Di era globalisasi gangguan kejiwaan meningkat sebagai contoh penderita tidak hanya dari
kalangan kelas bawah, sekarang kalangan pejabat dan masyarakat lapisan menengah ke atas
juga terkena gangguan jiwa
(Sutatminingsih, Raras. 2002).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 rata-rata nasional gangguan mental emosional
ringan, seperti cemas dan depresi pada penduduk berusia 15 tahun ke atas mencapai 11,6%,
dengan angka tertinggi terjadi di Jawa Barat, sebesar 20%. Sedangkan yang mengalami gangguan
mental berat, seperti psikotis, skizofrenia, dan gangguan depresi berat, sebesar 0,46%.
Latar Belakang
Keluarga merupakan faktor yang sangat penting dalam proses kesembuhan pasien
skizofrenia. Keluarga merupakan lingkungan terdekat pasien, dengan keluarga yang
bersikap teurapeutik dan mendukung pasien, masa kesembuhan pasien dapat
dipertahankan selama mungkin. Sebaliknya, jika keluarga kurang mendukung, angka
kekambuhan akan lebih cepat.
Berdasarkan penelitian bahwa angka kekambuhan pada pasien gangguan jiwa tanpa
terapi keluarga sebesar 25-50%, sedangkan angka kambuh pada pasien yang
mendapatkan terapi keluarga adalah sebesar 5-10% (Keliat,2010).
Latar Belakang
01 02
Tujuan Umum Tujuan Khusus
Untuk mengetahui kepatuhan minum obat • Mengidentifikasi jumlah pasien skizofrenia di
pasien skizofrenia di wilayah kerja wilayah kerja Puskesmas Muara Lembu
Puskesmas Muara Lembu
• Mengetahui gambaran kepatuhan minum obat
pasien skizofrenia di wilayah kerja Puskesmas
Muara Lembu
Manfaat Penulisan
Bagi Penulis
Hingga sekarang belum ditemukan penyebab (etiologi) yang pasti mengapa seseorang menderita
skizofrenia, padahal orang lain tidak. Ternyata dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan tidak
ditemukan faktor tunggal. Penyebab skizofrenia menurut penelitian mutakhir antara lain : (Yosep,
2010)
○ Faktor genetik;
○ Virus;
○ Autoantibodi;
○ Malnutrisi.
Dari penelitian diperoleh gambaran sebagai berikut : (Yosep, 2010)
01 02
Studi terhadap keluarga - Studi terhadap orang kembar (twin) menyebutkan pada kembar identik
menyebutkan pada orang 59,20%; sedangkan kembar fraternal 15,2%.
tua 5,6%, saudara - Penelitian lain menyebutkan bahwa gangguan pada perkembangan
kandung 10,1%; anak- otak janin juga mempunyai peran bagi timbulnya skizofrenia kelak
anak 12,8%; dan dikemudian hari. Gangguan ini muncul, misalnya, karena kekurangan
penduduk secara gizi, infeksi, trauma, toksin dan kelainan hormonal.
keseluruhan 0,9%.
Penelitian lain juga menyebutkan bahwa meskipun ada gen yang abnormal, skizofrenia tidak akan muncul
kecuali disertai faktor-faktor lainnya seperti virus atau infeksi lain selama kehamilan, menurunnya autoimun yang
mungkin disebabkan infeksi selama kehamilan, Komplikasi kandungan, dan Kekurangan gizi yang cukup berat,
terutama pada trimester awal kehamilan
Seseorang yang sudah mempunyai faktor epigenetik tersebut, bila mengalami stresor
psikososial dalam kehidupannya, maka risikonya lebih besar untuk menderita
skizofrenia dari pada orang yang tidak ada faktor epigenetik sebelumnya. (Yosep,2010)
Manifestasi Klinis
Berdasarkan PPDGJ III Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau
lebih bila gejala gejala itu kurang jelas):
Afek mengambang ataupun disertai oleh ide-ide Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah
berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing),
atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan
minggu atau berbulan-bulan stupor
Arus pikiran yang terputus (break) atau yang Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara
mengalami sisipan (interpolation), yang berkibat yang jarang, dan respon emosional yang menumpul atau
inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri
atau neologisme dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial;
Tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika dan
adanya gejala-gejala khas di atas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih
Kriteria diagnosis skizofrenia menurut DSM IV adalah (Tomb, 2003):
Antipsikotik Atipikal
Clozaril
Konvensional Antipsikotik
01 Terapi Perilaku
- Menggunakan latihan ketrampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan
sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi
interpersonal
- Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau menyimpang seperti
berbicara lantang, berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh
aneh dapat diturunkan
Penatalaksanaan Skizofrenia: Psikososial
03 Terapi Kelompok
- Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan
rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia.
- Kelompok yang memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara
interpretatif, tampaknya paling membantu bagi pasien skizofrenia.
Penatalaksanaan Skizofrenia: Psikososial
04 Psikoterapi Individual
- perkembangan suatu hubungan terapetik yang dialami pasien sebagai
aman
- Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi,
jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi
seperti yang diinterpretasikan oleh pasien.
Penatalaksanaan Skizofrenia: Hospitalization
Didukung penelitian Soekarta (2004) dalam Wuryaningsih, Yani, dan Helena (2013)
yang menjelaskan bahwa keluarga berupaya menyediakan waktu untuk berkomunikasi,
sering berbincang-bincang, bercanda, mengadakan rekreasi bersama dapat meringankan
Kualitas Hidup
Jenis Kelamin
Bain, dkk (2003) menemukan adanya perbedaan antara kualitas hidup antara laki-laki dan
perempuan, dimana kualitas hidup laki-laki cenderung lebih baik daripada kualitas hidup
perempuan
Usia
Penelitian yang dilakukan oleh Wagner, Abbot, & Lett (2004) menemukan adanya perbedaan
yang terkait dengan usia dalam aspek-aspek kehidupan yang penting bagi individu
Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup
Pekerjaan
Moons, Marquet, Budst, dan de Geest (2004) mengatakan bahwa terdapat perbedaan kualitas
hidup antara penduduk yang berstatus sebagai pelajar, penduduk yang bekerja, penduduk
yang tidak bekerja (atau sedang mencari pekerjaan), dan penduduk yang tidak mampu
bekerja (atau memiliki disablity tertentu).
Pendidikan
Penelitian yang dilakukan oleh Noghani, Asgharpour, Safa, dan Kermani (2007) menemukan
adanya pengaruh positif dari pendidikan terhadap kualitas hidup subjektif namun tidak
banyak.
Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup
Status Pernikahan
Penelitian yang dilakukan oleh Wahl, Rustoen, Hanestad, Lerdal & Moum (2004)
menemukan bahwa baik pada pria maupun wanita, individu dengan status menikah atau
kohabitasi memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi.
Kesehatan Fisik
Galloway (2005) menyatakan bahwa WHO (1948) menjelaskan kesehatan adalah tonggak
penting dalam perkembangan kualitas hidup tentang kepedulian terhadap kesehatan. WHO
mendefinisikan kesehatan tidak hanya sebagai sesuatu penyakit tapi dapat dilihat dari fisik,
mental dan kesejahteraan sosial.
Faktor –faktor Kepatuhan Pengobatan
● Lupa minum obat
Pasien ● Budaya, agama dan kepercayaan awam mengenai penyakit
● Kurangnya pemahaman mengenai penyakit
● Penyangkalan atau penolakan dg penyakit
● Memiliki asumsi bahwa pengobatan dpt dihentikan apabila penderita
sudah merasa lebih baik
Data dideskripsikan berdasarkan skor (MMAS) jumlah jawaban yang berskala ordinal pada kuesioner,
sehingga didapatkan Gambaran Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia di UPTD Puskesmas Muara
Lembu Tahun 2022-2023