Anda di halaman 1dari 6

Mola hidatidosa

Definsi

Kehamilan mola merupakan proferasi abnormal dari vili khorialis. (bina pustaka sarwono,
2010)

Molahidatidosa adalah suatu tumor plasenta yang terjadi saat perkembangan embrionik, b
erasal dari sel trofoblas yang berkembang dalam plasenta. Sel trofiblas tumbuh dengan c
epat dan invasif, seperti kanker. Mola diyakini sebagai penyebab aborsi paling spontan p
ada trimester pertama. (EGC, 2009)

Etiologi

Sampai sekarang belun diketahui etiologi dari penyakit ini. Yang diketahui adalah faktor
risiko, seperti:

1. Umur. Mola hidatidosa lebih banyak ditemukan pada wanita hamil berumur di ba
wah 20 tahun dan di atas 35 tahun.

2. Etnik. Lebih banyak ditemukan pada mongoloid daripada kaukasus.

3. Genetik. Wanita dengan balanced translocation mempunyai risiko lebih tinggi.

4. gizi. Mola hidatudosa banyak ditemukan pada mereka yang kekurangan protein. (
obstetri patologi)

5. Keadaan sosio ekonomi yang rendah

6. paritas tinggi

7. infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas (buku ajar Obstetri untuk m
ahasiswa kebidanan)

Patofisioligi

Mola hidatidosa terbagi:

1. Mola hidatidosa komplet merupakan kehamilan abnormal tanpa embrio yang seluruh v
ili korialisnya mengalamu degenerasi hidropikyang menyerupai anggur. Mikroskopik tam
pak edema stroma vili tanpa vaskularisasi disertai hiperplasia dari kedua lapisan trofoblas
. Secara sitogenetik umumnya bersifat haploid, sebagai hasil pembuahan satu ovum, tidak
berinti atau intinya tidak aktif, dibuahi oleh sperma yang mengandung 23 X kromosom,
yang kemudian mengadakan duplikasi menjadi 46 XX. Jadi umumnya MHK bersifat ho
mizigot, wanita dan berasal dari bapak (androgenetik).

2. Mola hidatidosa parsial sama halnya seperti MHK, tetapi disini masih ditemukan embr
io yang biasanya mati pada masa dini. Degenerasi hidropik dari vili bersifat setempat, da
n yang mengalami hiperplasi hanya sinsitio trofoblas saja. Gambaran yang khas adalah cr
inkling atau scalloping dari vili dan stromal tropoblastic inclusions. (obstetri patologi)

Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari oenyakit trofoblas
t:

1. teori missed abortion: mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu karena itu terjadi ga
ngguan peredaran darah sehingga terjadi oenimbunan cairab masenkim dari vilki dan akh
irnya terbenruklah gelembung-gelembung.

2. teori neoplasma dari dari Park: Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi
yang abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehingga
timbul gelembung.

3. studi dari Hertig

 mola hidatidosa semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai degenerasi


awal atau tidak adan6a embrio komplit pada minggu kebtiga dan ke lima.

 adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak adanya retus menyebabka
n trofoblast berpoliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan cairan. (
buku ajar kebidanan untuk mahasiswa kebidanan)

Kariotip umumnya adalaah triploid sebagai hasil pembuahan satu ovum oleh dua sperma.

Insidens

A. Terjadi pada 1 dari 200 kehamilan di Amerika Serikat

B. kambuh pada 2% wanita yang pernah mengalami kasus ini

C. wanita di atas 45 tahun memiliki insidens sepuluh kali lebih besar


D. sebesar 2-8% kehamilan mola adalah ganas

Gambaran klinis

1. Tanda dan gejala

 perdarahan tanpa nyeri yang tidak teratur paling banyak terjadi pada 12 minggu
kehamilan. Mungki terus menerus atau intermiten, biasanya berwarna kecokelat
an, dan tidak banyak

 peningkatan tajam kadar hCG karena poliferasi cepat sel plasenta, yang mengeksr
esikan hCG. Kadar hCG pada kehamilan biasa, kadar hCG darah paling tinggi 1
00.000 IU/L, sedangkan pada molahidatidosa bisa mencapai 5.000.000 IU/L.

 hiperemesis gravidarum pada 30% pasien ini karena pertambahan jaringan plasent
a yang menstimulasi korpus luteum secara berlebihan dan produksi hormon yang
meningkat

 uterus kerap bertambah besar dari usia kehamilan karena pertumbuhan mola yang
cepat

 nyeri tekan pada ovariun dan ovarium kerap membesar

 uterus lebih besar dari tuanya kehamilan

 tidak ada DJJ

 terjadi preeklamsi selama 24 minggu

 mungkin anemik sekunder akibat kehilangan darah dan/atau nutrisi yang buruk k
arena hipertensi

Disamping hal-hal tersebut mola hidatidosa juga menunjukkan gambaran klinik, seperti k
ehamilan lain, misalnya mual, muntah, dan makan kurang.

2. Diagnosis

 Dapat terdiagnosis melaui USG, yaitu dengan ditemukannya gambaran vesikukar


(gambaran badai salju)

 amenorea
 Pengeluaran bagian-bagian mola, yaitu vili korionik yang berkembang menjadi ve
sikel menyerupai anggur (grape like vesicle, GTN) dan dapat pecah serta keluar
melalui vagina

 uterus lebih besar dari tuanya kehamilan

 tidak ditemukan tanda pasti kehamilan

 kadar hCG yang tinggi.

Terapi

Karena mola hidatidosa adalah suatu kehamilan patologi dan tidak jarang disertai penyuli
t yang membahayakan jiwa, pada pribsipnya harus segera dikeluarkan.

Terapi mola hidatidosa terdiri dari 3 tahap, yaitu:

1. Perbaikan keadaan umum adalah transfusi darah untuk mengatasi syok hipovelemik at
au anemi, pengobatan terhadap penyulit, seperti preeklamsi berat atau tirotoksikosis. Setel
ah penderita stabil, baru dilakukan evakuasi.

2. Evakuasi. Pada umumnya evakuasi jaringan mola dilakukab dengan kuret vakum, kem
udian sisanya dibersihkan dengan kuret tajam. Tindakan kuret hanya dilakukan satu kali.
Kuret ulangan hanya dilakukan bila ada ibdikasi.

3. Tindakan profilaksis adalah untuk mencegah terjadinya keganasan pascamola pada mer
eka yang mempunyai faktor risiko, seperti umur di atas 35 tahun atau gambaran PA yan
g mencurigakan.

Ada 2 cara, yaitu:

A. histerektomi dengan jaringan mola in toto, atau beberapa hari pasca kuret. Tinda
kan ini dilakukan pada wanita dengan umur di atas 35 tahun serta anak cukup.

B. sitotastika profilajsis. Diberikan kepada mereka yang menolak histerektomi atau


wanita muda dengan PA mencurigakan. Caranya dengan memberukan Methotrexa
te 20 mg/hari atai dengan Actinomyn D flc/hari, 5 hari berturut-turut.

Tindak Lanjut
Tujuannya untuk mendeteksi secara dini adanya perubahan ke arah keganasan. Dilakukan
selama satu tahun dengan jadwal sebagai berikut:

 3 bulan pertama : tiap 2 minggu

 3 bulan ketiga : tiap 1 bulan

 6 bulan terakhir : tiap 2 bulan

Selama dilakukan pemeriksaan ginekologik dan β-hCG, serta pemeriksaan foto toraks jik
a perlu.

Tindak lanjut dianggap selesai bila satu tahun pascaevakuasi mola, penderita tidak memp
unyai keluhan dan kadar β-hCG dibawah 5 IU/L atau bila penderita sudah hamil lagi de
ngan normal.

Selama tindak lanjut, dianjurkan untuj tidak hamil dahulu dengan menggunakan kondom
atau pil kontrasepsi.

Prognosis

Risiko kematian atau kesakitan pada penderita mola hidatidosa meningkat karena perdara
han, perforasi uterus, preeklamsi berat, tiroksokosis atau infeksi. Akan tetapi, sekarang ke
matian karena mola hidatidosa sudah jarang seklai.

Segera setelah jaringan mola dikeluarkan, uterus akan mengecil, kadar hCG meburun dan
akan mencapai kadar normal sekitar 10-12 mingg pasca evakuasi. Kista lutein juga akan
mengecil lagi. Pada beberapa kasus pengecilan ini bisa mengambil waktu beberapa bula
n.

Sebagian besar oenderita mola hidatidosa akan baik kembali setelah kuretasi. Bila hamil
lagi, umumnya berjalan normal. Mola hidatidosa berulang dapat terjadi, tetapi jarang. Wa
laupun demikian 15-20% dari penderita pasca mola hidatidosa dapat mengalami degenera
si keganasan menjadu tumor trofoblas gestasional (TTG), baik berupa mola invasif, korio
karsinoma, maupun placental site trophoblastic tumor (PSTT).

keganasan ini biasanya terjadi pada satu tahun pertama pascaevakuasi, yang terbanyak da
lam enam bulan pertama. MHP lebih jarang menjadi ganas. Faktor resiko terjadinya TTG
pasca mola hidatidosa dalah umur di atas 35 tahun, uterus di atas 20 minggu, kadar hC
G preevakuasi diatas 100.000 IU/L, dan kista lutein bilateral.
Komplikasi

Komplikasi mola hidatidosa meliputi:

 perdarahan hebat

 anemis

 syok

 infeksi

 perfirasi uterus

 keganasan (PTG)

Diagnosis Keperawatan yang Lazim Muncul

Diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada kasus mola hidatidosa adalah:

 Nyeri, berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

 intoleran aktivitas, berhubungan dengan kelemahan

 gangguang pola tidur, berhubungan dengan adanya nyeri

 Gangguan rasa nyaman: hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

 kecemasan, berhubungan dengan perubahan status kesehatan

 risiko nutrisi kurang dari kebutuhan, berhubungan dengan mual muntah

 Risiko terjadinya infeksi, berhubungan dengan tindakan kuretase

 Risiko terjadinya gangguan perfusi jaringan, berhubungan dengab adanya perdara


han (buku ajar obstetri untuk mahasiswa kebidanan)

Anda mungkin juga menyukai