Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN SKIZOFERNIA

Disusun oleh :

Kelompok 1
1. SAFITRI (2007074)
2. SALSABILA AURIDA (2007075)
3. SEPTI DUWI ASTUTI (2007076)
4. SHERLY GITA SHABRINA (2007077)
5. SILVA REVI OCTALIA (2007078)
6. SINGGIH RAMBAT YUWONO (2007079)
7. SAPTIKA AYU WANDIPA (2007121)

UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TAHUN
2020/2021
Bab I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai
dengan simptom-simptom positif seperti bicara kacau, delusi, halusinasi, gangguan
kognitif, dan persepsi. Selain simptom positif juga terdapat simptom negatif
diantaranya yaitu avolitition atau menurunya minat dan dorongan, berkurangnya
keinginan bicara, miskinya isi pembicaraan, afek datar, serta terganggunya relasi
personal. Simptom- simptom skizofrenia tersebut tersebut menimbulkan kendala berat
dalam kemampuan individu untuk berfikir dan memecahkan masalah kehidupan, afek,
dan mengganggu relasi sosial. Kesemuanya itu mengakibatkan klien skizofrenia
mengalami penurunan fungsi atau ketidakmampuan dalam menjalani hidupnya,
terhambat produktifitasnya, serta nyaris terputus relasinya dengan orang lain
(Gunarsa, 2004).
Gejala skizofrenia dibagi dalam dua kelompok utama yaitu simptom positif
dan simptom negatif. Simptom positif berupa delusi, halusinasi, kekacauan pikiran
dimana orang lain tidak dapat mengerti alur pikirnya, gaduh, gelisah, tidak dapat
diam, sering mondar mandir, pikiranya penuh kecurigaan, dan menyimpan rasa
permusuhan. Sedangkan simptom negatif dapat dilihat dari wajah penderita yang
tidak menunjukkan ekspresi, suka melamun, suka menarik diri, sulit melakukan
kontak emosional, pasif dan apatis, kehilangan dorongan kehendak, malas, bersifat
monoton, serta tidak adanya spontanitas, inisiatif, maupun usaha (Hawari, 2012).

B. Tujuan
Tujuan di buatnya makalah asuhan keperawatan jiwa skizofernia bukan hanya
sekedar memenuhi penugasan, tujuannya yaitu agar mengetahui definisi dari
skizofernia, penyebab terjadinya skizofernia ,memahami dan mengetahui tanda gejala
dari skizofernia, serta mendapat gambaran asuhan keperawatan skizofernia.
Bab II
Tinjauan pustaka
A. Definisi
Skizofrenia berasal dari kata "skizo" dan "frenia".Skizo yang artinya retak atau
perpecahan, sedangkan frenia adalah jiwa. Skizofrenia menurut Videbeck (2008)
adalah suatu penyakit yang memengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya
pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh dan terganggu. Herman
(2008), mendifinisikan skizofrenia sebagai penyakit neurologis yang
mempengarruhi persepsi klien, cara berfikir, bahasa, emosi, dan perilaku sosial.
Skizofrenia merupakan gangguan mental yang menyebabkan ketidakberfungsian
secara meluas. Skizofrenia bisa menyerang siapa saja tanpa memandang jenis
kelamin, ras, maupun tingkat sosial ekonomi (Maramis,2005). Skizofrenia
dikarakteristikan dengan psikosis, halusinasi, delusi, disorganisasi pembicaraan
dan perilaku, afek datar, penurunan kognitif, ketidakmampuan bekerja atau
kegiatan dan hubungan sosial yang memburuk (Bustillo,2008). Menurut PPDGJ
(Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa) III ada 6 macam
skizofrenia yaitu skizofrenia paranoid, skizofrenia hebefrenik, skizofrenia
katatonik, skizofrenia tak terinci (undifferentiated), skizofrenia simpleks,
skizofrenia residual.

B. Etiologi
Faktor predisposisi
Genetik
Faktor genetik terhitung menjadi liabilitas mayor untuk
penyakit skizofrenia. Penurunan pada generasi selanjutnya skizofrenia secara
genetik berkisar 60-80%. Penelitian genetika molekuler telah mengidentifikasi
gen yang terbukti paling berperan yaitu Neuregulin (NRG1) pada kromosom
8p21-22, Dysbindin (DTNBP1) pada kromosom 6p22, DISC1 (Disrupted In
Schizophrenia) yaitu sebuah kromosom translokasi seimbang (1,11) (q42;q14.3).
Lebih dari 40% kembar monozigot dari orang tua dengan masalah gangguan jiwa
juga terpengaruh. Anak-anak yang memiliki orang tua biologis dengan masalah
gangguan jiwa lalu diadopsi oleh sebuah keluarga yang tidak memiliki gangguan
jiwa memiliki resiko yang sama seperti jika orang tua biologis telah mengangkat
mereka (Maramis, 2010; Stuart, 2016; Semple & Smyth, 2013).
b) Neurobiologi
Studi menunjukan orang dengan skizofrenia mengalami
kelainan anatomi, fungsional, dan neurokimia dalam kehidupan dan otak
postmortem. Dua hasil penelitian neurobiologis yang menetap dalam skizofrenia
adalah penurunan volume otak dan perubahan sistem neurotransmitter pada
dopamin, serotonin, asetilcolin, dan GABA serta dineuroregulasi seperti
prostaglandin dan endorfin (Maramis, 2010; Townsend, 2015).
c) Neurodevelopment
Neurodevelopment juga diyakini bahwa beberapa
struktural, fungsional, dan kimia yang tersimpan pada otak, pada skizofrenia
biasanya terlihat dari sebelum gejala muncul.Aktivitas dopaminergik yang
berlebihan juga bisa menjari faktor yang telah dihubungkan dengan beratnya
gejala positif pada pasien. Beberapa anak dengan skizofrenia menunjukan
kelainan ringan tentang perhatian, koordinasi, kemampuan sosial, fungsi
neuromotor, dan respon emosional jauh sebelum gejala skizofrenia yang jelas
(Stuart, 2016; Kaplan & Sadock, 2015).
d) Teori virus dan infeksi
Paparan virus influenza pada saat prenatal, terutama selama trisemester pertama
mungkin menjadi salah satu faktor penyebab skizofrenia pada beberapa orang
(Brown dan Derkits, 2010).
Teori ini didukung oleh fakta bahwa kebanyakan orang dengan skizofrenia lahir
pada musim dingin atau diawal musim semi dan diperkotaan (Stuart, 2016).
b. Faktor presipitasi
a) Biologis
Salah satu dari stresor adalah gangguan dalam umpan balik otak yang mengatur
jumlah informasi yang diproses dalam waktu tertentu. Terganggunya kemampuan
dalam umpan balik otak dikarenakan penurunan fungsi lobus frontal yang
berdampak pada pengolahan informasi berlebih.
Stresor biologis lainnya yaitu proses listrik yang melibatkan elektrolit tidak
normal. Sebagai contoh, biasanya ketika orang mendengar suara keras, mereka
akan terkejut; namun ketika suara keras terulang yang kedua kali respon kaget
menurun. Orang dengan skizofrenia berbeda, ia akan lebih terkejut lagi ketika
mendengar suara keras yang kedua kalinya. Sehingga, orang dengan skizofrenia
umumnya takut di tempat keramaian (Maramis, 2010; Stuart, 2016).
b) Gejala Pemicu
Pemicu umum klien skizofrenia terhadap respons
neurobiologis berhubungan dengan kondisi kesehatan,
lingkungan, dan perilaku. Kelas sosial ke bawah juga dapat berpengaruh
timbulnya skizofrenia. Hal ini terkait dengan interaksi ibu dan anak, peran ayah,
persaingan antar saudara kandung, hubungan keluarga, dan pekerjaan. Selain itu,
faktor konsep diri dan pola adaptasi juga akan mempengaruhi kemampuan untuk
menghadapi masalah (Maramis, 2010; Stuart, 2016; Townsend, 2015).

C. Tanda dan gejala


Tanda Gejala Skizofrenia
Videbeck (2012) mengatakan bahwa secara general gejala serangan skizofrenia
dibagi menjadi 2 (dua), yaitu gejala positif dan negatif.
a. Gejala Positif atau Gejala Nyata
Gejala positif skizofrenia antara lain:
1) Halusinasi: Persepsi sensori yang salah atau pengalaman yang tidak
terjadi dalam realitas.
2) Waham: Keyakinan yang salah dan dipertahankan yang tidak memiliki
dasar dalam realitas.
3) Ekopraksia: Peniruan gerakan dan gestur orang lain yang diamati klien.
4) Flight of ideas: Aliran verbalitasi yang terus-menerus saat individu
melompat dari suatu topik ke topik laindengan cepat.
5) Perseverasi: Terus menerus membicarakan satu topik atau gagasan;
pengulangan kalimat, kata, atau frasa secara verbal,dan menolak untuk
mengubah topik tersebut. Asosiasi longgar: Pikiran atau gagasan yang
terpecah-pecah atau buruk.
6) Gagasan rujukan: Kesan yang salah bahwa peristiwa eksternal memiliki
makna khusus bagi individu.
7) Ambivalensi: Mempertahankan keyakinan atau perasaan yang tampak
kontradiktif tentang individu, peristiwa, situasi yang sama.

b. Gejala Negatif atau Gejala Samar


Gejaja negatif skizofrenia antara lain:
1) Apati: Perasaan tidak peduli terhadap individu, aktivitas, peristiwa.
2) Alogia: Kecendrungan berbicara sedikit atau menyampaikan sedikit
substansi makna (miskin isi). Afek datar: Tidak adanya ekspresi wajah
yang akan menunjukkan emosi atau mood.
3) Afek tumpul: Rentang keadaan perasaan emosional atau mood yang
terbatas.
4) Anhedonia: Merasa tidak senang atau tidak gembira dalam menjalani
hidup, aktivitas, atau hubungan.
5) Katatonia: imobilitas karena faktor psikologis, kadang kala ditandai oleh
periode agitasi atau gembira, klien tampak tidak bergerak, seolah-olah
dalam keadaan setengah sadar.
6) Tidak memiliki kemauan: Tidak adanya keinginan, ambisi, atau dorongan
untuk bertindak atau melakukan tugas-tugas.

D. Mekanisme koping
a. Adaptif
Biasanya pasien tidak mau berbicara dengan orang lain,tidak bisa menyelesaikan
masalah yang ada,pasien tidak mampu berolahraga karena pasien selalu malas.
b. Maladaptive
Biasanya pasien bereaksi sangat lambat atau kadang berlebihan,pasien tidak
mampu bekerja sama sekali,selalu menghindari orang lain.
c. Masalah psikososial dan lingkungan
Biasanya pasien mengalami masalah psikososial seperti berinteraksi dengan orang
lain dan lingkungan.biasanya di sebabkan oleh kurangnya dukungan dari
keluarga,pendidikan yang kurang,masalah dengan social ekonomi dan pelayanan
kesehatan.
d. Pengetahuan
Biasanya pasien deficit perawatan diri terkadang mengalami gangguan kognitif
sehingga tidak mampu mengambil keputusan.
e. Sumber koping
Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap koping dan strategi seseorang.
Individu dapat mengatasi stress dan ansietas dengan menggunakan sumber koping
yang ada di lingkungannya. Sumber koping tersebut di jadikan sebagai modal untuk
menyelesaikan masalah. Dukungan social dan keyakinan budaya dapat membantu
seorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi
strategi koping yang efektif

E. Penatalaksanaan
a. Tindakan keperawatan
Skizofrenia ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik
dari pikiran dan presepsi,serta oleh afek yang tidak wajar. Skizofrenia adalah suatu
penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya
pikiran,persepsi,emosi,gerakan,perilaku yang aneh dan terganggu.risiko perilaku
kekerasan adalah rentan melakukan perilaku yang menunjukan dapat membahayakan
secara fisik dan emosional. Salah satu terapi yang bermanfaat serta mudah dilakukan
salah satunya adalah terapi music. Music instrumental juga bisa menjadi alternative
cara untuk menyembuhkan gangga jiwa.pemberian terapi music instrumental berupa
music rindik yang diberikan selama 1x15 menit.hasil evaluasi di dapatkan bahwa
pasien menjadi rileks dan tampak tenang. Disarankan kepada perawat agar melakukan
intervensi pemberian terapi music instrumental pada pasien skizofrenia dengan resiko
perilaku kekerasan.
b. Farmakologi
1. Obat golongan SGA atau atipikal
Obat ini adalah antipsikotik generasi kedua yang di gunakan untuk mengobati
kondisi jiwa,pada gejala positif seperti halusinasi,delusi,dan inkoherensi,dan
negative seperti hilangnya kemauan dan afek.serta bicara yang sangat sedikit
dapat di atasi dengan lebih baik pada pemberian SGA.untuk gejala lain untuk
penurunan interaksi social,ide bunuh diri dan deficit kognitif dapat diatasi lebih
baik pila dengan golongan SGA. Obat ini cenderung untuk memblokir reseptor
dalam jalur dopain otak dan menghambat reseptor serotine. Hanya saja harga
obat-obatan yang termasuk dalam SGA jauh lebih mahal di banding FGA .
beberapa golongan obat ini adalah:
a. Clozapine
b. Risperidone
c. Amisulpride
Umumnya clozapine di pertimbangkan untuk pasien yang gagal terapi.

2. Obat golongan FGA atau tipikal


Obat ini bekerja menghambat jalur dopamin. Neuroleptik yang termasuk golongan
ini adalah:
a. Chlorpomazin
b. Haloperidon
c. Loxapine
d. Prolixin
Efek samping golongan ini adalah mulut kering,konstipasi,hipotensi
ortostatik,impotensi,kegagalan ejakulasi,pakison
syndrome,dystonia,amenorrhea,infertilitas,dan kegemukan.

 clorpomazin memiliki efek antipsikotik yang lemah dan efek sedative yang
kuat.
 Haloperidol digunakan untuk skizofrenia yang kronis dan memiliki efek
antipsikotik yang kuat dan efek sedaptif yang lemah.
Golongan obat ini lebih efektif mengatasi gejala positif dari skizofrenia namun
kurang efektif untuk gejala negative.

F. Evaluasi
Purwanto (2015), menerangkan dalam tahap evaluasi ini klien dan
keluarga agar dapat melihat perubahan dan berupaya mempertahankan dan
memelihara yang adaptif. Hal-hal yang perlu dievaluasi meliputi :
a. Apakah ancaman terhadap integritas fisik atau sistem diri klien telah
berkurang?
b. Apakah perilaku klien mencerminkan penerimaan diri dan persetujuan
diri yang lebih besar?
Evaluasi yang diharapkan dari pengkajian Rosenberg Self-Esteem
Scale (RSES) yaitu:
a. Klien merasa puas terhadap dirinya
b. Klien berfikir memiliki kelebihan
c. Klien merawa memiliki kemampuan yang bagus
d. Klien mampu melakukan hal-hal yang dilakukan orang lain
e. Klien memiliki sesuatu yang dapat dibanggakan
f. Klien berguna
g. Klien merasa berharga
h. Klien dapat menghargai diri sendiri
i. Klien tidak merasa gagal
j. Klien memiliki sikap baik pada diri sendiri
BAB III
Askep sesuai kasus

A. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan harga diri rendah yaitu dengan
mengisi lembar/format instrumen pengkajian harga diri rendah,
Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES), dan format pengkajian
keperawatan jiwa sebagaimana terlampir. Selain itu pengakajian
pada klien harga diri rendah
menurut Dermawan dan Rusdi (2013) mencakup beberapa hal
berikut,yaitu:
a. Faktor Predisposisi

1) Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan


orang tua, harapan orang tua yang tidak realistik.

2) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran yang


sesuai dengan jenis kelamin peran dalam pekerjaan dan peran yang
sesuai dengan kebudayaan.

3) Faktor yang memperngaruhi identitas diri, yaitu orang tua tidak


percaya pada anak, tekanan teman sebaya dan kultur sosial yang
berubah.

b. Faktor Presipitasi

1) Dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari luar
individu (internal or eksternal sources), yang dibagi dalam 5
kategori yaitu ketegangan peran, konflik peran, peran yang tidak
jelas, peran berlebihan.

2) Perkembangan transisi
Situasi transisi peran, adalah bertambahnya atau berkurangnya
orang penting dalam kehidupan individu melalui kelahiran atau
kematian orang yang berarti.

3) Transisi peran sehat-sakit


Peran yang diakibatkan oleh keadaan sehat atau keadaan
sakit.Transisi ini dapat disebabkan karena kehilangan bagian tubuh,
perubahan ukuran dan bentuk tubuh, penampilan atau fungsi tubuh,
prosedur pengobatan dan perawatan.

4) Ancaman fisik
Ancaman fisik seperti pemakaian oksigen, kelelahan, ketidak
seimbangan bio-kimia, gangguan penggunaan obat, alkohol dan
zat.

5) Perilaku
Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah meliputi
mengkritik diri sendiri dan orang lain, penurunan produktivitas,
perasaan tidak mampu, gangguan dalam berhubungan, rasa
bersalah, mudah tersinggung atau marah yang berlebihan, perasaan
negatif tentang tubuhnya sendiri, ketegangan peran yang dirasakan,
pandangan hidup yang pesimis, menarik diri secara social, menarik
diri dari realitas, khawatir.

6) Sumber coping
Semua orang tanpa memperhatikan gangguan perilakunya,
mempunyai beberapa bidang kelebihan personal yang meliputi
aktivitas olahraga dan aktivitas di luar rumah, hobi dan kerajinan
tangan, seni yang ekspresif, kesehatan dan perawatan diri,
pendidikan, pekerjaan, bakat tertentu, kecerdasan, imajinasi dan
kreativitas, dan hubungan interpersonal.

7) Mekanisme Koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi klien dari
pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respons
neurobiologis maladaptif yang menakutkan berhubungan dengan
respon neurobiologis maladaptif meliputi :
a) Regresi, berhubungan dengan masalah proses informasi dan
upaya untuk mengatasi ansietas, yang menyisakan sedikit energi
untuk aktivitas hidup sehari-hari
b) Proyeksi, sebagai upaya untuk menjelaskan kerancunan persepsi
c) Menarik diri.

8) Mekanisme pertahanan ego


Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi,
disosiasi,
isolasi, proyeksi, pengalihan, berbalik marah terhadap diri sendiri
dan amuk.

B. Diagnosa
Kemungkinan diagnosa yang muncul pada pasien Skizovernia yaitu :
1. Gangguan presepsi sensori (D.0085)
2. Harga diri rendah kronis (D.0086)
3. Defisit perawatan diri (D.0109)
C. Intervensi
N Dx Rasional Intervensi Rasio
o nal
1. Ganggu Setelah di lakukan tindakan Observasi
an keperawatan selama 1x24 1. Monitor perilaku
presepsi jam di harapkan : yang
sensori - Verbalisasi mengindikasikan
(D.0085 mendengar bisikan halusinasi
) menurun 2. Monitor isi
- Verbalisasi melihat halusinasi
bayangan menurun Terapeutik
- Verbalisasi 1. Pertahankan
merasakan sesuatu lingkungan yang
melalui indra aman
perabaan menurun 2. Lakukan tindakan
- Verbalisasimerasakan keselamatan ketika
sesuatu melalui indra tidak dapat
pengecapan menurun mengontrol perilaku
- Verbalisasimerasakan Edukasi
sesuatu melalui indra 1. Anjurkan
penciuman menurun memonitor sendiri
- Perilaku halusinasi situasi
menurun terjadinyahalusinasi
2. Anjurkan bicara
pada orang yang di
percaya untuk
memberi dukungan
dan umpan balik
korektif terhadap
halusinasi
3. Anjurkan
melakukan distraksi
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian obat
antipsikotik dan
ansietas
2. Harga Setelah di lakukan tindakan Observasi
diri keperawatan selama 1x24 1. Identifikasi harapan
rendah jam di harapkan : untuk untuk
kronis - Penilaian diri positif mengendalikan
(D.0086 meningkat perilaku
) - Konsentrasi Terapeutiki
meningkat 1. Diskusikan
- Tidur meningkat tanggung jawab
- Kontak mata terhadap perilaku
meningkat 2. Jadwalkan kegiatan
terstruktur
3. Ciptakan dan
pertahankan
lingkngan dan
kegiatan perawatan
konsisten setiap
dinas
4. Tingkatkan aktifitas
fisik sesuai
kemampuan
5. Batasi jumlah
pengunjung
6. Bicara dengan nada
rendah dan tenang
7. Cegah perilaku
pasif dan agresif
8. Hindari sikap
mengancam dan
berdebat
Edukasi
1. Informasikan
kepada keluarga
bahwa keluarga
sebagai dasar
pembentukan
kognitif

3. Defisit Setelah di lakukan tindakan Observasi


perawat keperawatan selama 1x24 1. Identifikasi
an diri jam di harapkan : kebiasaan aktifitas
(D.0109 - Kemampuan mandi perawatan diri
) meningkat sesuai aktifitas
- Kemampuan 2. Monitor tingkat
mengenakan pakaian kemandirian
meningkat 3. Identifikasi
- Kemampuan makan kebutuha alat bantu
meningkat kebersihan diri
- Kemampuan ke toilet berpakai berhias
(BAB/BAK) dan makan
meningkat Terapeutik
- Verbalisasi keinginan 1. Sediakan
melakukan perawatan lingkungan yang
diri meningkat terapeutik
2. Siapkan keperluan
mansi
3. Damping dalam
perawatan diri
sampai mandiri
4. Fasilitasi
kemandirian
5. Jadwalkan rutinitas
perawatan diri
6. Edukasi

D. Implementasi
BAB IV
PEMBAHASAN

Kasus

Tn. H, 29 tahun, seorang petani datang dibawa oleh keluarga ke UGD RSJ
Provinsi Lampung pada tanggal 21 Mei 2018. Pasien datang dalam keadaan
terikat, gelisah, dan memberontak. Hasil autoanamnesis dari ayah
didapatkan bahwa pasien sebelumnya bekerja di Jakarta pada tahun 2014,
kemudian pasien mengalami putus cinta dan mengalami
perubahan-perubahan hingga akhirnya pulang ke Lampung tahun 2017.
Setelah itu pasien tampak sering melamun, berbicara dan tertawa sendiri,
serta memiliki kepercayaan yang salah bahwa dirinya sudah menikah dan
memiliki anak. Keluarga sudah mencoba pengobatan tradisional namun tidak
ada perubahan sehingga pasien dibawa ke RSJ
Provinsi Lampung.Pemeriksaan fisik didapatkan setelah pasien tenang di
bangsal perawatan pada tanggal 2 Juni 2018. Saat wawancara, keadaan
umum pasien compos mentis, penampilan sesuai usia, pasien duduk tenang
dan dapat menjawab semua pertanyaan dengan baik,
kontak mata dengan pemeriksa baik. Pasien bersikap kooperatif selama
wawancara. Pembicaraan spontan, lancar, volume cukup,
artikulasi jelas, amplitudo sesuai, intonasi baik, menjawab sesuai dengan
pertanyaan, kuantitas dan kualitas cukup. Pada pasien
didapatkan mood disforik, afek terbatas, dan keserasian cukup serasi.
Pada pasien juga ditemukan adanya riwayat halusinasi auditorik, waham
kejar, rujukan, kebesaran dan waham sistematik. Pasien memiliki tilikan satu
serta Reality Testing of Ability ditemukan gangguan dalam
kemampuanmenilai realitas. Pasien mendapatkan terapi psikofarmaka
berupa risperidone 2 x 2mg, serta psikoterapi pada
pasien dan keluarga pasien berupa edukasi mengenai penyakit dan
pengobatan yang diberikan pada pasien.

Perbedaan pada teori dan kasus

Penatalaksanaan dari skizofrenia dapat berbeda pada fase-fase penyakit.


Farmakoterapi serta psikoterapi diberikan pada pasien dengan tujuan
menghilangkan gejala, kekambuhan dari penyakit, dan memperbaiki kualitas
hidup.6 Pada pasien farmakoterapi yang diberikan adalah Risperidone 2x 2
mg sebagai penatalaksanaan awal yang dapat diberikan sesuai dengan
kompetensi dokter umum. Risperidone merupakan senyawa benzoxazole.
Efek anti psikotik-nya berhubungan dengan potensi antagonis dopamin D2
dan memiliki afinitas terhadap reseptor serotogenik 5HT2C.10 Risperidone
telah dilaporkan dapat memperbaiki gejala positif dari skizofrenia.
Terapi lain seperti terapi kejang listrik , dapat dilakukan untuk skizofrenia
katatonik dan refrakter. Pada fase stabilisasi farmakoterapi ditujukan untuk
mempertahankan remisi gejala atau mengontrol, meminimalisasi risiko atau
konsekuensi kekambuhan dan mengoptimalkan fungsi dan proses
kesembuhan.
Kesimpulan dan evaluasi
Skizofrenia adalah kelainan otak yang berjalan kronis, parah, dan
melumpuhkan yang telah mempengaruhi banyak orang.Penyakit ini telah
menjadi masalah kesehatan yang penting, mempengaruhi hampir 1% dari
populasi, biasanya dengan keterlibatan masalah sosial dan ekonomi karena
pasienyang menderita skizofrenia biasanya tidak memiliki pekerjaan dan
rumah.
Skizofrenia memberikan gambaran klinis yang bervariasi, umumnya ditandai
distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar dan khas, serta oleh afek yang
tidak wajar atau tumpul. Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual
biasanya dapat dipertahankan walaupun defisit kognitif tertentu dapat
berkembang kemudian.Penatalaksanaan dari skizofrenia dapat berbeda pada
fase-fasepenyakit.Farmakoterapi serta psikoterapi diberikan pada pasien
dengan tujuan menghilangkan gejala, kekambuhan dari penyakit dan
memperbaiki kualitas hidup.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Skizofrenia adalah suatu penyakit yang memengaruhi otak dan menyebabkan
timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh dan terganggu.
secara general gejala serangan skizofrenia dibagi menjadi 2 (dua), yaitu gejala positif
dan negatif. Skizofrenia ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan
karakteristik dari pikiran dan presepsi,serta oleh efek yang tidak wajar . Salah satu
terapi yang bermanfaat serta mudah dilakukan salah satunya adalah terapi music.
Music instrumental juga bisa menjadi alternative cara untuk menyembuhkan gangga
jiwa.
B. SARAN
Sebagai penulis kami merasa masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah
ini, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami
harapkan agar kami bias memperbaiki makalah ini
Daftar Pustaka
Puspitasari, K. "pendahuluan latar belakang skizofernia ." 2021.
respository.unmuhjember.ac.id. pdf. 27 maret 2022. ,KTI M.Irfan 2018

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 eprints.umpo.ac.id


Definisi .. 27 Maret 2022

http://repositori.unsil.ac.id › ...PDF 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.


Skizofrenia 1. Pengertian Skizofrenia ...27 maret 2022

https://repository.poltekes-smg.ac.id/repositiry/073_ETIKA
%20WAHYUNINGSIH

PDSKJI. PNPK Jiwa/ Psikiatri. Jakarta:

PDSKJI; 2012. Departemen Kesehatan RI. PPDGJ III.

Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 1993.

Subramanian P and Rudnick A.

Risperidone for individuals with refractory schizophrenia.

Clinical Medicine Insights : Therapeutics. 2010; 2: 401-406.

Anda mungkin juga menyukai