperhatikan bahwa rontgen dilakukanapabila benar-benar telah dapat
dipastikan bahwa kelainan yang terjadi adalah mola bukan kehamilan
normal.

F. PENATALAKSANAAN
Diagnosis dini akan menguntungkan prognosis pemeriksan, USG
sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas kesehatan di mana sumber daya
sangat terbatas, dapat dilakukan :
a. Evaluasi klinik dengan fokus pada
b. Riwayat haid terakhir dan kehamilan
c. Perdarahan tidak teratur atau spotting
d. Pembesaran abnormal uterus
e. Pelunakan serviks dan korpus uteri
f. Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin
g. Pastikan tidak ada janin (Ballottement) atau DJJ sebelum upaya
diagnosis dengan perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta Sisson.
h. Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera.
i. Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi
uterus).
j. Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun.
Selain dari penanganan di atas, masih terdapat beberapa penanganan
khusus yang dilakukan pada pasien dengan mola hidatidosa, yaitu : Segera
lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi
berlangsung berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL
dengan kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai tindakan preventif
terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan
uterus secara tepat). Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih aman dari
kuretase tajam. Bila sumber vakum adalah tabung manual, siapkan
peralatan AVM minimal 3 set agar dapat digunakan secara bergantian
hingga pengosongan kavum uteri selesai. Kenali dan tangani komplikasi
seperti tirotoksikasi atau krisis tiroid baik sebelum, selama dan setelah
prosedur evakuasi. Anemia sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus 600
mg/hari, untuk anemia berat lakukan transfusi. Kadar hCG diatas 100.000
IU/L praevakuasi menunjukkan masih terdapat trofoblast aktif (diluar
uterus atau invasif), berikan kemoterapi f. MTX dan pantau beta-hCG
serta besar uterus secara klinis dan USG tiap 2 minggu. Selama
pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal
(apabila masih ingin anak) atau tubektomy apabila ingin menghentikan
fertilisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Walgani. Elisabeth Siwi, Amd.Keb.Purwoastuti, Endang Tb,SPd. APP 2015.


Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal. Yogyakarta. Pustaka Baru
Press.

Leonard Lowdermilk Deitra, E. Perry Shannon. Chashion Kitty (2013).


Keperawatan Maternitas Edisi 8 Buku 2, Elsevier (Singapore), Pte Ltd.

Anda mungkin juga menyukai