SKIZOFRENIA PARANOID
DISUSUN OLEH:
GHIYAS RAHMAT AL ISLAMI
111 2017 2117
PEMBIMBING:
dr. Kristian Liaury, Ph.D, Sp.KJ
LEMBAR PENGESAHAN
Skizofrenia
Telah menyelesaikan tugas Referat dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian
Pembimbing,
PENDAHULUAN
penyakit biasanya akut tetapi juga bisa kronis atau menahun. Di masyarakat
ada stigma bahwa gangguan jiwa merupakan penyakit yang sulit disembuhkan,
memalukan, dan aib bagi keluarga. Pandangan lain yang beredar di masyarakat
bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh guna-guna orang lain. Ada kepercayaan
di masyarakat bahwa gangguan jiwa timbul karena musuh roh nenek moyang
kronisitas.2
menjadi perhatian, dan dikategorikan dalam gangguan psikis yang paling serius
10.000 orang pertahun. Riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan angka
lain. Biasanya terjadi pada akhir remaja atau awal dewasa, jarang terjadi
sebelum remaja atau setelah umur 40 tahun. Angka kejadian pada wanita sama
dengan pria, namun perjalanan penyakit pada pria lebih awal dengan lebih
banyak gangguan kognitif dan outcome yang lebih jelas daripada wanita.4
Skizofrenia cenderung berlanjut atau kronis, oleh karena itu terapi obat
kekambuhan.5
cukup lama untuk mengembalikan pasien seperti sediakala. Tingkat ringan atau
beratnya gangguan dapat dilihat dari jenis penggunaan obat yang diberikan.
Pada kondisi tertentu obat antipsikotik harus dikombinasikan dengan obat lain
Interaksi bisa terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh kehadiran obat
lain, obat herbal, makanan, minuman, atau agen kimia lainnya dalam
lingkungan. Definisi yang lebih relevan adalah ketika obat bersaing satu
dengan yang lainnya, atau terjadi ketika satu obat hadir bersama dengan obat
yang lainnya. Interaksi obat didefinisikan sebagai modifikasi efek suatu obat
yang diakibatkan oleh obat lainnya sehingga keefektifan atau toksisitas suatu
TINJAUAN PUSAKA
2.1 Skizofrenia
jiwa psikotik utama. Ini ditandai dengan pengujian realitas abnormal atau proses
pemikiran. Ciri-ciri penting dari penyakit termasuk dua kategori gejala yang luas.
perilaku normal dan termasuk delusi dan halusinasi. Gejala negatif mewakili
hilangnya atau penurunan fungsi normal dan termasuk pengaruh pipih, apati,
2.1.2 Epidemiologi
yang berarti bahwa kurang lebih 1 dari 100 orang akan mengalami skizofrenia
seumur hidup sebesar 0,6 sampai 1,9 persen. Skizofrenia ditemukan pada semua
masyarakat dan area geografis dan angka insidens serta pravelensinya secara kasar
Insidensi
Seks dominan
Pria memiliki penyakit yang lebih parah dengan onset dini. Prevalensi
Usia Unggul
Usia onset gejala psikotik adalah awal 20-an untuk laki-laki dan akhir
remaja).
Insiden Puncak
Genetika
menjadi skizofrenia.
Tingkat diskordan di antara kembar identik lebih tinggi dari yang
yang direplikasi.
Ada bukti bahwa ekspansi pengulangan berulang tiga nukleotida
Terdapat kontribusi genetik bagi sebagian atau mungkin semua orang pada skizofrenia dan proporsi
yang tinggi dari varians cenderung untuk menjadi skizofrenia karena adanya pengaruh genetik tambahan. Misalnya,
skizofrenia dan gangguan skizofrenia terkait (seperti: skizotipal, skizoid, dan gangguan kepribadian paranoid) terjadi
pada laju yang meningkat di antara kerabat biologis, pasien dengan skizofrenia. Kecenderungan orang yang
mengalami skizofrenia berkaitan dengan eratnya hubungan terhadap keluarga yang terkena misalnya: keluarga
tingkat pertama atau kedua yang dapat dilihat pada Tabel 2.1.4
b. Faktor Biologik
dari fungsi otak sebagai pusat pengatur prilaku manusia. Dampak yang
pasien.12
1) Hipotesis Dopamin
ini berasal dari dua pengamatan. Pertama efikasi dan potensi dari
kebanyakkan obat antipsikotik berhubungan dengan kemampuan bertindak
2) Hipotesis Norepineprin
dopaminergik.4
4) Hipotesis Serotonin
5) Hipotesis Glutamat
Glutamat dianggap terlibat karena penggunaan fensiklidin, suatu
skizofrenia.4
6) Teori Neurodevelopmental
remaja.13
c. Neuropatologik
Pada akhir abad ke 20, para peneliti telah membuat kemajuan yang
d. Faktor Psikososial
1) Teori psikoanalitik
3) Dinamika keluarga
berkembang menjadi skizofrenia. Akan tetapi tidak ada bukti yang kuat
terjadinya skizofrenia.4
2.1.5 Klasifikasi
yaitu :
a. Tipe Paranoid
Ditandai dengan preokupasi terhadap satu atau lebih waham atau
halusinasi auditorik yang sering serta tidak adanya perilaku spesifik yang
pertama penyakit pad usia yang lebih tua dibanding pasien skizofrenia
kacau, serta dengan tidak adanya gejala yang memenuhi kriteria tipe
katatonik. Awitan subtipe ini biasanya dini, sebelum usia 25 tahun. Pasien
hebefrenik biasanya aktif namun dalam sikap yang nonkonstruktif dan tak
mereka tidak sesuai dan tawa mereka sering meledak tanpa alasan jelas.
Seringai atau meringis yang tak pantas lazim dijumpai pada pasien ini,
sendiri.14
d. Tipe tak terdefinisi
Seringkali pasien yang jelas-jelasskizofrenik tidak dapat dengan mudah
longgar ringan, seringkali tampak pada tipe residual. Jika terjadi waham
atau halusinasi, biasanya tidak prominen atau tidak disertai afek yang
kuat.14
a) Gejala positif
berlebih).15
b) Gejala negatif
Afek tumpul (tidak ada ekspresi), penarikan emosi, rapport yang
c) Gejala kognitif
pengolahan informasi.15
seksual.15
iritabilitas cemas.15
2.1.7 Diagnosa
normal untuk skizofrenia harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat
jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau
kurang jelas) :
tubuh.
neuroleptika.
minat, hidup tak bertujuan tidak berbuat sesuatu, sikap larut dan
secara sosial.
Pedoman diagnostik:
simptom tersebut di atas yang amat jelas (dan biasanya dua simtom atau lebih,
apabila simtom tersebut kurang tajam atau kurang jelas) dari simtom yang
termasuk salah satu dari kelompok (a) sampai dengan (d) tersebut di atas, atau
paling sedikit dua simtom dari kelompok (e) sampai dengan (h) yang harus selalu
ada secara jelas selama kurun waktu satu bulan atau lebih.16
melalui fase-fase:
1. Fase premorbid
2. Fase prodromal
Adanya perubahan dari fungsi-fungsi pada fase premorbid menuju saat
muncul simtom psikotik yang nyata. Fase ini dapat berlangsung dalam
beberapa minggu atau bulan, akan tetapi lamanya fase prodromal ini
akhir fase prodromal dan berarti sudah mendekati mulai menjadi psikosis.
3. Fase psikotik
2.1.9 Penatalaksanaan
terhadap variabel medis dan yang lain yang tidak dipertimbangkan secara
terjadi dalam isolasi tetapi dengan kondisi komorbid lain, umumnya alkohol atau
manajer kasus, terapis individu atau keluarga, dan satu atau lebih anggota
termasuk pasien rawat jalan, rawat jalan intensif, rumah sakit, dan dirumah.18
dan negatif.
3) Pelatihan manajemen penyakit untuk pasien dapat meningkatkan
menunjukkan efikasi klinis yang baik dengan sedikit atau tanpa EPS.
pada anak. Tak satu pun dari antipsikotik atipikal telah sangat efektif
aktivitas 10 jam siang hari; jumlah rendah aktivitas fisik juga dapat
risperidone, ziprasidone.20
2.2 Antipsikotik
Obat anti psikotik merupakan obat yang ditujukan untuk sindrom
kemampuanmenilai realitas, hendaya berat dalam fungsi-fungsi mental dan hendaya berat
dengan memblok reseptor D2 khususnya di mesolimbik dopamine pathways, oleh karena itu sering
menyebabkan gejala positif menurun tetapi ternyata APG 1 tidak hanya memblok D 2 di
mesolimbik tetapi juga ditempat lain seperti di jalur mesokortikal, nigrostriatal, dan
tuberoinfundibular.
Apabila APG 1 memblok reseptro D 2 di jalur mesokortikal, dapat memperberat gejala
negatif dan gejala kognitif disebabkan penurunan dopamine di jalur tersebut. Blokade reseptor D 2
di nigrostriatal dapat menyebabkan timbulnya gangguan dalam mobilitas seperti parkinson, bila
prolaktin sehingga dapat terjadi disfungsi seksual dan peningkatan berat badan.
Selain itu APG 1 juga menyebabkan terjadinya blokade reseptor kolinergik muskarinik
sehingga timbul efek samping antikolinergik berupa mulut kering, pandangan kabur,konstipasi dan
kognitif tumpul. APG 1 juga memblok reseptor histamin (H 1) sehingga timbul efek samping
mengantuk dan peningkatan berat badan. APG 1 juga memblok reseptor alfa-1 adrenergik
sehingga dapat menimbulkan efek samping pada kardiovaskular berupa hipotensi ortostatic,
(SDA) atau antipsikotik atipikal. APG 2 mempunyai mekanisme kerja melaluiinteraksi antara
serotonin dan dopamine pada keempat jalur dopamine di otak. Hal ini menyebabkan efek samping
EPS system lebih rendah dan sangat efektif untuk mengaatasi gejala negatif.
Perbedaan APG 1 dan APG 2 adalah APG 1 hanya memblok reseptor D 2 sedangkan APG
2 memblok secara bersamaan reseptor Serotonin (5HT2A) dan reseptor dopamine (D2).
APG 2 bekerja secara simultan pada keempat jalur dopamine yaitu:
- Mesolimbik : APG 2 menyebabkan antagonis 5HT2A gagal untuk mengalahkan
antagonis D2 di jalur ini sehingga blokade reseptor D2 menang. Hal ini yang menyebabkan
APG 2 dapat memperbaiki simptom positif skizofrenia. Pada keadaan normal serotonin
dengan demikian meningkatkan pelepasan dopamine dan dopamine yang dilepaskan menang
subtipe antara lain reseptor 5HT1A, 5HT1D, 5HT2C, 5HT3, 5HT6, 5HT7, dan D1, D3, D4, juga
antimuskarinik (M1), Antihistamin (AH1), alfa-1 dan alda-2 hal ini menyebabkan APG 2 juga
dapat memperbaiki mood dan menurunkan suicide, tidak hanya pada skizofrenia tetapi juga pada
Jika pasien telah mencapai respon terapi dengan efek samping yang
minimal, maka harus selalu dimonitor obat dan dosis yang sama untuk 6 bulan
risiko lebih tinggi pada gejala ekstrapiramidal (EPS). Strategi yang tepat
meliputi penggunaan bertahap obat antipsikotik dengan dosis efektif sekecil
dipilih secara individual, melihat kondisi mental, dan somatik pasien yang
berbeda pada efek samping. Namun, efek samping ekstrapiramidal pada SGA
skizofrenia.22,23
awal pengobatan, dan tardive diskinesia (gerakan abnormal yang lambat) selama
DAFTAR PUSTAKA
2. Ingram, I.M., Timbury, G.C., dan Mowbray, R.M. (1995). Catatan Kuliah
Halaman 153.
4. Sadock, B.J., dan Sadock, V.A. (2007). Kaplan & Sadock’s Synopsis of
5. Weinberger, D.R., dan Harisson, P.J. (2011). Schizophrenia. Edisi ketiga. New
L.M. (2009). Pharmacotherapy Handbook. Edisi ketujuh. New York: The Mc.
7. Cristoph, U.C., Kluge, C.R., Corves, C., dan Kane, J,M. (2009). Antipsycotic
Britain: Pharmaceutical Press. Halaman 6, 11, 34, 55, 61, 73, 74, 82, 88.
10. Fred F. Ferri. Dalam : Ferri’s Clinical Advisor. Edisi ke-5. Amsterdam :
Elsevier ; 2018
11. Benjamin J, Sadock. Virginia A, Sadock. Kaplan & Sadock Buku Ajar
13. Sadock, B.J., dan Sadock, V.A. (2001). Kaplan & Sadock’s Pocket Handbook
Halaman 100-127.
14. Benjamin J, Sadock. Virginia A, Sadock. Kaplan & Sadock Buku Ajar
15. Stahl, S.M. (2008). Psychosis and Schizophrenia. Dalam Stahl Essential
Halaman 247-325.
16. Departemen Kesehatan, R.I. (1993). Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Halaman 105-111.
17. Lehman, A.F., Lieberman, J.A.,dan Dixon L.B. (2004). Practice Guideline for
18. William D. Carey. Current Clinical Medicine. Edisi 2. China. 2009. Elsevier
19. Fred F. Ferri. Dalam : Ferri’s Clinical Advisor. Edisi ke-5. Amsterdam :
Elsevier ; 2018
20. Kryger. Roth. Dement. Principles and Practice of Sleep Medicine. Edisi 6.
2017. Elsevier
23. Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., dan Posey,
i. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. F
Umur : 25 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Pare-Pare
j. RIWAYAT PSIKIATRI
A. Keluhan Utama
Mengamuk
yang tidak disukainya. Kadang pasien memukul pintu atau dinding jika
pasien tidak mandi selama 2 minggu, tidak ganti baju. Tidur pasien
masih teratur.
Awal perubahan perilaku ± 2007, saat pasien masih kelas 3
SMP. Pasien tanpa sebab yang khusus, tiba-tiba mulai mengurung diri,
tifoid, pasien tiba-tiba mengamuk. Ketika pasien tidur saat malam hari,
seorang yang penyabar, teman tidak terlalu banyak, dan lebih sering
berada di rumah.
sebelumnya :
sehat.
2. Riwayat Masa Kanak Awal (Usia 0-3 tahun)
Di usia ini, pasien diasuh oleh kedua orang tuanya.Sejak pasien
tangga.
Riwayat Pernikahan: Pasien menikah saat pasien berusia 20 tahun.
wiraswasta di Pangkep.
Riwayat Agama: Pasien memeluk agama Islam.
Riwayat Pelanggaran Hukum: Pasien tidak memiliki pelanggaran
hukum.
Aktivitas Sosial: Sebelum perubahan perilaku, pasien lebih sering
orang anak (♂) berumur 4 tahun. Pasien tinggal dengan kedua orang tua
penyakit yang sama di dalam keluarga pasien ada yaitu sepupu dari ibu
pasien.
F. Situasi Sekarang
Pasien tinggal bersama orang tua dan anaknya. Suami pasien
laki-laki anak kecil dan dewasa. Ketika pasien mendengar bisikan, pasien
biasanya takut melihat ibunya. Pasien lebih cepat marah dengan hal-hal
3. Orientasi
- Waktu : Baik
- Tempat: Baik
- Orang : Baik
4. Daya ingat:
4) Gangguan Persepsi
1) Halusinasi :
Halusinasi auditorik (+): mendengar suara bisik laki-laki-perempuan
anak kecil dan dewasa yang mau membunuh pasien dan menyuruhnya
5) Proses Berpikir
1. Arus Pikiran
Produktivitas : Cukup
Kontinuitas : Cukup relevan
Hendaya berbahasa : Tidak ada hendaya dalam berbahasa
2. Isi Pikiran
6) Pengendalian Impuls
Terganggu
7) Daya Nilai
a) Norma Sosial : Terganggu
b) Uji Daya Nilai : Tidak terganggu
c) Penilaian Realitas : Terganggu
8) Tilikan (Insight)
Derajat 6 (pasien sadar bahwa dirinya sakit dan membutuhkan pengobatan)
9) Taraf Dapat Dipercaya
Dapat dipercaya
pupil bulat isokor 2,5 mm / 2,5 mm, refleks cahaya (+/+), fungsi motorik
untuk kedua kalinya diantar oleh ibunya dengan keluhan mengamuk. Pasien
merusak barang jika marah karena hal-hal kecil yang tidak disukainya.
Kadang pasien memukul pintu atau dinding jika menahan amarah, jika disuruh
oleh bisikan untuk memukul ibunya serta bisikan yang mengatakan bahwa
pasien masih teratur, namun pasien tidak mandi selama 2 minggu, tidak ganti
Pasien tanpa sebab yang khusus, tiba-tiba mulai mengurung diri, menyendiri,
serta malas bicara selama ± 6 bulan (akhir semester). Pada saat pasien SMA
seekor binatang pada pinggang ke bawah, dan bentuk ibunya pada pinggang
awalnya adalah seorang yang penyabar, teman tidak terlalu banyak, dan lebih
sering berada di rumah. Suara bisikan yang didengar pasien biasanya suara
perempuan maupun laki-laki anak kecil dan dewasa. Ketika pasien mendengar
dengan cara memukul pintu atau dinding rumah, hingga merusak barang-
barang. Sejak setelah pasien mimpi ketika sakit tifoid di RS Soemantri Pare-
pare, pasien biasanya takut melihat ibunya. Pasien lebih cepat marah dengan
tahun, kulit putih, rambut hitam panjang. Mengenakan daster penuh dan
bersandal jepit. Wajah sesuai dengan umur, perawakan besar dan perawatan
diri cukup. Kesadaran berubah, kontak mata dan verbal ada. Aktivitas
daya ingat, pikiran abstrak baik, kemampuan menolong diri baik. Didapatkan
yang berlebihan, kontinuitas cukup relevan, hendaya berbahasa tidak ada. Isi
pikiran pre-okupasi tidak ada, gangguan isi pikir tidak ada. Pengendalian
impuls kurang. Norma sosial, uji daya nilai, penilaian realitas terganggu.
gejala klinis yang bermakna yaitu pasien mengamuk dan merusak barang
jika marah akibat hal kecil yang membuat pasien marah. Pasien juga
amarahnya akibat menahan diri untuk memukul ibunya. Pasien juga tidak
sebagai gangguan jiwa. Adanya hendaya berat dalam menilai realita yaitu
auditorik, arus pikir yang cukup relevan, dan berlangsung sejak tahun
Aksis II
Ciri kepribadian tidak khas
Aksis III
Tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna
Aksis IV
Stressor psikososial tidak jelas
Aksis V
GAF Scale saat di UGD: 50-41 (Gejala berat, disabilitas berat)
o. DAFTAR MASALAH
1) Organobiologik
Tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang bermakna, tetapi diduga
farmakoterapi.
2) Psikologi
Ditemukan adanya masalah psikologi sehingga memerlukan psikoterapi.
3) Sosiologik
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan dan
2. Psikoterapi Suportif
Ventilasi: Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan
keluhan dan isi hati serta perasaan sehingga pasien merasa lega.
Konseling: Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien agar
Ad vitam : Bonam
r. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien serta perkembangan penyakitnya.
Selain itu menilai efektivitas terapi dan kemungkinan efek samping yang
mungkin terjadi.
s. DISKUSI
gangguan psikotik yang kronik, pada orang yang mengalaminya tidak dapat
menilai realitas dengan baik dan pemahaman diri buruk. Orang-orang dengan
kebersihan pribadi mereka. Namun demikian tidak ada satu pola perilaku yang
unik pada skizofrenia, demikian pula tidak ada satu pola perilaku yang selalu
a. Thought
Thought of Echo : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
pikirannya atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu di luar dirinya.
Thought Broadcasting : isi pikirannya tersiar ke luar sehingga orang lain
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
c. Halusinasi auditorik :
Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:2
a. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik
(overvalued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
dan stupor;
d. Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk fase
hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam
diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.2
Skizofrenia sama lazimnya pada pria dan wanita. Onset lebih awal
pada pria daripada pada wanita. Lebih dari separuh dari semua penderita
wanita, pertama kali dirawat di rumah sakit jiwa sebelum berusia 25 tahun.
Usia puncak adalah 10 sampai 25 tahun untuk pria dan 25 sampai 35 tahun
untuk wanita. Tidak seperti pria, wanita menampilkan distribusi usia bimodal,
dengan puncak kedua terjadi pada usia paruh baya. Sekitar 3-10 % wanita
dengan skizofrenia hadir dengan onset gangguan setelah usia 40 tahun. Sekitar
Tingkat insiden skizofrenia per tahun mencapai 0,1 hingga 0,4 per
1000 penduduk dengan prevalensi pria dan wanita tersebar merata, dimana
onset pada pria lebih awal dibandingkan pada wanita. Pria cenderung
Provinsi Sumatera Utara tahun 2009, diketahui dari 12.377 penderita yang
khas adanya delusi atau halusinasi pendengaran yang jelas dalam konteks
pengaruh yang datar atau tidak pantas, perilaku katatonik atau tidak
Halusinasi juga biasanya terkait dengan isi tema delusional. Fitur terkait
Individu mungkin memiliki cara yang unggul dan merendahkan dan baik
perilaku bunuh diri, dan kombinasi dari penganiayaan dan delusi besar dengan
lebih baik daripada untuk jenis lain dari Skizofrenia, terutama yang berkaitan
sebagai berikut: 2
(laughing);
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual,
jarang menonjol;
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
Pilihan terapi pada skizofrenia dipilih berdasarkan target gejala pada pasien
mengontrol perilaku pasien, dan untuk mengurangi gejala psikotik pada pasien
psikiatrik serta minat dan bakat penderita sehingga bisa dipilih metode yang
Selain itu, perlu untuk memantau kemungkinan efek samping obat yang