Anda di halaman 1dari 32

Tumor Trofoblas

Gestasional
Oleh :
Ester Farida Manalu 1115038
Lisa Susilo 1115127
Pembimbing :
dr. Erik Dwikurnia Saiman, Sp.OG

Penyakit Trofoblas
Gestational
Sekumpulan penyakit yang terkait dengan vili korialis,
terutama

sel

trofoblasnya,

dan

berasal

dari

suatu

kehamilan

Klasifikasi :

Jinak mola hidatidosa

Ganas tumor trofoblas ganas (mola invasif,


koriokarsinoma, dan Placental site of trophoblastic tumor)

Penyakit Trofoblas Jinak

Mola Hidatidosa
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan
abnormal, dimana vili yang normal digantikan oleh
gelembung-gelembung akibat degenerasi hidropik
vili korealis disertai proliferasi sel-sel trofoblas
dalam berbagai derajat. Mola hidatidosa itu terdiri
dari dua jenis, yaitu;
1.

Mola Hidatidosa Komplit (MHK)

2.

Mola Hidatidosa Parsialis (MHP)

Mola Hidatidosa
Komplit (MHK)
Kehamilan abnormal tanpa embrio yang seluruh
vili korialisnya mengalami degenerasi hidropik yang
menyerupai

anggur

hingga

sama

sekali

tidak

ditemukan unsur janin. Secara mikroskopik tampak


edema stroma vili tanpa vaskularisasi disertai
hyperplasia dari kedua lapisan trofoblas.

Faktor Resiko
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Faktor
Faktor
Faktor
Faktor
Faktor
Faktor

Umur
Riwayat Kehamilan MH Sebelumnya
Kebangsaan / Etnik
Genetika
Gizi
Sosial Ekonomi

Patogenesis
Secara

teori

sitogenetik

umumnya

kehamilan

MHK

terjadi karena sebuah ovum yang tidak berinti (kosong) atau


yang intinya tidak berfungsi, dibuahi oleh sperma yang
mengandung haploid 23 X, terjadilah hasil konsepsi dengan
kromosom 23 X, yang kemudian mengadakan duplikasi
menjadi 46 XX. Jadi umumnya MHK bersifat homozigot,
wanita dan berasal dari bapak (androgenetik). Jadi tidak ada
unsur ibu sehingga disebut Diploid Androgenetik.

Manifestasi Klinis
1.

Adanya tanda-tanda kehamilan disertai dengan


perdarahan pervaginam.

2.

Hiperemesis gravidarum

3.

Umumya uterus lebih besar dari usia kehamilan

4.

Tidak terdengar denyut jantung janin

5.

Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau


mata ikan (tidak selalu ada), yang merupakan
diagnosa pasti.

Terapi
1. Perbaikan Keadaan Umum
2. Evakuasi Jaringan
3. Profilaksis
4. Follow up

Mola Hidatidosa Parsialis (MHP)

Pada MHP hanya sebagian dari vili korialis yang


mengalami degenerasi hidropik sehingga
janin

selalu

tergantung

ada.
kepada

Perkembangan
luasnya

janin

plasenta

unsur
akan
yang

mengalami degenerasi, tetapi janin biasanya tidak


dapat bertahan lama dan akan mati dalam rahim,
walaupun dalam kepustakaan ada yang melaporkan
tentang kasus MHP yang janinnya hidup sampai
aterm.

Patogenesis
Disini ada unsur ibu, ditemukan bayi. Tetapi
komposisi

unsur

ibu

dan

unsur

ayah

tidak

seimbang, satu berbanding dua. Unsur ayah yang


tidak

normal

plasenta

yang

itu

menyebabkan

tidak

wajar,

pembentukan

yang

merupakan

gabungan dari vili korialis yang normal dan yang


mengalami degenerasi hidropik. Oleh karena itu
fungsinya pun tidak bisa penuh sehingga janin tidak
bisa bertahan sampai besar. Biasanya kematian
terjadi sangat dini.

Manifestasi Klinis
Berbeda dengan MHK, pada MHP sama sekali
tidak ditemukan gejala maupun tanda-tanda yang
khas. Keluhannya pada permulaan sama seperti
kehamilan biasa. Kalau ada perdarahan sering
dianggap

seperti

abortus

biasa.

Jarang

sekali

ditemukan MHP dengan besar uterus yang melebihi


tuanya kehamilan. Biasanya sama atau lebih kecil.
Dalam hal terakhir disebut Dying Mole.

Terapi
Karena

diagnosis

umumnya

dibuat

secara

kebetulan pascakuret, biasanya evakuasi dilakukan


dengan
tindakan

kuret

biasa.

apa-apa.

Selanjutnya
Histerektomi

profilaksis lainnya tidak dianjurkan.

tidak
dan

perlu
upaya

Tumor Trofoblas
Ganas

Tumor Trofoblas
Gestasional

Definisi : penyakit keganasan yang berasal


dari sel-sel trofoblas gestasional

Klasifikasi :
Tumor trofoblas ganas non metastasis
Tumor trofoblas ganas metastasis

Gejala Klinik

Perdarahan pervaginam

Pembesaran rahim setelah kehamilan

Gejala klinis dari metastasis atau komplikasi

Kriteria Diagnosis

Terdapat peningkatan kadar hCG secara


berurutan pada hari ke-1,7,14,21

Peningkatan kadar hCG tanpa berurutan dengan


interval pemeriksaan 2 minggu pada hari ke-I, 7
dan 14.

Kadar hCG menetap 3 minggu atau lebih

Kadar hCG di atas nilai normal sampai 14 minggu


setelah evaluasi

Uterus lebih besar dari normal dengan kadar


hCG > normal

Perdarahan dari uterus dengan kadar hCG >


normal

Dijumpai lesi metastasis dengan kadar hCG >


normal

Metastasis paru didiagnosis dengan foto rontgen


toraks

Stadium (FIGO 2000)

Stadium I : Tumor terbatas pada uterus

Stadium II : Tumor meluas ke organ


genitalia lainnya

Stadium III : Tumor metastasis ke paru

Stadium IV : Metastasis jauh dengan atau


tanpa metastasis paru

<6 risiko rendah


>6 risiko tinggi

Diagnosis Banding

Kanker endometrium

Hiperplasia endometrium

Abortus

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan hCG serum secara serial

Pemeriksaan darah lengkap termasuk hitung darah


tepi, platelets, PT, PTT, fibrinogen, BUN, kreatinin,
dan tes fungsi hati

Foto rontgen toraks (Whole body CT scan pada


pasien yang ditemukan adanya metastasis di paru)

MRI atau CT scan otak (kecurigaan metastasis di


otak)

CT scan hepar jika ada indikasi

Kuretase harus dilakukan jika ada perdarahan


yang berasal dari uterus. Biopsi pada tempat
metastasis sangat berbahaya karena timbulnya
perdarahan banyak pada tempat biopsi.

MRI dilakukan atas indikasi

T4 dan test fungsi tiroid lainnya atas indikasi

Penatalaksanaan
Risiko rendah (skor WHO <6), FICO Stadium I, II, dan III :

Metotreksat 0,4 mg/KgBB 1M tiap hari selama 5 hari, diulang


tiap 2 minggu

Metotreksat 1,0 mg/KgBB selang satu hari sampai 4 dosis,


ditambah Leukovorin 0,1 mg/KgBB 24 jam setelah MTX,
diulang tiap 2 minggu

Metotreksat 50 mg/m2 diberikan secara mingguan

Acrinornycin-D 1,25 mg/m2 diberikan tiap 2 minggu

Actinornycin-D 12 ug/KgBB IV tiap hari selama 5


hari diulang tiap 2 minggu. Protokol ini
digunakan pada pasien dengan gangguan fungsi
hati.

Metotreksat 250 mg infus selama 12 jam,


diulang tiap 2 minggu

Kemoterapi dilanjutkan 1 atau 2 kali setelah


kadar hCG normal

Penatalaksanaan
Stadium IV, FICO stadium I, II, III dengan risiko tinggi (skor WHO >6)
Terapi primer adalah EMA-CO Etoposide, MTX, Actinomycin, Cyclophosphamid dan Oncovin
(Vincristine)

Jika respon kurang baik atau resisten alternatif lain :

MA - PA (Etoposide,MTX, Actinomycin - Cisplatin dan Adriamycin)

EMA - EP (Etoposide, MTX, Actinomycin - Etoposide Platinum)

Jika EMA-EP resisten dapat diberikan alternatif :

Paclitaxel - Cisplatin

Paclitaxel - Etoposidel3

Paclitaxel - 5 FU

ICE (Iphosphamid , Cisplatin, dan Etoposide)

Regimen BEP (Bleomycin, Etoposide, Cisplatin)

Penatalaksanaan
Plasental site trophoblastic tumor (PSTT)

Pengelolaannya terpisah dari TTG yang lain

Terapi dilakukan secara kombinasi baik


dengan operasi maupun kemoterapi

Follow Up

Pemeriksaan klinis

Pemeriksaan hCG :
Tiap minggu hingga kadar mencapai normal
Setiap bulan selama 6 bulan
Setiap 2 bulan selama 6 bulan

Prognosis

Secara umum baik (60-80%)

Prognosis dipengaruhi kadar -hCG saat


mulai terapi sekunder dan lokasi metastasis

Rekurensi :
TTG non metastasis 2,5%
TTG metastasi 3,7%

Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai