PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan di masyarakat pada umumnya dapat menyejukan dan
menyedihkan. Apabila seseorang mempunyai gangguan mental yang disebut
skizofrenia yang oleh masyarakat awam banyak disebut “gila”. Hal ini dapat
dipahami karena salah satu unsur manusia yang tergabung dalam bio, psiko,
sosial, spiritual dan kultural terganggu. Gejala ini tidak hanya di anggap
sebagai bencana bagi dirinya sendiri akan tetapi juga bagi lingkungannya
mulai dari keluarga teman-temannya masyarakat di sekelilingnya. (Majalah
psikiatri “Jiwa” tahun 1995 : 49).
Sementara itu angka gangguan jiwa di Indonesia pada tahun 2000
diperkirakan meningkat satu perseribu penduduk. Gangguan jiwa psikosa di
Indonesia diperkirakan 1-3 perseribu penduduk, sedangkan angka gangguan
jiwa neurosia termasuk neurosis cemas obsetif dan histeris serta gangguan
jiwa psikosomatik sebagai akibat tekanan hidup berkisar antara 20-60 per
seribu penduduk (Maramis, 1996; 98). Salah satu gangguan jiwa psikosa
adalah skizofrenia akut.
Gangguan psikotik akut skizofrenia akut merupakan suatu gangguan
psikotik akut dengan gejala-gejala psikokotik yang secara koperatif bersifat
cukup setabil dan memenuhi kreteria untuk skizofrenia tetapi hanya
berlangsuyng kurang dari satu bulan lamanya (PPDGJ III, 1993 hal 128).
B. Batasan Masalah
Penggolongan dari gangguan jiwa begitu banyaknya. Sedangkan dari
penulisan mengalami keterbatasan dalam hal waktu, kemampuan,
pengetahuan, serta biaya. Maka penulis membatasi laporan ini hanya pada
asuhan keperawatan pada klien dengan skizofernia hebefrenik berkelanjutan
di rumah sakit Jiwa Daerah Menur di Surabaya.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh pengalaman nyata dan memgembangkan pola
pikir ilmiah dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus medis
skizofrenia hebefrenik berkelanjutan dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menyusun konsep dasar teori dan asuhan keperawatan pada
klien dengan diagnosa medis skizofrenia hebefrenik berkelanjutan.
b. Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien melalui tahapan
proses perawatan yang terdiri dari pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
c. Mampu mendokumentasi hasil asuhan keperawatan.
d. Mampu membandingkan, mengidentifikasikan serta menyimpulkan
dan merumuskan kesenjangan yang ada antara konsep dasar dengan
kasus nyata dilapangan.
e. Dapat memberikan sumbangan pikiran dalam taraf sederhana secara
ilmiah untuk mengembangkan asuhan keperawatan dengan kasus
medis skizofrenia hebefrenik berkelajutan bagi sama profesi.
D. Metode Pemikiran
Dalam penyusunan laporan ini, penulis memperoleh data yang
diperlukan dengan menggunakan beberapa metode yaitu :
3. Metode diskriptif
Metode sifatnya mengungkapkan peristiwa atau gejala yang terjadi waktu
sekarang.
4. Studi kepustakaan
Mengumpulkan data melalui bahan ilmiah dari buku-buku yang ada
hubungannya dengan kasus skizofrenia berkelanjutan.
5. Wawancara dan observasi
Suatu proses komunikasi dan pengamatan langsung untuk memperoleh
atau mendapatkan data dan informasi yang tepat dari klien, dengan
komunikasi verbal
6. Studi dokumentasi
Suatu cara untuk memperoleh data dengan cara mempelajari status klien,
catatan keperawatan, catatan medis, dan hasil dari pemeriksaan penunjang
lainnya.
F. Jenis Data
d. Data Primer
Data yang diperoleh langsung dengan wawancara serta observasi dari
klien.
e. Data Sekunder
1. Tenaga kesehatan seperti dokter, perawat, psikolog dan tenaga pekerja
sosial.
2. Catatan yang dibuat oleh tenaga kesehatan dalam bentuk dokumentasi
medik.
3. Hasil-hasil pemeriksaan penunjang hasil-hasil laboratorium.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan studi kasus ini dibagi dalam empat bab yang disusun
sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
BAB II Tinjauan Pustaka
BAB III Tinjauan Kasus
BAB IV Penutup
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
a. Skizofrenia
Skizofrenia yaitu sekelompok gangguan psikosis dengan gejela
terpecahnya unsur-unsur kepribadian (proses berfikir, afek / emosi,
kemauan dan psikomotor) yang mulai timbul pada usia kurang dari 45
tahun (UPF, 94 : 37).
b. Skizofrenia Hebefrenik
Skizofrenia Hebefrenik dimana permulaannya perlahan atau sub
akut dan sering timbuk pada masa remaja atau antara usia 15-25 tahun.
Gejala yang mencolok adalah gangguan adanya depersonalisasi,
gangguan psikomotor seperti prilaku kekanak-kanakan yang sering
terdapat pada hebefrenik (W.F. Maramis, 1995, 99).
c. Hubungan sosial dengan perilaku menarik diri
Menarik diri adalah suatu tindakan melepas diri dari alam
sekitarnya, individu tidak minat dan perhatian terhadap lingkungan
sosial secara langsung. Dengan menarik diri tersebut klien kurang
berespon terhadap orang lain maupun lingkungannya sehingga
mengakibatkan kegagalan dalam membina hubungan dengan orang
lain. Dimana individu tersebut mampu mempengaruhi, mengubah
perilaku individu yang lain dan alam sekitarnya.
2. Etiologi
a. Teori keturunan
1). Faktor keturunan
Faktor keturunan ternyata juga berpengaruh. Hal ini telah
dibuktikan melalui penelitian tentang keluarga skizofrenia dan
keturunannya. Bagi anak dengan salah satu orang tua menderita
skizofrenia kemungkinan menderita 7-16%. Bila kedua orang tua
menderita skizofrenia 40-60%. Bagi saudara kandung 7-15%.
Namun pengaruh ini dapat kuat atau lemah tergantung juga faktor
lingkungan.
2). Endokrin
Skizofrenia mungkin terjadi karena gangguan endokrin teori
muncul dengan timbulnya skizofrenia sewaktu puberitas,
kehamilan, puerperium maupun klimakterium. Tetapi hal ini
belum dapat dibuktikan.
3). Metabolisme
Teori ini muncul karena umumnya penderita skizofrenia
tampak pucat dan tidak sehat. Hipotesa ini tidak dibenarkan oleh
para sarjana. Belakangan ini teori ini mendapat perhatian lagi
berhubungan dengan afek penggunaan obat-obatan halusinogenik
yang mirip dengan gangguan skizofrenia tetapi reversibel.
4). Susunan saraf pusat
Ada yang mencari penyebab ke arah kelainan patologis ini
ditemukan sebagai akibat perubahan post mortem atau artefact
sewaktu membuat sediaan.
b. Teori psikogenik
1). Teori Adoft Mayer
Skizofrenia tidak timbul, sebagai penyakit badaniah. Namun
penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya skizofrenia.
Skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah atau maladaptasi.
Oleh karena itu timbul suatu disorganisasi kepribadian yang lama
kelamaan individu itu akan menjauhkan diri dari kenyataan.
2). Teori Sigmund Freud
Pada skizofrenia terdapat :
1.1 Kelemahan ego yang dapat timbul karena penyebab
psikogenik ataupun somatik.
1.2 Super ego dikesampingkan dan idlah yang berkuasa.
1.3 Kehilangan kapasitas untuk pemindahan (transference)
sehingga dapat terapi psikonalitik tidak mungkin.
3). Eugen Bleuler
Menganjurkan penggunaan istilah skizofrenia yang lebih
menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu jiwa yang terpecah
belah. Adanya disharmoni antara proses berfikir, perasaan dan
perbuatan. Gejala primer skizofrenia terdapat pada gangguan
proses pikir, gangguan emosi, gangguan kemauan otisme.
Sedangkan gejala sekunder berupa waham, halusinasi, gangguan
psikomotor utamanya gejala katatonik.
c. Teori yang lain
1). Skizofrenia sebagai suatu sindroma yang disebabkan oleh berbagai
macam sebab antara lain : keturunan, pendidikan yang salah,
tekanan jiwa.
2). Suatu gangguan psikosomatis. Gejala yang nampak pada badan
hanya sekunder, karena gangguan dasar yang psikogenik.
3. Patofisiologi
Krilin dan Bleuler mengajukan suatu hipotesa bahwa keadaan
neuropatologi tertentu merupakan penyebab dari timbulnya skizofrenia,
maka dengan datangnya kemajuaan ilmu kesehatan yang di dukung oleh
kecanggihan peralatan medis maka banyak dilakukan penelitian dengan
menggunakan CT-Scan, penelitian diawali oleh Jhon Ston (1976-1978)
dengan dilanjutkan oleh beberapa tokoh sampai sekarang dan banyak
dilakukan oleh para peneliti adanya kelainan gambaran CT-Scan kepala
klien skizofrenia dan yang paling sering dikemukakan adalah adanya
pelebaran ventrikel baik lateralis maupun vent rikel III, juga adanya atropi
dari kortek serebri terutama daerah prefromtal, juga pernah dilaporkan
adanya kalianan patologi atau vermis serebelum pada klien skizofrenia
tetapi masih banyak juga para peneliti yang tidak menemukan adanya
kelainan dengan CT-Scan pada klien skizofrenia. Tetapi walaupun dengan
hasil pemeriksaan tersebut belum bisa menerangkan dengan pasti
patofisiologi dari timbulnya skizofrenia.
4. Gejala Klinik
Gejala-gejala khas yang meliputi berbagai hal psikologis terdiri dari
beberapa aspek yaitu :
a. Isi pikiran : gangguan utama pada isi pikir ialah waham yang
seringkali majemuk, terpecah atau aneh, misalnya berupa waham kerja
dan waham yang menyangkut dirinya (delusion of reference).
b. Bentuk pikiran : adanya gangguan pikiran formal, berbentuk sebagai
assosiasi longgar, inkoherensi, kemiskinan pembicaraan dan lain-lain.
c. Persepsi : gangguan utama adalah berbagai jenis halusinasi, tetapi
yang paling sering adalah halusinasi dengar.
d. Afek : sering sekali berupa afek yang datar atau tidak serasi.
e. Rasa kesadaran diri : sering bermanifestasi sebagai rasa perpleksitas
yang parah tentang identitas dirinya dan maka eksistensinya.
f. Dorongan kehendak (volition) : gangguan dapat berupa minat atau
dorongan yang tidak adekuat.
g. Hubungan dengan dunia luar : sering terjadi kecenderungan untuk
menarik diri dari dunia luar, berfreokupasi pada ide atau fantasi yang
ego sentrik dan apabila keadaanya parah, maka jatuh ke dalam
keadaan autisme.
h. Tingkah laku psikomotor : gangguan tingkah laku psikomotor bisa
beraneka ragam, dapat berupa berkurangnya gerakan dan aktivitas
spontan atau dapat pula berupa gerakan motorik yang berlebihan.
i. Gambaran penyerta : hampir semua gejala dapat timbul tampak
kehilangan akal, berpakaian atau berdadan eksentrik, aktivitas motorik
yang tidak wajar afek tidak menyenangkan, depersonalisasi,
derealisasi dan gangguan yang mirip wahan yang mengangkut dirinya.
Gambaran utama pada skizofrenia tipe hebefrenik adalah berupa :
1). Inkoherensi yang jelas.
2). Afek datar, tak serasi atau ketolol-tololan.
3). Sering di sertai tertawa-tawa kecil atau senyum tak wajar.
4). Waham atau halusinasi yang terpecah-pecah.
Gambaran penyerta yang sering dijumpai adalah :
1). Menyeringai, pelegakan (mannerism) berkelakar.
2). Kecenderungan untuk menarik diri secara ektrem dari
hubungan sosial.
3). Berbagai perilaku tanpa tujuan.
5. Jenis skizofrenia
a. Skizofrenia simplex
1). Timbul pertama kali pada masa puberitas.
2). Gejala utama emosi yang dangkal dan kemauan menurun.
3). Tidak pernah terdapat waham, halusinasi dan tidak menunjukkan
tanda-tanda psikotik yang jelas seperti kelompok skizofrenia.
4). Pertama kali menarik diri dari pergaulan semakin lama semakin
mundur dalam pekerjaan, akhirnya jadi pengangguran,
pengemis, penjahat atau gelandangan.
5). Oneet kronis.
6). Prognosa : paling jelek.
b. Skizofrenia hebefrenik
Permulaannya perlahan-lahan dan sering timbul pada masa remaja /
antara 15-25 tahun.
Gejala utama :
1). Gangguan bentuk pikiran.
2). Gangguan inkoherensi yang jelas.
3). Waham yang aneh.
4). Tingkah laku kekanak-kanakan.
5). Efek emosi datar, inade kuat.
Gejala tambahan :
1). Gangguan psikomotor.
2). Menyeringai, berkelakar, menarik diri.
3). Oneet penyakit : sub akut-kronis
4). Prognosa : jelek.
c. Skizofrenia katatonik
Usia 15-30 tahun. Biasanya bersifat akut, didahului dengan stres
emosional.
Macam : 1). Stupor katatonik
- Tidak ada perhatian dengan
lingkungannya.
- Emosi dangkal
2). Gaduh gelisah katatonik
Terdapat hiperaktivitas motorik dan tak di sertai
emosi dan tidak dipengaruhi oleh lingkungannya.
d. Skizofrenia paranoid
Usia lebih dari 30 tahun. Gejala yang jelas waham primer, waham
sekunder dan halusinasi. Terdapat gangguan pada proses berfikir, afek
emosi, kemauan. Sering menyerang orang berkepribadian skizoid
(mudah tersinggung suka menyendiri).
e. Episode skizofrenia acut
Timbul mendadak sebab dan klien seperti dalam keadaan mimpi.
Kesadarannya mungkin berkabut sehingga dapat timbul perasaan
seakan-akan dunia luar maupun dirinya berubah.
Prognosa baik dalam beberapa minggu, dan kurang dari 6 bulan klien
sudah baik.
f. Skizofrenia residual
Keadaan skizofrenia dengan gejala primer Bleuler, tapi tidak jelas
adanya gejala sekunder. Keadaan ini timbul setelah beberapa kali
serangan skizofrenia.
g. Skizofrenia afektif
Disamping gejala skizofrenia yang menonjol terdapat juga gejala
defresi dan manis. Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tapi
mungkin juga timbul lagi serangan.
LAPORAN PENDAHULUAN
KASUS (MASALAH UTAMA)
Halusinasi
ETIOLOGI
Halusinasi biasanya disebabkan oleh skizofrenia gangguan mental
organic, penggunaan zat halusinogenik, ketidak seimbangan endoktrin,
gangguan efektif, depresi, sindrom putus zat dan keracunan obat.
Adapun 2 teori menurut Stuart dan sundeen tentang halusinasi.
1. Teori Biokimia
Halusinasi terjadi karena respon metabolisme terhadap stress
yang dapat mengakibatkan lepasnya zat-zat “Halusinogenetik
neurokimia”.
2. Teori Psikoanalisa
Halusinasi merupakan mekanisme pertahanan ego untuk melawan
rangsangan dari luar yang mengancam dan muncul dalam alam
sadar.
FAKTOR PREDISPOSISI
Teori Biologi
Indikasi pada faktor genetik.
Kecacatan sejak lahir.
Peningkatan dari depomin neurotransmitter yang menghasilkan gejala
peningkatan aktifitas yang berlebihan dan pemecahan asosiasi.
Teori Sikososial
Teori sistem keluarga (Bowen, 1978) perkembangan disfungsi
keluarga saling mempengaruhi.
Teori Interpersonal (Sullivan, 1953)
Hubungan yang menghasilkan tingkat ansietas tinggi maka konsep diri
seseorang akan ambivalen.
Teori adalah hasil dari suatu ego yang lemah dipertahankan trhadap
ansietas maka terjadi suatu yang maladaptif.
PROSES TERJADINYA HALUSINASI
a. Fase pertama
Kx mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, kesepian, yang
memuncak dan tidak dapat diselesaikan, kx mulai melamun dan
memikirkan hal-hal yang menyenangkan cara ini dapat menolong
sementara.
b. Fase kedua
Kecemasan meningkat, menurun dan berfikir sendiri jadi dominan
mulai di rasakan ada bisikan yang tidak jelas, kx tidak ingin orang lain
tahu.
c. Fase ketiga
Bisikan suara isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan
mengontrol kx, kx menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap
halusinasinya.
d. Fase keempat
Halusinasi berubah menjadi ancaman, memerintah dan memerintah
dan memarahi kx, kx menjadi takut, tak berdaya, hilang kontrol dan
tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain di
lingkungan.
Jenis-jenis halusinasi
a. Halusinasi dengar
Dengar suatu pembicaraan, mengejek, menertawakan, mengancam
tetapi tidak ada sumber disekitarnya.
b. Halusinasi penglihatan
Melihat pemandangan orang, binatang dan sesuatu yang tidak ada
tetapi klien yakin ada.
c. Halusinasi penciuman
Menyatakan mencium bau bunga, kemenyan yang tidak dirasakan
orang lain dan tidak ada sumber.
d. Halusinasi pengecap
Merasa mengecap sesuatu di mulut tetapi tidak ada.
e. Halusinasi raba
Merasa ada binatang merayap pada kulit tetapi tidak ada.
POHON MASALAH
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi prilaku kekerasan
berhubungan dengan perubahan sensori persepsi : halusinasi pendengaran.
2. Perubahan sensori persepsi halusinasi
pendengaran berhubungan dengan isolasi sosial menarik diri.
BAB III
TINJAUAN KASUS
G. PENGKAJIAN
Identitas Klien
Nama : Tn. N
Umur : 21 th
Informan : Klien + RM + keluarga
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : RT 2 RW 1 Sidomukti Kab. Brondongan-
Lamongan
Pendidikan : Mahasiswa
Tanggal Pengkajian : 17 – 05 - 2005
Tanggal Dirawat : 16 Mei 2005
Diagnosa Medis : Skrzofrenia Katatonik Stupor
No. RM : 027388
Alasan Masuk
Riwayat Penyakit Sekarang :
Kx sering mengurung diri di kamar dan tidak mau bicara kuranag
lebih 2 bulan di rumah serta kx sering keluar rumah / kamar, kx keluar
bila mau sholat dan kx mau bicara bila ada perlunya. Kemudian kx
sering ngomong sendiri dengan mulut komat-kamit seret kx pusa selama
7 bulan kemudian keluarga membw kx kerumah sakit jiwa menur tgl
16 – 05 – 2005.
Keluhan Utama
Kx diam menyendiri, kontak mata kurang, kx memejamkan mata,
kadang kx mulutnya komat-kamit, bicara sendiri.
Faktor Predisposisi
Sebelumnya kx tidak pernah mengalami gangguan jiwa dan pernh masuk
rumah skit dengan diagnosa medis demam tyroid selama 1 minggu.
Pengalaman sebelumnya kx pernah mengalami penganiayaan fisik dlam
keluarga sebagai korban, kx pernah dipukul sama ibu dengan
menggunakan dengan tongkat karen tidak diperbolehkan untuk
berpuasa.
Masalah Keperawatan
Dari keluarga kx tidak ada yang menderita gangguan jiwa.
Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan. Kx pernh dipukul ibunya
karena kx tidk diperbolehkan untu puasa. Masalah keperawatan :
distress masa lalu.
Fisik
TTV = TO : 110/70 N : 76 x/menit S : 36 oC P : 20 x/menit.
Ukuran = TB : 160 cm BB : 52 kg.
Keluhan fisik :
Keadaan umum kx : Lemah, kurus, pucat, kurang tidur, turgor kulit menurun, kx
terpasang infus DS 5 % 14 tetes/menit pada hari 2.
Masalah Keperawatan : Gangguan kebutuhan nutrisi.
Psikososial
Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Penderita
: Tinggal serumah
21 Th : Menikah
Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti.
Orang yang berarti adalah ibu dan bapaknya terbukti kx tidak mau
ditinggal pulang.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat.
Kx ikut kegiatan pondok, dn di RS mengurung diri di kamar, tidak
mau berkumpul dengn temannya.
c. Hambatan dalam berhubungan dengn orang lain.
Kx sering menyendiri dan mengurung diri di kamar dan tidaka
pernah bicara bila di ajak komunikasi, kx bicara sendiri, kx tidk mu
berkumpul.
Masalah keperawatan : Gangguan interaksi sosial.
Spiritual
1. Nilai Dari Keyakinan
Kx beragama Islam dan berkeyakinan bahwa penyakitnya cobaan
dari Allah. Dan beranggapan bahwa penyakitnya.
2. Kegiatan Ibadah
Kx sangat rajin menjalankan sholat 5 waktu, mengji, dikirah dan kx
dalam menjalankn ibadh istiqomah.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah.
Status Mental
Penampilan
Saat dilakukan pengkajian penampilan kx secara umum sudh rapi, rmbut
rapi, gigi bersih.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah.
Pembicaran
Kx tidak mau bicara, dan kx hanya memakai komuniksi non verbal
(bahasa isyarat atau menulis)
Masalah Keperawatan : Ganggun komunikasi non verbal.
Aktivitas Motorik
Saat dilakukan pengkajian aktivitas motorik kx lemah, karena selalu
tidur atau bedrest dan hanya duduk diatas bed (tempat tidur).
Alam Perasa
Kx sangat sedih terhadap apa yang dialaminya dan kx tidak nyaman
tinggal disini (RSJ Menur).
Afek
Afek kx baru berespon / mau bicara apabila diberi stimulus yang kuat.
Masalah Keperwatan : Tidak ada masalah
Interksi Selama Wawancara
Pada saat dilakukan wawancara kx tidak kooperatif dan jika diajak
bicara hanya menunduk dengan mata terpejam dan tidak mau mentap.
Masalah Keperawatan : Kerusakan interaksi sosial (menarik diri).
Persepsi (Halusinasi)
Pada persepsi (halusinasi) kx merasa ada yang menyuruh untuk diam
tetapi kx tidak menyebutkan siapa nama yang menyuruh.
Masalah Keperawatan : Gangguan persepsi sensori (Halusinasi
pendengaran).
Proses Pikir
Dalam proses pikir kx tidak ada masalah kx dalam berbicara
(komunikasi non verbal tulisan) dapat merespo / pertanyaan dan
jawaban sesuai.
Isi Pikir
Pada pikir kx sering mengaji, 7 bulan puasa dan wiritan setiap waktu.
Masalah Keperawatan : Gangguan isi pikir (waham agama dan obsesi)
Tingkat Kesadaran
Pada tingkat kesadaran kx tidak dapat membedakan pagi, siang, dan
malam tetapi masih dapat mengenal tempat dan orang.
Masalah Keperawatan : Disorientasi waktu.
Memori
Pada saat dilakukan pengkajian tidak ada masalah daya ingat px bagus
lx masih mengenal orang tua dan saudara.
Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Pada tingkat konsentrasi dan berhitung kx tidak mengalami masalah kx
dapat berhitung dan konsentrasi dengan baik.
Kemampuan Penilaian
Kx dapat membedakan antara yang bersih dan kotor.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah.
Daya Tilik Diri
Kx dapat mengungkapkan (dengan komunikasi non verbal) bahwa kx
sedang sakit dan dirawat di RSJ Menur.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah.
Kebutuhan Pulang
1. Kemampuan pasien memenuhi / menyediakan kebutuhan :
Dalam hal ini kx mengalami penurunan kemampuan klien untuk
memenuhi kebutuhannya, kx tidak dapat makan sendiri karena keadaan
umum kx lemah, kx makannya sedikit-sedikit.
2. Kegiatan hidup sehari-hari
a. Perawatan Diri
Pada perawatan diri kx masih membutuhkan bantuan sebagian
misalnya kx masih sendiri, ganti baju masih dibantu perawat /
keluarga.
Masalah Keperawatan : Defesit perawatan diri.
b. Nutrisi
Pada pola makan kx, kx tidak ada perubahan kx makan 3x/hari kx
makan selalu memisahkan diri dari teman-temannya, kx malas
untuk makan, bereat badan kx menurun, kx makan habis ½ porsi .
Hari kedua waktu pengkajian kx terpasang infus DS 5 % 14 tetes
BB sebelum : 60 kg BB saat pengkajian 42kg.
Masalah Keperawatan : Gangguan kebutuahan nutrisi.
c. Tidur
Kx dirumah sulit tidur Kx tidur jam 01.00 bangun jam 03.30 WIB
pada saat di rumah sakit kx tidur terus, kx jarang keluar dari
kamarnya, kx kelihatan pucat dan lemah.
Masalah Keperawatan : Gangguan pola tidur.
d. Kemampuan kx
Kx tidak dapat mengantisipasi kebutuhan sendiri, kx dapat
mengambil keputusan berdasarkan keinginan sendiri, kx tidak bisa
mengatur penggunaan obat.
Masalah Keperawatan :
e. Sistem pendukung
Kx mendapat penduan sepenuhnya dari keluarga dan keluarga
berharap semoga kx cepat sembuh dan segera pulang.
f. Kegiatan yang dapat dinikmati
Saat dirumah kx sangat senang berpuasa, mengaji, wiritan pada
saat dirumah sakit kx masin tetap mengaji, wiritan, dan sholat
sehingga kx mengurung diri dikamar, kx jarang mengumpul
dengan teman yang lain.
Masalah Keperawatan : Intoleransi aktivitas.
Mekanisme Koping
Tidak mau bicara, murung dikamar.
Masalah keperawatan : Mekanisme koping mal adaptif.
Pegetahuan
Kx mengerti tentang penyakitnya saat ditanya apakah mas mengerti tentang
obat yang diminum kx tidak tahu dengan komunikasi non verbal (tulisan)
masalah keperawatan : Kurangnya pengetahuan tentang obat-obatan.
Data lain
Pada tanggal 17 – 05 – 2005
Faal Hati Harga normal
Bil total :0,6 mg/dl 0,2 – 1,0
SGT : 14 unit L : 11 – 49, P : 7 - 32
SGOT : 19 u/l L : 40, P : 37
SGPT : 11 u/l L : 40, P : 37
Faal Ginjal
BUN : 24 mg/d 16 – 50 mg/d
*****: 0,9 mgd L : 0,8 – 1,5 P : 0,6 – 1,2
gula darah puasa : 67 mg/dl 60 – 110 mg/d
LED : 45/75 mg/g
Tgl 17 – 05 – 05
Diagnosa keperawatan
Gangguan persepsi sensori (halusinasi dengat) sehubungan dengan menarik
diri.
Tujuan : I
Umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain, lingkungan sehingga
halusinasi dapat dicegah.
Khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Kriteria evaluasi
Setelah 2 kali pertemuan klien dapat menerima kehadiran perawat.
Tindakan keperawatan
Bina hubungan saling percaya :
- Sikap terbuka dan empat.
- Terima klien apa adanya.
- Sapa kx dengna ramah.
- Tepati janji.
- Jelaskan tujuan pertemuan.
- Pertahankan kontak mata selama interaksi.
- Penuhi klien saat itu.
Rasional
Kejujuran, kesedihan, dan penerimaan, meningkatkan keperacayaan hubungan
antara kx dan perawat.
Tujuan II
Umum : Kx dapat mengenal perasaan yang menyebabkan prilaku menarik
diri.
Khusus : Setelah 3x pertemuan kx dapat menyebutkan penyabab / alasan
kriteria evaluasi menarik diri pada dirinya.
Tindakan keperawatan
1. Kaji pengetahuan klien tentang prilaku menarik diri.
2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaan penyabab menarik diri.
3. Diskusikan bersama klien tentang prilaku menarik diri.
4. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
prasaannya
Rasional
1. Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien tentang menarik diri
sehingga perawat dapat merencanakan tindakan selanjutnya.
2. Untuk mengetahui alasan klien menarik diri.
3. Meningkatkan pengetahuan klien dan mencari pemecahan bersama
tentang masalah klien.
4. Meningkatkan harga diri klien sehingga klien berani bergaul dengan
lingkungan.
Tujuan III
Khusus kx dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap.
Kriteria evaluasi
Kx dapat menyebutkan cara berhubungan dengan orang lain misalnya :
- Membalas sapaan perawat.
- Menatap mata.
- Mau berinteraksi.
Tindakan Keperawatan
1. Dorong kx untuk menyebutkan cara
berhubungan dengan orang lain.
2. Dorong dan bantu kx behubungan dengan
orang lain secara bertahap antara lain.
- Klien – Perawat.
- Klien – Perawat – Perawat Lain.
- Klien – Perawat – Perawat Lain –
Klien.
- Klien – Keluarga.
3. Libatkan klien dalam kegitan dalam TAK
dan ADL ruangan.
4. Reinformen positif atas keberhasilan yang
telah dicapai klien.
Rasional
1. Untuk mengetahui pemahan klien terhadap informasi yang telah
diberikan.
2. Kx mungkin dapat mengalami perasaan tidak nyaman, malu dalam
berhubungan sehingga perlu dilatih secara bertahap dalam berhubungan
dengan orang lain.
3. Membantu kx dalam mempertahankan hubungan inter personal.
4. Rein for cement positif meningkatkan harga diri.
Tujuan IV
Khusus : Kx dapat mengetahui keuntungan berhubungan dengan orang lain.
Kriteria Evaluasi
Kx dapat menyebutkan 2 dan 3 manfaat berhubungan dengan orang lain.
- Mendapatkan teman.
- Mengungkapkan perasaan.
- Membantu memecahkan masalah.
Rencana tindakan
1. Diskusikan tentang manfaat berhubungan dengan orang lain.
2. Dorong klien untuk menyebutkan kembali manfaat
berhubungan dengan orang lain.
3. Berikan pujian terhadap kemampuan klien dalam menyebutkan
manfaat berhubungan dengan orang lain.
Rasional
1. Meningkatkan pengatahuan tentang perlunya hubungan dengan orang lain.
2. Untuk mengetahui tingkat pemahaman klien terhadap informasi yang telah
diberikan.
3. Rein for cement positif meningkatkan harga diri.
Tujuan V
Khusus : Klien mendapatkan dukungan keluarga dalam berhubungan dengan
orang lain.
Kriterian Evaluasi
Setelah 2 kali pertemuan kx dapat membina hubungan dengan keluarganya.
Tindakan keperewatan.
1. Diskusikan tentang manfaat berhubungan dengan anggota keluarga.
2. Dorong klien untuk mengemukakan perasaan tentang keluarganya.
3. Dorong klien untuk mengikuti kegiatan bersama keluarganya seperti
makan, ibadah dan rekreasi.
Rasional
1. Mengidentifikasi hambatan yang dirasakan oleh klien.
2. Untuk mengetahui sejauh mana hubungan interpersonal kx dengan
kelarganya.
3. Membantu kx dalam meningkatkan hubungan interpersonal dengan
keluarganya.
POHON MASALAH
18-05-05 TUK I :
jam - Selamat pagi mas N S : kx hanya diam
10.00 - Mengingatkan kontark “Apakah (menganggukkan kepala)
mas masih ingat saya, masalah yang O : kx diam, mulut komat
akan kuta bicarakan ? kamit membaca wirid,
kontak mata menurun
A : hubungan saling
percaya belum
teratasi
P : TUK I dipertahankan
dilanjutkan TUK II
TUK II
Mas apakah anda punya masalah ? S : kx hanya diam
kalau anda punya masalah ceritakan O : mulut komat kamit
pada saya mungkin saya bisa membaca wirid, kontak
membantu anda mata menurun
- Mengadakan kontrak untuk A : masalah belum teratasi
pertemuan berikutnya P : TUK I, II dipertahankan
“Mas, besok hari kamis, kita dilanjutkan TUK III
bertemu lagi jam 10.00 (tetap disini pertemuan berikutnya
saja yach (dikamar) tanggal 19-05-05
19-05-05 TUK I
jam - Salam terapeutik “Selamat pagi S : kx hanya diam
10.00 mas N ? gimana perasaannya O : tetap
sekarang ? A : masalah belum teratasi
- Mengingatkan kontrak P : TUK I tetap
“Apakah mas masih ingat dengan dipertahankan
saya
TUK II S:-
- Mas sekarang bisa bicara gak ? O : kontak mata menurun,
“mengapa mas suka menyendiri dan kx hanya diam bicara
gakk mau ngumpul dengan temannya sendiri tidak ada respon
A : masalah belum teratasi
P : TUK II dipertahankan di
lanjutkan TUK III
20-05-05
jam TUK I S : kx diam dan
10.00 - Salam terapeutik “selamat pagi menganggukan
mas N ? kepala, kadang
- Mengingatkan kontrak menulis jawaban di
“Apakah mas masih ingat dengan buku
saya ? O : kontak mata meningkat,
- Bagaimana perasaan mas hari ini Ekspresi wajah sedih,
Mulut tetap komat-
kamit dengan membaca
wirid
A : masalah teratasi
sebagian
P : TUK I tetap
dipertahankan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus didepan
maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Skizofrenia merupakan terpecahnya unsur-unsur kepribadian yang
mengakibatkan terjadinya gangguan proses pikir, gangguan kemauan dan
adanya dipersonalisasi.
2. Dalam melakukan suatu pengkajian terutama untuk merumuskan
diagnosa keperawatan diperlukan kecermatan ketelitian dan kepekaan
dalam menggali data teritama data subyektif sehingga dapat diperoleh data
yang benar-benar valid.
3. Perencanaan tindakan keperawatan dalam kasus nyat di buat
berdasarkan urutan prioritas masalah yang mengancam jiwa, mengganggu
fungsi organ dan mengganggu kesehatan dengan menekankan pada
keadaan jiwa klien.
4. Dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien Ny. P dengan
skizofrenia hebefrenik berkelanjutan dengan masalah perilaku menarik
diri pada prinsipnya di lakukan sesuai dengan rencana tindakan
keperawatan.
5. Evaluasi pada akhirnya asuhan keperawatan dengan melihat hasil
respon klien yang bertitik tolak pada kriteria hasil yang telah di buat
sebelumnya.
B. Saran-saran
1. Keluarga sebaiknya memberikan informasi yang berhubungan
dengan penderita secara benar karena kekurangan informasi tersebut
sangat menunjang perawatan dan pengobatan penderita. Menumbuhkan
sikap terbuka dan menerima apa adanya keadaan penderita sehingga dapat
menimbulkan kesabaran dalam membimbing penderita bila sudah berada
dalam lingkungan penderita.
2. Perawat perlu memberikan perhatian khusus dari pada klien karena
klien dengan menarik diri dapat melakukan suatu tindakan yang
membahayakan dirinya dan klien cenderung kurang memperhatikan diri.
3. Sikap simpati, menghargai dan kesabaran sangat diperlukan dalam
asuhan keperawatan penderita penyakit jiwa.
4. Sebelum melakukan interaksi dengan penderita sebaiknya
mengetahui seluk beluk penderita, karena walaupun dengan diagnosa
medik sama belum tentu mempunyai masalah yang sama.
5. Jika klien sudah pulang agar tidak mengucilkannya tetapi
memperlakukannya sama seperti anggota keluarga yang lain.
6. Tepat mempertahankan tatanan yang sudah baik dan selalu
meningkatkan pelayanan kesehatan jiwa bagi masyarakat.
7. Kerja sama antara perawat, keluarga serta klien perlu adanya
peningkatan dalam melaksanakan perencanaan dan pelaksanaan tindakan
keperawatan agar tujuan tercapai.
8. Dalam menerapi klien dengan menarik diri diperlukannya terapi
kelompok.
DAFTAR PUSTAKA