BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang
menyebabkan ketidak nyamanan di fungsi atau kesukaran terhadap orang yang di
pengaruhinya. Untuk menyembuhkan penyakit, orang-orang bisa berkonsultasi
dengan seorang dokter, salah satunya mengenai tentang masalah kesehatan jiwa.
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dansosial
yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku yang efektif,
konsepdiri yang positif, dan kestabilan emosional. Indonesia sendiri penderita
gangguan jiwa jumlahnya semakin bertambah tiap tahunnya, peningkatan terkait
dengan berbagai macam permasalahan yang dialami oleh masing-masing individu.
Mulai dari kondisi perekonomian yang memburuk, kondisi keluarga, latar belakang
atau pola asuh anak yang tidak baik sampai bencana alam yang melanda negara kita
ini. Masalah-masalah seperti ini dapat menimbulkan masalah pada psikologis
seseorang seperti depresi berat, bipolar bahkan skizofrenia(Videbeck, 2008).
Skizofrenia adalah salah satu yang paling kompleks dan menantang dari
penyakit gangguan jiwa. Skizofrenia merupakan suatu sindrom heterogen yang tidak
teratur dan gangguan prilaku-prilaku aneh, delusi, halusinasi, emosi yang tidakwajar,
dan gangguan fungsi utama psikososial (Ikawati, 2011). Salah satu upaya
penatalaksanaan skizofrenia denggan menggunakan pengobatan antipsikotik.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Epidemiologi
Skizofrenia dapat ditemukan pada semua kelompok masyarakat dan di berbagai
daerah. Insiden dan tingkat prevalensi sepanjang hidup secara kasar hampir sama di
seluruh dunia. Gangguan ini mengenai hampir 1% populasi dewasa dan biasanya
onsetnya pada usia remaja akhir atau awal masa dewasa. Universitas Sumatera Utara
Pada laki-laki biasanya gangguan ini mulai pada usia lebih muda yaitu 15-25 tahun
sedangkan pada perempuan lebih lambat yaitu sekitar 25-35 tahun. Insiden skizofrenia
lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan dan lebih besar di daerah urban
dibandingkan daerah luar. Pasien skizofrenia beresiko meningkatkan risiko
penyalahgunaan zat, terutama ketergantungan nikotin. Hampir 90% pasien mengalami
ketergantungan nikotin. Pasien skizofrenia juga berisiko untuk bunuh diri dan perilaku
menyerang. Bunuh diri merupakan penyebab kematian pasien skizofrenia yang
terbanyak, hampir 10% dari pasien skizofrenia yang melakukan bunuh diri.
5
Ciri utama skizofrenia tipe disorganized adalah pembicaraan kacau, tingkah laku
kacau dan afek yang datar atau inappropriate. Pembicaraan yang kacau dapat
disertai kekonyolan dan tertawa yang tidak erat kaitannya dengan isi pembicaraan.
Disorganisasi tingkah laku dapat membawa pada gangguan yang serius pada
berbagai aktivitas hidup sehari-hari.
2.4.3. Tipe Katatonik
Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah gangguan pada psikomotor yang dapat
meliputi ketidakbergerakan motorik (waxy flexibility). Aktivitas motor yang
berlebihan, negativsisme yang ekstrim, sama sekali tidak mau bicara dan
berkomunikasi (mutism), gerakan-gerakan yang tidak terkendali, mengulang
ucapan orang lain (echolalia) atau mengikuti tingkah laku orang lain (echopraxia).
2.4.4. Tipe Undifferentiated
Tipe Undifferentiated merupakan tipe skizofrenia yang menampilkan perubahan
pola simptom-simptom yang cepat menyangkut semua indikator skizofrenia.
Misalnya, indikasi yang sangat ruwet, kebingungan (confusion), emosi yang tidak
dapat dipegang karena berubah-ubah, adanya delusi, referensi yang berubah-ubah
atau salah, adanya ketergugahan yang sangat besar, autisme seperti mimpi, depresi,
dan sewaktu-waktu juga ada fase yang menunjukkan ketakutan.
2.4.5 Tipe Residual
Tipe ini merupakan kategori yang dianggap telah terlepas dari skizofrenia
tetapi masih memperlihatkan gejala-gejala residual atau sisa, seperti
keyakinankeyakinan negatif, atau mungkin masih memiliki ide-ide tidak wajar
yang tidak sepenuhnya delusional. Gejala-gejala residual itu dapat meliputi
menarik diri secara sosial, pikiran-pikiran ganjil, inaktivitas, dan afek datar.
B. Haoperidol
8
afinitas yang lebih besar terhadap reseptor serotonin daripada reseptor dopamin.
Sebagian besar antipsikotik generasi kedua menyebabkan efek samping berupa
kenaikan berat badan dan metabolisme lemak.
ditingkatkan menjadi 25 mg, 1-2 kali sehari. Jika diperlukan, dosis dapat
ditingkatkan kembali menjadi 50 mg per hari, hingga maksimal 300-900
mg per hari, sesuai respons pasien terhadap obat.
Orang lanjut usia : Dosis awal adalah 12,5 mg per hari. Dosis dapat
ditingkatkan menjadi 25 mg per hari.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.5.1. Membuat tabel dan persentase jumlah pasien Skizofrenia berdasarkan jumlah pasien
jenis kelamin, usia, status pernikahan, faktor resiko.
3.5.2. Membuat tabel dan persentase jumlah penggunaan obat antiretroviral pada pasien
Skizofrenia.
3.5.3. Menganalisa hasil.
3.5.4. Menarik kesimpulan dan saran.
12