PENDAHULUAN
1
sosial sebagai akibat dari kerusakan kognitif dan afektif. Data yang
didapatkan pada 6 bulan terakhir yaitu januari sampai juni 2009 yaitu
perilaku kekerasan 18 orang (2,11%), harga diri rendah 216 orang (25,41%),
halusinasi 300 orang (35, 29%), isolasi sosial 316 orang (37,17%).
BAB II
2
TINJAUAN TEORITIS
2.1.1 Pengertian
Istilah Skizoprenia diciptakan oleh Bleuler (psikiater dari Swiss) dari bahasa
Yunani skhizo = split / membelah, dan phren =mind / pikiran berarti :
terbelahnya/ terpisahnya antara emosi dan pikiran/intelektual. (Zullies,2009)
3
Skizofrenia adalah suatu ganguan jiwa berat yang ditandai dengan
penurunan atau ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan realitas
(halusinasi atau waham), afek tidak wajar atau tumpul, gangguan kognitif
(tidak mampu berfikir abstrak) serta mengalami kesukaran melakukan
aktivitas sehari-hari.(Budi Anna.dkk,2011)
2.1.2 Etiologi
a. Pendekatan Biologi
4
diakibatkan karena terlalu banyaknya tingkat dopamin dalam otak terutama
di sistem limbik dan frontal lobe (Wiramihardja,2007).
b. Pendekatan Belajar.
c. Pendekatan Psikodinamika.
5
yang lebih besar untuk memunculkan kekambuhan psikosis pada anggota
keluarga dibandingkan dengan keluarga yang tingkat ekspresi emosinya
rendah .
d. Stress-Vulnerability Model.
6
Ciri utama skizofrenia tipe disorganized adalah pembicaraan kacau, tingkah
laku kacau dan afek yang datar atau inappropriate. Pembicaraan yang kacau
dapat disertai kekonyolan dan tertawa yang tidak erat kaitannya dengan isi
pembicaraan. Disorganisasi tingkah laku dapat membawa pada gangguan
yang serius pada berbagai aktivitas hidup sehari-hari.
Tipe Katatonik
Ciri utama skizofrenia tipe ini adalah gangguan pada psikomotor yang dapat
meliputi ketidakbergerakan motorik (waxy flexibility). Aktivitas motor yang
berlebihan, negativism yang ekstrim, sama sekali tidak mau bicara dan
berkomunikasi (mutism), gerakan-gerakan yang tidak terkendali, mengulang
ucapan orang lain (echolalia) atau mengikuti tingkah laku orang lain
(echopraxia).
Tipe Undifferentiated
Tipe Undifferentiated merupakan tipe skizofrenia yang menampilkan
perubahan pola simptom-simptom yang cepat menyangkut semua indikator
skizofrenia. Misalnya, indikasi yang sangat ruwet, kebingungan (confusion),
emosi yang tidak dapat dipegang karena berubah-ubah, adanya delusi,
referensi yang berubah-ubah atau salah, adanya ketergugahan yang sangat
besar, autisme seperti mimpi, depresi, dan sewaktu-waktu juga ada fase
yang menunjukkan ketakutan.
Tipe Residual
Tipe ini merupakan kategori yang dianggap telah terlepas dari skizofrenia
tetapi masih memperlihatkan gejala-gejala residual atau sisa, seperti
keyakinan-keyakinan negatif, atau mungkin masih memiliki ide-ide tidak
wajar yang tidak sepenuhnya delusional. Gejala-gejala residual itu dapat
meliputi menarik diri secara sosial, pikiran-pikiran ganjil, inaktivitas, dan
afek datar.
(Ababar,2011 http://www.vdshared.com/kesehatan/34-dunia-manusia/111-
jenis-jenis-skizofrenia.pdf.
2.1.4 Patofisiologi
7
Perjalanan penyakit skizofrenia sangat bervariasi pada tiap-tiap individu.
Perjalanan klinis skizofrenia berlangsung secara perlahan-lahan, meliputi
beberapa fase yang dimulai dari keadaan premorbid, prodromal, fase aktif
dan keadaan residual.
Fase aktif skizofrenia ditandai dengan gangguan jiwa yang nyata secara
klinis, yaitu adanya kekacauan dalam pikiran, perasaan dan perilaku.
Penilaian pasien skizofrenia terhadap realita terganggu dan pemahaman diri
(tilikan) buruk sampai tidak ada. Fase residual ditandai dengan
menghilangnya beberapa gejala klinis skizofrenia. Yang tinggal hanya satu
atau dua gejala sisa yang tidak terlalu nyata secara klinis, yaitu dapat berupa
penarikan diri (withdrawal) dan perilaku aneh (Buchanan, 2005)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32883/4/Chapter%20II.pdf).
8
Gejala Positif
Gejala Negatif
9
Penatalaksanaan pada pasien skizofrenia dapat berupa terapi biologis dan
terapi psikologis.
Terapi Biologis
• Aripiprazole (Abilify)
• Olanzapine (Zyprexa)
• Paliperidone (Invega)
10
• Quetiapine (Seroquel)
• Risperidone (Risperdal)
• Ziprasidone (Geodon)
Efek samping yang sering muncul adalah: penambahan berat badan, gula
darah dan meningkatnya cholesterol darah. Obat obat anti psikotik lama,
sering mempunyai efek samping yang menganggu gerak tubuh. Obat obat
anti psikotik lama antara lain:
• Chlorpromazine
• Fluphenazine
• Haloperidol (Haldol)
• Perphenazine
Obat anti psikotik lama tersebut sangat murah, khususnya obat generiknya.
Hal tersebut perlu dipertimbangkan untuk pengobatan jangka lama.Biasanya
diperlukan waktu beberapa minggu sebelum obat anti psikotik memberikan
dampak pada perbaikan gejala. Tujuan utama pengobatan adalah menekan
tanda dan gejala schizophrenia dengan dosis serendah mungkin. ( Tirto
Jiwo,2012 tirtojiwo.org/wp-content/uploads/2012/06/kuliah-
schizophrenia.pdf)
1. Terapi Psikologis
11
Para peserta terapi saling memberikan feedback tentang pikiran dan
perasaan yang dialami. Peserta diposisikan pada situasi sosial yang
mendorong peserta untuk berkomunikasi, sehingga dapat memperkaya
pengalaman peserta dalam kemampuan berkomunikasi.
Pada terapi keluarga merupakan suatu bentuk khusus dari terapi kelompok.
Terapi ini digunakan untuk penderita yang telah keluar dari rumah sakit jiwa
dan tinggal bersama keluarganya. Keluarga berusaha untuk menghindari
ungkapan-ungkapan emosi yang bisa mengakibatkan penyakit penderita
kambuh kembali.Dalam hal ini, keluarga diberi informasi tentang cara-cara
untuk mengekspresikan perasaan-perasaan, baik yang positif maupun yang
negatif secara konstruktif dan jelas, dan untuk memecahkan setiap persoalan
secara bersama-sama. Keluarga diberi pengetahuan tentang keadaan
penderita dan cara-cara untuk menghadapinya. Dari beberapa penelitian,
seperti yang dilakukan oleh Fallon (Davison, et al., 1994; Rathus, et
al.,1991) ternyata campur tangan keluarga sangat membantu dalam proses
penyembuhan, atau sekurang-kurangnya mencegah kambuhnya penyakit
penderita, dibandingkan dengan terapi-terapi secara individual.
(Buchanan,2005 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32883/4/
Chapter%20IIpdf ).
Isolasi sosial sering terlihat pada klien skizofrenia. Hal ini sebagian akibat
tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan
kehilangan batasan ego. Sulit untuk berhubungan dengan orang lain ketika
konsep diri tidak jelas. Klien juga mengalami masalah dalam hal
kepercayaan dan keintiman, yang mengganggu kemampuannnya untuk
membina hubungan yang memuaskan. Harga diri rendah, salah satu tanda
negatif skizofrenia, lebih lanjut menyulitkan kemampuan klien untuk
berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan. Klien tidak percaya diri,
12
merasa asing atau berbeda dengan orang lain, dan tidak percaya bahwa
mereka adalah individu yang berharga. Akibatnya klien menghindari orang
lain. Klien yang menderita skizofrenia pada usia muda mengalami lebih
banyak kesulitan karena mereka tidak memiliki kesempatan untuk berhasil
dalam area-area ini sebelum penyakit timbul. Sulit bagi klien untuk
memenuhi peran dalam keluarga, sebagai seorang anak laki-laki atau
perempuan atau sebagai saudara kandung. Klien juga akan merasa bahwa ia
telah mengecewakan keluarganya karena ia tidak dapat mandiri atau
berhasil dalam hidup.
Isolasi sosial juga merupakan kesepian yang dialami oleh individu dan
dirasakan saat didorong oleh keberadaan orang lain dan sebagai pernyataan
negative atau mengancam (Mukhripah,2008)
2.2.2 Etiologi
13
Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan negative
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan yang ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri,
rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan
martabat, percaya diri kurang dan juga dapat mencederai diri,
(Mukhripah,2012).
Faktor predisposisi
a. Faktor perkembangan
b. Faktor Biologik
c. Faktor Sosiokultural
14
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini
merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap
orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif,
seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi
karena mengadopsi norma, perilaku, dan system nilai yang berbeda dari
yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak realitis terhadap
hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini,
(Stuart and sudden, 1998).
Faktor persipitasi
a. Stressor sosiokultural
b. Stressor psikologik
c. Stressor intelektual
15
1) Kurangnya pemahaman diri dalam ketidak mampuan untuk berbagai
pikiran dan perasaan yang mengganggu pengembangan hubungan dengan
orang lain.
2) Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan kesulitan
dalam menghadapi hidup. Mereka juga akan sulit berkomunikasi dengan
orang lain.
3) Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan orang lain
akan persepsi yang menyimpang dan akan berakibat pada gangguan
berhubungan dengan orang lain
d. Stressor fisik
1) Kehidupan bayi atau keguguran dapat menyebabkan seseorang menarik
diri dari orang lain
2) Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau malu
sehingga mengakibatkan menarik diri dari orang lain
(Mukhripah,2012).
16
Resiko perubahan sensori persepsi: Halusinasi
Isolasi sosial
Menurut Mustika Sari (2012), tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial ,
yaitu:
1. Kurang spontan
2. Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)
4. Afek tumpul
7. Mengisolasi (menyendiri)
17
9. Tidak atau kurang sadar teehadap lingkungan sekitar
( Mukhripah,2012)
saling ketergantungan
18
a) Menyendiri
b) Otonomi
c) Kebersamaan
d) Saling ketergantungan
e) Kesepian
f) Isolasi sosial
g) Ketergantungan
h) Manipulasi
19
Gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap
orang lain sebagai subjek. Individu tersebut tidak dapat membina
hubungan sosial secara mendalam.
i) Impulsif
Individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu
belajar dari pengalaman, tidak dapat diandalkan dan penilaian yang buruk.
j) Narkisisme
Pada individu narkisisme terdapat harga diri yang rapuh, secara terus
menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egosentrik,
pencemburu, marah jika orang lain tidak mendukung. (Mukripah,2012)
2.2.7 Komplikasi dari Isolasi Sosial
Isolasi sosial apabila tidak ditangani secara komprehensif melalui asuhan
keperawatan dan terapi medik maka keadaan tersebut akan berlanjut
menjadi :
a) Asupan makanan dan minum klien terganggu.
b) Klien kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya.
c) Aktivitas klien menurun.
d) Defisit perawatan diri dan curiga.
e) Tidak ada atau kurang komunikasi verbal.
f) Halusinasi.
20
Terapi bina laku untuk menanggulangi kebiasaan buruk, tetapi kelompok
(group therapy) untuk kelompok bermasalah bagi yang senasip, sejenis,
maupun sebaya, terapi keluarga (family therapy) untuk keluarga yang
bermasalah. Terapi relaksasi bagi mereka yang merasa resah , tegang, dan
sulit tidur. Terapi deserisitisasi bagi mereka yang menderita cemas dan
takut. Terapi ventilasi (sadar) dan abstraksi (bawah sadar) bagi mereka yang
terganggu oleh endapen rasa sedih, kecewa, putus asa, kesal, benci,dendam
dan sebagainya.
3. Psikofarmaka
a.Cholorpromazine
b. Thioridazane
Aturan pakai: tergantung dari berat ringannya, gangguan yang ringan 50-70
mg/hari, indikasi: keadaan psikosa, kecemasan, dan refleksi cemas.
c. ECT/Psikoteraphy
21
Untuk mengkaji pasien isolasi sosial anda dapat menggunakan wawancara
dan observasi kepada pasien dan keluarga. Tanda dan gejal isolasi sosial
yang dapat ditemukan dengan wawancara adalah:
1. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak orang lain
2. Pasien merasa tidak aman dengan orang lain
3. Pasien merasa tidak aman dengan orang lain
4. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
5. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
6. Pasien merasa tidak berguna
7. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
Pertanyaan-pertanyaan berikut ini dapat anda tanyakan waktu wawancara
untuk mendapatkan data subjek:
1. Bagaiman pendapat pasien terhadap orang-orang disekitarnya
2. Apakah pasien mempunyai teman dekat? Bila punya, siapa teman
dekatnya itu?
3. Apa yang membuat pasien tidak memiliki orang terdekat dengannya?
4. Apa yang pasien inginkan dengan orang-orang disekitarnya ?
5. Apakah ada perasaan tidak aman yang dialami oleh pasien
6. Apa yang memghambat hubungan harmonis antar pasien dengan orang
disekitarnya
7. Apakah pasien merasa bahwa waktu begitu lama berlalu?
8. Apakah pernah merasa ragu untuk dapat melanjutkan kehidupan?
Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat diobservasi:
1. Tidak memiliki teman dekat
2. Menarik diri
3. Tidak komunikatif
4. Tidak berulang dan tidak bermakna
5. Asyik dengan pikirannya sendiri
6. Tidak ada kontak mata
7. Tampak sedih, afek tumpul (Budi Anna,2011)
B. Diagnosa Keperawatan
22
Diagnosa keperawatan yang berlaku pada gangguan ini adalah isolasi sosial
23
C. Intervensi Keperawatan (Mukhripah,2012)
No. Perencanaan
Diagnosa
Diagnos Intervensi
keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi
a
1 Isolasi Klien dapat Setelah dilakukan 1 x interaksi pasien 1.Bina hubungan saling percaya dengan
sosial : berinteraksi dapat menunjukan tanda-tanda percaya mengguanakan prinsip komunikasi terapeutik:
Menarik diri dengan terhadap perawatan a.Sapa klien dengan nama baik verbal maupun non
orang lain dengan menunjukan: verbal
sehingga 1. Ekspresi wajah b.Perkenalkan diri dengan sopan
tidak terjadi bersahabat, menunjukan rasa tenang, c.Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang
menarik ada kontak mata, mau menyebutkan disukai klien
diri. nama, mau menjawab salam, mau d.Jelaskan tujuan pertemuan
1.Klien mengutarakan masalah yang dihadapi e.Jujur dan menepati janji
dapat f.Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa
membina adanya
hubungan g.Berikan perhatian kepada klien dan perhatikan
saling kebutuhan dasar klien
percaya
2.Klien 2.Klien dapat menyebutkan penyebab 2.Kaji pengetahuan klien tentang menarik diri dan
dapat menarik diri yang berasal dari: tandanya:
24
menyebutka a.diri sendiri a.”dirumah klien tinggal dengan siapa”
n penyebab b.orang lain b.”siapa yang paling dekat dengan klien”
menarik diri c.lingkungan c. ” apa yang membuat klien dekat dengannya”
d.”dengan siapa klien tidak dekat”
e.”apa yang membuat klien tidak dekat”
3.Klien 3.Klien dapat berinteraksi 1.kaji pengetahuan klien tentang keuntungan memiliki
dapat menyebutkan keuntungan dan teman
menyebutka kerugian berinteraksi dengan orang 2.Beri kesempatan kepada klien untuk berinteraksi
n lain misalnya: dengan orang lain
keuntungan a.banyak teman 3.Diskusikan bersama klien tentang keuntungan
dan b.tidak sendiri berinteraksi dengan orang lain
kerugian c.bisa diskusi 4.Beri penguatan positif terhadap kemampuan
berinteraksi mengungkapkan perasaan tentang keuntungan
dengan berinteraksi dengan orang lain
25
4.Beri penguatan positif terhadap kemampuan
mengungkapkan tentang kerugian tidak berinteraksi
dengan orang lain
4.Klien 4.Klien dapat mendemonstrasikan 1.Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan
dapat interaksi sosial secara bertahap antara: orang lain
melaksanak a.Klien – perawat 2.Bermain peran tentang cara berhubungan
an interaksi b.Klien – perawat – perawat lain /berinteraksi dengan orang lain
sosial c.Klien – 3.Dorong dan bantu klien untuk berinteraksi dengan
secara keluarga/kelompok/masyarakat orang lain melalui tahap:
bertahap a.Klien – perawat
b.Klien – perawat – perawat lain
c.Klien –keluarga/kelompok/masyarakat
4.Beri penguatan positif terhadap keberhasilan yang
telah dicapai
5.Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan
bersama klien dalam mengisi waktu yaitu berinteraksi
dengan orang lain
6.Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
7.Beri penguatan positif atas kegiatan klien dalam
kegiatan ruangan
5.Klien 5.Klien dapat 1. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaanya bila
26
dapat mengungkapkan perasaanya setelah berinteraksi dengan orang lain
mengungka berinteraksi dengan orang lain untuk: 2. Diskusikan dengan klien tentang perasaan
pkan a. Diri-sendiri keuntungsn berinteraksi dengan orang lain
perasaanya b. Orang lain 3. Beri penguatan positif atas kemampuan klien
setelah mengungkapkan perasaan keuntungan berhubungan
berinteraksi dengan orang lain
dengan
orang lain
27
kepada klien dalam berkomunikasi dengan orang lain
4. Anjurkan anggota keluarga untuk secara rutin
bergantian menjenguk klien minimal satu kali
seminggu
5. Beri penguatan positif atas hal-hal yang telah
dicapai oleh keluarga
28
BAB III
PENUTUP
Pada bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari tinjauan teoritis
yang dilakukan tim penyaji:
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Bagi para tim medis agar tetap menjalin kerja sama yang baik dalam
melakukan asuhan tindakan keperawatan terhadap pasien sesuai prosedur
baik didalam bidang teori maupun praktek lapangan nantinya.
Saran bagi para masyrakat untuk tetap membina hubungan yang baik dalm
menciptakan suasana lingkuungan yang aman dan nyaman dalam
mengurangi angka kejadian terhadap isolasi sosial nantinya.
29
DAFTAR PUSTAKA
Buchanan,2005.Patofisiologi
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32883/4/Chapter%20IIpdf.diakses
tanggal 01 April 2013
Tirto.Jiwo.2012.Skizofrenia
tirtojiwo.org/wp-content/uploads/2012/06/kuliah schizophrenia.pdf , diakses tanggal 01
April 2013
Videbeck,Sheila L.2008.Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
30