Anda di halaman 1dari 38

REFRESHING

SKIZOFRENIA DAN SKIZOAFEKTIF

Oleh :
Karel Respati (2011730144)

Pembimbing :
dr. RR Dyah Rikayanti N, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


RSUD KOTA BANJAR
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2017

0
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan


dasar pada kepribadian, distorsi khas proses pikir, kadang-kadang mempunyai
perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya,
waham yang kadang-kadang aneh, gangguan persepsi, afek abnormal yang
terpadu dengan situasi nyata atau sebenarnya, dan autisme. Meskipun demikian,
kesadaran yang jernih dan kapasitas intelektual biasanya tidak terganggu.
(Mansjoer, 2000). Sedangkan gangguan skizoafektif adalah kelainan mental
yang rancu yang ditandai dengan adanya gejala kombinasi antara gejala
skizofrenia dan gejala gangguan afektif diaman keduanya sama-sama menonjol
pada saat yang bersamaan, atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang
lain, dalam satu episode penyakit yang sama (Sadock, dkk., 2003 ; Maslim,
2002).
Maramis (2006) menyebutkan skizofrenia dan gangguan skizoafektif
merupakan salah satu gangguan kejiwaan berat dan menunjukkan adanya
disorganisasi (kemunduran) fungsi kepribadian, sehingga menyebabkan
disability (ketidakmampuan). Ketidakmapuan penderita skizofrenia atau dengan
gangguan skizoafektif dalam mencapai berbagai keterampilan hidup inilah yang
menyebabkan penderita menjadi beban keluarga dan masyarakat.
Ketidakmampuan bersosialisasi pada penderita skizofrenia tergantung
dari tingkat keparahan simptom psikologis yang dialami penderita, dimana
semakin dominan tingkah laku simptomatologik menguasai seluruh tingkah
lakunya, semakin buruk juga ketidakmampuan bersosialisasi yang dialami oleh
penderita.
Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif
memiliki prognosis yang lebih buruk daripada pasien dengan gangguan depresif
maupun gangguan bipolar, tetapi memiliki prognosis yang lebih baik daripada
pasien dengan skizofrenia (Sadock dkk., 2003).

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. SKIZOFRENIA
a. Definisi
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, schizeinyang berarti terpisahatau
pecah, dan phren yang artinya jiwa. Pada skizofrenia terjadi pecahnya atau
ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku. Secara umum, simptom
skizofrenia dapat dibagi menjadi tiga golongan: yaitu simptom positif, simptom
negative, dan gangguan dalam hubungan interpersonal.
Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu
gangguan psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi,
pikiran, afek, dan perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dan kemampuan
intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun defisit kognitif tertentu dapat
berkembang kemudian (Sadock,dkk., 2003).
b. Epidemiologi
Di Indonesia dilakukan analisis deksripsi sederhana dari data hasil Riskesdas
2013 dikombinasi dengan Data Rutin dari Pusdatin dengan waktu yang disesuaikan.
Secara Nasional terdapat 0,17 % penduduk Indonesia yang mengalami Gangguan
Mental Berat (Skizofren) atau secara absolute terdapat 400 ribu jiwa lebih penduduk
Indonesia.Prevalensi tertinggi terdapat di Provinsi Jogjakarta dan Aceh sedangkan
yang terendah di Provinsi Kalimantan Barat.
Beberapa penelitian menemukan bahwa 80% semua pasien skizofrenia
menderita penyakit fisik dan 50% nya tidak terdiagnosis. Bunuh diri adalah penyebab
umum kematian diantara penderita skizofrenia, 50% penderita skizofrenia pernah
mencoba bunuh diri 1 kali seumur hidupnya dan 10% berhasil melakukannya. Faktor
risiko bunuh diri adalah adanya gejala depresif, usia muda dan tingkat fungsi
premorbid yang tinggi.
Komorbiditas Skizofrenia dengan penyalahgunaan alkohol kira kina 30%
sampai 50%, kanabis 15% sampal 25% dan kokain 5%-10%. Sebagian besar
penelitian menghubungkan hal ini sebagai suatu indikator prognosis yang buruk
karena penyalahgunaan zat menurunkan efektivitas dan kepatuhan pengobatan. Hal
yang biasa kita temukan pada penderita skizofrenia adalah adiksi nikotin, dikatakan 3
kali populasi umum (75%-90% vs 25%-30%). Penderita skizofrenia yang merokok

2
membutuhkan anti psikotik dosis tinggi karena rokok meningkatkan kecepatan
metabolisme obat tetapi juga menurunkan parkinsonisme. Beberapa laporan
mengatakan skizofrenia lebih banyak dijumpai pada orang orang yang tidak menikah
tetapi penelitian tidak dapat membuktikan bahwa menikah memberikan proteksi
terhadap Skizofrenia.
Berdasarkan jenis kelamin prevalensi skizofrenia adalah sama, perbedaannya
terlihat dalam onset dan perjalanan penyakit. Onset untuk laki laki 15 sampai 25 tahun
sedangkan wanita 25-35 tahun. Prognosisnya adalah lebih buruk pada laki laki
dibandingkan wanita.Penyakit yang satu ini cenderung menyebar di antara anggota
keluarga sedarah.

c. Etiologi
Sampai saat ini penyebab dari gangguan skizofrenia masih belum diketahui
secara pasti. Namun, terdapat beberapa pendekatan yang dominan dalam
menganalisa penyebab skizofrenia, antara lain :
1. Faktor Genetik
Menurut Maramis (2006) faktor keturunan juga menentukan
timbulnya skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang
keluarga-keluarga penderita skizofrenia terutama anak-anak kembar satu
telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri ialah 0,9 - 1,8%; bagi saudara
kandung 7 15%; bagi anak dengan salah satu orangtua yang menderita
skizofrenia 7 16%; bila kedua orangtua menderita skizofrenia 40
68%; bagi kembar dua telur (heterozigot) 2 -15%; bagi kembar satu telur
(monozigot) 61 86%.
Skizofrenia melibatkan lebih dari satu gen, sebuah fenomena yang
disebut quantitative trait loci. Skizofrenia yang paling sering kita lihat
mungkin disebabkan oleh beberapa gen yang berlokasi di tempat-tempat
yang berbeda di seluruh kromosom. Ini juga mengklarifikasikan
mengapa ada gradasi tingkat keparahan pada orang-orang yang
mengalami gangguan ini (dari ringan sampai berat) dan mengapa risiko
untuk mengalami skizofrenia semakin tinggi dengan semakin banyaknya
jumlah anggota keluarga yang memiliki penyakit ini (Durand & Barlow,
2007).

2. Faktor Biokimia

3
Skizofrenia mungkin berasal dari ketidakseimbangan kimiawi otak
yang disebut neurotransmitter, yaitu kimiawi otak yang memungkinkan
neuron-neuron berkomunikasi satu sama lain. Beberapa ahli mengatakan
bahwa skizofrenia berasal dari aktivitas neurotransmitter dopamine yang
berlebihan di bagian-bagian tertentu otak atau dikarenakan sensitivitas
yang abnormal terhadap dopamine. Banyak ahli yang berpendapat
bahwa aktivitas dopamine yang berlebihan saja tidak cukup untuk
skizofrenia. Beberapa neurotransmitter lain seperti serotonin dan
norepinephrine tampaknya juga memainkan peranan (Durand & Barlow,
2007).
3. Faktor Psikologis dan Sosial
Faktor psikososial meliputi adanya kerawanan herediter yang
semakin lama semakin kuat, adanya trauma yang bersifat kejiwaan,
adanya hubungan orang tua-anak yang patogenik, serta interaksi yang
patogenik dalam keluarga (Wiraminaradja & Sutardjo, 2005).
Banyak penelitian yang mempelajari bagaimana interaksi dalam
keluarga mempengaruhi penderita skizofrenia. Sebagai contoh, istilah
schizophregenic mother kadang-kadang digunakan untuk
mendeskripsikan tentang ibu yang memiliki sifat dingin, dominan, dan
penolak, yang diperkirakan menjadi penyebab skizofrenia pada anak-
anaknya. Keluarga pada masa kanak-kanak memegang peranan penting
dalam pembentukan kepribadian. Orangtua terkadang bertindak terlalu
banyak untuk anak dan tidak memberi kesempatan anak untuk
berkembang, ada kalanya orangtua bertindak terlalu sedikit dan tidak
merangsang anak, atau tidak memberi bimbingan dan anjuran yang
dibutuhkannya (Durand & Barlow, 2007).

d. Gambaran Klinis
Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase
prodromal, fase aktif dan fase residual. Pada fase prodromal biasanya timbul gejala
gejala non spesifik yang lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun
sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi : hendaya fungsi
pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri.
Perubahan perubahan ini akan mengganggu individu serta membuat resah keluarga
dan teman, mereka akan mengatakan orang ini tidak seperti yang dulu. Semakin
4
lama fase prodromal semakin buruk prognosisnya. Pada fase aktif gejala positif /
psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham,
halusinasi disertai gangguan afek. Hampir semua individu datang berobat pada fase
ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala gejala tersebut dapat hilang spontan suatu
saat mengalami eksaserbasi atau terus bertahan. Fase aktif akan diikuti oleh fase
residual dimana gejala gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi gejala positif /
psikotiknya sudah berkurang. Disamping gejala gejala yang terjadi pada ketiga fase
diatas, penderita skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa gangguan
berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif (atensi,
konsentrasi, hubungan sosial).

Gejala-gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi dua kelompok menurut Bleuler, yaitu
primer dan sekunder.
Gejala-gejala primer :
1. Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah, isi pikiran).
Pada skizofrenia inti gangguan memang terdapat pada proses pikiran.Yang
terganggu terutama ialah asosiasi. Kadang-kadang satu ide belum selesai diutarakan,
sudah timbul ide lain. Atau terdapat pemindahan maksud, umpamanya maksudnya
tani tetapi dikatakan sawah.
Tidak jarang juga digunakan arti simbolik, seperti dikatakan merah bila
dimaksudkan berani. Atau terdapat clang association oleh karena pikiran sering
tidak mempunyai tujuan tertentu, umpamanya piring-miring, atau dulu waktu hari,
jah memang matahari, lalu saya lari. Semua ini menyebabkan jalan pikiran pada
skizofrenia sukar atau tidak dapat diikuti dan dimengerti. Hal ini dinamakan
inkoherensi. Jalan pikiran mudah dibelokkan dan hal ini menambah inkoherensinya.
Seorang dengan skizofrenia juga kecenderungan untuk menyamakan hal-hal,
umpamanya seorang perawat dimarahi dan dipukuli, kemudian seorang lain yang ada
disampingnya juga dimarahi dan dipukuli.
Kadang-kadang pikiran seakan berhenti, tidak timbul ide lagi. Keadaan ini
dinamakan blocking, biasanya berlangsung beberapa detik saja, tetapi kadang-
kadang sampai beberapa hari.
Ada penderita yang mengatakan bahwa seperti ada sesuatu yang lain
didalamnya yang berpikir, timbul ide-ide yang tidak dikehendaki: tekanan pikiran atau

5
pressure of thoughts. Bila suatu ide berulang-ulang timbul dan diutarakan olehnya
dinamakan preseverasi atau stereotipi pikiran.
Pikiran melayang (flight of ideas) lebih sering inkoherensi.Pada inkoherensi
sering tidak ada hubungan antara emosi dan pikiran, pada pikiran melayang selalu ada
efori. Pada inkoherensi biasanya jalan pikiran tidak dapat diikuti sama sekali, pada
pikiran melayang ide timbul sangat cepat, tetapi masih dapat diikuti, masih bertujuan.
2. Gangguan afek dan emosi
Gangguan ini pada skizofrenia mungkin berupa :
Kedangkalan afek dan emosi (emotional blunting), misalnya penderita menjadi
acuh tak acuh terhadap hal-hal penting untuk dirinya sendiri seperti keadaan
keluarganya dan masa depannya. Perasaan halus sudah hilang.
Parathimi : apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan gembira, pada
penderita timbul rasa sedih atau marah.
Paramimi : penderita merasa senang dan gembira, akan tetapi ia menangis.
Parathimi dan paramimi bersama-sama dalam bahasa Inggris dinamakan
incongruity of affect dalam bahasa Belanda hal ini dinamakan inadequat.
Kadang-kadang emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai kesatuan,
umpamanya sesudah membunuh anaknya penderita menangis berhari-hari, tetapi
mulutnya tertawa. Semua ini merupakan gangguan afek dan emosi yang khas
untuk skizofrenia. Gangguan afek dan emosi lain adalah :
Emosi yang berlebihan, sehingga kelihatan seperti dibuat-buat, seperti penderita
yang sedang bermain sandiwara.
Yang penting juga pada skizofrenia adalah hilangnya kemampuan untuk
melakukan hubungan emosi yang baik (emotional rapport). Karena itu sering
kita tidak dapat merasakan perasaan penderita.
Karena terpecah belahnya kepribadian, maka dua hal yang berlawanan mungkin
terdapat bersama-sama. Ini dinamakan ambivalensi pada afek.

3. Gangguan kemauan
Banyak penderita dengan skizofrenia mempunyai kelemahan kemauan.
Mereka tidak dapat mengambil keputusan., tidak dapat bertindak dalam suatu
keadaan. Mereka selalu memberikan alasan, meskipun alasan itu tidak jelas atau tepat,
umpamanya bila ditanyai mengapa tidak maju dengan pekerjaan atau mengapa tiduran
terus. Atau mereka menganggap hal itu biasa saja dan tidak perlu
diterangkan.Kadang-kadang penderita melamun berhari-hari lamanya bahkan

6
berbulan-bulan. Perilaku demikian erat hubungannya dengan otisme dan stupor
katatonik.
Negativisme : sikap atau perbuatan yang negative atau berlawanan terhadap suatu
permintaan.
Ambivalensi kemauan : menghendaki dua hal yang berlawanan pada waktu yang
sama, umpamanya mau makan dan tidak mau makan; atau tangan diulurkan untuk
berjabat tangan, tetapi belum sampai tangannya sudah ditarik kembali; hendak
masuk kedalam ruangan, tetapi sewaktu melewati pintu ia mundur, maju mundur.
Jadi sebelum suatu perbuatan selesai sudah timbul dorongan yang berlawanan.
Otomatisme : penderita merasa kemauannya dipengaruhi oleh orang lain atau
tenaga dari luar, sehingga ia melakukan sesuatu secara otomatis.
4. Gejala psikomotor
Juga dinamakan gejala-gejala katatonik atau gangguan perbuatan. Kelompok
gejala ini oleh Bleuler dimasukkan dalam kelompok gejala skizofrenia yang sekunder
sebab didapati juga pada penyakit lain.
Sebetulnya gejala katatonik sering mencerminkan gangguan kemauan. Bila
gangguan hanya ringan saja, maka dapat dilihat gerakan-gerakan yang kurang luwes
atau yang agak kaku. Penderita dalam keadaan stupor tidak menunjukkan pergerakan
sama sekali. Stupor ini dapat berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan dan kadang-
kadang bertahun-tahun lamanya pada skizofrenia yang menahun.Mungkin penderita
mutistik. Mutisme dapat disebabkan oleh waham, ada sesuatu yang melarang ia
bicara. Mungkin juga oleh karena sikapnya yang negativistik atau karena hubungan
penderita dengan dunia luar sudah hilang sama sekali hingga ia tidak ingin
mengatakan apa-apa lagi.
Sebaliknya tidak jarang penderita dalam keadaan katatonik menunjukkan
hiperkinesa, ia terus bergerak saja, maka keadaan ini dinamakan logorea. Kadang-
kadang penderita menggunakan atau membuat kata-kata yang baru: neologisme.
Berulang-ulang melakukan suatu gerakan atau sikap disebut stereotipi;
umpamanya menarik-narik rambutnya, atau tiap kali mau menyuap nasi mengetok
piring dulu beberapa kali.Keadaan ini dapat berlangsung beberapa hari sampai
beberapa tahun.Stereotipi pembicaraan dinamakan verbigerasi, kata atau kalimat
diulang-ulangi. Mannerisme adalah stereotipi yang tertentu pada skizofrenia, yang
dapat dilihat dalam bentuk grimas pada mukanya atau keanehan berjalan dan gaya.
Katalepsi ialah bila suatu posisi badan dipertahankan untuk waktu yang lama.

7
Fleksibilitas cerea: bila anggota badan dibengkokkan terasa suatu tahanan seperti
pada lilin.
Negativisme : menentang atau justru melakukan yang berlawanan dengan apa yang
disuruh.
Otomatisme komando (command automatism) sebetulnya merupakan lawan dari
negativisme : semua perintah dituruti secara otomatis, bagaimana ganjilpun.
Echolalia (penderita meniru kata-kata yang diucapkan orang lain) dan ekophraksia
(penderita meniru perbuatan atau pergerakan orang lain).

Gejala-gejala sekunder :
1. Waham
Pada skizofrenia, waham sering tidak logis sama sekali dan sangat bizarre.
Tetapi penderita tidak menginsafi hal ini dan untuk dia wahamnya adalah fakta dan
tidak dapat diubah oleh siapapun. Sebaliknya ia tidak mengubah sikapnya yang
bertentangan, umpamanya penderita berwaham bahwa ia raja, tetapi ia bermain-main
dengan air ludahnya dan mau disuruh melakukan pekerjaan kasar.Mayer
gross membagi waham dalam dua kelompok yaitu waham primer dan waham
sekunder, waham sistematis atau tafsiran yang bersifat waham (delutional
interpretations).
Waham primer timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa penyebab apa-
apa dari luar. Menurur Mayer-Grosshal ini hampir patognomonis buat skizofrenia.
Umpamanya istrinya sedang berbuat serong sebab ia melihat seekor cicak berjalan
dan berhenti dua kali, atau seorang penderita berkata dunia akan kiamat sebab ia
melihat seekor anjing mengangkat kaki terhadap sebatang pohin untuk kencing.
Waham sekunder biasanya logis kedengarannya dapat diikuti dan merupakan
cara bagi penderita untuk menerangkan gejala-gejala skizofrenia lain. Waham
dinamakan menurut isinya :waham kebesaran atau ekspansif, waham nihilistik,
waham kejaran, waham sindiran, waham dosa, dan sebagainya.
2. Halusinasi
Pada skizofrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal ini
merupakan gejala yang hampir tidak dijumpai dalam keadaan lain. Paling sering pada
keadaan skizofrenia ialah halusinasi (auditif atau akustik) dalam bentuk suara
manusia, bunyi barang-barang atau siulan.Kadang-kadang terdapat halusinasi
penciuman (olfaktorik), halusinasi citarasa (gustatorik) atau halusinasi singgungan

8
(taktil). Umpamanya penderita mencium kembang kemanapun ia pergi, atau ada
orang yang menyinarinya dengan alat rahasia atau ia merqasa ada racun
dalammakanannya Halusinasi penglihatan agak jarang pada skizofrenia lebih sering
pada psikosa akut yang berhubungan dengan sindroma otak organik bila terdapat
maka biasanya pada stadium permulaan misalnya penderita melihat cahaya yang
berwarna atau muka orang yang menakutkan.
Pada skizofrenia sering dilihat otisme : penderita kehilangan hubungan dengan
dunia luar ia seakan-akan hidup dengan dunianya sendiri tidak menghiraukan apa
yang terjadi di sekitarnya. Oleh Bleuler depersonalisasi, double personality dan
otisme digolongkan sebagai gejala primer. Tetapi ada yang mengatakan bahwa otisme
terjadi karena sangat terganggunya afek dan kemauan.
Gejala skizofrenia dalam tiga kategori sebagai berikut :
Gejala positif
Delusi/waham, yaitu keyakinan yang tidak masuk akal. Contohnya berpikir bahwa
dia selalu diawasi lewat televisi, berkeyakinan bahwa dia orang terkenal,
berkeyakinan bahwa radio atau televisi memberi pesan-pesan tertentu.
Halusinasi, yaitu mendengar, melihat, merasakan, mencium sesuatu yang
sebenarnya tidak ada. Sebagian penderita, mendengar suara/ bisikan bersifat
menghibur atau tidak menakutkan. Sedangkan yanng lainnya mungkin
menganggap suara/bisikan tersebut bersifat negatif/ buruk atau memberikan
perintah tertentu.
Pikiran paranoid, yaitu kecurigaan yang berlebihan. Contohnya merasa ada
seseorang yang berkomplot melawan, mencoba mencelakai atau mengikuti,
percaya ada makhluk asing yang mengikuti dan yakin dirinya diculik/ dibawa ke
planet lain.

Gejala negatif
Motivasi rendah (low motivation). Penderita akan kehilangan ketertarikan pada
semua aspek kehidupan. Energinya terkuras sehingga mengalami kesulitan
melakukan hal-hal biasa dilakukan, misalnya bangun tidur dan membersihkan
rumah.

9
Menarik diri dari masyarakat (social withdrawal). Penderita akan kehilangan
ketertarikan untuk berteman, lebih suka menghabiskan waktu sendirian dan merasa
terisolasi.
Gejala kognitif

Mengalami problema dengan perhatian dan ingatan. Pikiran mudah kacau sehingga
tidak bisa mendengarkan musik/ menonton televisi lebih dari beberapa menit. sulit
mengingat sesuatu, seperti daftar belanjaan.

Tidak dapat berkosentrasi, sehingga sulit membaca, menonton televisi dari awal
hingga selesai, sulit mengingat/ mempelajari sesuatu yang baru.

Miskin perbendaharaan kata dan proses berpikir yang lambat. Misalnya saat
mengatakan sesuatu dan lupa apa yang telah diucapkan, perlu usaha keras untuk
melakukannya.
e. Pedoman Diagnosis
Menurut PPDGJ-III
1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas atau kurang tajam) :
a. Isi Pikiran
1) thought eco = isi pikiran dirinya sendiri yang
berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras),
dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda.
2) thought insertion or withdrawl = isi pikiran yang
asing dari luar masukke dalam pikirannya (insertion)
atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari
luar dirinya (withdrawl)
3) thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar
sehingga orang lain atau umum mengetahuinya.
b. Waham
1) delusion of control = waham tentang dirinya
dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar
2) delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak
berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar
3) delusion of influence = waham tentang dirinya
dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar

10
4) delusion perception = pengalaman inderawi yang
tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya,
biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
c. halusinasi auditorik
1) Suara halusinasi yang berkomentar secara terus
menerus terhadap perilaku pasien
2) Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri
(diantara berbagai suara yang berbicara)
3) Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu
bagian tubuh.
d. waham-waham menetap jenis lainnya yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil,
mislanya perihal keyakinan agama atau politik tertentu atau
kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya
mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan
makhluk asing dari dunia lain)
2. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
a. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengembang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
yang menetap atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu
atau berbulan-bulan terus menerus.
b. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah, posisi tubuh tertentu
(posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor
c. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan atau neologisme.
d. Gejala gejala negatif seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan response emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.

11
a. Adanya gejala gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama
kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase
nonpsikotik prodromal)
b. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, sikap
larut dalam diri sendiri, tidak berbuat sesuatu, dan penarikan diri secara
sosial. (Maslim, 2002)

Menurut Diagnostic and statistical manual of Mental Disorders Fourth Text Revised
(DSM-IV-TR) :
A. Terdapat 2 atau lebih gejala dibawah ini selama 1 bulan atau kurang dari sebulan
jika pengobatan berhasil
1. Waham
2. Halusinasi
3. Bicara disorganisasi
4. Perilaku disorganisasi/katatonik yang jelas
5. Symptom negative (afek datar, alogia, avolition)
Catatan : Hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah kacau
atau halusinasi terdiri dari suara yang terus menerus mengkomentari perilaku atau
pikiran pasien, atau dua atau lebih suara yang saling bercakap satu sama lainnya.
B. Disfungsi sosial atau pekerjaan untuk bagian waktu yang bermakna sejak
onset gangguan, satu atau lebih fungsi utama, seperti pekerjaan, hubungan
interpersonal, atau perawatan diri, adalah jelas di bawah tingkat yang
dicapai sebelum onset (atau jika onset pada masa anak-anak atau remaja,
kegagalan untuk mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik,
atau pekerjaan yang diharapkan).
C. Durasi tanda gangguan terus menerus menetap selama sekurang-
kurangnya 6 bulan. Periode 6 bulan ini harus termasuk sekurangnya 1
bulan gejala (atau kurang jika diobati dengan berhasil) yang memenuhi
kriteria A (yaitu, gejala fase aktif) dan mungkin termasuk periode gejala
prodomal atau residual, tanda gangguan mungkin dimanifestasikan hanya
oleh gejala negatif atau dua atau lebih gejala yang dituliskan dalam kriteria

12
A dalam bentuk yang diperlemah (misalnya, keyakinan yang aneh,
pengalaman persepsi yang tidak lazim).
D. Penyingkiran ganguan skizoafektif dan gangguan suasana perasaan
Gangguan skizoafektif dan gangguan mood dengan ciri psikotik telah
disingkirkan karena :
(1) tidak ada episode depresif berat, manik, atau campuran yang telah terjadi
bersama-sama dengan gejala fase aktif; atau
(2) jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya
adalah relatif singkat dibandingkan durasi periode aktif dan residual.
E. Penyingkiran zat/ kondisi medis umum: Gangguan tidak disebabkan oleh afek
biologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan, suatu
medikasi) atau suatu kondisi medis umum.
F. Hubungan dengan perkembangan pervasif: Jika terdapat riwayat adanya
gangguan autistik atau gangguan perkembangan pervasif lainnya, diagnosis
tambahan skizofrenia dibuat hanya jika waham atau halusinasi yang menonjol
juga ditemukan untuk sekurangnya satu bulan (atau kurang jika diobati secara
berhasil).

b. Klasifikasi
Gejala klinis skizofrenia secara umum dan menyeluruh telah diuraikan di
muka, dalam PPDGJ III skizofrenia dibagi lagi dalam 9 tipe atau kelompok yang
mempunyai spesifikasi masing-masing, yang kriterianya di dominasi dengan hal-hal
sebagai berikut :
1. Skizofrenia Paranoid
Memenuhi kriteria diagnostik skizofrenia Sebagai tambahan : Halusinasi dan
atau waham harus menonjol :
a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit, mendengung, atau
bunyi tawa.
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-
lain perasaan tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion
of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau Passivity (delusion of
passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang
paling khas.

13
Gangguan afektif dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik
secara relatif tidak nyata / menonjol. Pasien skizofrenik paranoid biasanya
berumur lebih tua daripada pasien skizofrenik terdisorganisasi atau katatonik jika
mereka mengalami episode pertama penyakitnya. Pasien yang sehat sampai akhir
usia 20 atau 30 tahunan biasanya mencapai kehidupan sosial yang dapat
membantu mereka melewati penyakitnya. Juga, kekuatan ego paranoid cenderung
lebih besar dari pasien katatonik dan terdisorganisasi. Pasien skizofrenik paranoid
menunjukkan regresi yang lambat dari kemampuan mentalnya, respon emosional,
dan perilakunya dibandingkan tipe lain pasien skizofrenik.
Pasien skizofrenik paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga, berhati-hati, dan
tak ramah.Mereka juga dapat bersifat bermusuhan atau agresif.Pasien skizofrenik
paranoid kadang-kadang dapat menempatkan diri mereka secara adekuat didalam
situasi sosial.Kecerdasan mereka tidak terpengaruhi oleh kecenderungan psikosis
mereka dan tetap intak.

2. Skizofrenia Hebefrenik
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia ;
Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja
ataudewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun). Kepribadian premorbid
menunjukkan ciri khas : pemalu dan senang menyendiri (solitary), namun tidak
harus demikian untuk menentukan diagnosis. Untuk diagnosis hebefrenia yang
menyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan
lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang
benar bertahan.
Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta
mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku
menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan;
Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai
oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendirir
(self-absorbed smiling), atau oleh sikap, tinggi hati (lofty manner), tertawa
menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks),
keluhan hipokondrial, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases).
Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu
(rambling) serta inkoheren.
14
Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir
umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak
menonjol (fleeting and fragmentary delusions and hallucinations).Dorongan
kehendak (drive) dan yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran
ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku
tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose).Adanya suatu
preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan
tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien.
Menurut DSM-IV skizofrenia disebut sebagai skizofrenia tipe terdisorganisasi.

3. Skizofrenia Katatonik
Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia. Satu atau lebih dari
perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya :
(a) Stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam
gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara):
(b)Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang tidak
dipengaruhi oleh stimuli eksternal)
(c)Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan
mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh);
(d)Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua
perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakkan kearah yang
berlawanan);
(e)Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya
menggerakkan dirinya);
(f) Fleksibilitas cerea / waxy flexibility (mempertahankan anggota gerak dan
tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan
(g)Gejala-gejala lain seperti command automatism (kepatuhan secara otomatis
terhadap perintah), dan pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat.

Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari gangguan
katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai diperoleh bukti
yang memadai tentang adanya gejala-gejala lain. Penting untuk diperhatikan
bahwa gejala-gejala katatonik bukan petunjuk diagnostik untuk skizofrenia.

15
Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan metabolik, atau
alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi pada gangguan afektif.
Selama stupor atau kegembiraan katatonik, pasien skizofrenik memerlukan
pengawasan yang ketat untuk menghindari pasien melukai dirinya sendiri atau
orang lain. Perawatan medis mungkin ddiperlukan karena adanya malnutrisi,
kelelahan, hiperpireksia, atau cedera yang disebabkan oleh dirinya sendiri.

4. Skizofrenia tak terinci (Undifferentiated).


Seringkali, pasien yang jelas skizofrenik tidak dapat dengan mudah
dimasukkan kedalam salah satu tipe.PPDGJ mengklasifikasikan pasien tersebut
sebagai tipetidak terinci. Kriteria diagnostic menurut PPDGJ III yaitu:
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik,
atau katatonik.
Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca
skizofrenia.

5. Depresi Pasca-Skizofrenia
Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau :
(a)Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria diagnosis umum
skizofrenia) selama 12 bulan terakhir ini;
(b)Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi
gambaran klinisnya); dan
(c)Gejala-gejala depresif menonjol dan menganggu, memenuhi paling sedikit
kriteria untuk episode depresif, dan telah ada dalam kurun waktu paling sedikit 2
minggu.
Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia diagnosis menjadi
episode depresif.Bila gejala skizofrenia diagnosis masih jelas dan menonjol,
diagnosis harus tetap salah satu dari subtipe skizofrenia yang sesuai.

6. Skizofrenia Residual
Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus dipenuhi
semua:
(a) Gejala negative dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan

16
psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan
inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal
yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi
tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk;
(b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau yang
memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofenia;
(c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan
frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang
(minimal) dan telah timbul sindrom negative dari skizofrenia;
(d) Tidak terdapat dementia atau penyakit / gangguan otak organik lain, depresi
kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negative tersebut.

Menurut DSM IV, tipe residual ditandai oleh bukti-bukti yang terus menerus
adanya gangguan skizofrenik, tanpa adanya kumpulan lengkap gejala aktif atau
gejala yang cukup untuk memenuhi tipe lain skizofrenia.Penumpulan emosional,
penarikan social, perilaku eksentrik, pikiran yang tidak logis, dan pengenduran
asosiasi ringan adalah sering ditemukan pada tipe residual.Jika waham atau
halusinasi ditemukan maka hal tersebut tidak menonjol dan tidak disertai afek
yang kuat.
7. Skizofrenia Simpleks
Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung
pada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan progresif dari : gejala
negative yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat halusinasi,
waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik, dan disertai dengan
perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasi sebagai
kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan
penarikan diri secara sosial.
Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan subtipe skizofrenia
lainnya. Skizofrenia simpleks sering timbul pertama kali pada masa pubertas.
Gejala utama pada jenis simpleks adalah kedangkalan emosi dan kemunduran
kemauan. Gangguan proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan
halusinasi jarang sekali terdapat. Jenis ini timbulnya perlahan-lahan sekali. Pada
permulaan mungkin penderita mulai kurang memperhatikan keluarganya atau
mulai menarik diri dari pergaulan. Makin lamaia makin mundur dalam pekerjaan
17
atau pelajaran dan akhirnya menjadi pengangguran, dan bila tidak ada orang yang
menolongnya ia mungkin akan menjadi pengemis, pelacur, atau penjahat.

c. Penatalaksanaan
Terapi Somatik (Medikamentosa)
--- Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut
antipsikotik. Antipsikotikbekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola
fikir yang terjadi pada Skizofrenia.Pasien mungkin dapat mencoba beberapa jenis
antipsikotik sebelum mendapatkan obat ataukombinasi obat antipsikotik yang benar-
benar cocok bagi pasien. Antipsikotik pertamadiperkenalkan 50 tahun yang lalu dan
merupakan terapi obat-obatan pertama yang efektif untukmengobati Skizofrenia.
Terdapat 3 kategori obat antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu:antipsikotik
konvensional, newer atypical antipsycotics, dan Clozaril (Clozapine).
a. Antipsikotik Konvensional
----Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik
konvensional.Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering menimbulkan
efek samping yangserius. Contoh obat antipsikotik konvensional antara lain :
1. Haldol (haloperidol) 5. Stelazine ( trifluoperazine)
2. Mellaril (thioridazine) 6. Thorazine ( chlorpromazine)
3. Navane (thiothixene) 7. Trilafon (perphenazine)
4. Prolixin (fluphenazine)
----Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik
konvensional,banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer atypical
antipsycotic.
----Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotok konvensional). Pertama, pada
pasien yangsudah mengalami perbaikan (kemajuan) yang pesat menggunakan
antipsikotik konvensionaltanpa efek samping yang berarti. Biasanya para ahli
merekomendasikan untuk meneruskanpemakaian antipskotik konvensional. Kedua,
bila pasien mengalami kesulitan minum pil secarareguler. Prolixin dan Haldol dapat
diberikan dalam jangka waktu yang lama (long acting)dengan interval 2-4 minggu
(disebut juga depot formulations). Dengan depot formulation, obatdapat disimpan
terlebih dahulu di dalam tubuh lalu dilepaskan secara perlahan-lahan. Sistemdepot
formulation ini tidak dapat digunakan pada newer atypic antipsycotic.
b. Newer Atypcal Antipsycotic
18
----Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip kerjanya
berbeda, sertasedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan dengan
antipsikotik konvensional.
Beberapa contoh newer atypical antipsycotic yang tersedia, antara lain :
o Risperdal (risperidone)
o Seroquel (quetiapine)
o Zyprexa (olanzopine)
Para ahli banyak merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani pasien-pasien
denganSkizofrenia.
c. Clozaril
----Clozaril mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan antipsikotik atipikal yang
pertama.Clozaril dapat membantu 25-50% pasien yang tidak merespon (berhasil)
dengan antipsikotikkonvensional. Sangat disayangkan, Clozaril memiliki efek
samping yang jarang tapi sangatserius dimana pada kasus-kasus yang jarang (1%),
Clozaril dapat menurunkan jumlah sel darahputih yang berguna untuk melawan
infeksi. Ini artinya, pasien yang mendapat Clozaril harusmemeriksakan kadar sel
darah putihnya secara reguler. Para ahli merekomendaskan penggunaanClozaril bila
paling sedikit 2 dari obat antipsikotik yang lebih aman tidak berhasil.

Sediaan Obat Anti Psikosis dan Dosis Anjuran


No Nama Generik Sediaan Dosis
1 Klorpromazin Tablet 25 dan 100 mg 150-600 mg/hari
Injeksi 25 mg/ml
2 Haloperidol Tablet 0,5 mg,1,5 mg, 5-15 mg/hari
5mg
Injeksi 5mg/ml
3 Perfenazin Tablet 2, 4, 8 mg 12-24 mg/hari
4 Flufenazin Tablet 2,5 mg, 5 mg 10-15 mg/hari
5 Flufenazin Dekanoat Injeksi 25 mg/ml 25 mg/2-4 minggu
6 Levomeprazin Tablet 25 mg 25-50 mg/hari
Injeksi 25 mg/ml
7 Trifluperazin Tablet 1 mg, 5 mg 10-15 mg/hari
8 Tioridazin Tablet 50 mg, 100 mg 150-600 mg/hari
9 Sulpirid Tablet 200 mg 300-600 mg/hari
Injeksi 50mg/ml
10 Pimozid Tablet 1 mg, 4 mg 1-4 mg/hari
11 Risperidon Tablet 1 mg, 2 mg, 3 mg 2-6 mg/hari

19
Obat Antipsikosis yang Mempunyai Efek Samping Gejala Ekstrapiramidal

Obat antispikosis dengan efek samping gejala ekstrapiramidalnya sebagai


berikut:

Antipsikosis Dosis (mg/hr) Gej. Ekstrapiramidal

Chlorpromazine 150-1600 ++
Thioridazine
100-900 +
Perphenazine
8-48 +++
trifluoperazine
5-60 +++
Fluphenazine
5-60 +++
Haloperidol
2-100 ++++
Pimozide
2-6 ++
Clozapine
25-100 -
Zotepine
75-100 +
Sulpride
200-1600 +
Risperidon
2-9 +
Quetapine
50-400 +
Olanzapine
10-20 +
Aripiprazole
10-20 +

Haloperidol sering menimbulkan sindroma parkinson. Mengatasinya dengan


tablettrihexyphenidyl 3-4x2 mg/hari, SA 0,5-0,75 mg/hari

Cara penggunaan

20
Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek klinis)
yang samapada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek samping
sekunder.Pemilihan jenis obat anti psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang
dominan danefek samping obat. Pergantian obat disesuaikan dengan dosis ekivalen.
Apabila obat anti psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis dalam dosis
yangsudah optimal setelah jangka waktu yang memadai, dapat diganti dengan obat
psikosislain (sebaiknya dari golongan yang tidak sama), dengan dosis ekivalennya
dimana profilefek samping belum tentu sama.
Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti psikosis sebelumnya jenis obat
antipsikosistertentu yang sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan baik efek
sampingnya, dapatdipilih kembali untuk pemakaian sekarang
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:
Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu
Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam
Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari)
Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak efek
samping(dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu
mengganggukualitas hidup pasien
Mulai dosis awal dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hari sampai
mencapaidosis efektif (mulai peredaan sindroma psikosis) dievaluasi
setiap 2 minggu dan bilaperlu dinaikkan dosis optimal dipertahankan
sekitar 8-12 minggu (stabilisasi) diturunkan setiap 2 minggu dosis
maintanance dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun(diselingi drug holiday
1-2 hari/minggu) tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4 minggu)stop
Untuk pasien dengan serangan sindroma psikosis multi episode terapi
pemeliharaan dapat diberikan paling sedikit selama 5 tahun.
Efek obat psikosis secara relatif berlangsung lama, sampai beberapa hari
setelah dosisterakhir yang masih mempunyai efek klinis.Pada umumnya pemberian
obat psikosis sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan sampai1 tahun setelah semua
gejala psikosis mereda sama sekali. Untuk psikosis reaktif singkatpenurunan obat
secara bertahap setelah hilangnya gejala dalam kurun waktu 2 minggu 2bulan.
Obat antipsikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat walaupun
diberikandalam jangka waktu yang lama, sehingga potensi ketergantungan obat kecil
sekali.

21
Pada penghentian yang mendadak dapat timbul gejala Cholinergic rebound
yaitu:gangguan lambung, mual muntah, diare, pusing, gemetar dan lain-lain. Keadaan
ini akanmereda dengan pemberian anticholinergic agent (injeksi sulfas atrofin 0,25
mg IM dantablet trihexypenidil 3x2 mg/hari)
Obat anti pikosis long acting (perenteral) sangat berguna untuk pasien yang
tidak mauatau sulit teratur makan obat ataupun yang tidak efektif terhadap medikasi
oral. Dosisdimulai dengan 0,5 cc setiap 2 minggu pada bulan pertama baru
ditingkatkan menjadi 1cc setap bulan. Pambarian anti psikosis long acting hanya
untuk terapi stabilisasi danpemeliharaan terhadap kasus skizofrenia.
Penggunaan CPZ (Chlorpromazine) injeksi sering menimbulkan hipotensi
ortostatik pada waktu peubahanposisi tubuh (efek alpha adrenergik blokade).
Tindakan mengatasinya dengan injeksi noradrenalin (effortil IM)
Pemilihan Obat untuk Episode (Serangan) Pertama
--- -Newer atypical antipsycoic merupakan terapi pilihan untuk penderita
Skizofrenia episodepertama karena efek samping yang ditimbulkan minimal dan
resiko untuk terkena tardivedyskinesia lebih rendah.
--- -Biasanya obat antipsikotik membutuhkan waktu beberapa saat untuk mulai
bekerja. Sebelumdiputuskan pemberian salah satu obat gagal dan diganti dengan obat
lain, para ahli biasanya akanmencoba memberikan obat selama 6 minggu (2 kali lebih
lama pada Clozaril)
Pemilihan Obat untuk keadaan relaps (kambuh)
---- Biasanya timbul bila penderita berhenti minum obat, untuk itu, sangat penting
untuk mengetahui alasan mengapa penderita berhenti minum obat. Terkadang
penderita berhenti minum obat karena efek samping yang ditimbulkan oleh obat
tersebut. Apabila hal ini terjadi,dokter dapat menurunkan dosis menambah obat untuk
efek sampingnya, atau mengganti dengan obat lain yang efek sampingnya lebih
rendah.
----Apabila penderita berhenti minum obat karena alasan lain, dokter dapat mengganti
obat oral dengan injeksi yang bersifat long acting, diberikan tiap 2- 4 minggu.
Pemberian obat denganinjeksi lebih simpel dalam penerapannya.
----Terkadang pasien dapat kambuh walaupun sudah mengkonsumsi obat sesuai
anjuran. Hal ini merupakan alasan yang tepat untuk menggantinya dengan obat obatan
yang lain, misalnya antipsikotik konvensonal dapat diganti dengan newer atypical
antipsycotic atau newer atypical antipsychotic diganti dengan antipsikotik atipikal
22
lainnya. Clozapine dapat menjadi cadangan yang dapat bekerja bila terapi dengan
obat-obatan diatas gagal.
Pengobatan Selama fase Penyembuhan
---- Sangat penting bagi pasien untuk tetap mendapat pengobatan walaupun
setelah sembuh.Penelitian terbaru menunjukkan 4 dari 5 pasien yang berhenti minum
obat setelah episode petama skizofrenia dapat kambuh. Para ahli merekomendasikan
pasien-pasien Skizofrenia episode pertama tetap mendapat obat antipskotik selama
12-24 bulan sebelum mencoba menurunkan dosisnya. Pasien yang menderita
Skizofrenia lebih dari satu episode, atau belum sembuh total pada episode pertama
membutuhkan pengobatan yang lebih lama. Perlu diingat, bahwa penghentian
pengobatan merupakan penyebab tersering kekambuhan dan makin beratnya penyakit.

Efek Samping Obat-obat Antipsikotik


---- Karena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu yang lama,
sangat penting untuk menghindari dan mengatur efek samping yang timbul. Mungkin
masalah terbesar dan tersering bagi penderita yang menggunakan antipsikotik
konvensional gangguan (kekakuan) pergerakan otot-otot yang disebut juga Efek
samping Ekstra Piramidal (EEP). Dalam hal ini pergerakan menjadi lebih lambat dan
kaku, sehingga agar tidak kaku penderita harus bergerak (berjalan) setiap waktu, dan
akhirnya mereka tidak dapat beristirahat. Efek samping lain yang dapat timbul adalah
tremor pada tangan dan kaki. Kadang-kadang dokter dapat memberikan obat anti
kolinergik (biasanya benztropine) bersamaan dengan obat antipsikotik untuk
mencegah atau mengobati efek samping ini.
---- Efek samping lain yang dapat timbul adalah tardive dyskinesia dimana terjadi
pergerakan mulut yang tidak dapat dikontrol, protruding tongue, dan facial grimace.
Kemungkinan terjadinya efek samping ini dapat dikurangi dengan menggunakan
dosis efektif terendah dari obat antipsikotik. Apabila penderita yang menggunakan
antipsikotik konvensional mengalami tardive dyskinesia, dokter biasanya akan
mengganti antipsikotik konvensional denganantipsikotik atipikal.
---- Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat menyebabkan gangguan fungsi
seksual, sehinggabanyak penderita yang menghentikan sendiri pemakaian obat-obatan
tersebut. Untuk mengatasinya biasanya dokter akan menggunakan dosis efektif
terendah atau mengganti dengan newer atypical antipsycotic yang efek sampingnya
lebih sedikit.
23
---- Peningkatan berat badan juga sering terjadi pada penderita Sikzofrenia yang
memakan obat. Hal ini sering terjadi pada penderita yang menggunakan antipsikotik
atipikal. Diet dan olah raga dapat membantu mengatasi masalah ini.
---- Efek samping lain yang jarang terjadi adalah neuroleptic malignant syndrome,
dimana timbul derajat kaku dan termor yang sangat berat yang juga dapat
menimbulkan komplikasi berupa demam, penyakit-penyakit lain. Gejala-gejala ini
membutuhkan penanganan yang segera.

Terapi Psikososial
a. Terapi perilaku
----Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan sosial
untukmeningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan
praktis, dankomunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian
atau hadiah yangdapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak istimewa
dan pas jalan di rumah sakit. Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau
menyimpang seperti berbicara lantang,berbicara sendirian di masyarakat, dan postur
tubuh aneh dapat diturunkan.
b. Terapi berorientasi-keluarga
----Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan dalam
keadaan remisi parsial, dimana pasien skizofrenia kembali seringkali mendapatkan
manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode
pemulangan segera,topik penting yang dibahas didalam terapi keluarga adalah proses
pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam
cara yang jelas mendorong sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk
melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut
berasal dari ketidaktahuan tentang sifat skizofrenia dan dari penyangkalan tentang
keparahan penyakitnya.-Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti
skizofrenia tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah
menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Didalam
penelitian terkontrol, penurunan angka relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan
tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.
c. Terapi kelompok
----Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana, masalah,
danhubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi secara
24
perilaku, terorientasisecara psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok
efektif dalam menurunkanisolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan
meningkatkan tes realitas bagi pasienskizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan
cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif,tampaknya paling membantu bagi
pasien skizofrenia.
d. Psikoterapi individual
----Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam pengobatan
skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi akan membantu dan menambah efek
terapi farmakologis. Suatu konsep penting di dalam psikoterapi bagi pasien
skizofrenia adalah perkembangan suatu hubungan terapetik yang dialami pasien.
Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional
antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahliterapi seperti yang diinterpretasikan
oleh pasien.
----Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di dalam
pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit dilakukan,
pasien skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap keakraban dan
kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika
seseorang mendekati. Pengamatan yang cermatdari jauh dan rahasia, perintah
sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadapkaidah sosial adalah lebih
disukai daripada informalitas yang prematur dan penggunaan nama pertama yang
merendahkan diri. Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan adalah
tidak tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau
eksploitasi.
Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)
----Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik,
menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh,
prilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.
----Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan efektif
antarapasien dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian yang
dilakukan pada perawatan rumahsakit harus direncanakan. Dokter harus juga
mengajarkan pasien dan pengasuhserta keluarga pasien tentang skizofrenia.
----Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu mereka
menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit tergantung dari
keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana
25
pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah
kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup,pekerjaan, dan hubungan sosial. Perawatan
di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat pasien dengan fasilitas perawatan
termasuk keluarga pasien. Pusat perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang
membantu pasien dalam memperbaiki kualitas hidup.
Selain anti psikosis, terapi psikososial ada juga terapi lainnya yang dilakukan di
rumah sakityaitu Elektro Konvulsif Terapi (ECT). Terapi ini diperkenalkan oleh Ugo
cerleti(1887-1963).Mekanisme penyembuhan penderita dengan terapi ini belum
diketahui secara pasti. Alat yangdigunakan adalah alat yang mengeluarkan aliran
listrik sinusoid sehingga penderita menerimaaliran listrik yang terputus putus.
Tegangan yang digunakan 100-150 Volt dan waktu yangdigunakan 2-3 detik.

Pada pelaksanaan Terapi ini dibutuhkan persiapan sebagai berikut:


Pemeriksaan jantung, paru, dan tulang punggung.
Penderita harus puasa
Kandung kemih dan rektum perlu dikosongkan
Gigi palsu , dan benda benda metal perlu dilepaskan.
Penderita berbaring telentang lurus di atas permukaan yang datar dan agak keras.
Bagian kepala yang akan dipasang elektroda ( antara os prontal dan os temporalis)
dibersihkan.
Diantara kedua rahang di beri bahan lunak dan di suruh agar pasien menggigitnya
Frekuensi dilakukannya terapi ini tergantung dari keadaan penderita dapat diberi:
2-4 hari berturut-turut 1-2 kali sehari
2-3 kali seminggu pada keadaan yang lebih ringan
Maintenance tiap 2-4 minggu
Dahulu sebelum jaman psikotropik dilakukan 12-20 kali tetapi sekarang tidak
dianut lagi
----Indikasi pemberian terapi ini adalah pasien skizofrenia katatonik dan bagi pasien
karenaalasan tertentu karena tidak dapat menggunakan antipsikotik atau tidak adanya
perbaikan setelahpemberian antipsikotik .

26
----Kontra indikasi Elektro konvulsiv terapi adalah Dekompensasio kordis, aneurisma
aorta,penyakit tulang dengan bahaya fraktur tetapi dengan pemberian obat pelemas
otot pada pasiendengan keadaan diatas boleh dilakukan. Kontra indikasi mutlak
adalah tumor otak.
----Sebagai komplikasi terapi ini dapat terjadi luksasio pada rahang, fraktur pada
vertebra,Robekan otot-otot, dapat juga terjadi apnue, amnesia dan terjadi degenerasi
sel-sel otak.
d. Prognosis
Baik : onset akut, mempunyai faktor pencetus yang jelas, mempunyai riwayat
pramorbid yang baik dalam sosial, seksual, dan pekerjaan.dijumpai gejala depresi,
riwayat keluarga dengan gangguan mood, gambaran klinis adalah simptom positif.
Buruk : usia muda, onset perlahan-lahan dan tidak jelas, tidak ada faktor pencetus,
riwayat pramorbid jelek, dijumpai perilaku menarik diri, belum menikah atau cerai,
ada riwayat keluarga schizophrenia, banyak relaps.

2. SKIZOAFEKTIF
a. Definisi
Gangguan skizoafektif adalah kelainan mental yang rancu yang ditandai
dengan adanya gejala kombinasi antara gejala skizofrenia dan gejala gangguan
afektif.
b. Epidemiologi
Prevalensi seumur hidup gangguan skizoafektif kurang dari 1%, mungkin
berkisar antara 0,5% 0,8%. Tetapi gambaran tersebut masih merupakan perkiraan.
Gangguan skizoafektif tipe depresif mungkin lebih sering terjadi pada orang
tua daripada orang muda, prevalensi gangguan tersebut dilaporkan lebih rendah
pada laki-laki dibanding perempuan, terutama perempuan menikah. Usia awitan
perempuan lebih lanjut daripada laki-laki, seperti pada skizofrenia. Laki-laki dengan
gangguan skizoafektif mungkin memperlihatkan perilaku antisosial dan
mempuinyai afek tumpul yang nyata atau tidak sesuai.
c. Etiologi
1. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe skizofrenia atau suatu
tipe gangguan mood

27
2. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi bersama-sama dari
skizofrenia dan gangguan mood
3. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe psikosis ketiga yang
berbeda, tipe yang tidak berhubungan dengan skizofrenia maupun suatu
gangguan mood
4. Kemungkinan terbesar adalah bahwa gangguan skizoafektif adalah kelompok
gangguan yang heterogen yang meliputi semua tiga kemungkinan yang
pertama.

d. Gejala Klinis
Pada gangguan Skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik gejala
gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit
yang sama, baik secara simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari.
Bila gejala skizofrenik dan manik menonjol pada episode penyakit yang sama,
gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe manik. Dan pada gangguan
skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang menonjol.
Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi,
perubahan dalam berpikir, perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala
gangguan suasana perasaan baik itu manik maupun depresif.
e. Diagnosis
Kriteria diagnostik gangguan skizoafektif berdasarkan DSM-IV-TR
a) Periode penyakit tidak terputus berupa, pada suatu waktu, episode
depresif mayor, episode manik, atau episode campuran yang terjadi
bersamaan dengan gejala yang memenuhi kriteria A skizofrenia.
b) Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi
selama sekurang-kurangnya 2 minggu tanpa gejala mood yang
menonjol.
c) Gejala yang memenuhi criteria episode mood timbul dalam jumlah
yang bermakna pada durasi total periode aktif dan residual penyakit
d) Gangguan tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat atau
keadaan kesehatan umum.
Tipe lainnya:
Tipe bipolar: jika gangguan termasuk suatu episode manik atau campuran (atau suatu
maniksuatu episode campuran dan episode depresif berat).
Tipe depresif: jika gangguan hanya termasuk episode depresif berat.
DSM-IV juga membantu klinisi untuk menentukan apakah pasien menderita
gangguan skizoafektif, tipe bipolar, atau gangguan skizoafektif, tipe depresif. Seorang

28
pasien diklasifikasikan menderita tipe bipolar jika episode yang ada adalah dari tipe
manik atau suatu episode campuran dan episode depresif berat. Selain itu, pasien
diklasifikasikan menderita tipe depresif
Pada PPDGJ-III, gangguan skizoafektif diberikan kategori yang terpisah
karena cukup sering dijumpai sehingga tidak dapat diabaikan begitu saja. Kondisi-
kondisi lain dengan gejala-gejala afektif saling bertumpang tindih dengan atau
membentuk sebagian penyakit skizofrenik yang sudah ada, atau di mana gejala-gejala
itu berada bersama-sama atau secara bergantian dengan gangguan-gangguan waham
menetap jenis lain, diklasifikasikan dalam kategori yang sesuai dalam F20-F29.
Waham atau halusinasi yang tak serasi dengan suasana perasaan (mood) pada
gangguan afektif tidak dengan sendirinya menyokong diagnosis gangguan
skizoafektif.
Kriteria diagnosis berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis
gangguan jiwa (PPDGJ-III):
a. F25 Gangguan Skizoafektif
Pedoman Diagnostik
Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitive
adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang
bersamaan (simultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang
lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai
konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik
skizofrenia maupun episode manik atau depresif.

Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan
gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda.

Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah


mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (Depresi
Pasca-skizofrenia). Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif
berulang, baik berjenis manik (F25.0) maupun depresif (F25.1) atau campuran
dari keduanya (F25.2). Pasien lain mengalami satu atau dua episode
skizoafektif terselip diantara episode manic dan depresif (F30-F33)

b. F25.0 Gangguan skizoafektif tipe manik


Pedoman Diagnostik

29
Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manic yang
tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode
skizoafektif tipe manic.
Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tak
begitu menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang
memuncak.
Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik lagi
dua, gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk skizofrenia,
F20.-pedoman diagnostic (a) sampai (d).

c. F 25.1 Skizoafektif tipe depresif

Pedoman diagnostik
Kategori ini harus dipakai baik untuk episode skizoafektif tipe depresif yang
tunggal, dan untuk gangguan berulang dimana sebagian besar di dominasi oleh
skizoafektif tipe depresif.

Afek depresif harus menonjol, disertai oleh sedikitnya 2 gejala khas, baik
depresif maupun kelainan prilaku terkait seperti tercantum dalam uraian untuk
episode depresif (F 32)

Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik lagi
dua, gejala skizofrenia yang khas (sebagaimana ditetapkan untuk skizofrenia,
F20.-pedoman diagnostic (a) sampai (d).

d. F25.2 Gangguan Skizoafektif Tipe Campuran


Gangguan dengan gejala-gejala skizofrenia (F20.-) berada secara bersama-
sama dengan gejala-gejala afektif bipolar campuran (F31.6)

e. F25.8 Gangguan Skizoafektif Lainnya


f. F25.9 Gangguan Skizoafektif YTT

f. Diagnosis Banding
Pada setiap diagnosis banding gangguan psikotik, pemeriksaan medis lengkap
harus dilakukan untuk menyingkirkan penyebab organik. semua kondisi yang
dituliskan di dalam diagnosis banding skizofrenia dan gangguan mood perlu

30
dipertimbangkan. Pasien yang diobati dengan steroid, penyalahgunaan amfetamin
dan phencyclidine (PCP), dan beberapa pasien dengan epilepsi lobus temporalis
secara khusus kemungkinan datang dengan gejala skizofrenik dan gangguan mood
yang bersama-sama. Setiap kecurigaan terhadap kelainan neurologis perlu didukung
dengan pemeriksaan pemindaian (CT Scan) otak untuk menyingkirkan kelainan
anatomis dan elektroensefalogram untuk memastikan setiap gangguan yang
mungkin.
Diagnosis banding psikiatrik juga termasuk semua kemungkinan yang
dipertimbangkan untuk skizofrenia dan gangguan mood. Di dalam praktik klinis,
psikosis padasaat datang mungkin mengganggu deteksi gejala gangguan mood pada
masa tersebut atau masalalu. Dengan demikian, klinisi boleh menunda diagnosis
psikiatrik akhir sampai gejala psikosis yang paling akut telah terkendali.

g. Perjalanan Gangguan Dan Prognosis


Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai
prognosis di pertengahan antara prognosis pasien dengan skizofrenia dan prognosis
pasien dengan gangguan mood. Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan
skizoafektif memiliki prognosis yang lebih buruk daripada pasien dengan gangguan
depresif maupun gangguan bipolar, tetapi memiliki prognosis yang lebih baik
daripada pasien dengan skizofrenia.
Generalitas tersebut telah didukung oleh beberapa penelitian yang mengikuti
pasien selama dua sampai lima tahun setelah episode yang ditunjuk dan yang
menilai fungsi sosial dan pekerjaan, dan juga perjalanan gangguan itu sendiri.

h. Terapi
Modalitas terapi yang utama untuk gangguan skizoafektif adalah perawatan di
rumah sakit, medikasi, dan intervensi psikososial. Prinsip dasar yang mendasari
farmakoterapi untuk gangguan skizoafektif adalah bahwa protokol antidepresan dan
antimanik diikuti jika semuanya diindikasikan dan bahwa antipsikotik digunakan
hanya jika diperlukan untuk pengendalian jangka pendek. Jika protokol thymoleptic
tidak efektif di dalam mengendalikan gejala atas dasar berkelanjutan, medikasi
antipsikotik dapat diindikasikan. Pasien dengan gangguan skizoafektif, tipe bipolar,
harus mendapatkan percobaan lithium, carbamazepine (Tegretol), valproate
(Depakene), atau suatu kombinasi obat-obat tersebut jika satu obat saja tidak efektif.
Psikofarmaka

31
Skizoafektif, Episode Manik ( fase akut )
Kriteria akut yaitu

1. Total skor Positive and Negative Symptom Scale- Excited Component z( PANSS-
EC) yaitu P4= gaduh gelisah; P7= permusuhan; G4= ketegangan; G8=
ketidakkooperatifan; G14= buruknya pengendalian impuls minimal satu butir
skornya 4 atau lebih.

2. Kategori nilai the agitation-Calmness Evaluation Scale ( ACES) adalah 1 atau 2


(1= agitasi berat yaitu meningkatnya aktvitas fisik banyaknya pembicaraan, dapat
terjadi kekerasan fisik bila diminta diam pasien tidak dapar mengontrol agitasinya,
memerlukan perhatian aau supervise terus menerus atau perlu pengikatan; 2=
agitasi sedang yaitu peningkatan aktivitas fisik derajat sedang , banyak bicara dan
mungkin mengancam secara verbal, tidak ada kekerasan fisik, dapat mengontrol
tanda-tanda agitasi bila diminta, memerlukan supervisi atau perawatan standar)

3. Nilai Young Mania rating Scale ( YMRS) adalah 20 dan dua butir skornya 4 yaitu
iritabilitas, pembicaraan, Isi, dan perilaku agresif.

4. Nilai 4 pada Clinical Global Impression- severity of illness (CGI-SI)-


psikofarmaka.

Injeksi

Olanzapine 2x 5-10 mg/ hari dengan diazepam 2x10mg/hari

Oral

Terapi kombinasi :

1. Olanzapine 1x20-30 mg/hari atau risperidone 2x1-3mg/hari atau quetiapine


hari I (200mg), hari II (400mg), hari III (600mg) dan seterusnyaz atau
aripirazol 1x10-30 mg/hari.

2. Lithium Karbonat 2x400 mg, dinaikkan sampai kisaran terapeutik 0,8-1,2


mEq/L9 biasanya dicapai dengan dosis lithium karbonat 1200-1800 mg/hari,
atau divalproat dengan dosis 3x250 mg/ hari (atau konsentrasi plasma 50-125
mikrog/L)

32
3. Lorazepam 3x 1-2mg/hari bila perlu

Psikoterapi

Dapat diberikan psikoterapi individual, jarang dilakukan terapi kelompok ,karena


biasanya mereka sering tidak nyaman dan kurang mampu bertoleransi dalam terapi
kelompok terutama bila dengan pasien yang beraneka ragam diagnosisnya. Bila akan
dilakukan, lebih baik pada pasien yanzg dirawat inap, bukan saat rawat jalan.
Psikiterapi individual yang dapat diberikan berupa psikoterapi suportif, client
centered therapy, atau terapi perilaku. Psikoterapi suportifnya sebaiknya yang
berfokus pada aktivitas sehari-hari. Dapat juga dibahas tentang relasi pasien dengan
orang-orang terdekatnya. Ketrampilan sosial dan okupasional juga banyak membantu
agar pasien dapat beradaptasi kembali dalam kehidupan sehari-harinya.

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Amir N. Skizofrenia. In : Elvira S.D, Hadisukanto G Editors. Buku Ajar


Psikiatri. Jakarta; Badan Penerbit FKUI. 2010. p. 170-176.
2. Maslim R. Skizofrenia, Gangguan Skizotipal dan Gangguan Waham. In:
Maslim R Editor. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas
dari PPDGJ-III. Jakarta;Nuh Jaya. 2001. p. 46-57.
3. Kaplan, Sadock, Grebb. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Prilaku
Psikiatri Klinis Jilid Satu 7th ed. Jakarta; Binarupa Aksara, 1997. p.699-
702,706-713,720-727,737-740
4. Case Report Session: Skizofrenia Paranoid. Available from URL:
http://www.scribd.com/document_downloads/direct/48786174?
extension=docx&ft=1338453194&lt=1338456804&uahk=2pl3leYp/vL922
aKbpuI1s7 VQSQ
5. Suhestri T. Skizofrenia Paranoid dan Gangguan Delusional. Available from
url: http://www.scribd.com/document_downloads/direct/55081569?
extension=docx&ft=1338453536&lt=1338457146&uahk=Z5DkI9d1JayM
U5agsTMYLzvcAsI
6. Ritonga S.R. Terapi Efektif untuk Skizofrenia Paranoid. Available from url
: http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?
page=Terapi+Efektif+untuk+Skizofrenia+Paranoid
7. Irwan M,dkk. Penatalaksanaan skizofrenia. Available from url :
(Http://yayanakhyar.wordpress.com)
8. Maslim R. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik 3rd Ed. Jakarta; Nuh Jaya.
2007. p. 10-22.
9. Maslim, Rusdi dr. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan
Ringkasan dari PPDGJ III Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika
Atmajaya, Jakarta, 2001
10. Kaplan, HI, Sadock BJ, Greb JA, Skizofrenia, dalam : Sinopsis Psikiatri,
ed 7, vol 1, Binarupa aksara, 1997
11. Kumala, Poppy dkk. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 25. EGC.
Jakarta:1998. 970
12. Goodman dan Gilman. Dasar Farmakologi Terapi Vol.I. EGC.
Jakarta:2007.475,480 & 482

34
Pertanyaan:
1. Konsep penting dalam psikoterapi bagi pasien skizofrenia adalah

perkembangan suatu hubungan terapeutik yang dialami pasien.

Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi,

jarak emosional antara ahli terapi dan pasien dan keikhlasan ahli terapi

seperti yang diinterpretasikan oleh pasien. Apa yang dimaksud

keikhlasan?
2. Bagaimana kamu membedakan gangguan mood sebagai gejala pada

skizofrenia atau merupakan bagian dari diagnosa skizoafektif? Berapa

banding berapa?
3. Macam-macam injeksi long acting?
Jawaban:
1. Dalam buku karangan Kaplan, Sadock, Grebb yang berjudul

Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Prilaku Psikiatri Klinis, pada

kalimat, The therapist's reliability, the emotional distance between

the therapist and the patient, and the genuineness of the therapist as

interpreted by the patient all affect the therapeutic experience.,

keikhlasan berasal dari kata genuineness artinya adalah seorang

dokter harus mampu menunjukkan rasa ikhlasnya mengenai sikap

yang dipunyai terhadap pasien sehingga dapat berkomunikasi

secara tepat. Dokter tidak akan menolak segala bentuk perasaan

negatif yang dipunyai pasien. Hasilnya, dokter akan mampu

mengeluarkan segala perasaan yang dimiliki pasien dengan cara

yang tepat, bukan dengan cara menyalahkan atau menghukum

pasien. (Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadocks Synopsis of

Psychiatry. hal 493-495)

35
2. Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-

gejala definitive adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-

sama menonjol pada saat yang bersamaan (simultaneously), atau

dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu

episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi

dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kritena baik skizofrenia

maupun episode manik atau depresif. Sedangkan pada gangguan

mood sebagai bagian dari skizofrenia adalah gangguan mood tidak

muncul pada episode yang sama dengan gejala skizofrenia.

Perbandinganya 2:1 (Maslim, Rusdi, Diagnosa Gangguan Jiwa,

PPDGJ III, Direktorat Kesehatan RI, Jakarta, 2003.)


3. Obat injeksi untuk skizofrenia antara lain:
a. antipsikotik generasi pertama

Obat Dosis awal Dosis pemeliharaan


(mg)
(mg)
Haloperidol decanoate 50 50-200 setiap 3-4 minggu
Fluphenazine decanoate 12.5 12.5 50 setiap 23

minggu.
Flupenthixol decanoate 20 50300 setiap 24

minggu
Zuclopenthixol 100 200500 setiap 14

decanoate minggu.

b. antipsikotik generasi kedua

Obat Sediaan Interval Injeksi


Aripiprazole
monohydrate Vial 300,400 mg, prefilled syringes 400 mg 1x/bulan
(Abilify Mantenna)
441882 mg 1x/bulan
Aripiprazole lauroxil
441, 662, 882 mg prefilled syringes 882 mg setiap 6
(Aristada)
minggu
Olanzapine pamoate Vial 210, 300, 405 mg 150300 mg setiap 2
(Zyprexa Relprevv) minggu

36
Obat Sediaan Interval Injeksi
300405 mg 1x/bulan
Paliperidone palmitate
39,78,117,156 or 234 mg prefilled
(Invega Sustenna, 117 mg 1x/bulan
syringes
Xeplion)
Paliperidone palmitate 273, 410, 546, 819 mg prefilled
410 mg setiap 2 bulan
(Invega Trinza) syringes
Risperidone
microspheres Vial 12.5, 25, 37.5 or 50 mg 25 mg setiap 2 minggu
(Risperdal Consta)

(Brissos, S., Veguilla, M. R., Taylor, D., & Balanz-Martinez, V.

(2014). The role of long-acting injectable antipsychotics in

schizophrenia: a critical appraisal. Therapeutic advances in

psychopharmacology, 2045125314540297)

37

Anda mungkin juga menyukai