Anda di halaman 1dari 55

Mini Project

Gambaran Kepatuhan Minum Obat


Pasien Skizofrenia di Wilayah Kerja
Puskesmas Muara Lembu
dr. Tia Handayani Sinaga
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
● Skizofrenia adalah penyakit yang mempengaruhi otak dan penyebab timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan
dan perilaku yang aneh dan terganggu (Videbeck,2008)
● WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa
● Dalam Riskesdas 2013 prevalensi penderita gangguan jiwa berat 1,7/1000 orang. Dalam data Riskesdas 2013,
terdapat 14,3 % penderita gangguan jiwa di indonesia dengan penderita terbanyak dipedesaan dibanding
diperkotaan, sedangkan prevalensi gangguan mental emosional diatas umur 15 tahun rata-rata 6,0 %.
● 25% pasien  pulih dari episode awal dan fungsinya dapat kembali pada tingkat premorbid
● 25% pasien lainnya  tidak akan pernah pulih dan perjalanan penyakitnya cenderung memburuk
● 50% berada di antaranya, ditandai dengan kekambuhan periodik dan ketidakmampuan berfungsi dengan efektif
kecuali untuk waktu yang singkat
Latar Belakang
Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Kementrian Kesehatan  1 dari 4 penduduk Indonesia
menderita kelainan jiwa rasa cemas, depresi, stress, penyalahgunaan obat, kenakalan remaja
sampai skizofrenia.

Di era globalisasi gangguan kejiwaan meningkat sebagai contoh penderita tidak hanya dari
kalangan kelas bawah, sekarang kalangan pejabat dan masyarakat lapisan menengah ke atas
juga terkena gangguan jiwa
(Sutatminingsih, Raras. 2002).

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007  rata-rata nasional gangguan mental emosional
ringan, seperti cemas dan depresi pada penduduk berusia 15 tahun ke atas mencapai 11,6%,
dengan angka tertinggi terjadi di Jawa Barat, sebesar 20%. Sedangkan yang mengalami gangguan
mental berat, seperti psikotis, skizofrenia, dan gangguan depresi berat, sebesar 0,46%.
Latar Belakang

Skizofrenia tidak hanya menimbulkan


penderitaan bagi pasien, tapi juga bagi
orang-orang terdekatnya. Selain Dampak-dampak yang dialami keluarga ini
dikarenakan biaya perawatan yang cenderung membuat anggota keluarga
tinggi, hampir 70% penderita adalah menjauhkan diri dari penderita
pasien di RSJ secara menahun. skizofrenia dan cenderung menolak pasien
Akibatnya, kehadiran penderita skizofrenia (Koolaee & Eternadi, 2009).
cenderung dirasakan sebagai beban
keluarga (Arif, 2006).
Latar Belakang

Keluarga merupakan faktor yang sangat penting dalam proses kesembuhan pasien
skizofrenia. Keluarga merupakan lingkungan terdekat pasien, dengan keluarga yang
bersikap teurapeutik dan mendukung pasien, masa kesembuhan pasien dapat
dipertahankan selama mungkin. Sebaliknya, jika keluarga kurang mendukung, angka
kekambuhan akan lebih cepat.

Berdasarkan penelitian bahwa angka kekambuhan pada pasien gangguan jiwa tanpa
terapi keluarga sebesar 25-50%, sedangkan angka kambuh pada pasien yang
mendapatkan terapi keluarga adalah sebesar 5-10% (Keliat,2010).
Latar Belakang

Kontuinitas pengobatan dalam penatalaksanaan skizofrenia merupakan salah satu faktor


keberhasilan terapi. Pasien yang tidak patuh dalam pengobatan akan memilki resiko
kekambuhan lebih tinggi di bandingkan dengan pasien yang patuh dalam pengobatan.
Ketidakpatuhan berobat ini yang merupakan alasan kembali dirawat dirumah sakit
Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada mini project ini adalah untuk mengetahui


gambaran kepatuhan minum obat pasien skizofrenia di wilayah kerja
Puskesmas Muara Lembu .
Tujuan Penulisan

01 02
Tujuan Umum Tujuan Khusus
Untuk mengetahui kepatuhan minum obat • Mengidentifikasi jumlah pasien skizofrenia di
pasien skizofrenia di wilayah kerja wilayah kerja Puskesmas Muara Lembu
Puskesmas Muara Lembu
• Mengetahui gambaran kepatuhan minum obat
pasien skizofrenia di wilayah kerja Puskesmas
Muara Lembu
Manfaat Penulisan

Diharapkan laporan hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran


Bagi Puskesmas kepatuhan minum obat pasien skizofrenia sehingga dapat dijadikan bahan
rujukan untuk pemgembangan program jiwa di Puskesmas Muara lembu.

Diharapkan bermanfaat dalam meningkatkan kesadaran dan pengetahuan


masyarakat, baik bagi masyarakat yang tidak menderita skizofrenia sehingga
dapat lebih memahami arti penting pencegahan skizofrenia dengan pola
mental hidup sehat dan bagi masyarakat yang sudah dinyatakan menderita Bagi Masyarakat
skizofrenia agar senantiasa rutin konrtol mengunjungi fasilitas terdekat untuk
mencegah perburukan.
Manfaat Penulisan

Bagi Penulis

Sebagai bahan pembelajaran dan menambah pengetahuan penulis tentang


kepatuhan minum obat pada pasien skizofrenia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
berasal dari dua kata, yaitu skizo yang
artinya retak atau pecah, dan frenia
yang artinya jiwa Skizofrenia adalah sekelompok reaksi
psikotik yang mempengaruhi berbagai
area fungsi individu, termasuk berfikir
dan berkomunikasi, menerima dan
DEFINISI menginterpretasikan realitas, merasakan
dan menunjukan emosi serta
SKIZOFRENIA berperilaku dengan sikap yang tidak
seseorang yang menderita
skizofrenia adalah seseorang yang dapat diterima secara sosial (Isaacs,
mengalami keretakan jiwa atau 2005).
keretakkan kepribadian (Hawari,
2009).
Etiologi Skizofrenia

Hingga sekarang belum ditemukan penyebab (etiologi) yang pasti mengapa seseorang menderita
skizofrenia, padahal orang lain tidak. Ternyata dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan tidak
ditemukan faktor tunggal. Penyebab skizofrenia menurut penelitian mutakhir antara lain : (Yosep,
2010)

○ Faktor genetik;
○ Virus;
○ Autoantibodi;
○ Malnutrisi.
Dari penelitian diperoleh gambaran sebagai berikut : (Yosep, 2010)

01 02
Studi terhadap keluarga - Studi terhadap orang kembar (twin) menyebutkan pada kembar identik
menyebutkan pada orang 59,20%; sedangkan kembar fraternal 15,2%.
tua 5,6%, saudara - Penelitian lain menyebutkan bahwa gangguan pada perkembangan
kandung 10,1%; anak- otak janin juga mempunyai peran bagi timbulnya skizofrenia kelak
anak 12,8%; dan dikemudian hari. Gangguan ini muncul, misalnya, karena kekurangan
penduduk secara gizi, infeksi, trauma, toksin dan kelainan hormonal.
keseluruhan 0,9%.

Penelitian lain juga menyebutkan bahwa meskipun ada gen yang abnormal, skizofrenia tidak akan muncul
kecuali disertai faktor-faktor lainnya seperti virus atau infeksi lain selama kehamilan, menurunnya autoimun yang
mungkin disebabkan infeksi selama kehamilan, Komplikasi kandungan, dan Kekurangan gizi yang cukup berat,
terutama pada trimester awal kehamilan
Seseorang yang sudah mempunyai faktor epigenetik tersebut, bila mengalami stresor
psikososial dalam kehidupannya, maka risikonya lebih besar untuk menderita
skizofrenia dari pada orang yang tidak ada faktor epigenetik sebelumnya. (Yosep,2010)
Manifestasi Klinis

Berdasarkan PPDGJ III  Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau
lebih bila gejala gejala itu kurang jelas):

Thought of echo Delusion of Control


Thought insertion or withdrawl Delusion of Passivity
Thought broadcasting Delusional Perception

Halusinasi Auditorik Waham2 menetap lainnya


Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

Afek mengambang ataupun disertai oleh ide-ide Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah
berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing),
atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan
minggu atau berbulan-bulan stupor

Arus pikiran yang terputus (break) atau yang Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara
mengalami sisipan (interpolation), yang berkibat yang jarang, dan respon emosional yang menumpul atau
inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri
atau neologisme dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial;

Tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika dan
adanya gejala-gejala khas di atas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih
Kriteria diagnosis skizofrenia menurut DSM IV adalah (Tomb, 2003):

• Berlangsung minimal dalam enam bulan


• Penurunan fungsi yang cukup bermakna di bidang pekerjaan, hubungan interpersonal, dan fungsi
dalam mendukung diri sendiri
• Pernah mengalami psikotik aktif dalam bentuk yang khas selama berlangsungnya sebagian dari periode
tersebut
• Tidak ditemui dengan gejala-gejala yang sesuai dengan skizoafektif, gangguan mood mayor, autisme,
atau gangguan organik.
Jenis-Jenis Skizofrenia

F20.0 F20.1 F20.2 F20.3


F20.0 S. Herbefrenik
S.Paranoid S.Katatonik S.Tak Terinci
S.Paranoid

F20.4 Depresi F20.5 F20.6 F20.7


Pasca Skizo S. Residual S. Simplex S. Lainnya
Penatalaksanaan Skizofrenia: Medikamentosa

Antipsikotik Atipikal
Clozaril
Konvensional Antipsikotik

• Haloperidol • Risperidone • Merupakan antipsikotik


• Thiorizadine • Quetiapine atipikal yang pertama
• • • Para ahli merekomendaskan
Clorpromazine Olanzapine
penggunaan Clozaril bila
• Thiothixene paling sedikit 2 dari obat
• Fluphenazine antipsikotik yang lebih
• Trifluoperazine aman tidak berhasil.
• Perphenazine
Efek Samping Obat Antipsikotik
● Extrapyramidal Syndrome (EPS)  pergerakan menjadi lebih lambat dan kaku, sehingga agar
tidak kaku penderita harus bergerak (berjalan) setiap waktu, dan akhirnya mereka tidak dapat
beristirahat
● Tardive dyskinesia  pergerakan mulut yang tidak dapat dikontrol, protruding tongue, dan facial
grimace.
● Tremor pada tangan dan kaki. Kadang-kadang dokter dapat memberikan obat antikolinergik
(biasanya benztropine) bersamaan dengan obat antipsikotik untuk mencegah atau mengobati efek
samping ini.
● Gangguan fungsi seksual. Untuk mengatasinya biasanya dokter akan menggunakan dosis efektif
terendah atau mengganti dengan newer atypical antipsycotic yang efek sampingnya lebih sedikit.
Efek Samping Obat Antipsikotik
● Peningkatan berat badan. Sering terjadi pada penderita yang menggunakan
antipsikotik atipikal. Diet dan olah raga dapat membantu mengatasi masalah ini.
● Efek samping lain yang jarang terjadi adalah neuroleptic malignant syndrome,
dimana timbul derajat kaku dan termor yang sangat berat yang juga dapat
menimbulkan komplikasi berupa demam dan penyakit-penyakit lain. Gejala-gejala ini
membutuhkan penanganan yang segera.
Penatalaksanaan Skizofrenia: Psikososial

01 Terapi Perilaku
- Menggunakan latihan ketrampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan
sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi
interpersonal
- Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau menyimpang seperti
berbicara lantang, berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh
aneh dapat diturunkan
Penatalaksanaan Skizofrenia: Psikososial

02 Terapi Berorientasi Keluarga


- Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah
efektif dalam menurunkan terjadnya kekambuhan pada pasien
- Didalam penelitian terkontrol, angka relaps tahunan tanpa terapi keluarga
sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.
Penatalaksanaan Skizofrenia: Psikososial

03 Terapi Kelompok
- Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan
rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia.
- Kelompok yang memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara
interpretatif, tampaknya paling membantu bagi pasien skizofrenia.
Penatalaksanaan Skizofrenia: Psikososial

04 Psikoterapi Individual
- perkembangan suatu hubungan terapetik yang dialami pasien sebagai
aman
- Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi,
jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi
seperti yang diinterpretasikan oleh pasien.
Penatalaksanaan Skizofrenia: Hospitalization

untuk tujuan diagnostik, menstabilkan medikasi, keamanan pasien


karena gagasan bunuh diri atau membunuh, prilaku yang sangat
kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar. Indikasi Utama

Ikatan efektif antara pasien dan sistem pendukung masyarakat.


Tujuan Rehabilitasi dan penyesuaian yang dilakukan pada perawatan rumah
Perawatan sakit harus direncanakan. Dokter harus juga mengajarkan pasien dan
pengasuh serta keluarga pasien tentang skizofrenia
Perilaku Kesehatan Medis Keluarga pada Penderita Skizofrenia

Menurut penelitian Wuryaningsih, Yani, dan Helena (2013), skizofrenia merupakan


gangguan jiwa yang cenderung menahun dan butuh pengobatan yang bertahap. Dalam

hal ini keluarga menjadi satu-satunya sumber pendukung bagi perawatan


pasien gangguan skizofrenia ketika berada di tengah masyarakat (Maldonado, Urizar, &
Kavanagh, 2005; Thompson, 2007; dalam Wuryaningsih, Yani, dan Helena, 2013).
Perilaku Kesehatan Keluarga pada Penderita Skizofrenia

Menurut penelitian Wardhani (2013) perilaku kesehatan keluarga yang memiliki

penerimaan yang baik terhadap pasien skizofrenia ditunjukan melalui kepasrahan,

kepedulian dan menyerahkan penanganan pengobatan sepenuhnya kepada


rumah sakit, maupun pihak-pihak yang bersedia membantu keluarga dalam mengatasi
skizofrenia
Perilaku Kesehatan Keluarga pada Penderita Skizofrenia

Didukung penelitian Soekarta (2004) dalam Wuryaningsih, Yani, dan Helena (2013)
yang menjelaskan bahwa keluarga berupaya menyediakan waktu untuk berkomunikasi,
sering berbincang-bincang, bercanda, mengadakan rekreasi bersama dapat meringankan

beban psikologis. Keluarga berkomitmen dalam memberikan dukungan

dan mendampingi pasien untuk patuh dalam pengobatan.


Kualitas Hidup

“WHOQoL Group (dalam Billington dkk, 2010) mendefinisikan kualitas


hidup sebagai persepsi individu dari posisi individu dalam kehidupan dalam
konteks sistem budaya dan nilai dimana individu hidup dan dalam kaitannya
dengan tujuan, harapan, standar dan kekhawatiran”
Dimensi Kualitas Hidup
Kesehatan Fisik Psikologis

Kualitas Hidup

Lingkungan Hubungan Sosial


Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

Jenis Kelamin
Bain, dkk (2003) menemukan adanya perbedaan antara kualitas hidup antara laki-laki dan
perempuan, dimana kualitas hidup laki-laki cenderung lebih baik daripada kualitas hidup
perempuan

Usia
Penelitian yang dilakukan oleh Wagner, Abbot, & Lett (2004) menemukan adanya perbedaan
yang terkait dengan usia dalam aspek-aspek kehidupan yang penting bagi individu
Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup
Pekerjaan
Moons, Marquet, Budst, dan de Geest (2004) mengatakan bahwa terdapat perbedaan kualitas
hidup antara penduduk yang berstatus sebagai pelajar, penduduk yang bekerja, penduduk
yang tidak bekerja (atau sedang mencari pekerjaan), dan penduduk yang tidak mampu
bekerja (atau memiliki disablity tertentu).

Pendidikan
Penelitian yang dilakukan oleh Noghani, Asgharpour, Safa, dan Kermani (2007) menemukan
adanya pengaruh positif dari pendidikan terhadap kualitas hidup subjektif namun tidak
banyak.
Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup
Status Pernikahan
Penelitian yang dilakukan oleh Wahl, Rustoen, Hanestad, Lerdal & Moum (2004)
menemukan bahwa baik pada pria maupun wanita, individu dengan status menikah atau
kohabitasi memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi.

Hubungan dg Orang Lain


Myers (dalam Kahneman, Diener, & Schwarz, 1999) yang mengatakan bahwa pada saat
kebutuhan akan hubungan dekat dengan orang lain terpenuhi, baik melalui hubungan
pertemanan yang saling mendukung maupun melalui pernikahan, manusia akan memiliki
kualitas hidup yang lebih baik baik secara fisik maupun emosional.
Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup
Standard Referensi
O’Connor (1993) mengatakan bahwa kualitas hidup dapat dipengaruhi oleh standard
referensi yang digunakan seseorang seperti harapan, aspirasi, perasaan mengenai persamaan
antara diri individu dengan orang lain.

Kesehatan Fisik
Galloway (2005) menyatakan bahwa WHO (1948) menjelaskan kesehatan adalah tonggak
penting dalam perkembangan kualitas hidup tentang kepedulian terhadap kesehatan. WHO
mendefinisikan kesehatan tidak hanya sebagai sesuatu penyakit tapi dapat dilihat dari fisik,
mental dan kesejahteraan sosial.
Faktor –faktor Kepatuhan Pengobatan
● Lupa minum obat
Pasien ● Budaya, agama dan kepercayaan awam mengenai penyakit
● Kurangnya pemahaman mengenai penyakit
● Penyangkalan atau penolakan dg penyakit
● Memiliki asumsi bahwa pengobatan dpt dihentikan apabila penderita
sudah merasa lebih baik

● Kompleksitas jumlah dosis obat yg diberikan


● Efek samping obat
● Durasi pengobatan
● Biaya pengobatan Pengobatan
● Pengobatan yg mengganggu gaya hidup atau menimbulkan perubahan
perilaku yg signifikan
Faktor –faktor Kepatuhan Pengobatan

Sistem ● . Buruknya kualitas komunikasi penyedia layanan dan pasien


Perawatan ● Kurangnya keterampilan komunikasi penyedia layanan dalam
berkontribusi dalam mengedukasi pasien mengenai pemahaman
Kesehatan tentang pengobatan
● Penyebaran informasi yang ditulis menggunakan literasi yang terlalu
tinggi
● Pembatasan akses untuk melakukan perawatan
● Kurangnya kesinambungan dalam perawatan
BAB III
METODE PENELITIAN
Kerangka Konsep
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan menggunakan metode observasional
dengan desain penelitian cross sectional.

Tempat & Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Muara Lembu. pada Desember 2022- Januari
2023.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien/keluarga penderita skizofrenia di wilayah kerja
Puskesmas Muara Lembu. Sampel dari penelitian ini adalah pasien/keluarga penderita skizofrenia di
wilayah kerja Puskesmas Muara Lembu yang memiliki tingkat kasus pasien di wilayah tersebut
yang memenuhi kriteria inklusi penelitian

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi


pasien/keluarga penderita skizofrenia di pasien dengan gangguan jiwa yang sudah meninggal,
wilayah kerja Puskesmas Muara Lembu yang pasien dengan gangguan jiwa dengan Kartu Keluarga
bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian wilayah kerja Puskesmas Muara Lembu namun
berdomisili di luar Kecamatan Singingi, pasien yang
dengan mengisi lembar kuisioner. dinyatakan oleh dokter sembuh dan tidak memerlukan
perawatan atau pengobatan dan pasien gangguan jiwa
yang tidak stabil
Metode & Teknik Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder

Penyebaran kuesioner kepada pasien/keluarga Data diagnosa medik di puskesmas

Data dideskripsikan berdasarkan skor (MMAS) jumlah jawaban yang berskala ordinal pada kuesioner,
sehingga didapatkan Gambaran Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia di UPTD Puskesmas Muara
Lembu Tahun 2022-2023

Alat ukur: kuisioner


Cara ukur: mengambil data primer (kuisioner) dan data sekunder
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN
PEMBAHASAN
● Berdasarkan hasil penelitian tentang Gambaran Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia,
Tingkat kepatuhan tinggi minum obat pada pasien skizofrenia adalah 7 orang, untuk kepatuhan
sedang dalam meminum obat adalah 5 orang dan untuk kepatuhan rendah meminum obat pada pasien
skizofrenia adalah 2 orang.
● Tingkat kepatuhan yang kurang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kurangnya
sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit skizofrenia.
● Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Pemegang Program Kesehatan Jiwa di Puskesmas
Muara Lembu dimana masyarakat masih kurang mendapatkan penyuluhan tentang penyakit
skizofrenia dan gambaran terkini tentang penyakit skizofrenia serta pengobatannya di wilayah kerja
Puskesmas Muara Lembu
Gambaran kepatuhan minum obat responden penelitian ini dapat dijadikan salah satu dasar
untuk melakukan penyuluhan tentang penyakit skizofrenia secara berkala sehingga
pengetahuan masyarakat tentang penyakit skizofrenia dapat ditingkatkan dan berdampak
pula pada peningkatan jumlah pasien dalam mematuhi minum obat secara teratur di wilayah
kerja Puskesmas Muara Lembu.
Selain itu, disarankan juga untuk penelitian selanjutnya diadakan
pengecekan ketaatan minum obat terapi ODGJ secara berkala untuk
mengetahui aspek ketaatan yang persisten.
BAB V
KESIMPULAN & SARAN
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di UPTD Puskesmas


Muara Lembu disimpulkan bahwa kepatuhan minum obat pada pasien
skizofrenia di UPTD Puskesmas Muara Lembu yaitu kepatuhan minum
obat tinggi (50%)
SARAN

• Diperlukan langkah untuk meningkatkan ketaatan pengobatan sebagai upaya


pencegahan kekambuhan/relaps pada pasien skizofrenia.
• Diperlukan strategi pendekatan ke masyarakat terkait betapa pentingnya ketaatan
pengobatan jiwa jangka panjang.
• Disarankan untuk penelitian selanjutnya diadakan pengecekan ketaatan minum obat
terapi skizofrenia secara berkala untuk mengetahui aspek ketaatan yang persisten.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai