Anda di halaman 1dari 16

BULIMIA

NERVOSA
Presented by:
Nurul Indah Pertiwi/C11112052
Pembimbing:
dr.Anisa
Supervisor:
dr. Irma Santy, Sp.KJ

DEPARTEMEN KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

DEFINISI
Bulimia nervosa adalah suatu
gangguan fungsi makan yang
ditandai oleh episode nafsu
makan yang lahap tanpa
dapat dikendalikan, diikuti
dengan
muntah
yang
disengaja
atau
upaya
pencahar
lain
yang
dimaksudkan
untuk
mencegah
meningkatnya
berat badan.

EPIDEMIOLOGI

Bulimia nervosa lebih sering ditemukan pada wanita


dibandingkan laki-laki, lebih sering pada masa remaja
dibandinkan masa dewasa awal. Diperkirakan bulimia
nervosa mengenai 1-3 persen wanita muda.

ETIOLOGI

FAKTOR
BIOLOGIS

FAKTOR
PSIKOLOGIS

FAKTOR
SOSIAL

MANIFESTASI KLINIS

DIAGNOSIS
Berdasarkan DSM-5
Episode berulang dari pesta makan. Sebuah episode dari pesta
makan yang ditandai oleh dua gejala berikut:
Makan pada periode waktu tertentu (misalnya tidak lebih dari
2 jam), dengan jumlah makanan yang lebih banyak
dibandingkan jumlah yang dimakan kebanyakan orang selama
periode waktu yang serupa pada situasi yang serupa.
Perasaan hilangnya kontrol makan berlebih selama episode
berlangsung (misalnya perasaan bahwa seseorang tidak bisa
berhenti makan atau mengontrol apa dan seberapa banyak
yang ia makan).
Kebiasaan kompensasi berulang yang tidak pantas dengan tujuan
mencegah penambahan berat badan, seperti muntah yang
diinduksi sendiri, penyalahgunaan obat laksatif, diuretik atau obat
lainnya, puasa, atau olahraga berat.
Pesta makan dan perilaku kompensasi yang tidak pantas, muncul
paling sedikit sekali per minggu selama 3 bulan.
Evaluasi diri sangat dipengaruhi oleh bentuk tubuh dan berat
badan.

DIAGNOSIS
Berdasarkan PPDGJ-III.
Untuk diagnosis pasti dibutuhkan semua berikut ini:
a. Terdapat preokupasi yang menetap untuk makan, dan ketagihan (craving)
terhadap makanan yang tidak bisa dilawan; penderita tidak berdaya
terhadap datangnya episode makan yang berlebihan dimana makanan
dalam jumlah yang besar dimakan dalam waktu yang singkat.
b. Pasien berusaha melawan efek kegemukan dengan salah satu atau lebih
cara seperti berikut:
Merangsang muntah oleh diri sendiri
Menggunakan pencahar berlebihan
Puasa berkala
Memakai obat-obatan seperti penekan nafsu makan, sediaan tiroid atau
diuretika. Jika terjadi pada penderita diabetes, mereka akan
mengabaikan pengobatan insulinnya.
c. Gejala psikopatologinya terdiri dari ketakutan yang luar biasa akan
kegemukan dan penderita mengatur sendiri batasan yang ketat dari
ambang berat badannya, sangat dibawah berat badan sebelum sakit
dianggap berat badan yang sehat dan optimal.
Seringkali, tetapi tidak selalu, ada riwayat episode anoreksia nervosa
sebelumnya, interval antara kedua gangguan tersebut berkisar antara
beberapa bulan sampai beberapa tahun. Episode sebelumnya ini dapat

PEMERIKSAAN FISIS DAN LABORATORIUM

Pemeriksaan Fisis
Erosi gigi, jaringan parut atau abrasi pada kukukuku jari, dan kelenjar parotis bengkak

Laboratorium
Hipokalemia, hypochloremia, hiperfosfatemia,
dan alkalosis metabolik, terutama bulimia dengan
berat badan yang rendah

DIAGNOSIS BANDING
Beberapa diagnosa banding dari bulima nervosa yaitu
anorexia nervosa, body dysmorphic disorder, depresi, gastric
outlet obstruction, insulinomoma, Kleine-Levin syndrome, KluverBucy syndrome, obsessive-compulsive disorder.
Kluver-Bucy syndrome seperti agnosia visual, perilaku
kompulsif untuk menjilat dan menggigit. Pada pemeriksaan
mulut penderita ditemukan ketidakmampuan untuk menolak
stimulus apapun, tenang, dan adanya kelainan perilaku seksual
(hiperseksual),
perubahan
perilaku
makan,
terutama
hiperfagia.
Kleine-Levin syndrome terdiri dari periode hipersomnia
selama 2-3 minggu dan hiperfagia. Sama seperti bulimia
nervosa, onset biasanya pada remaja, namun sindrom ini lebih
umum terjadi pada pria dibandingkan wanita.

PENATALAKSANAAN
NON FARMAKOLOGI
Penanganan terapi perilaku kognitif (CBT Cognitive Behaviour
Therapy) merupakan penanganan bulimia terbaik dan tervalidasi untuk
saat ini. Dalam terapi Fairburn, pasien didorong untuk mempertanyakan
berbagai standar masyarakat mengenai terkait daya tarik fisik.
Tujuan keseluruhan penanganan bulimia nervosa adala
mengembangkan pola makan normal. Para pasien perlu belajar untuk
makan tiga kali sehari dan beberapa kudapan diantara waktu-waktu
makan tanpa harus terdorong untuk melakukan pesta makan dan
pengurasan. Makan teratur dapat mengendalikan rasa lapar dan
diharapkan juga dapat mencegah perilaku pesta makan dan
pengurasannya.

PENATALAKSANAAN
FARMAKOLOGI
Pengobatan yang disetujui oleh Food and Drug
Administration (FDA) adalah Fluoxetine dengan dosis inisial 20
mg per hari dengan peningkatan di atas 1-2 minggu menjadi 60
mg per hari pada pagi hari dapat ditoleransi. Dosis anjuran 2040 mg/hari. Beberapa pasien mungkin butuh dimulai dengan
dosis rendah jika efek samping tidak dapat ditoleransi. Dosis
maksimum yaitu 80 mg per hari.

KOMPLIKASI
Pasien bulimia nervosa mempunyai kemungkinan menderita
gangguan depresi berat, penyalahgunaan zat, gangguan cemas,
gangguan bipolar, penyalahgunaan seksual. Kondisi ini harus
diperhatikan dan ditangani sesegera mungkin. Mortalitas dan
morbiditas berkaitan dengan depresi (bunuh diri atau melukai diri
sendiri) dan pengendalian impuls yang buruk (seperti penggunaan
obat-obatan, penyakit menular seksual, kehamilan yang tidak
direncanakan) harus selalu diantipasi dan diperhitungkan. Pasien
dengan bulimia nervosa yang ketergantungan alkohol dan risiko
sangat tinggi untuk bunuh diri, terutama yang melakukan olahraga
berlebihan.
Komplikasi medis lainnya seperti gangguan menstruasi dan
gangguan GI tract. Gangguan GI tract bisa terjadi pada penderita
bulimia, seperti perut kembung, flatulensi, konstipasi, keterlambatan
pengosongan lambung (peristaltik menurun), GERD, Mallory-Weiss
tears, Rectal prolaps.

PENCEGAHAN
Program pencegahan primer
Pencegahan ini langsung ditujukan pada populasi berisiko tinggi seperti
murid wanita SMP untuk mencegah timbulnya gangguan makan pada
mereka yang asimtomatik. Pencegahan yang dilakukan dapat berupa
program pendidikan mengenai sikap dan perilaku terhadap remaja.

Program pencegahan sekunder


Pencegahan ini bertujuan untuk deteksi dan intervensi dini, dengan
memberikan pendidikan pada petugas kesehatan di pusat pelayanan
kesehatan primer.
Selain diatas untuk mencegah terjadinya gangguan makan berupa
bulimia nervosa dapat juga dilakukan dengan beberapa cara,
diantaranya:
Rajin berkonsultasi dengan dokter
Tingkatkan rasa percaya diri
Tingkatkan dinamika lingkungan. Usahakan agar tercipta suasana yang
nyaman dan kondusif di lingkungan keluarga atau pekerjaan
Bersikap realistis. Jangan mudah percaya pada apa yang digambarkan
oleh media tentang berat dan bentuk badan ideal.

PROGNOSIS
Bulimia nervosa memiliki angka kematian lebih
rendah dan tingkat pemulihan lebih tinggi dibanding
anoreksia nervosa. Dalam jangka pendek, pasien bulimia
nervosa yang mampu melibatkan diri dalam pengobatan
telah dilaporkan lebih dari 50% yang mengalami
perbaikan.
Prognosis bulimia nervosa tergantung kepada
keparahan sequele mencahar, yaitu apakah pasien
mengalami gangguan elektrolit dan sampai derajat
mana muntah yang sering mengakibatkan esofagitis,
amilasemia, pembesaran kelenjar liur dan karies gigi.
Pada beberapa kasus yang tidak diobati, remisi
spontan terjadi dalam satu sampai dua tahun.

DAFTAR PUSTAKA

Sadock, Benjamin James, and Sadock, Virginia Alcott. 2007. Kaplan and Sadocks Sypnosis of Psychiatry
10th edition. New York: Lippincott Williams & Wilkins: Chapter 23 Eating Disorders. Pages 736-739.
Maslim, Rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. Hal 91.
Maslim, Rusdi. 2014. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Psychotropic Medication).
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. Hal 30.
Tasman, Allan, Kay, Jerald, et al. 2015. Psychiatry Fourth Edition Volume I. England: John Willey & Sons
Ltd: Chapter 64 Feeding and Eating Disorders. Pages 1242.
Mehler, Philip S, and Rylander, Melanie. 2015. Bulimia Nervosa-Medical Complications. Journal of Eating
Disorders.
Mond, Jonathan M. 2013. Classification of Bulimic-type Eating Disorders: from DSM-IV to DSM-5. Mond
Journal of Eating Disorders.
Yager,
Joel.
2016.
Bulimia
Nervosa.
Available
from
http://emedicine.medscape.com/article/286485-overview#showall (Diakses tanggal 24 Mei 2016)
Rushing, Jona M, et al. 2003. Bulimia Nervosa: A Primary Care Review. Primary Care Companion J Clin
Psychiatry; 5:217-224.
Davison, Gerald C. 2004. Abnormal Psychology 9 th Edition. England: John Willey & Sons Ltd: Chapter 9
Eating Disorders.
Pradipta, Eka Adip, et al. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ke-4. Jakarta: Media Aesculapius. Hal 918920.

THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai