TUGAS MANDIRI
STASE KEPERAWATAN JIWA
Disusun oleh :
A. Definisi
Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan
timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, perilaku yang aneh dan terganggu
(Videbeck, 2018). Pengertian yang lebih ringkas diungkapkan oleh Hawari (2018),
dimana skizofrenia berasal dari dua kata “Skizo” yang artinya retak atau pecah (spilt),
dan “frenia” yang artinya jiwa. Dengan demikian skizofrenia adalah orang yang
mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian (splitting of personality),
sedangkan pengertian yang lebih lengkap diungkapkan oleh Direja (2016) bahwa
skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan gangguan utama pada proses
pikir serta disharmoni (keretakan, perpecahan) antara proses pikir, afek atau emosi,
kemauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan
halusinasi, asosiasi terbagi-bagi sehingga timbul inkoherensi.
Skizofrenia adalah gangguan psikis dengan adanya pemisahan antara pikiran,
emosi, dan perilaku dari orang yang mengalaminya ditandai dengan penyimpangan
realitas, penarikan diri dari interaksi sosial, serta disorganisasi persepsi, pikiran, dan
kognitif. Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu
gangguan psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi,
pikiran, afek, dan perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual
biasanya tetap terpelihara, walaupun defisit kognitif tertentu dapat berkembang kemudian
(Sadock, 2003).
B. Tanda dan Gejala
Gejala skizofrenia secara garis besar dapat di bagi dalam dua kelompok, yaitu
gejala positif dan gejala negatif. Gejala positif berupa delusi, halusinasi, kekacauan
pikiran, gaduh gelisah dan perilaku aneh atau bermusuhan. Gejala negatif adalah alam
perasaan (afek) tumpul atau mendatar, menarik diri atau isolasi diri dari pergaulan,
‘miskin’ kontak emosional (pendiam, sulit diajak bicara), pasif, apatis atau acuh tak acuh,
sulit berpikir abstrak dan kehilangan dorongan kehendak atau inisiatif.
Menurut Hawari (2018), gejala-gejala skizofrenia dapat dibagi dalam 2 (dua)
kelompok yaitu gejala positif dan gejala negatif. Selengkapnya seperti pada uraian
berikut:
a. Gejala positif skizofrenia
Gejala positif merupakan gejala yang mencolok, mudah dikenali, menganggu
keluarga dan masyarakat serta merupakan salah satu motivasi keluarga untuk
membawa pasien berobat (Hawari, 2018). Gejala-gejala positif yang diperlihatkan
pada pasien skizofrenia yaitu:
1) Delusi atau waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal).
Meskipun telah dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinan itu tidak rasional, namun
pasien tetap meyakini kebenarannya.
2) Halusinasi, yaitu pengalaman panca indera tanpa rangsangan (stimulus). Misalnya
pasien mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan di telinganya padahal tidak ada
sumber dari suara atau bisikian itu.
3) Kekacauan alam pikir, yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya. Misalnya
bicaranya kacau, sehingga tidak dapat diikuti alur pikirannya.
4) Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semangat
dan gembira berlebihan, yang ditunjukkan dengan perilaku kekerasan.
5) Merasa dirinya “orang besar”, merasa serba mampu, serba hebat dan sejenisnya.
6) Pikiran penuh dengan ketakutan sampai kecuringaan atau seakan-akan ada
ancaman terhadap dirinya.
7) Menyimpan rasa permusuhan.
b. Gejala negatif skizofrenia
Gejala negatif skizofrenia merupakan gejala yang tersamar dan tidak menggangu
keluarga ataupun masyarakat, oleh karenanya pihak keluarga seringkali terlambat
membawa pasien berobat (Hawari, 2018). Gejala-gejala negatif yang diperlihatkan
pada pasien skizofrenia yaitu :
1) Alam perasaan (affect) “tumpul” dan “mendatar”. Gambaran alam perasaan ini
dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi.
2) Isolasi sosial atau mengasingkan diri (withdrawn) tidak mau bergaul atau kontak
dengan orang lain, suka melamun (day dreaming).
3) Kontak emosional amat “miskin”, sukar diajak bicara, pendiam.
4) Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan sosial.
5) Sulit dalam berpikir abstrak.
6) Pola pikir stereotip.
A. Definisi
Ganguan Persepsi Sensori (Halusinasi) adalah perubahan persepsi terhadap
stimulus baik internal maupun eksternal yang disertai dengan respon yang berkurang,
berlebihan atau terdistorsi (PPNI, 2016). Halusinasi merupakan salah satu gejala yang
sering ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa. Halusinasi identik dengan
skizofrenia, seluruh klien dengan skizofrenia diantaranya mengalami halusinasi.
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang
sebenarnya tidak terjadi. Suatu penghayatan yang dialami seperti suatu persepsi
melalui panca indra tanpa stimulus eksternal, persepsi palsu. Berbeda dengan ilusi
dimana klien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada
halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi. Stimulus internal di
persepsikan sebagai suatu yang nyata ada oleh klien.
B. Pengkajian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana pasien mengalami
perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan perabaan atau penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya
tidak ada. Pada proses pengkajian, data penting yang perlu didapatkan adalah:
1) Jenis halusinasi
Berikut adalah jenis-jenis halusinasi, data obyektif dan subyektifnya. Data
objektif dapat Saudara kaji dengan cara mengobservasi perilaku pasien,
sedangkan data subjektif dapat Saudara kaji dengan melakukan wawancara
dengan pasien. Melalui data ini perawat dapat mengetahui isi halusinasi
pasien.
Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjekti
Halusinasi Bicara atau tertawa Mendengar suara-suara atau
sendiri kegaduhan.
Pendengaran
Marah-marah tanpa Mendengar suara yang
sebab mengajak bercakap-cakap.
Menyedengkan Mendengar suara menyuruh
telinga ke arah melakukan sesuatu yang
tertentu berbahaya
Menutup telinga
2) Isi halusinasi
Data tentang isi halusinasi dapat saudara ketahui dari hasil pengkajian tentang
jenis halusinasi (lihat nomor 1 diatas).
3) Waktu, frekwensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya
halusinasi yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah pagi,
siang, sore atau malam? Jika mungkin jam berapa? Frekuensi terjadinya
apakah terus-menerus atau hanya sekali-kali? Situasi terjadinya apakah kalau
sendiri, atau setelah terjadi kejadian tertentu. Hal ini dilakukan untuk
menentukan intervensi khusus pada waktu terjadinya halusinasi, menghindari
situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi. Sehingga pasien tidak larut
dengan halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi
dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya halusinasi.
4) Respons halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul.
Perawat dapat menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan
saat halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga atau
orang terdekat dengan pasien. Selain itu dapat juga dengan mengobservasi
perilaku pasien saat halusinasi timbul.
Daftar Pustaka
Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., & Wagner, C.M. (2016). Nursing
Interventions Classification (NIC), Edisi 6 Philadelpia: Elsevier.
Dalami, Ernawati, dkk. (2014). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa, Jakarta :
Trans Info Media
Gottesman, I. I., Shields, J., & Hanson, D. R. (1982). Schizophrenia. CUP Archive.
Herdman, T.H. (2018). NANDA International Nursing Diagnoses: definitions and classification
2018-2020. Jakarta: EGC.
Hesti Wulandari. (2016). Asuhan Keperawatan Pada Klien Gangguan Jiwa Dengan Defisit
Perawatan Diri Di Ruang Jalak Rsj Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang Malang.
file:///C:/Users/Sufi%20Indokom/Downloads/818-2671-1-SM%20(2).pdf. Diakses
tanggal 20 Maret 2018.
Kurniasari, C. I., Dwidiyanti, M., & Padmasari, S. (2019). Terapi Keperawatan Dalam Mengatasi
Masalah Interaksi Sosial pada Pasien Skizofrenia: Literatur Review. Jurnal Ilmu
Keperawatan Jiwa, 2(1), 41-46.
Kuzman, M. R., Medved, V., Terzic, J., & Krainc, D. (2009). Genome-wide expression analysis
of peripheral blood identifies candidate biomarkers for schizophrenia. Journal of
psychiatric research, 43(13), 1073-1077.
McCutcheon, R. A., Marques, T. R., & Howes, O. D. (2020). Schizophrenia—an
overview. JAMA psychiatry, 77(2), 201-210.
Moorhead, Sue., Johnson, Marion., Maas, M.L., & Swanson, Elizabeth. (2016). Nursing
Outcomes Classification (NOC), Edisi 5.Philadelpia: Elsevier.