Anda di halaman 1dari 34

LEMBARAN PENGESAHAN

Laporan praktek Klinik Asuhan Keperawatan ini, telah disetujui dan


diketahui oleh Pembimbing Klinik Lapangan dan Institusi Pendidikan serta
disahkan oleh Kaur praktek.

Ambon, Desember 2010

Diketahui dan Setujui oleh

Pembimbing Institusi Pembimbing Lapangan

Hadi Mulyono,S.Kep.Ns Rahman Tahir Amd. Kep


Mayor Ckm NRP 11950009951271 Nip.1977090119990031004

Disahkan oleh kaur mindik

Dj Kelrey, S.Si.T
Nip.140 057 142

Asuhan Keperawatan Jiwa 0


LAPORAN PENDAHULUAN

SKIZOFRENIA

I. Landasan Teori Medis

1. Pengertian

Skizofrenia adalah diskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan
perjalanan penyakit (tidak selalu bersifat kronis atau deteriorating yang luas serta sejumlah
akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya) (Rusdi
Maslim, 1997).

Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan dasar pada kepribadian,
diskripsi khas proses pikir, kadang-kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang
dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya, waham yang kadang-kadang aneh, gangguan
persepsi, afek abnormal yang terpadu dengan situasi nyata atau sebenarnya dan autisme
(Mansjoer, 2000).

Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi
individu, termasuk berfikir realitas, merasakan dan menunjukkan emosi, dan berperilaku dengan
sikap yang dapat diterima secara sosial (Issacs, 2004).

1.1.2 Penyebab

1. Ketentuan
Berbagai penelitian membuktikan bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9% – 1,8%, bagi
saudara kandung 7% – 15%, bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita skizofrenia
40% – 68%, kembar 2 telur 2% – 15%, kembar 1 telur 61% – 86% (Maramis, 1998).

2. Endokrin
Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya skizofrenia pada waktu pubertas
kehamilan atau pueperium dan klimakterium, tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan.

3. Metabolisme
Teori ini didasarkan karena penderita skizofrenia tampak pucat, tidak sehat, ujung
ekstremitas agar sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun serta pada penderita
dengan stuper katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini masih dalam pembuktian
dengan pemberian obat halusinogenik.

Asuhan Keperawatan Jiwa 1


4. Susunan Saraf Pusat
Penyebab skizofrenia diarahkan pada kelainan SSP yaitu ditemukan kelainan pada area orak
ganglia, misalnya pelebaran sulkus, fisura serta ventrikel lateral III dan IV, perubahan asimetri
hemisfer serebri dan gangguan dervitas otak, namun tidak ada satupun yang patogromik atau
selalu ditemukan pada pasien skizofrenia.

Menurut pendapat lain, skizofrenia merupakan aktivitas dopamin otak yang berlebihan,
dilaporkan juga bahwa kadar 5-hydroxiindoleacetic acid (SHIAA) menurun pada skizofrenia
kronik dan pada pasien skizofrenia dengan pelebaran ventrikel.

5. Teori Adolf Meyer


Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga sekarang tidak dapat
ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas pada SSP tetapi Meyer
mengakui bahwa suatu saat kontinuitas yang interior atau penyakit badaniah dapat
mempengaruhi timbulnya skizofrenia. Menurut Meyer, skizofrenia merupakan suatu reaksi yang
salah, suatu maladapsi sehingga timbulnya disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan
kelainan orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (autisme).

6. Teori Sigmund Freud


Skizofrenia terdapat (1) kelamahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik atau
somatik, (2) superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan ia yang berkuasa serta
terjadi suatu regresi ke fase narsisisme dan (3) kehilangan kapasitas untuk memindahkan
(transference) sehingga terapi psikoanalitik tidak mungkin.

7. Eugen Bleuler
Penggunaan istilah skizofrenia menonjolkan segala utama penyakit ini yaitu jiwa terpecah
belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir perasaan dan perbuatan. Bleuer
membagi gejala skizofrenia menjadi 2 kelompok yaitu gejala primer (gangguan proses pikiran,
gangguan emosi, gangguan kemauan dan autisme), gejala sekunder (waham, halusinasi dan
gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain).

8. Teori lain
Skizofrenia sebagai suatu sindroma yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam sebab
antara lain keturunan, pendidikan yang salah, meladapsi, tekanan jiwa, penyakit badaniah seperti
lues otak, anteriosklerasis otak dan penyakit lain yang belum diketahui.
Sampai sekarang belum diketahii dasar penyebab skizofrenia, faktor keturunan mempunyai
pengaruh, faktor yang mempercepat yang menjadikan manifestasi atau faktor pencetus seperti
penyakit badaniah atau stress psikologis, biasanya tidak menyebabkan skizofrenia walaupun
pengaruhnya terhadap suatu penyakit skizofrenia yang sudah ada tidak dapat disangkal
(Maramis, 1998).

Asuhan Keperawatan Jiwa 2


1.1.3 Klasifikasi SkizofreniA

Kraepelin membagi skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala utama antara lain :

1. Skizofrenia Simplek
Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa kedangkalan emosi dan
kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang
didapat, jenis ini timbulnya berlahan-lahan.

2. Skizofrenia Hebefrenia
Permulaannya perlahan-lahan atau sub-akut dan sering timbul pada masa remaja atau antara usia
15 – 25 tahun. Gejala yang mencolok adalah gangguan proses berfikir, gangguan kemauan dan
adanya depersonalisasi atau double personallity. Gangguan psikomotor seperti mannerium,
neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat, waham dan halusinasi banyak sekali.

3. Skizofrenia Katatonik
Timbulnya pertama kali umur15 – 30 tahun dan biasanya akut serta sering didahului oleh stress
emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik.

4. Skizofrenia Paranoid
Gejala yang mencolok ialah waham primer, disertai dengan waham-waham sekunder dan
halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya gangguan proses berfikir, gangguan
afek emosi dan kemauan.

5. Episode Skizofrenia Akut


Gejala skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan mimpi.
Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini timbul perasaan seakan-akan dunia luar
maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-akan mempunyai suatu arti yang khusus
baginya.

6. Skizofrenia Residual
Keadan skizofrenia dengan gejala primernya Bleuer, tetapi tidak jelas adanya gejala sekunder.
Keadaan ini timbul sesudah beberapa hari serangan skizofrenia.

7. Skizofrenia Skizo Afektif


Gejala skizofrenia terapat menonjolo secara bersamaan, juga gejala-gekala depresi (skizo
depresif) atau gejala mania (psiko manik). Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa
defek, tetapi juga mungkin timbul serangan lagi.

Asuhan Keperawatan Jiwa 3


II. Manifestasi Klinis

1. Gejala primer
a. Gangguan proses piker
b. Gangguan emosi
c. Gangguan kemauan :
Negativisme
Ambivalensi
Otomatisme

2. Gejala psikomotor
a. Waham
b. Halusinasi

PPDGJ III
1. Gejala amat jelas
Suara-suara halusinasi yang berkomentas terus-menerus
Waham-waham yang menetap
2. Paling sedikit memiliki dua gejala yang terus ada dengan yang :
Halusinasi secara menetap dalam setiap modelitas
Arus pikir terputus-putus atau mengalami sisipan
Perilaku katatonik seperti gaduh gelisah atau fleksi belitas serta negatisme seperti
apatis dan sebagainya.

III. Penatalaksanaan
Farmakoterapi

Obat neuroleptika selalu diberikan, kecuali obat-obat ini terkontraindikasi, karena 75%
penderita skizofrenia memperoleh perbaikan dengan obat-obat neuroleptika. Kontraindikasi
meliputi neuroleptika yang sangat antikolinergik seperti klorpromazin, molindone, dan
thioridazine pada penderita dengan hipertrofi prostate atau glaucoma sudut tertutup. Antara
sepertiga hingga separuh penderita skizofrenia dapat membaik dengan lithium. Namun,
karena lithium belum terbukti lebih baik dari neuroleptika, penggunaannya disarankan
sebatas obat penopang.

Asuhan Keperawatan Jiwa 4


Terapi Elektrokonvulsif (ECT)

Meskipun terapi elektrokonvulsif (ECT) lebih rendah dibanding dengan neuroleptika bila
dipakai sendirian, penambahan terapi ini pada regimen neuroleptika menguntungkan
beberapa penderita skizofrenia.

Intervensi Psikososial

Hal ini dilakukan dengan menurunkan stressor lingkungan atau mempertinggi


kemampuan penderita untuk mengatasinya, dan adanya dukungan sosial. Intervensi
psikososial diyakini berdampak baik pada angka relaps dan kualitas hidup penderita.
Intervensi berpusat pada keluarga hendaknya tidak diupayakan untuk mendorong eksplorasi
atau ekspresi perasaan-perasaan, atau mempertinggi kewaspadaan impuls-impuls atau
motivasi bawah sadar.

Tujuannya adalah :

1. Pendidikan pasien dan keluarga tentang sifat-sifat gangguan skizofrenia.


2. Mengurangi rasa bersalah penderita atas timbulnya penyakit ini. Bantu penderita
memandang bahwa skizofrenia adalah gangguan otak.

3. Mempertinggi toleransi keluarga akan perilaku disfungsional yang tidak berbahaya.


Kecaman dari keluarga dapat berkaitan erat dengan relaps.

4. Mengurangi keterlibatan orang tua dalam kehidupan emosional penderita. Keterlibatan


yang berlebihan juga dapat meningkatkan resiko relaps.

5. Mengidentifikasi perilaku problematik pada penderita dan anggota keluarga lainnya dan
memperjelas pedoman bagi penderita dan keluarga.

Psikodinamik atau berorientasi insight belum terbukti memberikan keuntungan bagi individu
skizofrenia. Cara ini malahan memperlambat kemajuan. Terapi individual menguntungkan
bila dipusatkan pada penatalaksanaan stress atau mempertinggi kemampuan social spesifik,
serta bila berlangsung dalam konteks hubungan terapeutik yang ditandai dengan empati, rasa
hormat positif, dan ikhlas. Pemahaman yang empatis terhadap kebingungan penderita,
ketakutan-ketakutannya, dan demoralisasinya amat penting dilakukan.

Asuhan Keperawatan Jiwa 5


LANDASAN TEORI KEPERAWATAN

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN “HALUSINASI”

Halusinasi adalah ketidakmampuan klien dalam mengidentifikasi dan


menginterpretasikan stimulus yang ada sesuai yang diterima oleh panca indra yang ada
(Fortinash, 1995). Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang
tidak realita atau tidak ada (Sheila L Videbeck, 2000).

Halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami suatu perubahan dalam
jumlah atau pola rangsang yang mendekat (baik yang dimulai secara eksternal maupun internal)
disertai dengan respon yang berkurang dibesar-besarkan, distorsi atau kerusakan rangsang
tertentu (Towsend, 1998). Dari keempat pengertian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa
halusinasi adalah persepsi yang timbul tanpa stimulus eksternal serta tanpa melibatkan sumber
dari luar yang meliputi semua system panca indra.
 
Faktor predisposisi dari halusinasi menuruut Stuart & Laraia (1998) adalah aspek
biologis, psikologis, genetik, sosial dan biokimia. Dari predisposisi tersebut pada klien Ny. Y
yang dominan adalah faktor sosial karena klien menikah dalam usia muda (belum siap fisik dan
psikis)dan orang tua klien bercerai pada saat klien berusia 11 tahun dan faktor psikologis dimana
klien mempunyai kepribadian tertutup. Jika tugas perkembangan terlambat atau hubungan
interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress atau kecemasan. Beberapa faktor 
di masyarakat dapat membuat seseorang terisolasi dan kesepian sehingga menyebabkan
kurangnya rangsangan dari eksternal. Stress yang menggangggu sistem metabolisme tubuh akan
mengeluarkan suatu zat yang bersifat halusinogen.

Faktor presipitasi menurut Stuart & Sundeen (1998) adalah stresor sosial dimana stress
dan kecemasan akan meningkat bila terjadinya penurunan stabilitas, keluarga, perpisahan dari
orang yang sangat penting atau diasingkan oleh kelomppok/masyarakat; faktor biokimia dapat
meyebabkan partisipasi klien berinteraksi dengan kelompok kurang, suasana yang terisolasi
(sepi) sehingga dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang mengeluarkan halusinogenik;
faktor psikologis yang juga akan meningkatkan intensitas kecemasan yang berkepanjangan
disertai terbatasnya kemampuan dalam memecahkan masalah mungkin akan mulai
berkembangnya perubahan sensori persepsi klien, biasanya hal ini untuk pengembangan koping
menghindari kenyataan yang tidak menyenangkan diganti dengan hayalan yang menyenangkan.

Masalah keperawatan yang menjadi penyebab (sebagai Triger) munculnya halusinasi adalah
harga diri rendah dan isolasi sosial (Stuart & Laraia, 1998). Akibat rendah diri dan kurangnya
keterampilan mengakibatkan sosial klien menjadi menarik diri dari lingkungan.selanjutnya klien
akan lebih terfokus pada dirinya sendiri. Stimulus inernal akan menjadi lebih dominan daripada
stimulus eksternal. Klien lama kelamaan akan kehilangan kemampuanmembedakan stimulus
internal dengan stimulus eksternal. Ini memicu terjadinya halusinasi. Selain itu akibat lanjut dari

Asuhan Keperawatan Jiwa 6


kondisi rendah diri dan kuranngnya kemampuan klien berhubungan dengan orang lain yang
membuat klien menarik diri dari lingkungan membuat klien mengalami penurunan motivasi
karena ia merasa tidak mampu melakukan apapun sehingga akan memunculkan masalah
kurangnya perawatan diri klien.

Masalah keperawatan rendah diri yang terjadi pada klien dapat didukung oleh koping
keluarga tidak efektif: kurang pengetahuan, ketidakmampuan merawat klien dan bahkan
menolak klien berada di rumahnya. Hal ini dapat membuat klien kurang mendapat penguatan
terhadap kemampuan yang ia miliki sehinggga klien menganggap dirinya makin tidak berharga
dan mengakibatkan keluarga kurang tepat dalam menanganni klien di rumah atau regimen
therapeutik tidak efektif.
 
Menurut Towsend & Mary (1995), tanda dan gejala halusinasi adalah sebagai berikut:
1. Berbicara, senyum dan tertawa sendirian.
2. Mengatakan mendengar suara, melihat, menghirup, mengecap dan merasa sesuatu yang
tidak nyata.
3. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
4. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan hal tidak nyata, serta tidak mampu
melakukan asuhan keperawatan mandiri seperti mandi, sikat gigi, berganti pakaian dan
berhias yang rapi.
5. Sikap curiga, bermusuhan , menarik diri, sulit membuat keputusan, ketakutan, mudah
tersinggung, jengkel , mudah marah, ekspresi wajah tegang, pembicaraan kacau dan tidak
masuk akal, banyak keringat.
 
Dibawah ini beberapa tipe dari halusinasi (Cancro & Lehman, 2000):
1. Halusinasi Pendengaran
Mendengar suara-suara, sering mendengar suara-suara orang berbicara atau
membicarakannya, suara-suara tersebut biasanya familiar. Halusinasi ini paling sering
dialami klien dibandingkan dengan halusinasi yang lain.
2. Halusinasi Penglihatan
Melihat bayangan yang sebenarnya tidak ada, seperti cahaya atau seseorang yang telah
mati.
3. Halusinasi Penciuman
Mencium bau-bau padahal di tempat tersebut tidak ada bau. Tipe ini sering ditemukan
pada klien dengan dimensia seizure atau mengalami gangguan cerebrovaskuler.
4. Halusinasi Sentuhan
Perasaan nyeri, nikmat atau tidak nyaman padahal stimulus itu tidak ada.
5. Halusinasi Pengecapan
Termasuk rasa yang tidak hilang pada mulut, perasaan adanya rasa makanan dan berbagai
zat lainnya yang dirasakan oleh indra pengecapan klien.
 
Proses terjadinya halusinasi (Stuart & Laraia, 1998) dibagi menjadi empat fase yang terdiri dari:
1. Fase Pertama
Klien mengalami kecemasan, stress, perasaan terpisah dan kesepian, klien mungkin
melamun, memfokuskan pikirannnya kedalam hal-hal menyenangkan untuk
menghilangkan stress dan kecemasannya. Tapi hal ini bersifat sementara, jika kecemasan

Asuhan Keperawatan Jiwa 7


datang klien dapat mengontrol kesadaran dan mengenal pikirannya namun intesitas
persepsi meningkat.

2. Fase Kedua
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan eksternal,
individu berada pada tingkat listening pada halusinasinya. Pikiran internal menjadi
menonjol, gambarn suara dan sensori dan halusinasinya dapat berupa bisikan yang jelas.
Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasinya dengan memproyeksikan seolah-
olah halusinasi datang dari orang lain atau tempat lain.

3. Fase Ketiga
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol. Klien menjadi lebih terbiasa dan
tidak berdaya dengan halusinasinya. Kadang halusinasinya tersebut memberi kesenangan
dan rasa aman sementara.

4. Fase Keempat
Klien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri dari kontrol halusinasinya.
Halusinasi sebelumnya menyenangkan berubah menjadi mengancam, memerintah,
memarahi. Klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan
halusinasinya. Klien hidup dalam dunia yang menakutkan yang berlangsung secara
singkat atau bahkan selamanya.

Pohon Masalah

Resiko Perilaku kekerasan (efek)

Perubahan persepsi sensori,Halusinasi pendengaran (masalah utama)

Harga diri rendah (Penyebab)

Asuhan Keperawatan Jiwa 8


Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Tujuan
1. Membantu klien mengenal halusinasinya.
2. Menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi.
3. Mengajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.

SP I P.
Menghardik halusinasi.

Intervensi.
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi.
2. Mengidentifikasi isi halusinasi.
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi.
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi.
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi.
6. Mengidentifiasi respon klien terhadap halusinasi.
7. Mengajarkan klien menghardik halusinasi.
8. Menganjurkan klien memasukan kedalam jadwal kegiatan harian.

SP II P.
Bercakap-cakap dengan orang lain.

Intervensi.
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
2. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain.
3. Menganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.

SP III P.
Melakukan kegiatan/ aktifitas.

Intervensi.
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan klien
2. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara melakukan
kegiatan/aktivitas.
3. Menganjurkan klien memasukan ke dalam jadwal kegiatan harian.

SP IV P.
Minum obat secara teratur.

Intervensi.
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan klien.
2. Memberian pendidikan kesehatan tentang penggunaan/ minum obat secara teratur.
3. Menganjurkan klien memasukan ke dalam jadwal kegiatan harian .

Asuhan Keperawatan Jiwa 9


SP I K.
Intervensi.
1. Mendiskusikan masaalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.
2. Menjelaskan pengertian halusinasi, tanda dan gejala halusinasi, jenis halusinasi
serta proses terjadinya halusinasi.
3. Menjelaskan cara merawat klien halusinasi.

SP II K.
Intervensi.
1. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat klien dengan halusinasi.
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien halusinasi.

SP III K.
Intervensi.
1.Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas di rumah termasuk minum obat
discharge planning

Asuhan Keperawatan Jiwa 10


“ASUHAN KEPERAWATAN”

PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN

I. IDENTITAS KLIEN

Inisial Klien : Tn E.D


Umur : 34 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Masuk RS : 09-02-2009
Tnaggal pemgkajian : 29-11-2010
Diagnosa keperawatan : Gangguan persepsi sensori Halusinasi pendengaran
No. RM : 008768
Ruangan : Asoka Pria

II. ALASAN MASUK RS


Keluarga membawa klien kembali ke RSJ pada tanggal 09-02-2009, dengan alasan putus obat
selama 1 bulan dan klien menunjukkan tanda-tanda seperti sering bicara sendiri, tertawa
sendiri sering mendengar bisikan -bisikan pada waktu pagi dan siang hari dan berjalan tanpa
tujuan menunjukan perilaku aneh seperti merusak barang-barang dirumah.

III. FAKTOR PREDISPOSISI

a. Klien mengalami gangguan jiwa dan mendapat perawatan di RSJ selama 1tahun
kemudian klien di pulangkan karna sudah menunjukan gejala yang baik, 1 bulan di
rumah obat pasien habis (klien tidak lagi minum obat/putus obat) Dan klien
menunjukkan tanda-tanda seperti sering bicara sendiri tertawa sendiri sering
mendengar bisikan -bisikan pada waktu pagi dan siang hari, suara yang muncul adalah
suara adiknya yang sudah meninggal,Yang menyuruhnya untuk pulang dan suka
menyendiri serta klien sering berjalan tanpa tujuan menunjukan perilaku aneh seperti
merusak barang-barang dalam rumah dan kemudian oleh keluarga mengambil
keputusan untuk membawa klien ke RSJ pada tanggal 09-02-2009 sehingga klien
mendapat perawatan lebih lanjut di UGD dan di pindahkan ke ruang akut laki- laki
dan kemudian di pindahkan ke ruang Asoka (bangsal laki -laki) kemudian di beri
terapy:
 Haloperidol 5mg
 Tryhexy penidil 2mg / 3x1 sehari
 Diazepam 5mg/ 3x1/2

Asuhan Keperawatan Jiwa 11


 CPZ 100mg, 0-0-1

b. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu klien diberhentikan dari pekerjaan.
c. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Masalah Keperawatan: Halusinasi Pendengaran

IV. FAKTOR PRESIPITASI

Hal –hal yang menyebabkan terjadinya gangguan jiwa yaitu klien diberhentikan dari pekerjaan
sehingga menyebabkan klien sering menyendiri

Masalah keperawatan : Harga diri rendah


V. KEADAAN FISIK

Tanda tanda vital


T/D : 110/70mmHg
Suhu : 36,0C
Nadi : 78x/menit
Respirasi : 24x/menit

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

VI. PSIKOSOSIAL.

Genogram :

X X

? ? ? ? 34 ?
? ?

Keterangan:

Laki – laki :

Perempuan :

: Klien

Hubungan perkawinan :

Asuhan Keperawatan Jiwa 12


? : tidak diketahui

X : meninggal

Setelah di lakukan wawancara klien dapat menyebutkan gambaran susunan keluarga.


a. Konsep Diri

1. Gambaran Diri
Klien mengatakan ia menyukai seluruh anggota tubuh.
2. Identitas Diri
Klien mampu menyebutkan namanya dan identitas dirinya.Klien mengatakan ia sudah menikah.
3. Peran Diri
Sebelum sakit klien beraktifitas seperti biasa
Saat sakit klien tidak dapat beraktifitas seperti bisanya
4. Ideal Diri
Klien ingin cepat sembuh dan pulang ingin ketemu keluarga
5. Harga Diri
Klien mengatakan mau berhubungan dengan lingkungan tempat tinggal.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan


b. Hubungan sosial sebelum sakit

1. Orang yang paling berarti dalam kehidupan klien adalah tantenya


2. Pasien mengikuti kegiatan dalam masyarakat yaitu:mau mengikuti kegiatan-kegiatan tempat
tinggalnya.

c. Spiritual

1. Nilai dan keyakinan


Klien mengatakan beragama Kristen protestan
2. Kegiatan beribadah
Sebelum sakit klien rajin ibadah dan pada saat sakit klien tidak pernah ibadah.

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

VII. STATUS MENTAL


a. Penampilan
Klien sehari –hari rapih dan rajin mandi pagi dan siang,klien berpakaian sesuai dengan
aturan, menggunakan alas kaki

Asuhan Keperawatan Jiwa 13


Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
b. Pembicaraan
Gaya bicara klien, cepat berinteraksi dengan orang yang mengajak bicara
Masalah Keperawatan:Tida ada masalah kerperawatan
c. Aktifitas motorik
Klien sering tidur,karna ada suara yang menyuruhnya untuk banyak beristirahat
Masalah Keperawatan:Halusinasi pendengaran
d. Suasana perasaan
Ekspresi klien tidak terlihat sedih atau putus asa
Masalah Keperawatan:Tidak ada masalah keperawatan
e. Afek
Baik yaitu klien dapat menjawab pertanyaan dengan baik
Masalah Keperawatan:Tidak ada masalah keperawatan
f. Proses pikir
Saat di anamnesa klien mampu menjawab.
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan
g. Isi pikir

Pikiran yang sering muncul adalah cepat sembuh dan cepat pulang karena sudah kangen
sama keluarga.

Masalah Keperawatan:Tidak ada masalah keperawatan


h. Tingkat kesadaran
Klien dapat orientasi terhadap :
Tempat yaitu apabila di tanya abang sekarang berada di mana? Klien menjawab,
sekarang saya berada di RSJ
Waktu yaitu apabila di tanya sekarang jam berapa? Klien menjawab, sekarang
pukul 10.00 WIT
Orang yaitu saat di tanya siapa saya? Klien menjawab, ibu suster Sally dari RST
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
i. Memori
Jangka panjang : Klien dapat mengingat saat di bawa ke RSJ oleh keluargannya
Jangka pendek : Tadi pagi, sebelum mandi bapak menggosok gigi atau tidak?
Klien menjawab, saya sudah menggosok gigi
Masalah Keperawatan:Tidak ada masalah keperawatan
j. Konsentrasi dan berhitung

Kemampuan berkonsentrasi: Klien mampu berkosentrasi bila di tanya


Kemampuan berhitung : Klien mampu berhitung mulai dari 1-20 dan jika ada yang
lewat dan dia merasa terganggu maka dia akan berhenti berhitung,dan Tanya lagi
untuk melanjutkan lagi klien sudah lupa.

Asuhan Keperawatan Jiwa 14


Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
m.Kemampuan penilaian
Klien mau melakukan aktivitas yang diatur oleh perawat
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan
k. Daya tilik diri
Klien mengakui bahwa dirinya berada dalam RSJ dan menderita sakit jiwa
Masalah Keperwatan:Tidak ada masalah keperawatan

VIII. MEKANISME KOPING

a. Adaptif
Bicara dengan perawat
Mampu menyesuaikan diri dan berbaur dengan teman – temannya

 Maladaptif
 Pada saat wawancara klien sering mengalihkan pembicaraan dan cepat lelah jika diajak bicara.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

I. Kebutuhan Persiapan Pulang


a. Makan
Pasien dapat mengambil sendiri makanannya di dapur dan sikap saat makan baik
b. BAB/BAK
Pasien BAB/BAK di WC tanpa bantuan perawat
c. Mandi
Pasien biasa mandi sendiri dan menggunakan sabun
d. Berpakaian
Pasien dapat berpakaian sendiri dan rapi
e. Penggunaan obat
Pasien selalu minum obat tepat waktu dan teratur dengan bantuan dari perawat
f. Istirahat dan tidur
Pasien tidur siang ± 20 menit
g. Pemeliharaan kesehatan
Pasien mandi pagi jika di suruh oleh perawat.
Masalah keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan.

Asuhan Keperawatan Jiwa 15


Jadwal kegiatan

No Waktu Kegiatan 30/11/2010 01/12/2010 02/12/2010

1 07.00WIT Bangun pagi M M M

2 07.15 WIT Merapikan tempat


B B B
tidur

3 07.30 WIT Merapian tempat tidur B B B

4 09.00 WIT Sarapan pagi M M M

5 10.00 WIT Berbincang dengan


M M M
teman

6 12.30 WIT Makan siang M M M

7 12.40 WIT Minum obat M M M

8 13.00 WIT Menghardik halusinasi M M M

Keterangan :
M : bila dilakukan secara mandiri
B : jika dilakukan dengan bantuan orang lain (diperintah)
T : ketergantungan

II. Aspek Medik


Diagnosa medis pasien : Skizofrenia Residual
Terapi medis :
Inj.Stesolid
Govotil (1:1)

III. Daftar Masalah Keperawatan


Gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran
Gangguan konsep diri; Harga diri rendah

Asuhan Keperawatan Jiwa 16


Analisa Data

No Data Masalah Keperawatan


1. DS : Pasien mengatakan
mendengar suara-suara bisikan
adiknya yang sudah meninggal
Suara itu menyuruhnya untuk
pulang
DO :
Berbicara sendiri Gangguan persepsi sensori Halusinasi
Ketawa sendiri pendengaran

2. DS : Pasien mengatakan
Pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan yaitu klien diberhentikan dari
pekerjaan. Ganggguan konsep diri harga dii rendah

DO :
Klien ssering menyendiri

IV. Pohon Masalah

Resiko Mencederai diri dan orang lain(efek)

Perubahan persepsi sensori,halusinasi pendengaran(masalah utama)

Gangguan Konsep Diri Harga Diri Rendah

Diberhentikan dari pekerjaan(penyebab)

V. Daftar diagnosa keperawatan


1. Gangguan persepsi sensori ;Halusinasi pendengaran Yang di tandai dengan:
DS: Pasien mengatakan:

Asuhan Keperawatan Jiwa 17


Sering mendengarkan bisikan-bisikan yang di dengarnnya pada waktu pagi hari
dan siang hari
Suara itu adalah suara adiknya yang sudah meninggal
DO :
Klien sering bicara sendiri
Suka tertawa sendiri

2. Gangguan konsep diri harga diri rendah yang di tandai dengan:


DS: Pasien mengatakan:
Pengalaman masa lalu yaitu klien di berhentikan dari pekerjaan

DO :

Suka menyendiri

VI. Prioritas Masalah


1. Gangguan persepsi sensori;Halusinasi pendengaran
2. Gangguan konsep diri; harga diri rendah

Asuhan Keperawatan Jiwa 18


Rencana Tindakan Keperawatan

Klien Dengan Halusinasi Pendengaran

Nama Klien : Tn E.D


Ruanga :Asoka pria

No.CM : 01-33-56

Hari/Tgl Diagnosa Keperawatan Perencanaan

Tujuan Intervensi

Senin,29/11/10 Perubahan persepsi SP I. P


1. Membina hubungan saling percaya
sensori; Halusinasi Mengajarkan klien 2. Mengidentifikasi jenis halusinasi.
mengontrol
pendengaran halusinasi dengan 3. Mengidentifikasi isi halusinasi.
cara menghardik 4. Mengidentifikasi waktu halusinasi.
5. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi.
6. Mengidentifikasi situasi yang menimbul
halusinasi.
7. Mengidentifiasi respon klien terhadap ha
8. Mengajarkan klien menghardik halusina
9. Menganjurkan klien memasukan kedalam
kegiatan harian

Nama Klien : Tn E. D
Ruangan ;
Asoka pria

No.RM : 008768

Hari/Tgl Diagnosa Keperawatan Perencanaan

Tujuan Intervensi

Asuhan Keperawatan Jiwa 19


Selasa,30/12/10 Perubahan persepsi Mengajarkan klien SP II. P
sensori;Halusinasi mengontrol halusinasi 1. Mengevaluasi jadwal
pendengaran dengan cara bercakap-cakap kegiatan harian klien
dengan 2. Melatih klien
orang lain mengendalikan halusinasidengan cara
bercaap-cakap dengan
orang lain
3. Menganjurkan klien
memasukkan ke dalam
jadwal kegiatan harian.

Selasa,30/12/10 Perubahan Melatih klien SP III P


persepsisensori; mengendalikan halusinasi
Halusinasipendengaran dengan cara melakukan 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
kegiatan /Atifitas 2. Melatih klien mengendalikan halusinasi
melakukan kegiatan /Atifitas
3. Menganjurkan klien memasukkan ke dalam j
harian

Selasa,30/12/10 Perubahan Memberikan pendidikan SP IV P


persepsisensori; kesehatan tentang
Halusinasipendengaran penggunaan/Minum obat 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
secara teratur 2. Memberikan pendidikan kesehat
penggunaan/Minum obat secara teratur
3. Menganjurkan klien memasukkan ke dalam j
harian

Asuhan Keperawatan Jiwa 20


STRATEGI PELAKSANAAN I

Hari I (29-11-2010)

A.PROSES KEPERAWATAN

1.Kondisi Klien DS : Pasien mengatakan


mendengar suara-suara bisikan
adiknya yang sudah meninggal
Suara itu menyuruhnya untuk pulang
DO :
Berbicara sendiri
Ketawa sendiri

2. Diagnosa Keperawatan

Halusinasi Pendengaran

3. TUJUAN KEPERAWATAN

1. Membantu klien mengenal halusinasinya


2. Menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi
3. Mengajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

SP I P TINDAKAN KEPERAWATAN.

4. Menghardik halusinasi

INTERVENSI.

1.Menbina hubungan saling percaya

2.Mengidentifikasi jenis halusinasi


3.Mengidentifikasi isi halusinasi
4.Mengidentifikasi waktu halusinasi
5.Mengedentifikasi frekuensi halusinasi
5.Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
6.Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi

Asuhan Keperawatan Jiwa 21


7.Mengajarkan klien menhardik halusinasi
8.menganjurkan klien menghardik halusinasi
9.Menganjurkan klien memasukan kedalam jadwal kegitan harian

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN

I.Fase awal/Perkenalan

 Salam Teraupetik

Selamat pagi pak… Perkenalkan nama saya Sarly Matatula ,saya dari mahasiswa akper
Kesdam XVI/ Pattimura yang turun praktek disini,saya bertugas disini di ruangan asoka ini
dari jam 08.00-14.00 wit.kalau boleh tau nama bapak siapa? Dan biasa di panggil siapa?

 Validasi

Bagaimana perasaan bapak hari ini? Semalam tidurnya nyenyak tidak?

 Kontrak
- Topik : Hari kita berbincang- bincang tentang halusinasi,tetapi hal tersebut tidak nyata
dan orang-orang bisannya sebutnya halusinasi
- Waktu : kita berbincang-bincang kurang lebih 10 menit
- Tempat : Menurut bapak bagusnya kita berbincang-bincang diman?

II. Fase Kerja

a. Mengidentifikasi jenis halusinasi; yaitu dengan menanyakan kepada klien yaitu


apakah Bapak sering mendengarkan bisikan-bisikan dari luar?
b. Mengidentifikasi isi halusinasi, yaitu dengan menanyakan kepada klien:
Apakah suara itu suara manusia atau suara binatang?
Apakah yang di katakana suara itu?
c. Mengidentifikasi waktu halusinasi, yaitu dengan menanyakan kepada klien
Berapa kali dalam sehari Bapak mendengar suara itu?
d. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi, yaitu dengan menanyakan pada klien, kira-kira
berapa lama suara itu muncul?

Asuhan Keperawatan Jiwa 22


e. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi, yaitu dengan menanyakan
pada klien
Pada saat atau situasi seperti apa bisikan itu muncul?
f. Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi, yaitu dengan menanyakan kepada
klien:
Apa yang bapak rasakan pada saat ada suara itu?
Apa yang bapak lakukan jika suara itu datang?
Apakah bapak mengikuti suara itu?
g. Mengajarkan cara menghardik halusinasi, yaitu dengan menanyakan pada klien:
Bagaimana kalau kita belajar cara –cara mencegah suara-suara yang muncul? bapak
ada cara untuk mencegah suara itu, yaitu:
Dengan menghardik suara itu
Bercakap-cakap dengan orang lain
Melakukan kegiatan / aktifitas
Minum obat secara teratur

Sekarang saya ajarkan cara yang pertama dulu, yaitu cara menghardik: jika
terdengar suara itu “bapak pergi, saya tidak mau mendengar.pergi kau..”.
katakan hal tersebut berulang-ulang sampai suara itu hilang, lakukan sambil
menutup kedua telinga, coba bapak peragakan.

1. Fase terminasi
a. Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang dengan saya?

b.Evaluasi objektif
 bapak masih ingat tidak dengan nama saya?
 bapak masih ingat cara menghardik suara yang muncul?
c. Rencana tindak lanjut
 bapak saya harap jika besok saya bertemu, bapak masih ingat saya,dan bapak masih ingat
juga yang saya ajarkan tadi, sehingga bapak dapat memperagakannya.
d. Kontrak yang akan datang

Topik :bapak sekarang kita sudah selesai berbincang-bincang, bagaimana kalau besok kita
bertemu lagi, dan saya akan mengajaran cara mengatasi halusinasi dengan cara yang ke
dua,tiga, dan empat yaitu: Bercakap-cakap dengan orang lain, melakukan
kegiatan/Aktifitas,Minum obat secara teratur?
Waktu: bapak maunya berapa lama besok kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit?
Topik : Kalau besok maunya di tempat mana?
Bagaimana kalau di taman saja?

Asuhan Keperawatan Jiwa 23


STRATEGI PELAKSANAAN II,III,IV

Hari II (30-11-2010)

A.Proses keperawatan
1.Kondisi klien
DS:
Masih sering mendengarkan bisikan-bisikan yang di dengarnnya pada waktu pagi
hari dan siang hari
Suara itu menyuruhnya untuk pulang
Suara itu adalah suara adiknya yang sudah meninggal
DO :
Klien suka menyendiri

2.Diagnosa keperawatan
Halusinai Pendengaran

3.Tujuan keperawatan
 Bercakap-cakap dengan orang lain
 Melakukan kegiatan /Aktifitas
 Minum obat secara teratur

4.Tindakan Keperawatan
SP II P.
Bercakap-caap dengan orang lain

Interfensi:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercaap-cakap
dengan orang lain
3. Menganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.

SP III. P
Melaukan kegiatan/Aktivitas

Interfensi:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien

Asuhan Keperawatan Jiwa 24


2. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara melakukan kegiatan
/Atifitas
3. Menganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian

SP IV. P
Minum obat secara teratur

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien


2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan/Minum obat secara
teratur
3. Menganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian

B.Strategi Komunikasi dalam pelaksanaan

1. Fase kerja
SP II. P
Selamat pagi bapak…
Sesuai dengan kontrak kita kemarin, saya akan mengajarkan bapak cara mengatasi
halusinasi dengan:
Bercakap-cakap dengan orang lain
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, yaitu dengan menanyakan pada
klien:
 Tadi pagi bangun jam berapa?
 Setelah bangun tidur, bapak melakukan kegiatan apa? Dan jam berapa?
 bapak mandi pagi pada jam berapa?
 Setelah sarapan pagi apa yang bapak lakukan?
 Alau bisikan-bisikan itu datang, apa yang bapak lakukan? Dan pada jam
berapakah itu?
 Setelah itu apakah bapak berbincang dengan teman? Dan pada pukul
berapakah itu?
 jam berapakah bapak makan siang? Dan setelah makan siang bapak
minum obat?
 Pada pukul 13.00-14.00 wit, apakah bapak mengatasi halusinasi dengan
cara menghardik?

b. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercaap-cakap dengan


orang lain, yaitu dengan mengajarkan klien : jia halusinasi itu datang, bapak
bisa menghilangkannya dengan bercakap-cakap dengan orang teman, perawat.
c. Menganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian, yaitu
dengan mengataan pada klien :
bapak cara ini bapak bisa masukkan ke dalam jadwal harian

SP III. P
a. Bapak, selain cara yang kedua, ada juga cara yang ketiga yaitu
melakukan kegiatan/aktifitas

Asuhan Keperawatan Jiwa 25


Dimana jika halusinasi itu datang, bapak melaukan kegiatan/aktifitas
seperti: Merapikan tempat tidur, menyapu ruangan,mencuci gelas dll.
b. Menganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian,
yaitu dengan mengatakan pada klien: bapak cara ini bapak bisa
masukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

SP IV. P
a. Memberikan penkes tentang penggunaan/minum obat secara teratur.
Bapak selain cara ketiga ada juga cara ke empat yaitu dengan
minum obat secara teratur, karna dengan bapak minum obat
secara teratur maka dapat mengontrol halusinasi tersebut.

b. Menganjurkan klien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.


Bapak.. cara ini bapak bisa masukkan ke dalam jadwal kegiatan
harian.

2. Fase terminasi
a. Evaluasi subjetif
 Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang dengan
saya?
Klin menjawab: saya merasa senang

b. Evaluasi objetif
 Bapak masih ingat tidak dengan cara menghilangkan halusinasi?
 Saya harap Bapak bisa mempraktekannya

Asuhan Keperawatan Jiwa 26


IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama Klien : Tn E.D Ruangan: Asoka


Umur : 34 thn No.RM : 008786

NO Diagnosa Implementasi Evaluasi


Keparawatan

1 Gangguan Tanggal : 29-11-2010 Tanggal : 29-11-2010


persepsi
sensori;Halusinasi Pukul : 10.00 wit Pukul : 10.10 wit
pendengaran SP I. P

1. Membina hubungan saling S, Klien mengatakan:


percaya,berkenalan,validasi,dan
melakukan kontrak Namanya Tn.E.D biasa
 Selamat pagi Bapak….. dipanggil Tn.E
 Perenalkan….nama saya Sarly Sering mendengarkan
matatula biasa dipanggil sally saya suara-suarayang
mahasiswa Akper Kesdam
menyuruhnya untuk
XVI/Pattimura.Saya akan merawat
bapak,saya bertugas disini selama pulang
4 hari,dari hari senin sampai hari Suara itu adalah suara
kamis dari pukul 08.00 sampai adiknya yang sudah
pukul 14.00wit meninggal
 bapak namanya siapa dan senang Suara itu muncul pada
di panggil siapa? pagi hari dan sore hari
 Bagaimana perasaannya pagi Lama suara itu tidak
ini ? menentu
 bapak sudah mandi atau belum? Suara itu muncul pada
 Bagaimana kalau kita saat klien sedang
berbincang-bincang mengenai menyendiri
masalah yang Bapak alami Jika suara itu datang
sekarang? klien mengikuti suara
 Dimana tempat yang Bapak suka tersebut
untuk kita berbincang-bincang?
O:
Bagaimana kalau di sini saja?
 Dalam percakapan
 Bapak maunya kita berbincang-
klien menjawab

Asuhan Keperawatan Jiwa 27


bincang berapa lama? semua pertanyaan
Bagaimana kalau 10 menit? perawat dengan baik
 Mengidentifikasi jenis  Kontak mata kurang
halusinasi; yaitu dengan  Suara pelan
 Klien mau
menanyakan kepada klien yaitu
memperagakan cara
apakah Bapak sering
menghardik halusinasi
mendengarkan bisikan-bisikan
dari luar?
 Mengidentifikasi isi halusinasi,
yaitu dengan menanyakan
kepada klien:
Apakah suara itu suara
manusia atau suara binatang?
Apakah yang di katakana
suara itu?
 Mengidentifikasi waktu
halusinasi, yaitu dengan
A:
menanyakan kepada klien  Klien mampu
Berapa kali dalam sehari mengontrol halusinasi
Bapak mendengar suara itu? dengan cara
 Mengidentifikasi frekuensi menghardik
halusinasi, yaitu dengan  SP I. P tercapai
menanyakan pada klien, kira-
kira berapa lama suara itu
muncul? P:
Lanjutkan SP II. P
 Mengidentifikasi situasi yang
menimbulkan halusinasi, yaitu
dengan menanyakan pada klien
Pada saat atau situasi seperti
apa bisikan itu muncul?
 Mengidentifikasi respon klien
terhadap halusinasi, yaitu
dengan menanyakan kepada
klien:
Apa yang Bapak rasakan
pada saat ada suara itu?
Apa yang Bapak lakukan jika
suara itu datang?
Apakah bapak mengikuti
suara itu?

Asuhan Keperawatan Jiwa 28


 Mengajarkan cara menghardik
halusinasi, yaitu dengan
menanyakan pada klien:
Bagaimana kalau ita belajar
cara –cara mencegah suara-
suara yang muncul? bapak
ada cara untuk mencegah
suara itu, yaitu:
a. Dengan menghardik suara itu
b. Bercakap-cakap dengan
orang lain
c. Melakukan kegiatan /
aktifitas
d. Minum obat secara teratur

 Sekarang saya ajarkan cara


yang pertama dulu, yaitu cara
menghardik: jika terdengar
suara itu “Bapak pergi, saya
tidak mau mendengar kamu ”.
katakan hal tersebut berulang-
ulang sampai suara itu hilang,
lakukan sambil menutup
kedua telinga, coba Bapak
peragakan.
 Bagaimana perasaan Bapak
setelah berbincang-bincang
dengan saya?
Klien menjawab: Saya senang
 Bapak masih ingat tidak dengan
nama saya?
 Bapak masih ingat cara
menghardik suara yang muncul?
 Bapak saya harap jika besok saya
bertemu, Bapak masih ingat
saya,dan Bapak masih ingat apa
yang tadi saya ajarkan sehingga
Bapak dapat memperagakannya
 Bapak sekarang kita sudah selesai
berbincang-bincang, bagaimana
kalau besok kita bertemu lagi,
dan saya akan mengajaran cara
mengatasi halusinasi dengan cara

Asuhan Keperawatan Jiwa 29


yang ke dua,tiga, dan empat
yaitu: Bercakap-cakap dengan
orang lain melakukan
kegiatan/Aktifitas,Minum obat
secara teratur?
 Bapak maunya berapa lama
besok kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau 10 menit?
 Kalau besok maunya di tempat
mana?Bagaimana kalau di taman
saja?

“Rencana Tindakan Keperawatan”


Klien Dengan Halusinai Pendengaran

Nama Klien : Tn E.D Ruangan : Asoka Pria


Umur : 34 thn No.RM : 008786

NO Diagnosa Keparawatan Implementasi Evaluasi

1 Gangguan persepsi Tanggal : 01-12-2010 Tanggal : 01-12-2010


sensori;Halusinasi
pendengaran Pukul : 10.00 wit Pukul : 10.10 wit

1. Fase kerja;Melakuan kontrak yang S, Klien mengatakan:


telah dibuat:
 Bangun pagi jam 07.00
Selamat pagi Bpak sesuai dengan WIT
kontrak kita kemarin, saya akan  Setelah bangun tidur saya
mengajarkan bapak cara merapikan tempat tidur
mengatasi halusinasi dengan: pada pukul 07.15 WIT
 Saya mandi pagi pukul
SP II P: 09.00 WIT
Bercakap-cakap dengan orang  Jika bisikan itu datang
lain yaitu dengan: saya menutup telinga dan
Mengevaluasi jadwal kegiatan katakana “pergi, saya
harian klien, yaitu dengan tidak mau dengar kamu ”.
menanyakan klien: Atau dengan bebincang
Tadi pagi bangun jam berapa? dengan perawat
Setelah bangun tidur bapak  Berbincang dengan
melakukan kegiatan apa? Dan teman pada pukul 10.00
jam berapa?

Asuhan Keperawatan Jiwa 30


Bapak mandi pagi pada pukul WIT
berapa?  Makan siang pada pukul
Bapak sarapan pagi pada jam 12.30 WIT dan minum
berapa? obat pada pukul
Setelah sarapan pagi apa yang 12.00WIT
Bapak lakukan?  Mengatasi halusinasi
Kalau bisikan-bisikan itu datang dengan cara menghardik
apa yang bapak lakukan? Dan  Mengatasi halusinasi
pada pukul berapa itu? dengan bercakap-cakap
Setelah itu apakah bapak dengan orang lain
berbincang dengan teman? Dan  Dan di masukkan ke
pada pukul berapakah itu? dalam jadwal kegiatan
Pukul berapakah bapak makan harian
siang? Dan apakah setelah  Mengatasi halusinasi
makan siang bapak minum obat? denganMelakukan
Pada pukul 13.00 WIT,Apakah kegiatan/Aktifitas
bapak mengatasi halusinasi  Dan di masukkan ke
dengan cara menghardik? dalam jadwal kegiatan
 Melatih klien mengendalikan harian
halusinasi dengan cara  Minum obat secara
bercakap-cakap dengan orang teratur
lain, yaitu dengan mengajarkan  Dan di masukkan ke
klien: jika halusinasi itu datang, dalam jadwal kegiatan
bapak bisa menghilangannya harian
dengan bercakap-cakap dengan  Merasa senang
tema/ perawat. berbincang-bincang
 Menganjurkan klien dengan suster Sally
memasukan ke dalam jadwal
kegiatan harian, yaitu dengan
mengatakan pada klien;bapak
cara ini bapak masukkan ke
dalam jadwal kegiatan harian
O:
SP III. P  Dalam percakapan klien
 bapak selain cara yang ke menjawab pertanyaan
dua,ada juga cara yang ke tiga dengan baik
yaitu Melakukan  Kontak mata kurang
kegiatan/atifitas seperti:  Suara pelan
merapikan tempat tidur dll
 Menganjurkan klien
memasukan ke dalam jadwal
egiatan harian, yaitu dengan
mengatakan pada klien;bapak A:
cara ini bapak masukkan ke

Asuhan Keperawatan Jiwa 31


dalam jadwal kegiatan harian  Klien mamapu
mengontrol halusinasi
SP IV. P dengan cara:
 Memberikan penkes tentang Becakap-cakap dengan
penggunaan/Minum obat secara orang lain
teratur, yaitu: Melakukan
Bapak selain cara yang ke tiga kegiatan/Aktifitas
ada juga cara ke empat yaitu Minum obat secara
dengan minum obat secara teratur
teratur karena dapat mengontrol  SP II. P, SP III. P, SP IV.
halusinasi tersebut P Tercapai
 Menganjurkan klien
memasukan ke dalam jadwal
egiatan harian, yaitu dengan
mengatakan pada klien;Bapak
cara ini bapak masukkan ke
dalam jadwal kegiatan harian P:
 Bagaimana perasaan bapak  Pertahankan SP II. P, SP
setelah berbincang-bincang III. P, SP IV. P
dengan saya?
Klien menjawab: Saya merasa
senang.
 Bapak masih ingat tidak dengan
cara mengontrol halusinasi?
 Saya harap Bapak bisa
mempraktekkannya.

Asuhan Keperawatan Jiwa 32


Asuhan Keperawatan Jiwa 33

Anda mungkin juga menyukai