Anda di halaman 1dari 25

REFERAT

SKIZOFRENIA KATATONIK
Pembimbing :
Dr. Laila Sylvia Sari Sp,Kj
Oleh:
Juliana Askim

KKS Ilmu Kesehatan Jiwa


RSUD Embung Fatimah Batam
Batam
2014

PENDAHULUAN

Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan


variasi (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak
selalu berifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta
sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh
genetik, fisik, dan sosial budaya.
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling
sering. Hampir 1% penduduk di dunia menderita skizofrenia
selama hidup mereka. Skizofrenia setara prevalensinya pada
pria dan wanita. Namun, kedua jenis kelamin tersebut berbeda
awitan dan perjalanan penyakitnya. Awitan terjadi lebih dini
pada pria dibanding wanita. Usia puncak awitan adalah 18-25
tahun untuk pria dan 25-35 tahun untuk wanita. Prognosis
biasanya lebih buruk pada laki-laki bila dibandingkan
perempuan. Awitan setelah umur 40 tahun jarang terjadi.

Skizofrenia mempunyai beberapa tipe, berdasarkan PPDGJ


III dibagi dalam 3 pembagian besar
yaitu paranoid,
herbefrenik, katatonik. Paranoid ditandai dengan adanya
waham kecurigaan, delusion of control, halusinasi yang
mengancam pasien. Herbefrenik ditandai oleh prilaku yang
tanpa maksud dan tujuan, tidak bertanggung jawab. Sementara
katatonik ditandai dengan gangguan psikomotor dimana
penderita secara sukarela mempertahankan posisi tertentu yang
aneh, negativisme, rigiditas, waxy flexibility.
Fokus referat ini adalah pembahasan mengenai skizofrenia
katatonik, karena jenis ini mempunyai gejala yang khas, dan
menarik untuk dibahas.

TINJAUAN PUSTAKA

Skizofrenia Katatonik
1. Definisi
Catatonic s. (DSM-IV)

jenis skizofrenia yang ditandai


dengan gangguan psikomotor bermakna, termasuk beberapa
kombinasi imobilitas motorik (stupor, katalepsi), aktivitas
motorik berlebihan, negativisme ekstrim, mutisme, ekolalia,
ekopraksia dan keanehan gerakan-gerakan involunter seperti
posturing, manerismus, menyeringai, atau prilaku stereotipik.
4

2.Epidemiologi5
Statistik Amerika Serikat
Frekuensi katatonia di Amerika Serikat tidak diketahui. Beberapa penelitian
mencatat penurunan frekuensi katatonia di bagian Amerika Serikat selama
abad terakhir. Berbagai bias dapat mempengaruhi hasil studi epidemiologi
beberapa katatonia. Pada tahun 1994, kejadian katatonia antara pasien rawat
inap psikiatri di sebuah rumah sakit universitas di New York adalah 7% .
Namun, rumah sakit adalah rumah sakit tersier rujukan perawatan dikenal
untuk pengobatan katatonia.; ini, populasi mungkin tidak mewakili populasi
umum. 5
Statistik Internasional
Frekuensi saat katatonia pada populasi internasional tidak diketahui.
Beberapa studi epidemiologi diterbitkan melaporkan angka yang sangat
berbeda, menunjukkan bahwa frekuensi katatonia dapat bervariasi dari satu
lokasi ke lokasi lain. Di sisi lain, banyak kasus katatonia mungkin tetap tidak
terdiagnosis. Hasil dapat dikacaukan oleh bias pemastian. Dengan kata lain,
katatonia dapat didiagnosis lebih jarang di negara-negara berkembang
daripada di negara-negara industri, karena dokter gagal untuk
mengidentifikasi kondisi pasien mereka. 5
7

Katatonia jarang pada anak-anak pra-remaja; telah dilaporkan


pada remaja dan orang dewasa. 5
Frekuensi katatonia di berbagai ras tidak diketahui. Ungvari et
al mencatat kebutuhan untuk menyelidiki peran pengaruh
etnis, budaya, dan sosial dalam pengembangan catatonia. 5
Berdasarkan laporan RISKEDAS Kementrian Kesehatan
.Republik Indonesia tahun 2013 bahwa prevalensi gangguan
jiwa berat di Indonesia adalah sebesar 1,7 0/00, dengan
prevalensi tertinggi terdapat didaerah DIY dan Aceh 2,7 0/00,
diikuti Sulawesi tengah 2,6 0/00, Bali dan Jawa Tengah
2,3,0/00, Sumatera Barat 2,9 0/00 Kepulauan Riau 1,3 0/00,
dan Sumatera Utara 0,9 0/00. Sedangkan yang terendah di
Kalimantan Barat (0,7 0/00). 6

2. Penegakkan Diagnosis
2.1) Menurut Pedoman Diagnostik PPDGJ III
F20.2 Skizofrenia Katatonik
Kriteria skizofrenia katatonik yaitu:
1. Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia
2. Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus
mendominasi gambaran klinisnya :
Stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap
lingkungan dan dalam gerakan serta aktivitas spontan)
atau mutisme (tidak berbicara);
Gaduh-gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak
bertujuan, yang tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal)

Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela


mengambil dan mempertahankan posisi tubuh tertentu
yang tidak wajar atau aneh)
9

Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak


bermotif terhadap semua perintah atau upaya untuk
menggerakkan, atau pergerakan kearah yang
berlawanan.
Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku
untuk melawan upaya menggerakkan dirinya)
Fleksibilitas
cerea/
waxy
flexibility
(mempertahankan anggota gerak dan tubuh dalam
posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan
Gejala-gejala lain seperti command automatism
(kepatuhan secara otomatis terhadap perintah), dan
pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat.

10

3. Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi


perilaku dari gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia
mungkin harus ditunda sampai diperoleh bukti yang
memadai tentang adanya gejala-gejala lain.
4. Penting untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik
bukan petunjuk diagnostik untuk skizofrenia. Gejala
katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan
metabolik, atau alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga
terjadi pada gangguan afektif.(1)

11

2.2) Penegakkan Diagnosis Katatonik Berdasarkan


Katatonia
bisa timbul didalam konteks beberapa
7
DSM 5
gangguan, termasuk perkembangan saraf, psikotik,
bipolar, gangguan depresi dan gangguan kondisi medis
lainnya (Contoh: defisiensi folat serebral, autoimun yang
langka dan gangguan paraneoplastik). Mengenali gejala
katatonia :
a). Katatonia bergabung dengan gangguan mental lainnya
(i.e. perkembangan saraf, gangguan psikotik, gangguan
bipolar, gangguan depresi dan gangguan mental lainnya).
b). Gangguan katatonia karena kondisi medis lainnya
c). Katatonia tidak terklarifikasikan

12

Katatonia bergabung dengan Gangguan Mental


(Katatonia Specifier)
Gambaran klinik didominasi 3/lebih yang diikuti
dengan gejala :
1. Stupor (i.e. tidak ada aktivitas psikomotor, tidak
berhubungan lingkungan)
2. Katalepsi (i.e. rangsangan pasif postur melawan
gravitasi)
3. Fleksibilitas lilin (i.e. sedikit, bahkan resistensi
terhadap anggota gerak dari pemeriksaan)
4. Mutisme (i.e. tidak/sangat kecil, respon verbal
{kecuali jika diketahui aphasia})

13

5. Negativisme (i.e. berlawanan atau tidak ada respon


untuk instruksi/ stimuli eksternal)
6. Posturing (i.e. spontan dan pemeliharaan aktif dari
postur terhadap rangsangan)
7. Mannerisme (aneh, pergerakan tidak disadari yang
mendarah daging dan kebiasaan)
8. Stereotype (i,e., repetitive, tidak sesuai dengan tujuan
perpindahan)
9. Agitasi, tidak berhubungan dengan stimuli eksternal.
10. Grimacing
11. Echolalia
12. Echopraxia
Katatonia terkait dengan gangguan mental lain (katatonia specifier) ditunjukkan ketika 3 atau lebih fitur yang hadir
selama satu perkembangan saraf, psikotik, bipolar, depresi, atau gangguan mental lainnya. Katatonia muncul di 35% dari
individu dengan skizofrenia, namun sebagian besar kasus katatonia berhubungan dengan depresi atau gangguan bipolar.

14

15

Selain itu, DSM-5 daftar kriteria berikut spesifik untuk gangguan


katatonik karena kondisi lain medis :
1. Ada bukti dari sejarah, pemeriksaan fisik, atau temuan
laboratorium
bahwa
gangguan
adalah
konsekuensi
patofisiologis langsung kondisi medis lain.
2. Gangguan tersebut tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan
mental lain (misalnya, episode manik)
3. Gangguan tidak terjadi secara eksklusif selama delirium.
4. Gangguan tersebut menyebabkan distress klinis signifikan atau
penurunan sosial, pekerjaan, atau bidang-bidang penting
lainnya berfungsi

16

3. Diagnosis Banding
1. Skizofrenia residual
2. Gangguan Katatonik organik

17

4. Penatalaksanaan
Tiga pengamatan tentang skizofrenia perlu diperhatikan
saat klinisi mempertimbangkan penanganan gangguan ini :
Tanpa memandang kausanya, skizofrenia terjadi pada seseorang
dengan profil psikologis individu, keluarga dan sosial yang unik.
Faktor bagaimana pasien dipengaruhi gangguan itu dan
bagaimana pasien akan terbantu dengan penanganannya- Harus
menentukan pendekatan penanganan.
Kompleksitas skizofrenia biasanya membuat pendekatan
terapeutik tunggal manapun tidak memadai untuk mengatasi
gangguan multiaspek ini.

18

1.
2.

Rawat Inap2
Farmakoterapi
- Anti psikosis8
Obat antipsikosis tipikal golongan fenotiazin yaitu
Klorpromazin (CPZ), flufenazin, perfenazin, tiridazin,
trifluperazin.
Antipsikosis
tipikal
golongan
lain:
klorprotiksen, droperidol, haloperidol, loksapin, molindon,
tioktisen.
antipsikosis atipikal terdiri dari Klozapin, Olanzapin,
Risperidon, quetiapin, sulprid, ziprasidon, aripriprazol,
zotepin, amilsulpirid.
3. Sosio terapi2

19

5. Prognosis
Prognosis tidak berhubungan dengan tipe apa yang dialami
seseorang. Perbedaan prognosis paling baik dilakukan dengan
melihat pada prediktor prognosis spesifik di tabel berikut :

20

BAB III
KESIMPULAN

21

Perbedaan Katatonia PPDGJ III dan


DSM 5
PPDGJ III

DSM 5

1. Pengkodean. F20.2 1. Pengkodean 293.89 (F06.1)


2. Satu atau lebih dari 2. Gambaran klinik didominasi
3/lebih yang diikuti dengan
perilaku berikut ini
gejala
harus mendominasi 3. Penggolongan Katatonia
gambaran klinisnya
terbagi menjadi 3 yaitu:
- Katatonia tergabung dengan
gangguan mental yang lain
- Kondisi Kesehatan
- dan tidak terklasifikasi

22

DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim, Rusdi. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas
PPDGJ-III dan DSM 5. Jakarta : PT. Nuh Jaya.
2. Elvira S,D. 2010. Hadisukanto G Editors. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta;
Badan Penerbit FKUI. P. 170-176.
3. Kaplan, Sadock. Buku Ajar Psikiatri Klinis Ed.2. Jakarta : EGC
4. Kamus Saku Kedokteran Dorlan. Edisi 31. Jakarta : Penerbit buku
kedokteran EGC. 2010.
5.http://emedicine.medscape.com/article/1154851overview#showall
6. Departemen Litbang Kemenkes RI. Laporan RISKESDAS 2013.
Jakarta. Balai Penerbit Kementria Kesehatan Republik Indonesia,
2013.
7. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM5) 5 th ed 2.
2013. Washington, DC : American Psychiatric Association.
8. Maslim, Rusdi. 2001. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Ed 3.
Jakarta

23

24

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai