SKIZOFRENIA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Skizofrenia ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita dan keluarganya.
Penderita skizofrenia akan memunculkan dua gejala, yaitu gejala primer dan sekunder.
Gejala primer adalah gejala yang samar seperti gangguan proses pikir, gangguan afek dan
emosi, gangguan kemauan, dan gangguan psikomotor. Sedangkan gejala sekunder
merupakan gejala nyata seperti delusi dan waham.penderita skizofrenia akan lebih sering
menunjukkan gejala psikotik seperti delusi dengan ciri khas berupa gangguan perasaan akan
kemegahan dan halusinasi dengan ciri khas berupa mendengar suara yang tidak didengar
orang lain.
PEMBAHASAN
Halusinasi
Distorsi sensorik yang melibatkan kemampuan penglihatan, pendengaran,
perasaan, penciuman dan mencicipi hal-hal yang tidak nyata.
Delusi
Penyimpangan pikiran atau kepercayaan pada hal-hal yang tidak nyata
Penggunaan bahasa yang tidak terorganisasi
Ucapan menjadi kacau dan tidak mudah untuk dipahami. Penggunaan logis
yang sembarangan pada kalimat.
Prilaku yang tidak teratur
Seperti berpakaian yang tidak sesuai dengan cuaca.
Sampai saat ini belum ada yang mengetahui secara pasti penyebab skizofrenia.
Skizofrenia juga bukan salah siapa-siapa. Skizofrenia merupakan gangguan kesehatan mental
yang komplek, para peneliti berusaha mempelajarinya dan mengungkapkan bahwa ada
bebrapa faktor resiko.
Banyak teori yang dikembangkan oleh para peneliti tentang apa yang menyebabkan
seseorang mengalami gangguan ini. Berhubung skizofrenia adalah penyakit otak, maka teori-
teori penyebab yang berhubungan dengan kinerja otak atau faktor luar yang secara langsung
berdampak pada otak.
Menurut Nurarif & Hardhi, (2016) beberapa cara untuk mencegah tejadinya skizofenia,
yaitu:
1. Hindari kebiasaan menyendiri.
2. Berusaha untuk menceritakan masalah yang ada dengan keluarga atau teman terdekat.
3. Kenali gejala-gejala penyakit dan konsultasikan dengan dokter.
4. Konsumsi makanan yang bergizi.
5. Observasi secara ketat perilaku klien.
6. Singkirkan semua benda yang berbahaya.
7. Berikan obat dan berkesinambungan.
8. Menurunkan ketegangan.
9. Periksa mulut penderita setelah minum obat.
10. Alihkan jika klien halusinasi.
11. Fokus dan kuatkan realitas.
Apabila seseorang sudah menderita skizofrenia, maka dapat dilakukan perawatan
dan terapi. Perawatan skizofrenia biasanya difokuskan untuk menghilangkan gejala yang
timbul. Perawatan bisa dilakukan dengan antipsikotik, pengobatan psikososial, dan layanan
khusus terkoordinasi.
1. Antipsikotik
Antipsikotik adalah pengobatan skizofrenia dengan menggunakan obat
antipsikotik. Obat antipsikotik tersebut biasanya dikonsumsi setipa hari, bisa
berupa pil ataupun cairan. Ada juga antipsikotik yang diberikan melalui suntikan
satu atau dua kali dalam sebulan.
2. Pengobatan psikososial
Pengobatan psikososial ini membantu pasien untuk belajar menggunakan
keterampilannya dalam mengatasi skizofrenia sehari-hari sehingga kelak tidak
kambuh dan mampu hidup sebagaimana mestinya.
3. Layanan khusus terkoordinasi (coordinated special care/CSC)
Perawatan lain skizofrenia adalah dengan layanan khusus
terkoordinasi/coordinated special care. Perawatan model ini menggabungkan
antara pengobatan, terapi psikososial, pelatihan manajemen kasus dengan
melibatkan keluarga dan layanan Pendidikan untuk mendukung program
terkoordinasi ini. Layanan khusus terkoordinasi ini biasanya dirancang dengan
perawatan khusus untuk mengurangi kemungkinan kelumpuhan jangka Panjang
yang sering dialami oleh penderita gangguan skizofrenia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan
gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan kognitif,
dan persepsi, dan gejala-gejala lainnya. Gejala skizofrenia ini akan menyebabkan pasien
mengalami penurunan fungsi atau ketidakmampuan dalam menjalani hidupnya, sangat
terhambat produktivitasnya dan nyaris terputus relasinya dengan orang lain.
3.2 Saran
Furqana, W., Siti, R., & Agung, I. 2021. Penerimaan Diri Orang Tua dengan Anak Skizofrenia
di Kecamatan Kumun DDebai Kota Sungai Penuh. Doctoral dissertation, Universitas
Jambi.
Ibrahim, A.S. 2005. Spliting Personality. Penerbit Dian Ariesta. Jakarta Pusat.
Nurarif, A.H., dan Hardhi Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis. Mediaction.
Yogyakarta.
Sumarsono, Bambang. 2022. “Skizofrenia adalah Penyakit Negatif? Bukan! Menurut DSM-5”
Available on : https://halopsikolog.com/skizofrenia-adalah-dsm-5/ , diakses pada 25
November 2022, pukul 20.51
Talan, J.S. 2020. Gambaran Mindfulness Pada Pria Penderita Skizofrenia Residual. Doctoral
dissertion, Universitas Tarumanagara.
Trevisan, D. A., Foss-Feig, J. H., Naples, A. J., Srihari, V., Anticevic, A., & McPartland, J. C.
(2020). Autism spectrum disorder and schizophrenia are better differentiated by positive
symptoms than negative symptoms. Frontiers in Psychiatry.