Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN TUGAS KELOMPOK

MATAKULIAH: KEPERAWATAN PSIKIATRI

“TERAPI PSIKOFARMAKA & SOMATIK PADA ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


PADA HALUSINASI PENDENGARAN”

KELOMPOK 5

1. Nia Cantika Pasaribu 235170109111034


2. Nur Wahyu Abdullah 235170109111035
3. Yuka Dyah Ayu Mustikaningrum 235170109111036
4. Hadijah 235170109111037
5. Niken Ayu Lestari 235170109111038
6. Aurel Fendi Irmawan 235170109111039
7. Zakia Zainul Musthofa 235170109111040
8. Muhammad Sahadewo Pintarto 235170109111041
9. Ainul Sa'diyah 235170109111042
10. Ridha Nidia Iriyanti 235170109111043

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


DEPARTEMEN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Skizofrenia menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ III)
adalah suatu sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah
akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik dan budaya. Skizofrenia adalah
gangguan kejiwaan yang ditandai dengan penurunan atau ketidakmampuan berkomunikasi,
gangguan realitas (berupa halusinasi dan waham), gangguan kognitif (tidak mampu berpikir
abstrak) serta mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Sari et al., 2019.).
Terdapat beberapa tipe skizofrenia namun terdapat satu tipe yaitu skizofrenia paranoid. Pada tipe
tersebut Skizofrenia paranoid merupakan salah satu contoh kasus gangguan mental yang sering
terjadi. Skizofrenia paranoid merupakan salah satu tipe psikosis dimana antara realita serta pikiran
tidak bisa sejalan. Sehingga hal ini akan mempengaruhi bagaimana cara sesorang berperilaku
maupun berpikir (Romas & Widiantoro, 2022).
Dalam Gangguan skizofrenia paranoid tersebut biasanya akan muncul saat usia akhir masa
remaja atau saat dewasa awal. Kecenderungan pengidap skizofrenia paranoid adalah tidak mampu
berpikir secara rasional serta selalu merasa curiga terhadap segala sesuatu. Akibat dari keadaan
tersebut, penderita skizofrenia paranoid biasanya sulit untuk melakukan pekerjaan, sulit menjalin
hubungan dalam rumah tangga, berinteraksi serta bersosialisasi dengan orang lain dan lingkungan.
Skizofrenia paranoid adalah jenis skizofrenia yang paling sering dijumpai di negara manapun.
Gambaran klinis didominasi oleh waham-waham yang secara relatif stabil, seringkali bersifat
paranoid, biasanya disertai oleh halusinasi-halusinasi terutama halusinasi pendengaran dan
gangguan persepsi (Romas & Widiantoro, 2022).
Data Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi ganggunan mental emosional yang ditunjukkan
dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai 9,8% dari jumlah
penduduk Indonesia, meningkat dari tahun 2013 yang hanya sebesar 6%. Sedangkan prevalensi
gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai 7,0 per 1.000 penduduk yang meningkat dari
tahun 2013 sebesar 1,7 per 1.000 penduuduk. Di tinjau dari diagnosa atau jenis skizofrenia, jenis
skizofrenia terbanyak terdapat pada skizofrenia paranoid sebanyak 40,8%, kemudian diikuti dengan
skizofrenia residual sebanyak 39,4%; skizofrenia hebrefenik sebanyak 12%; skizofrenia katatonik
sebanyak 3,5%; skizofrenia tak terinci sebanyak 2,1%; skizofrenia lainnya sebanyak 1,4%; dan
yang paling sedikit adalah skizofrenia simpleks sebanyak 0,7% (Sari et al., 2019.).
Dalam hal tingginya kasus Skizofrenia paranoid terjadi karena melemahnya neurologis dan
kognitif tetapi individu tersebut mempunyai prognosis yang baik. Oleh karena itu makalah dan
asuhan keperawatan ini dirasa penting untuk dilakukan pengembangan lebih lanjut guna
mengetahui secara pasti bagaimanakah proses skizofrenia paranoid terjadi kepada seseorang dan
bagaimanakan asuhan keperawatan untuk merawat penderita secara optimal.
1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengeksplorasi secara mendalam dan bagaimanakah
asuhan keperawatan pada penderita skizofrenia tipe paranoid secara optimal.
1.3 Manfaat
Hasil dari makalah dan asuhan keperawatan ini dapat digunakan sebagai data tambahan
sehingga dapat memperkaya refrensi dan pengetahuan berikutnya yang terkait dengan asuhan
keperawatan skizofrenia tipe paranoid. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai
informasi tambahan dan pemahaman bagi mahasiswa untuk melakukan asuhan keperawatan
sehingga akan didapatkan pelayanan intervensi yang tepat dalam penanganannya.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Skizofrenia


Skizofrenia merupakan penyakit serius yang mengakibatkan perilaku psikotik,
gangguan dalam memproses informasi, dan berhubungan interpersonal (Gail W. Stuart,
2013).
Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik dengan ciri-ciri pengunduran diri
dari kehidupan sosial, gangguan emosional, dan afektif yang kadang disertai halusinasi dan
delusi serta tingkah laku yang negatif. Adanya pengunduran diri dari kehidupan sosial
berdampak pada rendahnya harga diri orang dengan skizofrenia (Nurcahyo, Nasriati, and
Sukamto 2022).
Skizofrenia Paranoid Menurut Sumarjono (2010) Skizofrenia paranoid adalah orang
yang mempunyai kepercayaan atau menganggap sesuatunya aneh, ada yang ganjil, yang
salah tetapi tidak mau diluruskan. Dia biasanya bersikap curiga yang berlebihan pada orang
lain, sering menganggap dirinya digunaguna orang lain.

2.2 Etiologi
Menurut Videbeck (2020) menjelaskan bahwa skizofrenia dapat disebabkan oleh 2
faktor yaitu :
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Biologis
Faktor genetic merupakan faktor utama pencetus dari skizofrenia. Hal
tersebut dibuktikan dalam sebuah penelitian bahwa anak yang memiliki orang tua
salah satunya merupakan penderita skizofrenia memiliki resiko 15%; angka ini
mengalami peningkatan sampai 35% jika kedua orang tua biologis mengalami
skizofrenia (Videback, 2008).
Teori populer telah muncul yang menyatakan bahwa paparan virus atau respons
imun tubuh terhadap virus dapat berubah fisiologi otak orang dengan skizofrenia.
Meskipun para ilmuwan terus mempelajari kemungkinan ini, beberapa temuan telah
memvalidasi mereka. Sitokin adalah pembawa pesan kimiawi antara sistem imun sel,
memediasi respon inflamasi dan imun (Paramitha 2017)
Faktor Neuroanatomi dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa seorang individu
yang merupakan penderita skizofrenia memiliki jaringan otak yang relatif lebih
sedikit. Hal tersebut diperlihatkan dengan sebuah kegagalan perkembangan atau
kehilangan pada jaringan lainnya. Biasanya otak pada penderita skizofrenia terlihat
lebih sedikit berbeda dengan orang normal, ventrikel terlihat melebar, penurunan
massa abu-abu dan beberapa area terjadi peningkatan maupun penurunan aktivitas
metabolik. Pemeriksaan mikroskopis dan jaringan otak ditemukan sedikit perubahan
dalam distribusi sel otak yang timbul pada masa prenatal karena tidak ditemukannya
sel glia, biasa timbul pada pada trauma otak yang terjadi sejak lahir. Neurokimia.
Pada sebuah penelitian neurokimia secara konsisten menunjukkan adanya perubahan
system neurotransmitters pada otak penderita skizofrenia.
2) Faktor Psikologis
Skizofrenia biasa terjadi karena adanya kegagalan dalam menyelesaikan
perkembangan awal dalam hal psikososial seperti seorang anak yang tidak mampu
membentuk hubungan saling percaya yang dapat mengakibatkan konflik intrapsikis
seumur hidup. Skizofrenia yang parah biasanya akan terlihat pada ketidakmampuan
individu dalam mengatasi masalah yang ada. Hal tersebut terlihat adanya gangguan
identitas, ketidakmampuan untuk mengatasi masalah pencitraan, ketidakmampuan
untuk mengontrol diri sendiri juga (Gail W. Stuart, 2013)
3) Faktor Sosiokultural dan Lingkungan
Sebuah riset menunjukan bahwa pada faktor sosiokultural dan lingkungan
jumlah individu yang berada dari sosial ekonomi kelas rendah mengalami gejala
skizofrenia lebih banyak dibandingkan dengan individu dari sosial ekonomi yang
lebih tinggi. Hal tersebut terjadi karena berhubungan dengan kemiskinan, akomodasi
perumahan padat, nutrisi tidak memadai, tidak ada pelayanan perawatan prenatal,
sumber daya untuk menghadapi stress dan perasaan putus asa

b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi skizofrenia antara lain sebagai berikut :
1) Biologis
Faktor lain yang dapat mempengaruhi timbulnya skizofrenia pada seseorang
adalah faktor perantara yang meliputi factor neurotransmitter dan neurodegenerasi
factor psikoneuroimunologi, dan faktor psiko neuroendocrinologist. tersebut
merupakan suatu sistem yang berasal dari area tegmentum bagian ventral.
2) Lingkungan
Penilaian individu dalam hal toleransi terhadap stress yang ditentukan secara
biologis dalam berinteraksi dengan stressor lingkungannya untuk menentukan
terjadinya gangguan pikiran pada individu. Dalam penelitian lain mengungkapkan
bahwa kurangnya stimulasi dalam lingkungan sosial pasien skizofrenia kronis,
mampu meningkatkan gejala- gejala «negatif» pada pasien tersebut. Gejala negatif
yang sering timbul adalah penarikan diri dari masyarakat yang disebut dengan
kemiskinan pergaulan sosial.
3) Pemicu Gejala
Pemicu merupakan sebuah stimuli yang sering menimbulkan sebuah gejala
baru dari suatu penyakit.Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis
maladaptif yang berhubungan dengan sikap, perilaku individu, kesehatan, dan
lingkungan . Salah satu faktor sosial yang dapat mempengaruhi timbulnya
skizofrenia pada seseorang adalah kepadatan lingkungan di sekitar tempat tinggal.
Korelasi bahkan tidak ditemukan pada mereka yang tingga di kota dengan kepadatan
kurang dari 10.000 penduduk. Efek dari kepadatan penduduk ini juga lebih besar
pada penduduk yang tinggal di kota dibandingkan dengan yang tinggal di desa
Seseorang yang menderita skizofrenia tipe paranoid salah satunya menunjukkan
gejala gangguan alam perasaan dan perilaku, misalnya kecemasan yang tidak
menentu, kemarahan, suka bertengkar dan berdebat dan tindak kekerasan (Hawari,
2009) Dia menganggap bahwa orang lainlah penyebab kegagalan-kegagalannya.
Biasanya dia sangat peka (sensitif), emosional dan mudah sekali cemas. Dia juga
kurang percaya diri dan kualitas hidupnya juga menurun, serta sering diserang
penyakit depresi

2.3 Tanda dan Gejala


Skizofrenia tipe paranoid mempunyai ciri-ciri adanya waham yang mencolok, anxiety,
menjaga jarak dan suka berargumentasi (Arif, 2006). Skizofrenia paranoid adalah
karakteristik tentang adanya delusi (waham) kejar atau kebesaran dan halusinasi
pendengaran. Kadang-kadang individu tertekan, menjadi korban dan beranggapan diawasi,
dimusuhi dan agresif (Mubin 2015) Menurut Eugen Bleuler gejala skizofrenia dapat dibagi
menjadi 2 yaitu :
1. Gejala primer
a. Gangguan proses pikir (bentuk,langkah dan isi pikiran) yang terganggu terutama
aspek asosiasi, kadang-kadang suatu ide belum selesai diutarakan sudah muncul ide
yang lain. Sering ditandai oleh: menggunakan arti simbolik, jalan pikirannya tidak
dapat dimengerti/inkoherensi dan terjadi bloking.
b. Gangguan afek dan emosi
Dapat berupa :
1) Kedangkalan afek dan emosi, klien menjadi acuh tak acuh pada halhal yang
penting dalam hidupnya
2) Parathimi : merasa sedih atau marah yang seharusnya timbul rasa tenang dan
gembira.
3) Paramimi : klien menangis padahal merasa senang dan bahagia. 4) Emosi, afek
dan ekspresinya tidak mengalami kesatuan
c. Gangguan kemauan
Ditandai antara lain :
1) Tidak dapat mengambil keputusan
2) Tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan
3) Melamun dalam waktu tertentu yang lama.
4) Otomatisme : merasa kemauannya dipengaruhi oleh orang lain atau tenaga dari
luar sehingga ia berbuat otomatis.
2. Gejala Sekunder
a) Waham atau delusi kayakinan yang salah yang tidak dapat diubah dengan penalaran
atau bujukan. Sangat tidak logis dan kacau tetapi klien tidak menyadari hal tersebut
dan menganggap sebagai fakta dan tidak dapat diubah oleh siapapun. Jenis-jenis
waham mencakup :
1) curiga : seseorang merasa terancam dan yakin bahwa orang lain
2) bermaksud untuk membahayakan atau menncurigai dirinya.
b) Waham kebesaran (delusion of grandeur) yaitu keyakinan bahwa dirinya memiliki
suatu kelebihan dan kekuatan serta menjadi orang yang penting.
Tanda gangguan yang berlangsung secara terus menerus sedikitnya selama 6 bulan
(Stuart, 2007).
1) Kecurigaan yang ekstrim terhadap orang lain.
2) Halusinasi

Modalitas sensori yang tercakup dalam halusinasi :


a. Pendengaran / auditorius
Mendengar suara atau bunyi, biasanya suara orang. Jenis lain termasuk pikiran
yang dapat didengar pasien yaitu pasien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkan oleh pasien dan memerintahkan untuk
melakukan sesuatu, kadang-kadang hal yang berbahaya.
b. Penglihatan
penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, dan gambar atau panorama yang luas
dan kompleks. Penglihatan dapat berupa sesuatu yang menyenangkan atau yang
menakutkan (seperti melihat monster).

2.4 Jenis-jenis Skizofrenia


a. Skizofrenia simpleks ini sering muncul saat pertama kali pada masa pubertas. Dalam
masalah gangguan proses berpikir biasanya sulit ditemukan. Jenis ini timbul gejala
secara perlahan. Pada awalnya mungkin penderita biasanya mengurangi perhatian
terhadap keluarganya atau menarik diri dari pergaulan.

b. Skizofrenia hebefrenik
Gejala yang menonjol adalah gangguan dalam proses berpikir, gangguan kemauan dan
adanya depersonalisasi. Gangguan psikomotor seperti perilaku lebih kekanak-kanakan
sering terdapat pada jenis ini.
c. Skizofrenia katatonik
Secara tiba-tiba atau perlahan-lahan penderita keluar dari keadaan stupor ini dan mulai
berbicara dan bergerak yang tidak semestinya. Gaduh gelisah katatonik ini terdapat
hiperaktivitas pada motoric individu, namun tidak disertai dengan emosi yang
semestinya dan tidak dipengaruhi oleh rangsangan dari luar.
d. Skizofrenia Paranoid
Jenis ini berbeda dari jenis-jenis lainnya dalam perjalanan penyakit. Skizofrenia
Paranoid Menurut Sumarjono (2010) Skizofrenia paranoid adalah orang yang
mempunyai kepercayaan atau menganggap sesuatunya aneh, ada yang ganjil, yang salah
tetapi tidak mau diluruskan. Dia biasanya bersikap curiga yang berlebihan pada orang
lain, sering menganggap dirinya diguna-guna orang lain.
e. Episode skizofrenia akut
Gejala skizofrenia ini muncul secara mendadak sekali dan biasanya pasien seperti
keadaan sedang bermimpi. Dalam keadaan ini biasanya pasien akan merasakan perasaan
seakan-akan dunia luar dan dirinya sendiri merasa berubah. Prognosisnya baik dalam
waktu beberapa minggu atau biasanya kurang dari enam bulan penderita sudah baik.
biasanya apabila kesadaran yang berkabut tadi hilang, maka akan muncul gejala-gejala
yang lainnya.
f. Skizofrenia residual
Skizofrenia residual merupakan keadaan skizofrenia dengan gejala primernya, tetapi
tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali
serangan skizofrenia menyerang (Maramis, 2008).
g. Skizofrenia skizoafektif
Pada skizofrenia skizoafektif ini gejala-gejala muncul secara bersamaan, juga gejala-
gejala depresi atau gejala-gejala mania. Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa
efek, tetapi mungkin juga timbul lagi serangan (Maramis, 2008).

2.5 Penatalaksanaan
a. Farmakologi
Antipsikotik konvensional menargetkan tanda-tanda positif dari skizofrenia, seperti
waham, halusinasi, gangguan berpikir, dan gejala psikotik lainnya, tetapi tidak memiliki
efek yang dapat diamati pada tanda-tanda negatif. Antipsikotik atipikal tidak hanya
mengurangi gejala positif tetapi juga, untuk banyak klien, mengurangi tanda-tanda
negatif dari kurangnya kemauan dan motivasi, penarikan sosial, dan anhedonia.
1) Tipikal
Antipsikotik tipikal memiliki potensi besar terjadinya efek samping
ekstrapiramidal. Semua antagonis reseptor dopamine tersedia dan dapat diberikan
dalam bentuk oral. Kecuali thioridazine, pimozide, dan molindone, semua
antipsikotik generasi pertama lainnya juga dapat diberikan secara Intravena.
Haloperidol dan fluphenazine dapat diberikan dalam bentuk Intravena dengan kerja
lama.(Chokhawala & Stevens, 2022)
Antipsikotik generasi pertama dikaitkan dengan efek samping
ekstrapiramidal yang signifikan. Klorpromazin adalah yang paling menenangkan,
sedangkan flufenazina, haloperidol, dan pimozide kurang menenangkan.
Antipsikotik generasi pertama juga dapat menurunkan ambang kejang, dan
klorpromazin dan thioridazine lebih bersifat epileptogenik daripada yang lain.
Haloperidol dapat menyebabkan irama jantung yang tidak normal, aritmia ventrikel,
gangguan irama jantung lebih dari 200-250x/menit, dan bahkan kematian mendadak
jika disuntikkan secara intravena. FGA lain dapat menyebabkan pemanjangan
interval QTc, kontraksi atrium dan ventrikel yang berkepanjangan, dan kelainan
konduksi jantunglainnya. Thioridazine memiliki peringatan yang didukung FDA
untuk kematian jantung mendadak. Efek samping yang disebabkan oleh blok alfa-
adrenergik ini biasanya terjadi saat memulai pengobatan, dan pasien sering
mengembangkan toleransi. Leukopenia, trombositopenia, dan diskrasia darah adalah
efek samping yang jarang dari pengobatan dengan FGA. Thioridazine dapat
menyebabkan pigmentasi retina, yang dapat berlanjut bahkan setelah penghentian
obat.(Chokhawala & Stevens, 2022).
2) Atipikal
Antipsikotik atipikal memiliki risiko lebih kecil menimbulkan efek efek samping
ekstrapiramidal. Ini dapat diberikan dalam bentuk oral atau parenteral. Risperidone,
olanzapine, aripiprazole, dan paliperidone tersedia dalam bentuk injeksi lepas-
panjang atau kerja-lama.(Chokhawala & Stevens, 2022) Antipsikotik generasi kedua
memiliki penurunan risiko efek samping ekstrapiramidal dibandingkan dengan
antipsikotik generasi pertama. Risperidone dikaitkan dengan pusing, kecemasan,
sedasi, dan efek samping ekstrapiramidal. Asenapine adalah yang paling mungkin
menyebabkan efek samping ekstrapiramidal. Efek samping quetiapine yang paling
umum adalah mengantuk, hipotensi ortostatik, dan pusing. Aripiprazole adalah efek
samping paling umum dari agitasi, sakit kepala, dan kegelisahan seperti akatisia.
(Chokhawala & Stevens, 2022)
b. Non Farmakologi
a) Terapi psikososial diberikan dengan tujuan agar penderita mampu kembali
beradaptasi dengan lingkungan sosial sekitarnya dan mampu merawat diri, mampu
mandiri tidak tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga
dan masyarakat. Penderita ini menjalani terapi psikososial hendaknya tetap
mengkonsumsi obat psikofarmaka sebagaimana juga hanya waktu menjalani
psikoterapi.
b) Psikoedukasi adalah suatu bentuk pendidikan ataupun pelatihan terhadap seseorang
dengan gangguan psikiatri yang bertujuan untuk proses treatment dan rehabilitasi
c) Independent Living Skills, Life skill merupakan keterampilan hidup yang sering juga
disebut kecakapan hidup adalah berbagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat
berperilaku positif dan beradaptasi dengan lingkungan yang memungkinkan
seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam hidupnya
sehari-hari secara efektif.
d) Dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh
dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang
lain yang dapat dipercaya.
2.6 Pohon Masalah dan Masalah Keperawatan

Halusinasi pendengaran Effect

Harga Diri Rendah Core


Problem

Isolasi Sosial Causa

2.7 Rentang Respon


Stuart (2013) menggambarkan respon neurobiologis skizofrenia sebagai berikut:

Respon Adaptif Respon Maldaptif

Pikiran logis Pikiran kadang Gangguan


Persepsi akurat menyimpang pikiran (waham)
Emosi konsisten Ilusi Halusinai
dengan Reaksi emosional Kesulitan untuk
pengalaman berlebihan atau memproses
Perilaku sesuai kurang emosi
Hubungan sosial Perilaku aneh atau Ketidakteraturan
tak lazim perilaku
Menarik diri Isolai sosial
2.8 Terapi Psikofarmaka Antipsikotik

a. Alasan menggunakan terapi farmakologi :


Menurut organisasi Kesehatan Dunia (2017) menyatakan bahwa prevalensi
paling tinggi pada gangguan jiwa umum yaitu salah satunya gangguan ansietas
dengan data yang didapatkan sebesar 3,6% dari populasi, dimana lebih dari 200 juta
orang di seluruh dunia menderita gangguan kecemasan. Dapat dilihat pada data
Riskesdas tahun 2018 yang menunjukkan bahwa prevalensi gangguan jiwa di
Indonesia semakin signifikan. Dari data Riskesdas menunjukkan bahwa terdapat
9,8% masalah kesehatan mental emosional (depresi dan kecemasan). Sehingga
terlihat bahwa adanya peningkatan sebanyak 6% jika dibandingkan dengan data
Riskesdas tahun 2013.
Farmakologi haloperidol didasarkan pada kemampuannya untuk menghambat
reseptor dopamin D2, sehingga memberikan efek antipsikotik. Haloperidol dapat
diabsorpsi hampir seluruhnya pada pemberian intravena dan intramuskular.
Resistensi haloperidol dapat terjadi pada treatment resistant skizofrenia. Haloperidol
adalah generasi pertama (antipsikotik tipikal) yang memberikan tindakan
antipsikotik dengan memblokir reseptor dopamin D2 di otak. Ketika 72% reseptor
dopamin diblokir, obat ini mencapai efek maksimalnya. [11] Haloperidol tidak
selektif terhadap reseptor D2. Ia juga memiliki tindakan pemblokiran noradrenergik,
kolinergik, dan histaminergik. Pemblokiran reseptor ini dikaitkan dengan berbagai
reaksi obat yang merugikan
b. Efek samping terapi Golongan Antipsikotik
Efek samping yang ditimbulkan relatif ringan salah satunya yaitu pengguna
akan mengalami kaku atau tegang pada otot, gemetar (tremor) atau mengiler, kantuk,
pusing, sulit BAK, gangguan tidur, kecemasan, penglihatan kabur, konstipasi, mual.
Penggunaan haloperidol dalam jangka panjang dapat menyebabkan tardive
dyskinesia. Kondisi ini bisa ditandai dengan gerakan otot muka yang tidak
terkendali, seperti lidah menjulur keluar atau gerakan mengunyah, atau tremor yang
tidak terkontrol
2.9 Terapi Haloperidol
a. Alasan pemberian terapi haloperidol
Haloperidol adalah obat antipsikotik generasi pertama (tipikal) yang
digunakan secara luas di seluruh dunia. Ini adalah antipsikotik tipikal karena bekerja
pada gejala positif skizofrenia, seperti halusinasi dan delusi. Haloperidol digunakan
secara luas di berbagai negara. Tersedia dalam berbagai formulasi. Untuk pemberian
oral, tersedia dalam bentuk tablet (0,5 mg, 1 mg, 2 mg, 5 mg, dan 10 mg) dan
konsentrat oral (2 mg/mL). Ini juga tersedia dalam formulasi semprotan
hidung. Haloperidol laktat tersedia dalam larutan parenteral kerja pendek (5 mg/mL)
yang disuntikkan secara intramuskular. Haloperidol decanoate tersedia untuk
persiapan intramuskular jangka panjang

2.10 Indikasi penggunaan obat berdasarkan kasus


Dosis harian haloperidol berkisar antara 2 hingga 60 mg , diberikan dalam dosis
terbagi. Dalam kebanyakan kasus, titrasi diperlukan untuk mencapai suatu efek. Dosis
parenteral harus lebih rendah dari dosis oral yang sesuai. Direkomendasikan misalnya 3mg
Po=2mg Haloperidol juga direkomendasikan dititrasi dosisnya pada individu dengn
gangguan hati dan atau ginjal. Karena pasien ini mungkin lebih rentan terhadap efek
samping.Karena efek sampingnya yang kuat, haloperidol saja(10-30 mg) Po di malam hari
atau dalam kombinasi dengan opioid.

2.11 Implikasi keperawatan terhadap terapi psikofarmaka yang diberikan

a. Pengaturan waktu dalam pemberian obat.


b. Pengaturan dosis obat secara bertahap
Misal :
Pada pasien dengan tingkat keparahan sedang, dosisnya adalah 0,5 hingga 2 mg
haloperidol per oral 2 hingga 3 kali sehari. Dosisnya tidak boleh melebihi 30 mg setiap
hari dalam kasus yang parah. Untuk mengendalikan agitasi akut pada pasien
skizofrenia, dosisnya adalah 2 hingga 5 mg haloperidol secara intramuskular setiap 4
hingga 8 jam
2.12 Rencana Intervensi Keperawatan
Rencana intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan yang mungkin mucul
pada skizofrenia yaitu:
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Halusinasi Persepsi Sensori Manajemen Observasi
pendengaran (L.09083) Halusinasi - Mengetahui
(D.0085) Setelah dilakukan (I.09288) perilaku yang
asuhan keperawatan Observasi mengindikasikan
selama 3 x 24 jam, - Monitor perilaku pasien mengalami
diharapkan gangguan yang mengindikasi halusinasi.
persepsi sensori: halusinasi. - Mengetahui isi
halusinasi - Monitor isi halusinasi pasien.
pendengaran dapat halusinasi Terapeutik Terapeutik
membaik. Dengan - Pertahankan - Lingkungan yang
kriteria hasil: lingkungan yang aman dapat
- Verbalisasi aman. memberikan rasa
mendengar bisikan - Diskusikan nyaman pada
menurun perasaan dan respon pasien.
- Perilaku halusinasi terhadap halusinasi. - Mengetahui
menurun - Hindari perdebatan perasaan dan
- Melamun menurun tentang validitas respon pasien.
- Konsentrasi halusinasi Edukasi - Memberikan rasa
meningkat - Anjurkan saling percaya.
memonitor sendiri Edukasi
situasi terjadinya - Agar pasien dapat
halusinasi. mengontrol ketika
- Anjurkan bicara terjadi halusinasi.
pada orang yang - Agar pasien dapat
dipercaya untuk mengurangi
memberikan terjadinya
dukungan dan halusinasi dengan
umpan balik korektif mengekspresikan
terhadap halusinasi. apa yang ia rasakan
- Anjurkan pada orang lain.
melakukan distraksi - Teknik relaksasi
(misal dapat memberikan
mendengarkan rasa ketenangan
music, melakukan pada pasien.
aktivitas, dan teknik - Agar pasien dapat
relaksi). mengetahui
- Ajarkan pasien cara bagaimana cara
mengontrol mengontrol
halusinasi. halusinasi.
Kolaborasi Kolaborasi
- Kolaborasi - Pemberian obat
pemberian obat anti antipsikotik dan
psikotik dan anti antiansietas akan
ansietas, jika perlu. memberikan
dampak
ketenangan pada
pasien.
Harga Diri Rendah Harga Diri Manajemen Observasi
(D.0086) (L.09069) Perilaku (I.12463) - Dengan
Setelah dilakukan Observasi mengidentifikas
asuhan keperawatan - Identifikasi i harapan pasien
selama 3 x 24 jam harapan untuk bisa untuk
diharapkan harga diri mengendalikan mengetahui
meningkat. perilaku seberapa besar
Dengan kriteria hasil: Terapeutik harapan pasien
- Penilaian diri - Diskusikan untuk
positif meningkat tanggung jawab mengendalikan
- Perasaan memiliki terhadap perilaku perilaku
kelebihan atau - Jadwalkan Terapeutik
kemampuan positif kegiatan - Dengan
meningkat terstruktur mendiskusikan
- Penerimaan - Ciptakan tanggung jawab
penilaian positif lingkungan dan agar pasien
terhadap diri kegiatan mempunyai
sendiri meningkat perawatan tanggung jawab
- Minat mencoba hal konsisten setiap atas diri sendiri
baru meningkat dinas - Dengan
- Perasaan malu - Tingkatkan menjadwalkan
menurun aktivitas fisik kegiatan agar
- Perasan tidak sesuai pasien
mampu melakukan kemampuan mengikuti
apapun menurun - Beri penguatan kegiatan secara
positif terhadap teratur
keberhasilan - Dengan
mengendalikan menciptakan
perilaku lingkungan dan
perawatan yang
konsisten pasien
dapat
melakukan
kegiatan dan
perawatan
dengan nyaman
dan teratur
- Dapat membuat
pasien
beraktivitas dan
mempunyai
kegiatan
- Dengan
penguatan
positif membuat
pasien menjadi
lebih semangat
Isolasi Sosial Keterlibatan social Promosi sosialisasi Observasi
(D.0121) (L.13116) (I.13498) - Dengan
Setelah dilakukan Observasi Mengidentifikasi
asuhan keperawatan - Identifikasi kemampuan
selama 3 x 24 jam kemampuan melakukan
diharapkan melakukan interaksi dengan
keterlibatan sosial interaksi dengan orang lain dapat
meningkat. orang lain menentukan
Dengan kriteria hasil: - Identifikasi dalam pemberian
- Minat interaksi hambatan SP(strategi
meningkat melakukan pelaksanaan)
- Verbalisasi sosial interaksi dengan - Membantu pasien
meningkat orang lain mengatasi
- Perilaku menarik Terapeutik hambatan dalam
diri menurun - Motivasi melakukan
meningkatkan interaksi dengan
keterlibatan orang lain
dalam suatu Terapeutik
hubungan - Melibatkan
- Motivasi pasien dalam
berpartisipasi suatu hungan
dalam aktivitas dapat membantu
baru masalah pasien
- Diskusikan dalam
perencanaan berinteraksi
kegiatan di masa dengan orang lain
depan - Dengan
- Berikan umpan berpartisipasi di
balik positif pada lingkungan baru
setiap pasien dapat
peningkatan menurunkan
kemampuan minat dalam
Edukasi menarik diri
- Anjurkan - Mengetahui
berinteraksi harapan positif
dengan orang lain pasie di waaktu
secara bertahap mendatang
- Apresiasi positif
yang diberikan
kepada pasien
dapat
meningkatkan
rasa percaya diri
pasien
Edukasi
- Dengan
berinteraksi
secara bertahap
dengan orang lain
agar pasien
terbisa membina
hubungan yang
sehat dengan
orang lain.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA

RUANG RAWAT: TANGGAL DIRAWAT / Jam :

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn R (L) Tanggal Pengkajian /jam: 24-10-2022/09.00 WIB
Umur : 28 Tahun RM No. : x246xx79
Alamat : Kalisongo, Malang
Pekerjaan : Buruh pabrik
Pendidikan: SMA
Status : Belum menikah
Informan : Tn. K (kakak pasien)

II. ALASAN MASUK


Ds. • Klien mengatakan mengalami gejala paranoid
• Klien mengatakan selalu ada yang menyuruh melakukan ide-ide yang aneh
• Klien mengatakan sering mendengar suara yang menghina dirinya
• Klien mendengar suara menyuruh melakukan yang berbahaya
Do. • Klien tampak bicara sendiri
• Kllien tampak sering melamun
• Klien tampak marah marah tanpa sebab
• Klien tampak menyedengkan telinga ke arah tertentu
• Klien tampak terkadang menutup telinga
• Klien tampak mengalami tremor
• Klien tampak mengalami kaku otot
• Klien tampak ada kesulitan saat berbicara
• Klien tampak tidak dapat mengontrol gerakan tubuhnya

III. FAKTOR PRESIPITASI/ RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Tn. K selaku keluarga mengatakan Tn. R rutin minum obat antipsikotik yaitu Haloperidol yang
digunakan untuk mengatasi gejala psikotik karena terdiagnosis skizofernia paranoid. Namun, dalam
beberapa minggu terakhir, Tn. R mulai mengalami gejala ekstrapiramidal yang mengganggu. Tn. K
mengatakan bahwa Tn. R mengalami tremor, kaku otot, kesulitan berbicara, dan gerakan tubuh yang
tidak terkontrol. Tn. K berpikir gejala ini kemungkinan disebabkan oleh efek samping dari Haloperidol,
yang dapat memengaruhi sistem saraf otonom dan menyebabkan gangguan gerakan pada Tn. R.

IV. FAKTOR PREDISPOSISI


➢ RIWAYAT PENYAKIT LALU
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? ✓ ya tidak

Bila ya jelaskan: Klien sudah terdiagnosis menderita skizofernia paranoid dari beberapa tahun
yang lalu, dan sudah diberikan obat antispikotik yaitu haloperidol
2. Pengobatan sebelumnya Berhasil ✓ Kurang Berhasil Tidak Berhasil
3. Pernah mengalami penyakit fisik (termasuk gangguan tumbuh kembang) ya ✓ tidak

Bila ya jelaskan: klien tidak pernah mengalami penyakit fisik dan gangguan tumbuh kembang

➢ RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Pelaku/ usia Korban/ usia Saksi/ usia
1. Aniaya fisik 22 tahun
2. Aniaya seksual
3. Penolakan
4. Kekerasan dalam keluarga
5. Tindakan kriminal

Jelaskan : klien mengalami riwayat psikososial aniaya fisik sebagai korban

6. Pengalaman masa lalu lain yang tidak menyenangkan (bio, psiko, sosio, kultural, spiritual):
Klien mengalami masalah pada psikologis yaitu klien merasa dirinya selalu direndahkan saat
bekerja di pabrik

Diagnosa Keperawatan: Harga diri rendah

7. Kesan Kepribadian klien: extrovert ✓ introvert lain-lain: tidak ada

➢ RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

1. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa? ya ✓ tidak


Hubungan keluarga Gejala Riwayat Pengobatan/ perawatan
_______________________ __________________________ ___________________________
_______________________ __________________________ ___________________________
Diagnosa Keperawatan: tidak terdapat masalah keperawatan

V. STATUS MENTAL

1. Penampilan
✓ tidak rapi ✓ penggunaan pakaian Cara berpakaian tidak seperti
tidak sesuai biasanya
Jelaskan : Klien selalu ada yang menyuruh melakukan ide-ide yang aneh, jadi klien memakai
pakaian yang aneh yang tidak seharusnya dipakai, dan tidak merawat dirinya
Diagnosa Keperawatan: defisit perawatan diri

2. Kesadaran
➢ Kwantitatif/ penurunan kesadaran]
✓ compos mentis apatis/ sedasi somnolensia
sopor subkoma koma

➢ Kwalitatif
tidak berubah berubah
meninggi gangguan tidur: sebutkan tidak ada
hipnosa disosiasi: sebutkan tidak ada

3. Disorientasi
waktu tempat orang

Jelaskan : klien tidak mengalami masalah tentang disorientas waktu, tempat maupun orang
Relasi Tidak ada masalah
Orientasi Klien mengatakan ada orang yang menyuruh melakukan hal-hal yang aneh
Klien mengatakan ada orang yang selalu menghina dirinya
Limitasi Tidak ada
Diagnosa Keperawatan: Halusinasi pendengaran

4. Aktivitas Motorik/ Psikomotor


Kelambatan:
hipokinesia, hipoaktivitas sub stupor katatonik
katalepsi flexibilitas serea

Peningkatan:
✓ hiperkinesia, hiperaktivitas gaduh gelisah katatonik
TIK grimase ✓ tremor gagap
stereotipi mannarism katalepsi akhopraxia
command automatism atomatisma nagativisme reaksi konversi
verbigerasi berjalan kaku/ rigit kompulsif lain-2 sebutkan

5. Afek/ Emosi
✓ adequat tumpul dangkal/ datar labil
inadequat anhedonia marasa kesepian eforia
ambivalen apati marah depresif/ sedih
cemas: ringan sedang berat panik

Jelaskan : Klien afek emosi yang sesuai dengan stimulus yang ada
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

6. Persepsi
✓ halusinasi ilusi depersonalisasi derealisasi

Macam Halusinasi
✓ pendengaran penglihatan perabaan
pengecapan penghidu/ pembauan lain-lain, sebutkan...................

Jelaskan : klien mengatakan selalu mendengar suara untuk melakukan hal hal aneh, klien
mengatakan selalu ada yang menghina dirinya
Diagnosa Keperawatan: Halusinasi pendengaran

7. Proses Pikir
➢ Arus Pikir
✓ koheren inkoheren asosiasi longgar
fligt of ideas blocking pengulangan pembicaraan/ persevarasi
tangansial sirkumstansiality logorea
neologisme bicara lambat bicara cepat irelevansi
main kata-kata afasi assosiasi bunyi lain2 sebutkan..

Jelaskan : Klien untuk kalimat/pembicaraan dapat dipahami dengan baik, walaupun sedikit
susah berbicara
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

➢ Isi Pikir
✓ obsesif ekstasi fantasi
bunuh diri ideas of reference pikiran magis
alienasi isolaso sosial rendah diri
preokupasi pesimisme fobia sebutkan.........................
waham: sebutkan jenisnya
agama somatik, hipokondrik kebesaran curiga
nihilistik sisip pikir siar pikir kontrol pikir
kejaran dosa

Jelaskan : Klien mengatakan selalu ada orang yang menyuruh untuk melakukan hal-hal yang
aneh
Diagnosa Keperawatan: Halusinasi pendengaran

➢ Bentuk Pikir
realistik ✓ nonrealistik
autistik dereistik

8. Memori
gangguan daya ingat jangka panjang gangguan daya ingat jangka pendek
gangguan daya ingat saat ini amnesia, sebutkan.........................
paramnesia, sebutkan jenisnya........................................................
hipermnesia, sebutkan ...................................................................
Jelaskan : klien tidak mengalami masalah pada memori
Diagnosa Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

9. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung


mudah beralih tidak mampu berkonsentrasi tidak mampu berhitung sederhana

Jelaskan : klien tidak mengalami masalah tentang konsentrasi dan berhitung


Diagnosa Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

10. Kemampuan Penilaian


gangguan ringan gangguan bermakna

Jelaskan : klien tidak mengalami masalah kemampuan penilaian


Diagnosa Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

11. Daya Tilik Diri/ Insight


mengingkari penyakit yang diderita menyalahkan hal-hal diluar dirinya

Jelaskan : klien tidak mengalami masalah daya tilik diri


Diagnosa Keperawatan: tidak ada maslah keperawatan

12. Interaksi selama Wawancara


bermusuhan tidak kooperatif mudah tersinggung
✓ kontak mata kurang defensif curiga

Jelaskan : Klien tidak mau menatap lawan bicara, klien hanya menunduk dan cenderung
menynediri
Diagnosa Keperawatan: isolasi sosial

VI. FISIK
1. Keadaan umum: Compos mentis
2. Tanda vital: TD:120/83 mmHg N:83 x/menit S:36˚C P:22 x/menit
3. kur: TB: 172 cm BB:66 kg turun naik
4. Keluhan fisik: tidak ✓ ya
Jelaskan: klien merasa tremor, kaku otot, kesulitan berbicara, dan gerakan tubuh yang tidak
terkontrol.
5. Pemeriksaan fisik:
Jelaskan : klien merasa tremor, kaku otot
Diagnosa Keperawatan : Gangguan mobilitas fisik

VII. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (sebelum dan sesudah sakit)


1. Konsep Diri
a. Citra tubuh : Klien mengatakan tidak ada kekuragan dibagian tubuhnya
b. Identitas : Klein mengatakan statusnya belum menikah
c. Peran : Klien mengatakan bahwa perannya sebagai anak terakhir di keluarganya
d. Ideal diri : Klien ingin sembuh dari penyakit yang dideritanya
e. Harga diri : Klien menarik diri, selalu ada orang yang menghina dirinya
Diagnosa Keperawatan : harga diri rendah

2. Genogram
P

: laki laki

: Perempuan
P
: pasien

: garis keturunan

: Garis perkawinan

: meninggal

: Garis satu rumah

3. Hubungan Sosial
a. Hubungan terdekat :
Klien mengatakan orang yang terdekat dengannya dirumah adalah ibunya, tetapi setelah ibunya
meninggal klien dekat dengan kakaknya saja, tidak memiliki teman dekat
b. Peran serta dalam kelompok/ masyarakat
Klien berdiam diri dirumah saja
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien lebih memilih murung dan menyendiri dirumah, merasa tidak percaya diri dengan dirinya
sendiri
Diagnosa Keperawatan: isolasi sosial dan harga diri rendah

4. Spiritual dan kultural


a. Nilai dan keyakinan
Klien beragama islam
b. Konflik nilai/ keyakinan/ budaya
Tidak ada
c. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan bahwa ia sholat namun tidak 5 waktu
DiagnosaKeperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

VIII. AKTIVITAS SEHARI-HARI (ADL)

1. Makan
✓ Bantuan minimal Sebagian Bantuan total

2. BAB/BAK
✓ Bantuan minimal Sebagian Bantuan total

3. Mandi
✓ Bantuan minimal Sebagian Bantuan total

4. Berpakaian/berhias
✓ Bantuan minimal Sebagian Bantuan total

5. Istirahat dan tidur


Tidur siang lama : 13.00 WIB s/d 14.00 WIB
Tidur malam lama : 22.00 WIB s/d 04.00 WIB
Aktivitas sebelum / sedudah tidur : _____________________ s/d _____________________

6. Pengginaan obat
Bantuan minimal ✓ Sebagian Bantuan total
Jelaskan: Klien minum obat psikotik (terdiagnosis menderita skizofernia paranoid), haloperidol,
reaksi beberapa minggu terakhir ini mengatakan adanya gejala ekstrapiramidal yang mengganggu. Tn.
K mengatakan bahwa Tn. R mengalami tremor, kaku otot, kesulitan berbicara, dan gerakan tubuh
yang tidak terkontrol.

7. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan Lanjutan ✓ Ya Tidak
Sistem pendukung Ya Tidak

8. Aktivitas di dalam rumah


Mempersiapkan makanan Ya ✓ Tidak
Menjaga kerapihan rumah Ya ✓ Tidak
Mencuci pakaian Ya ✓ Tidak
Pengaturan keuangan Ya ✓ Tidak

9. Aktivitas di luar rumah


Belanja Ya ✓ Tidak
Transportasi Ya ✓ Tidak
Lain-lain Ya ✓ Tidak

Jelaskan : Klien lebih sering berdiam diri dirumah dengan melakukan hal hal yang aneh
Diagnosa Keperawatan: Isolasi sosial

IX. MEKANISME KOPING


Adatif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum Alkohol
Mampu menyelesaikan masalah ✓ Reaksi lambat / berlebih
Teknik relokasi Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
Olah raga Mencederai diri
Lainnya ...................... Lainnya: melakukan hal hal aneh
Diagnosa Keperawatan : Halusinasi pendengaran

X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Masalah dengan dukungan kelompok, uraikan
______________________________________________________________________________
✓ Masalah berhubungan dengan lingkungan, uraikan
Klien merasa banyak yang menghina dirinya (bisikan)
Masalah dengan pendidikan, uraikan
______________________________________________________________________________
Masalah dengan pekerjaan, uraikan
______________________________________________________________________________
Masalah dengan perumahan, uraikan
______________________________________________________________________________
Masalah dengan ekonomi, uraikan
______________________________________________________________________________
Masalah dengan pelayanan kesehatan, uraikan
______________________________________________________________________________
Masalah lainnya, uraikan
______________________________________________________________________________
Diagnosa Keperawatan : Halusinasi pendengaran

XI. KURANG PENGETAHUAN TENTANG


Penyakit jiwa Sistem pendukung
✓ Faktor presiptasi Penyakit fisik
✓ Koping ✓ Obat-obatan
Lainnya _______________________________________________________________________
Diagnosa Keperawatan : Defisit Pengetahuan

XII. ASPEK MEDIK


Diagnosa medik : F.20.1 Skizofernia Paranoid

Terapi medik : Haloperidole 5 mg 1-0-1 tab


XIII. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
Halusinasi pendengaran
Harga diri rendah
Isolasi sosial
Defisit pengetahuan

ANALISA DATA

No Hari/Tanggal Data Etiologi Masalah


1 Selasa, DS: Halusinasi Gangguan
24-10-2023 - Pasien Pendengaran Persepsi Sensori
mengatakan (D.0085)
selalu
mendengar
bisikan-bisikan
yang menyuruh
untuk
melakukan ide-
ide yang aneh,
berbahaya, dan
suara-suara
yang menghina

DO:
- Pasien tampak
bicara sendiri
- Pasien tampak
menyendengkan
telinga kearah
tertentu
- Pasien tampak
menutup telinga
- Pasien diberikan
obat anti
psikotik
Haloperidol
5mg

DIAGNOSIS KEPERAWATAN PRIORITAS

1. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran (D.0085)


IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tgl Implementasi Evaluasi
Selasa, Tindakan Keperawatan S:
24-10- - Menyapa dan memberi salam pada klien klien tampak masih mendengar
2023 - Memperkenalkan diri bisikan untuk melakukan hal-
- Menanyakan nama klien hal aneh pada sore hari
- Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
- Kontrak (waktu, tempat, dan topik) O:
- Mengidentifikasi jenis halusinasi klien - Klien tampak kesulitan
- Mengidentifikasi isi halusinasi klien untuk berbicara
- Mengidentifikasi waktu halusinasi klien - Gerakan tubuh yang
- Mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien tidak terkontrol
- Mengidentifikasi situasi yang dapat menimbulkan - Klien tampak tremor,
halusinasi klien kaku otot
- Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi - Klien mampu
- Mengajarkan klien menghardik halusinasi menghardik
- Memberikan terapi obat dengan kolaborasi dengan
dokter yitu obat haloperidol A:
Halusinasi Pendengaran (+)

P:
- Mengidentifikasi isi,
frekuensi, waktu terjadi,
situasi pencetus, perasaan
dan respon halusinasi
- Menghardik 3xsehari
Rabu, Tindakan Keperawatan S:
25-10- - Mengevaluasi kegiatan yang lalu SP1 Klien mengatakan masih
2023 - Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan mendengar bisikan untuk
cara bercakap-cakap dengan orang lain melakukan hal-hal aneh dan
- Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal ketika halusinasi muncul klien
kegiatan harian selalu menghardik seperti yang
- terapi obat dengan kolaborasi dengan dokter yitu diajarkan perawat
obat haloperidol
O:
- Klien tampak kesulitan
untuk berbicara
- Gerakan tubuh yang
tidak terkontrol
- Klien tampak tremor,
kaku otot
- Klien tampak berbicara
sendiri
- Klien mampu untuk
menghardik sendiri
- Klien tampak tenang
bercakap-cakap dengan
perawat

A:
Halusinasi Pendengaran (+)
P:
Pertahankan SP 1 dan SP 2
lanjutkan SP 3
Kamis, Tindakan Keperawatan S:
26-10- - Mengevaluasi kegiatan SP 1 dan SP 2 - Klien mengatakan setiap
2023 - Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan halusinasi klien muncul,
cara melakukan kegiatan klien selalu menghardik
- Menganjurkan klien memasukkan kedalam jadwal seperti yang diajarkan
kegiatan harian perawat
- Klien mengatakan sudah
bercakap-cakap dengan
orang lain saat halusinasi
klien muncul
- Klien mengatakan senang
diberi kegiatan
- Klien menghardik sudah
memasukkan menghardik
dan bercakap-cakap
kedalam jadwal kegiatan

O:
- Klien tampak dapat
melakukan hal yang
diajarkan perawat ketika
disuruh mengulang
kegiatan kemarin yang
dilakukan pada SP 1 dan
SP 2

A : Halusinasi Pendengaran (+)

P :Pertahankan SP 1, 2, dan 3
DAFTAR PUSTAKA

Chokhawala, K. and Stevens, L. 2022, Antipsychotic Medications.


Mubin, M. Fatkhul. 2015. “Faktor Risiko Kekambuhan Pada Pasien Skizofrenia Paranoid.”
Jurnal Keperawatan Jiwa 3(2):137–40.
Nurcahyo, Handa Tri, Ririn Nasriati, and Filia Icha Sukamto. 2022. “Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Skizofrenia Dengan Masalah Keperawatan Harga Diri Rendah Kronis Di Ruang
Sena Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainudin Surakarta.” Health Sciences Journal
6(1):30. doi: 10.24269/hsj.v6i1.1153.
Paramitha, Ida Ayu. 2017. “Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka.” Convention Center Di Kota
Tegal 6–37.
Stuart, G. W. (2013). Principle and practice of Psychiatric nursing, 10th Edition. St. Louis.
Canada: MOSBY ELSEVIER.
Stuart, Gail W. (2013). Buku Saku Keperawattan Jiwa. Edisi 5. Jakarta : EGC.
Romas, M. Z., & Widiantoro, F. W. (2022). Studi Kasus Penderita Skizofrenia Paranoid. Jurnal
Psikologi, 18(1).

Sari, D. D., Mayasari, D., & Graharti, R. (n.d.). Skizofrenia Paranoid pada Laki-laki Usia 45 Tahun
dengan Penatalaksanaan Holistik Kedokteran Keluarga: Laporan Kasus.

Anda mungkin juga menyukai