SKIZOFRENIA
OLEH:
NAMA : HESTI
NIM : PO714251181023
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
PEMBAHASAN
A. Definisi Skizofrenia
B. Epidemiologi
Penyakit ini berhubungan dengan jenis kelamin, dimana jenis kelamin laki-
laki, tingkat pendidikan yang rendah, gejala negatif yang dominan, dan
gangguan kognitif secara umum prognosisnya buruk. Penelitian menunjukkan
hanya sekitar 20 persenpasienSkizofreniadilaporkan bisa menjadi pulih
sempurna. Sebagian besar individu dengan Skizofreniamasih membutuhkan
dukungan kehidupan sehari-harinya, baik secara formal ataupun informal dan
banyak gangguannya kronis dengan eksaserbasi dan remisi dengan gejala
yang aktif dan deteorisasi mental yang progresif (Sadock, et al., 2015)
C. Etiologi
D. Patofisiologi
E. Faktor Predisposisi
1. Usia
Sebagian besar pasien skizofrenia memiliki awitan di usia produktif,
sekitar umur 15-55 tahun.
2. Faktor genetik
Faktor genetik juga berperandalam pravelensi gangguan skizofrenia.
Pravelensi angka kesakitan bagi saudara tiri adalah 0,9-1,8%; bagi
saudara kandung adalah 7-15%; bagi anak dengan salah satu orang tua
yang menderita skizofrenia adalah 7-16%; bagi kedua orang tua
menderita skizofrenia 40-60%; bagi kembar dua telur (heterozigot)
adalah 2 15%; bagi kembar satu telur (monozigot) adalah 61-86%.
3. Jenis Kelamin
Pravelensi skizofrenia pada pria dan wanita sama. Kedua jenis kelamin
tersebut berbeda awitan dan perjalanan penyakitnya. Awitan terjadi
lebih dini pada pria dibanding wanita yaitu sekitar umur 8 sampai
25 tahun pada pria dan umur 25 sampai 35 tahun pada wanita.
4. Pendidikan
Sebagian besar pasien skizofrenia mengalami kegagalan dalam
mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi, pekerjaan atau
pernikahan.10Pencapaian pendidikan yang lebih rendah sangat
berhubungan dengan pasien skizofrenia. Hal ini diakibatkan
berkurangnya kemampuan memperhatikan materi edukasi pada pasien,
juga kesulitan dalammempelajari hal-hal yang baru.
2. Terapi non-farmakologis
a. Psikoterapi
Psikoterapi untuk penderita skizofrenia bertujuan agar penderita dapat
mengendalikan gejala yang dialaminya. Terapi ini akan
dikombinasikan dengan pemberian obat-obatan. Beberapa metode
psikoterapi, antara lain:
Terapi individual. Pada terapi ini, psikiater akan mengajarkan
keluarga dan teman pasien bagaimana berinteraksi dengan pasien.
Di antara caranya adalah dengan memahami pola pikir dan perilaku
pasien.
Terapi perilaku kognitif. Terapi ini bertujuan mengubah perilaku
dan pola pikir pasien. Kombinasi terapi perilaku kognitif dan obat-
obatan, akan membantu pasien memahami pemicu halusinasi dan
delusi, serta mengajarkan pasien cara mengatasinya.
Terapi remediasi kognitif. Terapi ini mengajarkan pasien cara
memahami lingkungan sosial, serta meningkatkan kemampuan
pasien dalam memperhatikan atau mengingat sesuatu, dan
mengendalikan pola pikirnya.
b. Terapi elektrokonvulsif
Terapi elektrokonvulsif merupakan metode yang paling efektif, untuk
meredakan keinginan bunuh diri, mengatasi gejala depresi berat, dan
menangani psikosis. Terapi dilakukan 2-3 kali sepekan, selama 2-4
minggu, dan dapat dikombinasikan dengan psikoterapi dan pemberian
obat.
Dalam terapi ini, pasien akan diberikan bius umum, dan obat untuk
membuat otot pasien lebih rileks. Kemudian, dokter akan memasang
elektroda di ubun-ubun pasien. Arus listrik rendah akan mengalir
melalui elektroda, dan memicu kejang singkat di otak pasien.
G. Penatalaksanaan dengan Algoritma
H. Edukasi Pasien
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Siti Zahnia1, Dyah Wulan. 2016. Kajian Epidemiologis Skizofrenia Mahasiswa.
Universitas Lampung. Lampung.
Sri Wahyuni, Ayu. 2018. Bunuh Diri Pada Skizofrenia Universitas Udayana.
Denpasar.