Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PSIKOLOGI GIZI

SKIZOFRENIA

Dosen Pengampu : Joko Krisdiyanto,S.Psi, M.Psi

Julian Elsa Putri (18120098)

Geraldina Oktaviyane (22120046)

Evarista Yuliana Tok Kiombiran (22120051)

Fatichah Meyliana Mutiara Rida (22120066)

Fidhel Lefrando (22120075)

Grace Monika (22120124)

PROGRAM STUDI GIZI PROGRAM SARJANA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik, dengan gangguan dasar pada


kepribadian, distorsi khas pada proses pikir. kadang-kadang mempunyai perasaan bahwa
dirinya sedang dikendalikan kekuatan dari luar. gangguan skizofrenia umumnya ditandai
oleh distrosi pikiran dan persepsi yang mendasar dan khas, dan oleh efek yang tidak serasi
atau tumpul. Skizofrenia merupakan penyakit gangguan jiwa yang dapat terjadi pada
siapapun. Skizofrenia adalah salah satu dari jenis gangguan kejiwaan yang tergolong tinggi
yang dialami masyarakat Indonesia. Penderita skizofrenia merupakan individu yang
mengalami keretakan kepribadian, alam pikir, perasaan dan perbuatan.

Skizofrenia ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita dan keluarganya.
Penderita skizofrenia akan memunculkan dua gejala, yaitu gejala primer dan sekunder.
Gejala primer adalah gejala yang samar seperti gangguan proses pikir, gangguan afek dan
emosi, gangguan kemauan, dan gangguan psikomotor. Sedangkan gejala sekunder
merupakan gejala nyata seperti delusi dan waham.penderita skizofrenia akan lebih sering
menunjukkan gejala psikotik seperti delusi dengan ciri khas berupa gangguan perasaan akan
kemegahan dan halusinasi dengan ciri khas berupa mendengar suara yang tidak didengar
orang lain.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa Pengertian Skizofrenia?

1.2.2 Apa saja Gejala Gangguan Skizofrenia?

1.2.3 Apa saja Faktor Penyebab Skizofrenia?

1.2.4 Apa Dampak Skizofrenia?

1.2.5 Bagaimana Cara Mencegah Skizofrenia?


1.3 Tujuan

1.3.1 Mengetahui Pengertian Skizofrenia

1.3.2 Mengetahui Gejala Gangguan Skizofrenia

1.3.3 Mengetahui Faktor yang Menjadi Penyebab Skizofrenia

1.3.4 Mengetahui Dampak Skizofrenia

1.3.5 Mengetahui Cara Mecegah Skizofrenia


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Skizofrenia

Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan


timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku yang aneh dan terganggu.
Skizofrenia tidak dapat didefinisikan sebagai penyakit tersendiri, melainkan sebagai suatu
proses penyakit yang mencakup banyak jenis dengan berbagai gejala seperti kanker. Selama
berpuluh-puluh tahun, skizofrenia sering disalahartikan oleh masyarakat. Skizofrenia adalah
gangguan yang terjadi pada fungsi otak.

Skizofrenia didefinisikan sebagai penyakit neurologis yang memengaruhi persepsi


klien, cara berpikir, bahasa, emosi dan perilaku sosialnya. Skizofrenia biasanya terdiagnosis
pada masa remaja akhir dan dewasa awal. Skizofrenia jarang terjadi pada masa kanak-kanak.
Insiden puncak awitannya ialah 15-25 tahun untuk pria dan 25-35 tahun untuk wanita.

2.2 Gejala Gangguan Skizofrenia

Menurut SDM-5, sesorang dinyatakan mengalami gangguan mental ini jika


mengalami gejala skizofrenia positif dan negative. Gejala positif adalah gejala yang
mengubah atau menambah pengalaman normal seseorang. Sedangkan gejala negative adalah
gejala yang menghilangkan pengalaman biasa seseorang. Gejala positif skizofrenia meliputi :

 Halusinasi
Distorsi sensorik yang melibatkan kemampuan penglihatan, pendengaran,
perasaan, penciuman dan mencicipi hal-hal yang tidak nyata.
 Delusi
Penyimpangan pikiran atau kepercayaan pada hal-hal yang tidak nyata
 Penggunaan bahasa yang tidak terorganisasi
Ucapan menjadi kacau dan tidak mudah untuk dipahami. Penggunaan logis
yang sembarangan pada kalimat.
 Prilaku yang tidak teratur
Seperti berpakaian yang tidak sesuai dengan cuaca.

Gejala negative skizofrenia dapat berupa :

 Ekspresi tanpa emosi


 Avolition
Ketidakmampuan untuk mengikuti perilaku sesuai dengan tujuan orientasi,
kurangnya motivasi.
 Alogia
Pemikiran dan ucapan yang terbatas.

2.3 Faktor Penyebab Skizofrenia

Sampai saat ini belum ada yang mengetahui secara pasti penyebab skizofrenia.
Skizofrenia juga bukan salah siapa-siapa. Skizofrenia merupakan gangguan kesehatan mental
yang komplek, para peneliti berusaha mempelajarinya dan mengungkapkan bahwa ada
bebrapa faktor resiko.

Banyak teori yang dikembangkan oleh para peneliti tentang apa yang menyebabkan
seseorang mengalami gangguan ini. Berhubung skizofrenia adalah penyakit otak, maka teori-
teori penyebab yang berhubungan dengan kinerja otak atau faktor luar yang secara langsung
berdampak pada otak.

Teori tersebut meliputi :

1. Faktor biologis atau genetic


Penyakit skizofrenia dapat disebabkan oleh faktor biologis ataupun kimia.
Seseorang yang memiliki orang tua dengan skizofrenia akan meningkatkan resiko
penyakit ini dari 1% menjadi 10%. Seseorang yang memiliki saudara kembar
indentik dengan gangguan skizofrenia akan meningkatkan resiko sekitar 50%.
2. Neurologis
Neurologis adalah penyebab skizofrenia yang berkaitan dengan sistem saraf dan
fungsinya. Ketidakseimbangan neurotransmitter (sinyal) serotonin dan GABA
menjadi salah satu penyebabnya.
Dua neurotransmitter yang paling bermasalah dalam penyakit skizofrenia adalan
dopamine dan glutamate. Dopamine sangat berkolerasi dengan skizofrenia
sehingga penyebab potensial ini disebut sebagai hipotesks dopamine.
3. Kognisi
Kognisi berkaitan dengan bagaimana seseorang memproses input ke otak. Kognisi
melibatkan pemikiran, memori, penggunaan input kontekstual dan sensorik untuk
menafsirkan suatu informasi.
Penyakit skizofrenia melibatkan kesulitan yang signifikan pada proses kognisi
dan kontekstual.
4. Lingkungan atau tingkat stress
Seseorang yang rentan mengalami stress baik karena kondisinya ataupun
pengaruh lingkungan dapat menjadi penyebab skizofrenia. Faktor-faktor yang
mempengaruhinya antara lain :
- Trauma karena pelecehan di masa kecil
- Sering pindah tempat tinggal yang cukup berbeda budayanya
- Mengalami stress berat dan kronis
5. Virus dan imunopatologi
Diketahui bahwa ada bebrapa virus yang dapat berdampak negative pada otak dan
kesehatan mental, namun para ahli masih mempelajari hipotesis ini.

2.4 Dampak Skizofrenia

Pada penderita skizofrenia, dampak yang terjadi adalah munculnya gejala-gejala


seperti sulit membedakan yang mana kenyataan dan yang mana imajinasi, tidak bisa
berbicara secara logis, dan tidak bisa fokus atau rapi dalam melakukan sesuatu, atau bahkan
mengalami gejala negatif seperti tidak mampu melakukan fungsi sehari-harinya seperti
mandi, tidak bisa berkomunikasi dengan orang sekitar, dan mengurung diri. Apabila
skizofrenia tidak ditangani secara dini, maka gejala tersebut akan terus berlangsung dan
dapat menyebabkan komplikasi seperti munculnya ide untuk bunuh diri, gangguan cemas,
depresi, penyalahgunaan obat-obatan, tidak bisa bekerja/sekolah, masalah keuangan, dan
perilaku agresif seperti mengamuk.
Dampak skizofrenia bagi keluarga sangatlah besar, ini menyebabkan seluruh keluarga
ikut merasakan penderitaan tersebut. Jika keluarga tidak siap dengan hal ini, maka bukan
hanya penderita saja yang mengalami gangguan, namun keluarga pun ikut merasakan
dampaknya baik kesedihan ketika melihat keadaan penderita yang tak kunjung sembuh,
hidup dalam ketidakpastian apakah akan sembuh atau bagaimana kelanjutan kehidupannya
kedepan.
Dampak sosial yang muncul diantaranya adalah keterbatasan waktu untuk dapat
terlibat dalam berbagai pekerjaan atau kegiatan masyarakat, adanya kerenggangan baik itu
keluarga inti maupun dengan kerabat lain.

2.5 Cara Mencegah Skizofrenia

Menurut Nurarif & Hardhi, (2016) beberapa cara untuk mencegah tejadinya skizofenia,
yaitu:
1. Hindari kebiasaan menyendiri.
2. Berusaha untuk menceritakan masalah yang ada dengan keluarga atau teman terdekat.
3. Kenali gejala-gejala penyakit dan konsultasikan dengan dokter.
4. Konsumsi makanan yang bergizi.
5. Observasi secara ketat perilaku klien.
6. Singkirkan semua benda yang berbahaya.
7. Berikan obat dan berkesinambungan.
8. Menurunkan ketegangan.
9. Periksa mulut penderita setelah minum obat.
10. Alihkan jika klien halusinasi.
11. Fokus dan kuatkan realitas.
Apabila seseorang sudah menderita skizofrenia, maka dapat dilakukan perawatan
dan terapi. Perawatan skizofrenia biasanya difokuskan untuk menghilangkan gejala yang
timbul. Perawatan bisa dilakukan dengan antipsikotik, pengobatan psikososial, dan layanan
khusus terkoordinasi.
1. Antipsikotik
Antipsikotik adalah pengobatan skizofrenia dengan menggunakan obat
antipsikotik. Obat antipsikotik tersebut biasanya dikonsumsi setipa hari, bisa
berupa pil ataupun cairan. Ada juga antipsikotik yang diberikan melalui suntikan
satu atau dua kali dalam sebulan.
2. Pengobatan psikososial
Pengobatan psikososial ini membantu pasien untuk belajar menggunakan
keterampilannya dalam mengatasi skizofrenia sehari-hari sehingga kelak tidak
kambuh dan mampu hidup sebagaimana mestinya.
3. Layanan khusus terkoordinasi (coordinated special care/CSC)
Perawatan lain skizofrenia adalah dengan layanan khusus
terkoordinasi/coordinated special care. Perawatan model ini menggabungkan
antara pengobatan, terapi psikososial, pelatihan manajemen kasus dengan
melibatkan keluarga dan layanan Pendidikan untuk mendukung program
terkoordinasi ini. Layanan khusus terkoordinasi ini biasanya dirancang dengan
perawatan khusus untuk mengurangi kemungkinan kelumpuhan jangka Panjang
yang sering dialami oleh penderita gangguan skizofrenia.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan
gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan kognitif,
dan persepsi, dan gejala-gejala lainnya. Gejala skizofrenia ini akan menyebabkan pasien
mengalami penurunan fungsi atau ketidakmampuan dalam menjalani hidupnya, sangat
terhambat produktivitasnya dan nyaris terputus relasinya dengan orang lain.

3.2 Saran

Apabila ada gejala-gejala yang mengarah ke skizofrenia, sebaiknya orang terdekat


langsung memeriksakan diri penderita ke dokter spesialis jiwa. Dokter akan mengevaluasi
keluhan, melakukan pemeriksaan, dan memberikan penanganan yang sesuai, seperti
pemberian obat antipsikotik. Dukungan keluarga dan orang terdekat akan sangat berpengaruh
terhadap perbaikan penyakit ini.
DAFTAR PUSTAKA

Furqana, W., Siti, R., & Agung, I. 2021. Penerimaan Diri Orang Tua dengan Anak Skizofrenia
di Kecamatan Kumun DDebai Kota Sungai Penuh. Doctoral dissertation, Universitas
Jambi.

Ibrahim, A.S. 2005. Spliting Personality. Penerbit Dian Ariesta. Jakarta Pusat.

Nurarif, A.H., dan Hardhi Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis. Mediaction.
Yogyakarta.

Prabowo, E. 2014. Buku Ajar Keperawatn Jiwa. Nuha Medika. Yogyakarta.

Sumarsono, Bambang. 2022. “Skizofrenia adalah Penyakit Negatif? Bukan! Menurut DSM-5”
Available on : https://halopsikolog.com/skizofrenia-adalah-dsm-5/ , diakses pada 25
November 2022, pukul 20.51

Talan, J.S. 2020. Gambaran Mindfulness Pada Pria Penderita Skizofrenia Residual. Doctoral
dissertion, Universitas Tarumanagara.

Trevisan, D. A., Foss-Feig, J. H., Naples, A. J., Srihari, V., Anticevic, A., & McPartland, J. C.
(2020). Autism spectrum disorder and schizophrenia are better differentiated by positive
symptoms than negative symptoms. Frontiers in Psychiatry.

Anda mungkin juga menyukai