Anda di halaman 1dari 6

Mola hidatidosa

1. Definisi
Mola Hidatidosa merupakan kelainan kehamilan yang ditandai dengan trofoblas yang
tidak wajar.Pada kelaianan kehamilan ini, struktur yang dibentuk trofoblas yaitu vili
korialis berbentuk gelembung-gelembung seperti anggur.(Arantika, 2017).

Arantika, H. d. (2017). Patologi Kehamilan.Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

2. Etiologic
Faktor langsung penyebab hamil anggur ini hingga saat ini belum diketahui
pasti,tetapi ada beberapa faktor yang diduga sebagai penyebabnya, yaitu: faktor
nutrisi genetik akibat kualitas sperma yang buruk atau gangguan pada sel telur,
sehingga janin akan mati dan tidak berkembang, faktor kekurangan vitamin A, darah
tinggi, serta faktor gizi buruk, faktor usia kehamilan, wanita dengan usia kehamilan
dibawah 20 tahun atau diatas 40 tahun juga rawan terjadi, faktor ibu sering hamil,
gangguan peredarahan darah dalam rahim dan kelainan rahim, akibat banyak
mengkonsumsi makanan rendah protein, asam folat, dan karoten (Ratnawati, 2018).
Ratnawati, A. (2018). Asuhan Keperawatan Maternitas.Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.
3. Klasifikasi
a. Mola hidatidosa komplet
Pada mola jenis ini, tidak terdapat adanya tanda-tanda embrio, tali pusat,
atau membran. Kematian terjadi sebelum berkembangnya sirkulasi plasenta. Villi
korionik berubah menjadi vesikel hidropik yang jernih yang menggantung
bergerombol pada pedikulus kecil, dan memberi tampilan seperti seikat anggur.
Ukuran vesikel bervariasi, dari yang sulit dilihat sampai yang berdiameter
beberapa sentimeter. Hiperplasia menyerang lapisan sinsitiotrofoblas dan
sitotrofoblas. Massa mengisi rongga uterus dan dapat cukup besar untuk
menyerupai kehamilan.
Pada kehamilan normal, trofoblas meluruhkan desidua untuk
menambatkan hasil konsepsi. Hal ini berarti bahwa mola yang sedang
berkembang dapat berpenetrasi ke tempat implantasi. Miometrium dapat terlibat,
begitu pula dengan vena walaupun jarang terjadi. Ruptur uterus dengan
perdarahan massif merupakan salah satu akibat yang dapat terjadi.
Mola komplet biasanya memiliki 46 kromosom yang hanya berasal dari
pihak ayah (paternal). Sperma haploid memfertilasi telur yang kosong yang tidak
mengandung kromosom maternal. Kromosom paternal berduplikasi sendiri.
Korsiokarsioma dapat terjadi dari mola jenis ini.

b. Mola hidatidosa partial


Tanda-tanda adanya suatu embrio, kantong janin, atau kantong amnion
dapat ditemukan karena kematian terjadi sekitar minggu ke-8 atau ke-9.
Hiperplasia trofoblas hanya terjadi pada lapisan sinsitotrofoblas tunggal dan tidak
menyebar luas dibandingkan dengan mola komplet. Analisis kromosom biasanya
akan menunjukan adanya triploid dengan 69 kromosom, yaitu tiga set kromosom:
satu maternal dan dua paternal. Secara histologi, membedakan antara mola parsial
dan keguguran laten merupakan hal yang sulit dilakukan. Hal ini memiliki
signifikansi klinis karena walaupun risiko ibu untuk menderita koriokarsinoma
dari mola parsial hanya sedikit, tetapi pemeriksaan tindak lanjut tetap menjadi hal
yang sangat penting.

4. Patofisiologi
5. Diagnosis
a. Anamnesis
Pada anamnesis, sangat penting untuk menanyakan status obstetri pasien,
seperti hari pertama haid terakhir (HPHT), riwayat gestasi, dan riwayat kehamilan
sebelumnya. Perdarahan pervaginam: biasanya muncul pada trimester pertama,
rata-rata usia kehamIan 12-14 minggu. Gejala yang menyertai kehamilan: mual,
muntah, pusing.
b. Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan fisik, lebih dari 50% mola hidatidosa muncul dengan ukuran uterus
yang lebih besar bila dibandingkan usia kehamilan. Hal ini disebabkan perkembangan
mola hidatidosa yang lebih pesat sehingga pada umumnya uterus tampak lebih besar dari
usia kehamilan. Meskipun demikian, pada kasus dying mole, dapat ditemukan uterus yang
berukuran lebih kecil atau sama besar dengan usia kehamilan dikarenakan perkembangan
jaringan trofoblas yang tidak begitu aktif.
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada mola hidatidosa meliputi pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan radiologi.
- Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi yang berperan penting dalam penegakkan diagnosis
mola hidatidosa adalah ultrasonografi (USG).

Pada mola hidatidosa komplit, temuan khas yang didapatkan melalui


pemeriksaan USG adalah massa heterogen pada kavum uteri dengan daerah
anekoik multipel, atau sering dikenal sebagai “snowstorm appearance” atau
“honeycomb appearance”. Gambaran daerah anekoik yang muncul sebenarnya
berasal dari vili hidropik. Selain itu, tidak ditemukan adanya embrio atau janin
serta tidak terdapat cairan amnion.

Pada mola hidatidosa parsial dapat ditemukan gambaran janin, cairan amnion,
serta pembesaran plasenta, disertai dengan cystic spaces atau dikenal dengan
sebutan “swiss cheese appearance”. Pada 20-50% kasus ditemukan massa
kistik multilokuler di daerah adneksa yang merupakan kista teka-lutein. 

- Pemeriksaan laboratorium
Secara umum, pada pasien hamil yang mengalami perdarahan pervaginam
harus diperiksa darah perifer lengkap serta kadar hCG serum secara
kuantitatif. Peningkatan kadar hCG serum hingga >100.000 seringkali
ditemukan pada mola hidatidosa komplit. Sementara itu pada mola hidatidosa
parsial, kadar hCG serum dapat saja ditemukan normal.
Melalui pemeriksaan darah perifer lengkap, dapat diketahui kadar hemoglobin
dan trombosit pasien. Bila ada tanda anemia, dapat dilakukan penatalaksanaan
segera. Selain itu, pemeriksaan golongan darah dan rhesus perlu dilakukan
mengingat sebagian pasien dengan mola hidatidosa mengalami perdarahan
berat hingga syok yang dapat memerlukan transfusi darah.

Pada kasus yang cukup jarang, bisa muncul tanda-tanda hipertiroidisme akibat
mola hidatidosa. Pada keadaan ini perlu dilakukan pemeriksaan hormon tiroid.
Pemeriksaan fungsi liver, fungsi ginjal, dan urinalisis dapat pula dilakukan
bila terdapat tanda-tanda preeklampsia dini.

Dafpus

 Santaballa A, García Y, Herrero A, et al. SEOM clinical guidelines in


gestational trophoblastic disease. Clinical and Translational Oncology,
2017. 20(1): 38–46. doi:10.1007/s12094-017-1793-0
 Seckl MJ, Sebire NJ, Fisher RA, et al. Gestational trophoblastic
disease: ESMO Clinical Practice Guidelines for diagnosis, treatment
and follow-up. Annals of Oncology, 2013. 24(suppl 6): vi39–vi50.
doi:10.1093/annonc/mdt345
 Candelier JJ. The Hydatidiform mole. Cell Adh Migr. 2016; 10(1-2):
226–235.

6. Tatalaksana

Terapi mola hidatidosa ada 3 tahapan yaitu:

a. Perbaikan keadaan umum


Perbaikan keadaan umum pada pasien mola hidatidosa, yaitu :
1) Koreksi dehidrasi
2) Transfusi darah bila ada anemia (Hb 8 ggr % atau kurang)
3) Bila ada gejala pre eklampsia dan hiperemesis gravidarum diobati sesuai dengan
protokol penanganan di bagian obstetrik dan ginekologi
4) Bila ada gejala-gejala tirotoksikosis, dikonsultasikan ke bagian penyakit dalam
b. Pengeluaran jaringan mola dengan cara kuretase dan histerektomi
1) Kuretase pada pasien mola hidatidosa:
- Dilakukan setelah pemeriksaan persiapan selesai (pemeriksaan darah rutin,
kadar beta HCG dan foto toraks) kecuali bila jaringan mola sudah keluar
spontan.
- Bila kanalis servikalis belum terbuka maka dilakukan pemasangan laminaria
dan kuretase dilakukan 24 jam kemudian.
- Sebelum melakukan kuretase, sediakan darah 500 cc dan pasang infuse
dengan tetesan oksitosin 10 IU dalam 500 cc dekstrose 5%.
- Kuretase dilakukan 2 kali dengan interval minimal 1 minggu.
- Seluruh jaringan hasil kerokan dikirim ke laboratorium PA.
2) Histerektomi. Syarat melakukan histerektomi adalah :
- Umur ibu 35 tahun atau lebih.
- Sudah memiliki anak hidup 3 orang atau lebih.
c. Pemeriksaan tindak lanjut
- Lama pengawasan 1-2 tahun.
- Selama pengawasan, pasien dianjurkan untuk memakai kontrasepsi kondom,
pil kombinasi atau diafragma. Pemeriksaan fisik dilakukan setiap kali pasien
datang untuk kontrol.
- Pemeriksaan kadar beta HCG dilakukan setiap minggu sampai ditemukan
kadarnya yang normal 3 kali berturut-turut.
- Setelah itu pemeriksaan dilanjutkan setiap bulan sampai ditemukan kadarnya
yang normal 6 kali berturut-turut.
- Bila telah terjadi remisi spontan (kadar beta HCG, pemeriksaan fisik, dan foto
toraks semuanya normal) setelah 1 tahun maka pasien tersebut dapat berhenti
menggunakan kontraasepsi dan dapat hamil kembali.
- Bila selama masa observasi, kadar beta HCG tetap atau meningkat dan pada
pemeriksaan foto toraks ditemukan adanya tanda-tanda metastasis maka
pasien harus dievaluasi dan dimulai pemberian kemoterapi.

Anda mungkin juga menyukai