Anda di halaman 1dari 12

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan juga tercantum dalam UUD 1945.
Pemerintah mengembangkan infrastruktur di bagian wilayah tanah air untuk
melaksanakan kewajiban melindungi masyarakat dari gangguan kesehatan. Sehat
suatu keadaan yang optimal baik fisik, maupun social, dan tidak hanya terbatas pada
keadaan bebas dari penyakit atau kelemahan saja, peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Sarana kesehatan meliputi pengobatan, pusat
kesehatan masyarakat (Puskesmas), Rumah sakit umum, Rumah sakit swasta, Praktik
dokter, Praktik bidan, Apotek, Laboratorium kesehatan, Sekolah dan Akademi
kesehatan, Balai pelatihan kesehatan, dan Sarana kesehatan lainnya.

Penyakit adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang
menyebabkan ketidak nyamanan di fungsi atau kesukaran terhadap orang yang di
pengaruhinya. Untuk menyembuhkan penyakit, orang-orang bisa berkonsultasi
dengan seorang dokter, salah satunya mengenai tentang masalah kesehatan jiwa.
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dansosial
yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku yang efektif,
konsepdiri yang positif, dan kestabilan emosional. Indonesia sendiri penderita
gangguan jiwa jumlahnya semakin bertambah tiap tahunnya, peningkatan terkait
dengan berbagai macam permasalahan yang dialami oleh masing-masing individu.
Mulai dari kondisi perekonomian yang memburuk, kondisi keluarga, latar belakang
atau pola asuh anak yang tidak baik sampai bencana alam yang melanda negara kita
ini. Masalah-masalah seperti ini dapat menimbulkan masalah pada psikologis
seseorang seperti depresi berat, bipolar bahkan skizofrenia(Videbeck, 2008).
Skizofrenia adalah salah satu yang paling kompleks dan menantang dari
penyakit gangguan jiwa. Skizofrenia merupakan suatu sindrom heterogen yang tidak
teratur dan gangguan prilaku-prilaku aneh, delusi, halusinasi, emosi yang tidakwajar,
dan gangguan fungsi utama psikososial (Ikawati, 2011). Salah satu upaya
penatalaksanaan skizofrenia denggan menggunakan pengobatan antipsikotik.
2

Antipsikotik merupakan terapi obat-obatan pertama yang efektif mengobati


skizofrenia (Irwan, dkk, 2008).
Dan salah satu wujud nyata penyediaan layanan publik di bidang kesehatan
adalah adanya Puskesmas. Puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional
yang menyelenggarakan upaya masyarakat dengan peran kesehatan yang bersifat
menyeluruh, terpadu, merata dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dengan
peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh
pemerintah dan masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa
mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan (Depkes,2009).
Tujuan utama dari adanya Puskesmas adalah menyediakan layanan kesehatan
yang bermutu namun dengan biaya yanng relatif terjangkau untuk masyarakat,
terutama masyarakat dengan kelas ekonomi menengah ke bawah.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang maka dapat disimpulkan perumusan masalahnya
yaitu Bagaimana gambaran pola penggunaan antipsikotik pada pasien skizofrenia di
Puskesmas Kecamatan Palmerah Jakarta Barat.
.
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pola penggunaan antipsikotik pada pasien skizofrenia di
Puskesmas Kecamatan Palmerah Jakarta Pusat.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui berapa jumlah pasien skizofernia berdasarkan jenis
kelamin,status pernikahan, usia.
b. Untuk mengetahui obat skizofrenia di puskesmas kecamatan palmerah
Jakarta yang sering digunakan.
c. Untuk mengetahui kombinasi obat skizofrenia di puskesmas kecamatan
palmerah Jakarta yang sering digunakan.

1.4 MANFAAT PENELITIAN


1.4.1. Untuk penulis
3

Dengan melakukan penelitian ini maka dapat menambah pengetahuan dan


memperoleh pengalaman bagi penulis tentang pola penggunaan antipsikotik
pada pasien skizofrenia di Puskesmas Kecamatan Palmerah Jakarta Barat.
1.4.2. Untuk Institusi
Dengan hasil penelitian ini maka dapat sebagai referensi, dokumentasi dan
informasi bagi mahasiswa Politeknik Hang Tuah Jakarta Prodi Farmasi.
1.4.3. Untuk tempat penelitian
Sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan farmasi di Puskesmas
Palmerah khsusnya bagi penderita Skizofrenia.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Skizofrenia


Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu gangguan
psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi, pikiran, afek,
dan perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya
tetap terpelihara, walaupun defisit kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.
Gejala skizofrenia secara garis besar dapat di bagi dalam dua kelompok, yaitu gejala
positif dan gejala negatif. Gejala positif berupa delusi, halusinasi, kekacauan pikiran,
gaduh gelisah dan perilaku aneh atau bermusuhan.
Gejala negatif adalah alam perasaan (afek) tumpul atau mendatar, menarik diri atau
isolasi diri dari pergaulan, ‘miskin’ kontak emosional (pendiam, sulit diajak bicara),
pasif, apatis atau acuh tak acuh, sulit berpikir abstrak dan kehilangan dorongan kehendak
atau inisiatif.

2.2. Epidemiologi
Skizofrenia dapat ditemukan pada semua kelompok masyarakat dan di berbagai
daerah. Insiden dan tingkat prevalensi sepanjang hidup secara kasar hampir sama di
seluruh dunia. Gangguan ini mengenai hampir 1% populasi dewasa dan biasanya
onsetnya pada usia remaja akhir atau awal masa dewasa. Universitas Sumatera Utara
Pada laki-laki biasanya gangguan ini mulai pada usia lebih muda yaitu 15-25 tahun
sedangkan pada perempuan lebih lambat yaitu sekitar 25-35 tahun. Insiden skizofrenia
lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan dan lebih besar di daerah urban
dibandingkan daerah luar. Pasien skizofrenia beresiko meningkatkan risiko
penyalahgunaan zat, terutama ketergantungan nikotin. Hampir 90% pasien mengalami
ketergantungan nikotin. Pasien skizofrenia juga berisiko untuk bunuh diri dan perilaku
menyerang. Bunuh diri merupakan penyebab kematian pasien skizofrenia yang
terbanyak, hampir 10% dari pasien skizofrenia yang melakukan bunuh diri.
5

2.3 Perjalanan Penyakit


Perjalanan penyakit skizofrenia sangat bervariasi pada tiap-tiap individu. Perjalanan
klinis skizofrenia berlangsung secara perlahan-lahan, meliputi beberapa fase yang
dimulai dari keadaan premorbid, prodromal, fase aktif dan keadaan residual.
Pola gejala premorbid merupakan tanda pertama penyakit skizofrenia, walaupun
gejala yang ada dikenali hanya secara retrospektif. Karakteristik gejala skizofrenia yang
dimulai pada masa remaja akhir atau permulaan masa dewasa akan diikuti dengan
perkembangan gejala prodromal yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa bulan.
Tanda dan gejala prodromal skizofrenia dapat berupa cemas, gundah (gelisah),
merasa diteror atau depresi. Penelitian retrospektif terhadap pasien dengan skizofrenia
menyatakan bahwa sebagian penderita mengeluhkan gejala somatik, seperti nyeri kepala,
nyeri punggung dan otot, kelemahan dan masalah pencernaan.
Fase aktif skizofrenia ditandai dengan gangguan jiwa yang nyata secara klinis, yaitu
adanya kekacauan dalam pikiran, perasaan dan perilaku. Penilaian pasien skizofrenia
terhadap realita terganggu dan pemahaman diri (tilikan) buruk sampai tidak ada. Fase
residual ditandai dengan menghilangnya beberapa gejala klinis skizofrenia. Yang tinggal
hanya satu atau dua gejala sisa yang tidak terlalu nyata secara klinis, yaitu dapat berupa
penarikan diri (withdrawal) dan perilaku aneh.

2.4 Tipe-tipe Skizofrenia


Diagnosa Skizofrenia berawal dari Diagnostik and Statistical Manual of Mental
Disorders (DSM) yaitu: DSM-III (American Psychiatric Assosiation, 1980) dan berlanjut
dalam DSM-IV (American Psychiatric Assosiation,1994) dan DSM-IV-TR (American
Psychiatric Assosiation,2000). Berikut ini adalah tipe skizofrenia dari DSM-IV-TR 2000.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala yang dominan yaitu :
2.4.1. Tipe Paranoid
Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah waham yang mencolok atau halusinasi
auditorik dalam konteks terdapatnya fungsi kognitif dan afektif yang relatif masih
terjaga. Waham biasanya adalah waham kejar atau waham kebesaran, atau
keduanya, tetapi waham dengan tema lain (misalnya waham kecemburuan,
keagamaan, atau somalisas) mungkin juga muncul. Ciri-ciri lainnya meliputi
ansietas, kemarahan, menjaga jarak dan suka berargumentasi, dan agresif.
2.4.2. Tipe Disorganized (tidak terorganisasi)
6

Ciri utama skizofrenia tipe disorganized adalah pembicaraan kacau, tingkah laku
kacau dan afek yang datar atau inappropriate. Pembicaraan yang kacau dapat
disertai kekonyolan dan tertawa yang tidak erat kaitannya dengan isi pembicaraan.
Disorganisasi tingkah laku dapat membawa pada gangguan yang serius pada
berbagai aktivitas hidup sehari-hari.
2.4.3. Tipe Katatonik
Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah gangguan pada psikomotor yang dapat
meliputi ketidakbergerakan motorik (waxy flexibility). Aktivitas motor yang
berlebihan, negativsisme yang ekstrim, sama sekali tidak mau bicara dan
berkomunikasi (mutism), gerakan-gerakan yang tidak terkendali, mengulang
ucapan orang lain (echolalia) atau mengikuti tingkah laku orang lain (echopraxia).
2.4.4. Tipe Undifferentiated
Tipe Undifferentiated merupakan tipe skizofrenia yang menampilkan perubahan
pola simptom-simptom yang cepat menyangkut semua indikator skizofrenia.
Misalnya, indikasi yang sangat ruwet, kebingungan (confusion), emosi yang tidak
dapat dipegang karena berubah-ubah, adanya delusi, referensi yang berubah-ubah
atau salah, adanya ketergugahan yang sangat besar, autisme seperti mimpi, depresi,
dan sewaktu-waktu juga ada fase yang menunjukkan ketakutan.
2.4.5 Tipe Residual
Tipe ini merupakan kategori yang dianggap telah terlepas dari skizofrenia
tetapi masih memperlihatkan gejala-gejala residual atau sisa, seperti
keyakinankeyakinan negatif, atau mungkin masih memiliki ide-ide tidak wajar
yang tidak sepenuhnya delusional. Gejala-gejala residual itu dapat meliputi
menarik diri secara sosial, pikiran-pikiran ganjil, inaktivitas, dan afek datar.

2.5 Gejala Skizofrenia


Tingkat keparahan penderita skizofrenia bervariasi, ketika penyakit ini kambuh,
pasien tidak dapat membedakan antara pengalaman nyata dan tidak nyata. Secara
lebih rinci, gejala skizofrenia adalah sebagai berikut:
2.5.1 Gejala psikotik positif:
Halusinasi, seperti mendengar suara, delusi paranoid dan persepsi, keyakinan
dan perilaku yang berlebihan atau terdistorsi.
2.5.2 Gejala negatif:
7

Penurunan kemampuan bicara, merencanakan, mengekspresikan emosi, atau


menemukan kesenangan.
2.5.3 Gejala disorganisasi:
mulai kacau berpikir dan berbicara, kadang-kadang perilaku aneh atau gerakan
abnormal. Gangguan kognisi: bermasalah dengan konsentrasi dan memori.

2.6 Farmakoterapi Skizofrenia Antipsikotik


Penggunaan Antipsikotik sebagai farmakoterapi digunakan untuk mengatasi
gejala psikotik dengan berbaagai etiologi, salah satunya skizofrenia. Antipsikotik
diklasifikasikan menjadi antipsikotik generasi pertama dan antipsikotik generasi kedua.
2.6.1 Antipsikotik generasi pertama
Antipsikotik generasi pertama merupakan antipsikotik yang bekerja dengan cara
memblok reseptor dopamin D2. Antipsikotik ini memblokir sekitar 65% hingga
80% reseptor D2 di striatum dan saluran dopamin lain di otak .
Contoh obat antipsikotik generasi pertama :
A. Chlopromazine
Chlorpromazine adalah obat untuk mengatasi gangguan psikosis,
seperti skizofrenia atau mania-depresi dan masalah perilaku yang parah pada
anak-anak. Psikosis adalah suatu bentuk penyakit mental yang parah, yang
ditandai dengan hilangnya kontak dengan kenyataan, halusinasi, delusi, agitasi,
dan perilaku yang tidak biasa.
Berikut merk dagang Chlorpromazine yaitu : Cepezet 100, Chlorpromazine,
Chlorpromazine HCL, Klorpromazina, Meprosetil, Promactil, Largactil.
Dosis untuk pengunaan obat Chlorpromazine :
 Dewasa : 25 mg, 3 kali sehari, atau 75 mg, sekali sehari pada malam
hari.Dosis perawatan adalah 25-100 mg, 3 kali sehari, bisa ditingkatkan
hingga 1 g per hari.
 Anak usia 1-12 tahun : 500 mcg/kg BB, tiap 4-6 jam. Dosis maksimal
adalah 75 mg per hari.
 Anak usia 1-5 tahun : 40 mg per hari.
 Lansia : Dosis awal 1/3 - ½ dosis normal dewasa.

B. Haoperidol
8

Haloperidol adalah obat golongan antipsikotik yang bermanfaat untuk


mengatasi gejala psikosis pada gangguan mental, seperti skizofrenia. Obat ini
juga dapat membantu mengurangi gejala sindrom Tourette, seperti gerakan otot
yang tidak terkontrol.
Haloperidol bekerja dengan mengembalikan keseimbangan zat kimia alami
dalam otak, yakni neurotransmitter, sehingga dapat menimbulkan rasa tenang,
meredakan kegelisahan, serta mengurangi perilaku agresif dan keinginan untuk
menyakiti orang lain. Berikut merk dagang Haloperidol yaitu : Lodomer, Dores,
Upsikis, Haloperidol, Haldol Decanoas, Govotil, Serenace, Seradol
Dosis untuk pengunaan obat Haloperidol :
 Dewasa : 0.5-5 mg, 3 kali sehari. Dosis pemeliharaan adalah 3-10 mg
per hari.
 Anak usia >3 tahun: Dosis awal adalah 0,025-0,05 mg/kgBB per hari,
yang dibagi menjadi 2 dosis. Dosis dapat ditingkatkan apabila diperlukan.
Maksimal 10 mg per-hari.
C. Perphenazine
Obat Perfenazin adalah obat yang bekerja dengan mengubah kerja zat kimia di
otak Anda. Obat Perfenazin digunakan untuk mengobati gangguan psikotik
seperti skizofrenia.
Fungsi Perfenazin lainnya juga digunakan untuk mengendalikan mual dan
muntah yang parah. Obat Perfenazin juga dapat digunakan untuk tujuan yang tidak
tercantum dalam panduan pengobatan ini. Komposisi Perfenazin adalah
perphenazine. Berikut merk dagang Perphenazine yaitu : perfenazin, Trilafon.
Dosis untuk pengunaan obat Perphenazine :
 Obat ini harus diminum biasanya 1-3 kali sehari dengan atau tanpa
makanan atau sesuai dengan arahan dokter. Dosis berdasarkan kondisi
medis dan respon terhadap terapi. Dokter mungkin menyuruh Anda minum
dalam dosis rendah awalnya, secara bertahap meningkatkan dosis untuk
mengurangi peluang efek samping macam kejang otot. Ikuti petunjuk
dokter dengan seksama.
2.6.2 Antipsikotik generasi kedua
Antipsikotik generasi kedua, seperti risperidone, olanzapine, quetiapine, ziprasidon
aripriprazol, paliperidone, iloperidone, asenapine, lurasidone dan klozapin memiliki
9

afinitas yang lebih besar terhadap reseptor serotonin daripada reseptor dopamin.
Sebagian besar antipsikotik generasi kedua menyebabkan efek samping berupa
kenaikan berat badan dan metabolisme lemak.

Contoh obat antipsikotik generasi kedua :


A. Risperidone
Risperidone adalah obat yang digunakan untuk menangani gangguan mental
dengan gejala psikosis, seperti skizofrenia atau gangguan bipolar. Selain itu, obat
antipsikotik ini juga digunakan untuk menangani penyakit Alzheimer atau
gangguan tingkah laku. Obat ini bekerja dengan cara mengembalikan
keseimbangan senyawa alami di otak.
Berikut merk dagang Risperidone yaitu : Zophrena, Rizodal, Risperidone,
Risperdal, Respirex, Persidal, Noprenia, Neripros. Dosis untuk pengunaan obat
Risperidone :
 Dewasa : Dosis awal 2 mg per hari, yang bisa ditingkatkan menjadi 4
mg per hari pada hari kedua. Obat bisa diberikan sekali sehari atau dibagi
menjadi dua jadwal konsumsi.Dosis perawatan adalah 4-6 mg per
hari.Dosis maksimal adalah 16 mg per hari.
 Orang lanjut usia : Dosis awal 0,5 mg, 2 kali sehari. Dosis bisa
ditingkatkan secara bertahap hingga 1-2 mg, 2 kali sehari.
B. Clozapine
Clozapine adalah obat yang digunakan untuk mengurangi gejala psikosis.
Psikosis adalah kondisi di mana penderitanya tidak dapat membedakan
kenyataan dengan khayalan. Salah satu gejala psikosis adalah halusinasi, yaitu
mendengar atau melihat sesuatu yang tidak nyata. Gejala psikosis ini muncul
pada penderita skizofrenia, dan terkadang dapat muncul juga pada penderita
penyakit Parkinson.
Berikut merk dagang Risperidone yaitu : Clozapine, Clozaril, Clozer, Copine,
Cycozam, Clorilex, Lozap, Nuzip, Sizoril.
Dosis untuk pengunaan obat Risperidone :
 Dewasa : Dosis awal adalah 12,5 mg, 1-2 kali sehari. Dosis dapat
10

ditingkatkan menjadi 25 mg, 1-2 kali sehari. Jika diperlukan, dosis dapat
ditingkatkan kembali menjadi 50 mg per hari, hingga maksimal 300-900
mg per hari, sesuai respons pasien terhadap obat.
 Orang lanjut usia : Dosis awal adalah 12,5 mg per hari. Dosis dapat
ditingkatkan menjadi 25 mg per hari.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat Penelitian


Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Palmerah Jakarta Barat.

3.2 Waktu penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November – Desember 2019 dengan pengambilan
data skunder dari periode Februari – Maret 2020.

3.3 TUJUAN PENELITIAN


3.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pola penggunaan antipsikotik pada pasien skizofrenia di
puskesmas kecamatan palmerah Jakarta pusat.
3.3.2 Tujuan Khusus
d. Untuk mengetahui berapa jumlah pasien skizofernia berdasarkan jenis
kelamin,status pernikahan, usia.
e. Untuk mengetahui obat skizofrenia di puskesmas kecamatan palmerah
Jakarta yang sering digunakan.
f. Untuk mengetahui kombinasi obat skizofrenia di puskesmas kecamatan
palmerah Jakarta yang sering digunakan.
3.4 METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan menggunakan metode penelitian
restropeksi yaitu metode dengan program pengambilan data yang dijalankan dengan
mengambil data setelah pelayanan dilaksanakan.
3.5 PROSEDUR PENELITIAN
11

3.5.1. Membuat tabel dan persentase jumlah pasien Skizofrenia berdasarkan jumlah pasien
jenis kelamin, usia, status pernikahan, faktor resiko.
3.5.2. Membuat tabel dan persentase jumlah penggunaan obat antiretroviral pada pasien
Skizofrenia.
3.5.3. Menganalisa hasil.
3.5.4. Menarik kesimpulan dan saran.
12

Anda mungkin juga menyukai