Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Skizofrenia

1. Pengertian Skizofrenia

Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan

gangguan dasar pada kepribadian. Distorsi khas proses pikir, kadang-

kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh

kekuatan dari luar dirinya. Waham yang kadang-kadang aneh, gangguan

persepsi, aspek abnormal, yang terpadu dengan situasi nyata atau

sebenarnya, dan autisme. Meskipun demikian, kesadaran yang jernih dan

kapasitas intelektual biasanya tidak terganggu (Mansjoer, 2001).

2. Penyebab Skizofrenia

Menurut Yosep (2007) hingga sekarang belum ditemukan

penyebab yang pasti mengapa seseorang menderita skizofrenia. ternyata

dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan tidak ditemukan faktor

tunggal. Penyebab skizofrenia menurut pengertian mutakhir antara lain :

a. Faktor genetik

b. Virus

c. Auto antibodi

d. Malnutrisi

Menurut Maramis (2009) faktor-faktor yang berisiko untuk

terjadinya skizofrenia adalah sebagai berikut :

9
10

a. Keturunan

Faktor keturunan menentukan timbulnya skizofrenia, dibuktikan

dengan penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia dan

terutama anak-anak kembar satu telur. Angka kesakitan bagi saudara

tiri ialah 0,9-1,8%, bagi saudara kandung 7-15%, bagi anak dengan

salah satu anggota keluarga yang menderita skizofrenia 7-16%, bila

kedua orang tua menderita skizofrenia 49-68%, bagi kembar dua telur

(heterozigot) 2-15%, bagi kembar satu telur (monozigot) 61-86%.

b. Endokrin

Skizofrenia mungkin disebabkan oleh satu gangguan endokrin.

Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya

skizofrenia pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau peuerperium

dan waktu klimakterium

c. Metabolisme

Ada yang menyangka bahwa skizofrenia disebabkan oleh

gangguan metabolisme, karena penderita dengan skizofrenia tampak

pucat dan tidak sehat

d. Susunan saratf Pusat

Ada yang berpendapat bahwa penyebab skizofrenia ke arah

kelainan susunan saraf pusat, yaitu pada diensifalon atau kortex otak

e. Teori AdolfMeyer

Skizofrenia tidak disebabkan oleh suatu penyakit badaniah tetapi

merupakan reaksi yang salah, suatu maladaptasi. oleh karena itu


11

timbul suatu disorganisasi kepribadian dean lama-kelamaan orang itu

menjauhkan diri dari kenyataan (otisme).

f.Teori Sigmund Freud

Terjadinya kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab

psikogenik ataupun somatik. Superego dikesampingkan sehingga

tidak bertenaga lagi dan Id yang berkuasa serta suatu regresi ke fase

narsisisme

g. Eugen bleuler

Skizofrenia, yaitu jiwa yang terpecah-pecah, adanya keretakan

atau disharmoni antara proses berfikir, perasaan dan perbuatan.

Skizofrenia sebagai suatu sindrom yang dapat disebabkan bermacam-

macam sebab, antara lain keturunan, pendidikan yang salah,

maladaptasi, tekanan jiwa, penyakit badaniah seperti luas otak,

atherosklerosis otak dan penyakit lain yang belum diketahui.

Skizofrenia ini suatu gangguan psikosomatis, gejala-gejala pada

badan hanya sekunder karena gangguan dasar yang psikogenetik, atau

merupakan manifestasi somatis dari gangguan psikogenik.

3. Tanda dan Gejala Skizofrenia

Adapun menurut Akmal (2010) skizofrenia ditandai dengan gejala-

gejala psikotik yang khas dan adanya kemunduran fungsi sosial, fungsi

kerja dan perawatan diri. Ada dua gejala pada skizofrenia yaitu sebagai

berrikut:
12

a. Gejala Positif atau gejala tipe I yang ditandai dengan munculnya

persepsi, pikiran dan perilaku yang tidak biasa secara menonjol,

misalnya:

1) Halusinasi, yaitu pengalaman indrawi yang tidak nyata, sebagai

contoh merasa melihat, mendengar, atau membaui sesuatu yang

sebenarnya tidak ada;

2) Delusi, yaitu kepercayaan yang tidak sesuai dengan realita, sebagai

contoh merasa dirinya nabi;

3) Pola pikiran dan bicara yang kacau, contohnya kata-kata yang

diucapkan rancu dan tidak ada artinya atau menyambung kata

berdasar bunyi yang tidak ada artinya; dan

4) Perilaku katatonik, yaitu perilaku sangat tidak bisa diramalkan,

aneh, dan sangat tidak bertanggung jawab, sebagai contoh tidak

bergerak sama sekali dalam waktu lama atau tiba-tiba melompat-

lompat tanpa tujuan.

b. Gejala Negatif atau gejala tipe II yang ditandai dengan hilangnya atau

berkurangnya kemampuan pada area tertentu misalnya:

1) Efek datar, yaitu tidak mampu memberi respons secara emosi

terhadap lingkungan sekitarnya, sebagai contoh ketika berbicara

ekspresi tidak sesuai, tidak ada ekspresi sedih ketika situasi sedih;

2) Alogia, yaitu tidak mau bicara atau minimal dalam bicara, misalnya

membisu beberapa hari dan;


13

3) Avolition, yaitu tidak mampu melakukan tugas berdasarkan tujuan

tertentu (dalam jangka lama), sebagai contoh tidak mampu mandi

sendiri atau makan tidak sampai selesai.

4. Kriteria Diagnosis Skizofrenia Menurut DSM-IV TR

Menurut DSM-IV TR dalam Arif (2006) paling tidak, terdapat

enam kriteria diagnostik skizofrenia adalah sebagai berikut:

a. Simtom-simtom khas

Dua atau lebih yang berikut ini, masing-masing muncul cukup

jelas selama jangka waktu satu bulan (atau kurang, bila ditangani

dengan baik):

1) Delusi

2) Halusinasi

3) Pembicaraan kacau

4) Tingkah laku kacau atau katatonik

5) Simtom-simtom negatif

b. Disfungsi sosial okupasional

c. Durasi

d. Tidak termasuk gangguan ini tetap ada paling sedikit 6 bulan. Periode

6 bulan ini mencakup paling tidak 1 bulan dimana simtom-simtom

muncul.

e. Tidak termasuk gangguan schizoaffective atau gangguan mood.

f. Tidak termasuk gangguan karena zat atau kerena kondisi medis.


14

g. Hubungan dengan pervasive Depelopmental disorder. Bila ada

riwayat Autistic Disorder atau gangguan PDD lainnya, diagnosis

tambahan skizofrenia hanya dibuat bila ada halusinasi atau delusi

yang menonjol, selama paling tidak 1 bulan (atau kurang bila

tertangani dengan baik).

5. Dampak Skizofrenia Terhadap Individu dan Masyarakat

Menurut Stuart (2007) dampak skizofrenia terhadap individu dan

anak adalah sebagai berikut:

a. Sekitar 1 dari setiap 100 orang penduduk Amerika Serikat (2,5) juta

mengalami skizofrenia, tanpa memperhatikan ras, kelompok etnik,

atau gender.

b. Tiga dari 4 pasien mulai mengalami skizofrenia pada usia antara 17-

25 tahun.

c. 95% pasien skizofrenia mengalami penyakit ini sepanjang hidupnya.

d. Biaya yang dikeluarkan untuk perawatan yang diberikan keluarga dan

terkait kejahatan serta terkait kesejahteraan akibat skizofrenia sebesar

$33 miliar setiap tahunnya di Amerika Serikat.

e. Lebih dari 75% pendapatan dari pembayar pajak yang dialokasikan

untuk pengobatan gangguan jiwa digunakan untuk pasien skizofrenia.

f. 25% tempat rawat inap di rumah sakit diisi olah pasien skizofrenia.

g. Diperkirakan sepertiga sampai setengah populasi tunawisma di

Amerika Serikat mengalami skizofrenia.


15

h. Skizofrenia menduduki peringkat 4 dari 10 besar penyakit yang

membebankan di seluruh dunia. Tiga teratas ditempati oleh depresi

unipolar, penggunaan alkohol, dan gangguan bipolar.

i. Skizofrenia adalah penyakit kronik yang lima kali lebih sering terjadi

daripada sklerosis multipel, enam kali lebih sering terjadi daripada

diabetes bergantung insulin, 60 kali lebih sering terjadi daripada

distrofi muskular, dan 80 kali lebih sering terjadi dari pada penyakit

Hungtinton.

j. 25% pasien skizofrenia tidak berespons terhadap obat antipsikotik

tradisional.

k. Sekitar 20% sampai 50% pasien skizofrenia berupaya melakukan

bunuh diri,10% berhasil melakukannya.

Skizofrenia adalah penyakit yang sangat merusak, tidak hanya pada

orang terkena tapi pada keluarganya juga. Keluarga hidup dengan

ketakutan yang menetap bahwa gejala akan muncul kembali. Masalah-

masah yang ditimbulkan pasien skizofrenia pada keluarga yang paling

sering muncul adalah ketidakmampuan merawat diri, ketidakmampuan

menangani uang, social withdrawal, kebiasaan-kebiasaan pribadi yang

aneh, ancaman bunuh diri, gangguan pada kehidupan keluarga,

ketakutan atas keselamatan, baik pasien maupun keluarga dan blame

shame (Arif, 2006).


16

6. Pengobatan Skizofrenia

Adapun menurut Stuart (2007) pengobatan gangguan skizofrenia

adalah sebagai berikut:

a. Obat-obat antipsikotik konvensional (seperti klorpromazin,

haloperidol, loksapin, perpenazin, trifluoperazin, tiotiksen, dan

tioridazin) terbukti mengurangi gejala positif skizofrenia dan secara

segnifikan menurunkan resiko kekambuhan simtomatik dan dirawat

inap ulang. Namun, efek samping neurologis yang serius

menyebabkan obat ini sulit ditoleransi olah banyak pasien skizofrenia.

b. Kelompok obat-obat antipsikotik “antipikal” terbaru (seperti klozapin,

resperidon, olanzapin, quetiapin, ziprasidon) telah menunjukkan

eefektivitas yang dapat dibandingkan atau lebih baik untuk mengatasi

gejala skizofrenia yang secara segnifikan menurunkan resiko

gangguan neurologis yang merugikan. Obat-obat ini terutama efektif

dalam mengatasi gejala skizofrenia.

c. Terapi kognitif perilaku dan program pembelajaran sosial/token

economy membantu strukur, dukungan, dan mendorong perilaku

prososial dalam mengobati penderita skizofrenia yang sulit

disembuhkan. Intervensi yang berupa penyuluhan keluarga yang

terstrukur membantu mempertahankan pencapaian tujuan melalui

pengobatan dan manajemen kasus biasa. Pelatihan keterampilan sosial

memungkinkan penderita skizofrenia mendapatkan keterampilan


17

afiliatif dan instrumental untuk meningatkan fungsi di komunitas

mereka.

7. Prinsip Implementasi Keperawatan

Adapun menurut Yosep, (2009) secara umum pasien skizofrenia

akan mengalami beberapa masalah keperawatan seperti halusinasi, harga

diri rendah, isolasi sosial, perilaku kekerasan, waham, depresi dan

sebagainya. Prinsip perencanaan keperawatan yang perlu

dipertimbangkan adalah:

a. Pentingnya perawatan di rumah sakit dan menumbuhkan kemandirian.

b. Perawat melakukan identifikasi dan pemenuhan kebutuhan dasar

selama di rumah sakit.

c. Terapi medis yang tuntas.

d. Merencanakan tindak lanjut dan proses rujukan pasien dan peran serta

keluarga.

e. Merencanakan keterampilan dan perangkat kehidupan setelah kembali

ke masyarakat seperti sumber penghasilan dan ekonomi, dukungan

sosial, hubungan keluarga dan ketahanan apabila mendapatkan stres.

f. Memberikan terapi modalitas dan melatih terapi kerja.

g. Pendidikan masyarakat dan mencegah stigma.

Perjalanan penyakit yang dialami pasien, apakah ia membaik atau

memburuk, kambuh atau tidak juga terkait dengan konflik dalam

keluarga, ini sangat membutuhkan relasi dalam keluarga sebagai suatu

kebutuhan, meskipun juga dihindari penderita karena kerapuhan


18

kepribadiannya. Keluarga bukannya tidak mau memberikan apa yang

dibutuhkan pasien namun seringkali tidak memiliki pemahaman akan

kebutuhan pasien, tingkah laku pasien yang sulit dimengerti juga

mempersulit terjaminnya relasi antara keluarga dengan penderita (Arif,

2006).

B. Konsep Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang

mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. penginderaan

terhadap objek terjadi melalui panca indera manusia yakni penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu

penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telingga (Wawan

& Dewi, 2010).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telingga pengetahuan sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang. (Notoatmojo, 2012).


19

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang, dari pengalaman dan penelitian

ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan

yang cukup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Tahu

diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsang yang diterima.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut dengan benar. Orang

yang telah paham terhadap objek atau materi dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan terhadap objek

yang dipelajari.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk mengunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

Aplikasi disini dapat diartikan sebagai pengunaan hukum-hukum,


20

rumus, metode, dan prinsip dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu

terstruktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah kemampuan

untuk menyusun formulasi yang baru berdasarkan formulasi-formulasi

yang sudah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu objek atau materi. Penelitian itu

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Sebelum mengadopsi perilaku baru di dalam diri sendiri orang

tersebut menjadi proses yang berurutan yakni :

a. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian

dan tertarik pada stimulus

c. Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan


21

mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus

tersebut bagi dirinya.

d. Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru

Adoption, dan sikap terhadap stimulus (Wawan & Dewi, 2010).

Perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran yang positif,

maka pengetahuan tersebut akan bersifat langgeng. Salah satu penyebab

kekambuhan gangguan jiwa keluarga yang tidak tahu cara menangani

perilaku klien di rumah. Karena ketidaktahuan keluarga sudah umum

diketahui bahwa klien yang gagal memakan obat secara teratur

mempunyai kecenderungan untuk kambuh. Berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan 25-50% klien pulang dari rumah sakit tidak memakan obat

secara teratur (Nasir, 2011).

C. Ekspresi Emosi

1. Ekspresi

Ekspresi wajah atau mimik adalah hasil dari satu atau lebih gerakan

atau posisi otot pada wajah. Ekspresi wajah merupakan salah satu bentuk

komunikasi nonverbal, dan dapat menyampaikan keadaan emosi dari

seseorang kepada orang yang mengamatinya. Ekspresi wajah merupakan

salah satu cara penting dalam menyampaikan pesan sosial dalam

kehidupan manusia, namun juga terjadi pada mamalia lain dan beberapa

spesieshewan lainnya.
22

Manusia dapat mengalami ekspresi wajah tertentu secara sengaja,

tapi umumnya ekspresi wajah dialami secara tidak sengaja akibat

perasaan atau emosi manusia tersebut. Biasanya amat sulit untuk

menyembunyikan perasaan atau emosi tertentu dari wajah, walaupun

banyak orang yang merasa amat ingin melakukannya. Misalnya, orang

yang mencoba menyembunyikan perasaan bencinya terhadap seseorang,

pada saat tertentu tanpa sengaja akan menunjukkan perasaannya tersebut

di wajahnya, walaupun ia berusaha menunjukkan ekspresi netral.

Hubungan perasaan dan ekspresi wajah juga dapat berjalan sebaliknya,

pengamatan menunjukkan bahwa melakukan ekspresi wajah tertentu

dengan sengaja (misalnya: tersenyum), dapat memengaruhi atau

menyebabkan perasaan terkait benar-benar terjadi.

Sebagian ekspresi wajah dapat diketahui maksudnya dengan

mudah, bahkan oleh anggota spesies yang berbeda, misalnya kemarahan

dan kepuasan. Namun, beberapa ekspresi lainnya sulit diartikan,

misalnya ketakutan dan kejijikan kadang sulit dibedakan. Selain itu,

kadang-kadang suatu wajah dapat disalahartikan mengalami emosi

tertentu, karena susunan otot-otot wajah orang tersebut secara alami

menyerupai wajah seseorang yang mengalami ekspresi tertentu, misalnya

wajah seseorang yang tampak selalu tersenyum.

Menurut Jeffrey (2005), Alam perasaan (mood) adalah

perpanjangan keadaan emosional yang mempengaruhi seluruh

kepribadian dan fungsi kehidupan seseorang. Alam perasaan ini meliputi


23

emosi seseorang yang kuat dan menyebar dan mempunyai arti yang sama

dengan afek, keadaan perasaan dan emosi. Sama hal nya dengan aspek

lain dari kepribadian, emosi atau alam perasaan memberikan suatu peran

adaptif terhadap individu. Jika memandang ekspresi emosi dalam suatu

rentang sehat sakit, akan tampak beberapa parameter yang relevan.

a. Respon emosional termasuk dipengaruhi oleh dan berperan aktif

dalam dunia internal dan eksternal seseorang. Tersirat bahwa orang

tersebut terbuka dan sadar akan perasaannya sendiri.

b. Reaksi berduka takterkomplikasi terjadi sebagai respons terhadap

kehilangan dan tersirat bahwa seseorang sedang menghadapi sesuatu

kehilangan yang nyata serta terbenam dalam proses berdukanya.

c. Supresi emosi mungkin tampak sebagai penyangkalan (denial)

terhadap perasaan sendiri, terlepas dari perasaan tersebut, atau

internalisasi terhadap semua aspek dari dunia afektif seseorang.

d. Penundaan reaksi berduka adalah ketiadaan yang persisten respon

emosional terhadap kehilangan. Ini dapat terjadi pada awal proses

berkabung dan menjadi nyata pada proses berduka atau keduanya.

Penundaan dan penolakan proses berduka kadang terjadi bertahun

tahun

e. Depresi, atau melankolia adalah suatu kesedihan dan perasaan duka

yang berkepanjangan atau abnormal. Dapat digunakan untu

menunjukkan berbagai fenomena, seperti tanda, gejala, sindrom,

keadaan emosional, reaksi, penyakit, atau entitas klinis.


24

2.Emosi

Emosi merupakan perpaduan dari beberrapa perasasaan yang

mempunyai intensitas yang relative tinggi, dan menimbulkan suatu

gejolak suasa batin, suatu stirred up or aroused state of the human

organization. Emosi seperti hal nya juga perasaan juga membentuk suatu

kontinum, bergerak dari emosi positif sampai dengan bersifat negatif

(Sukmadinata, 2011)

Menurut English and English dalam Yusuf (2011), emosi adalah

“acomplex feeling state accompanied by character motor and glandular

activies” suatu keadaan perasaan yang kompkeks yang disertai

karakteristik kegiatan kelenjar dan motoris). Sedangkan sarwito wirawan

sarwono berpendapat bahwa emosi merupakan “ setiap keadaan pada diri

sendiri seseorang yang disertai warna efektif baik pada tingkat lemah

(dangkal) maupun pada tingkat yang luas (mendalam)

3.Ciri Emosi

Menurut Sukmadinata (2011), minimal ada 4 ciri emosi yaitu

sebagai berikut di bawah ini:

a. Pengalaman emosional bersifat pribadi dimana kehidupan emosional

seorang individu tumbuh dari pengalaman emosionalnya sendiri.

Pengalaman emosional ini sangat subjektif dan bersifat peibadi,

berbeda antara seorang individu dengan individu lainnya. Ada

perangsang perangsang tertentu yang secara umum menimbulkan

rangsangan emosional yang sama kepada individu, seperti rasa takut


25

akan binatang buas, api, suara keras dan sebagainya. Sebagian besar

rangsangan emosional muncul melalui dan terjadi karena pengalaman.

Pengalaman emosional ini tidak selalu terjadi secara sadar bisa juga

berlangsung secara tidak sadar. Kadang kadang seseorang tidak

mengerti mengapa ia merasa takut pada sesuatu yang sesungguhnya

tidak perlu ditakuti, merasa benci pada sesuatu atau seseorang yang ia

tidak ketahui kesalahanya.

b. Perubahan aspek jasmaniah. Pada waktu individu menghayati suatu

emosi, maka terjadi beberapa perubahan pada aspek jasmania.

Perubahan perubahan tesebut tidak selalu terjadi secara serempak,

mungkin yang satu mengikuti yang lainnya. Demikian juga intensitas

kekuatan perunahan pada suatu aspek berbeda dengan aspek lainnya,

dan pada seorang individu berbeda dengan individu lainnya. Pada

seorang individu kalau ia marah maka perubahan yang paling kuat

terjadi pada debar jantungnya, sedang yang lain pada pernafasanya

dan sebagainya. Dalam jenis jenis emosi yang kuat seperti marah,

takut, rangsangan seksual dan sebagainya, pekerjaan jantung dan

tekanan darah mengalami perubahan. Debaran jantung bertambah

kuat, mengakibatkan jumlah darah yang dipompakan lebih banyak,

hal ini akan meningkatkan tekanan darah.pada waktu menghayati

sesuatu, terjadi pula perubahan pada pernafasan. Jalannya pernafasan

mungkin lebih cepat atau lambat,tambah dalam atau dangkal.


26

c. Emosi di ekspresikan dalam perilaku, emosi yang dihayati oleh

seseorang diekspresikan dalam perilakunya, terutama dalam ekspresi

roman muka dan suara/bahasa. Seseorang yang sedang mengalami

rasa takut atau marah akan dapat dilihat dari gerak gerik tubuhnya,

tetapi akan lebih jelas Nampak pada roman mukanya. Wajah yang

memerah dengan raut muka yang tegang, mata melotot dan gigi

gemeretak adalah ekspresi roman muka dari seseorang yang sedang

marah. Seseorang yang mengalami ketakutan mengekspresikan wajah

yang pucat, meringis gemetar dan sebagainya. Menurut beberapa

peneliti ekspresi emosi melalui roman muka ini berbeda antara suatu

lingkungan kebudayaan dengan kebudayaan lainnya. Hal ini berarti

bahwa ekspresi roman muka dipengaruhi oleh kebudayaan.

d. Emosi sebagai motif merupakan suatu tenaga yang mendorong

seseorang untuk melakukan kegiatan. Demikian juga halnya dengan

emosi, dapat mendorong sesuatu kegiatan apakah menjauhi atau

mendekati seseorang objek yang memberikan rangsangan emosional.

Seseorang yang sedang marah mungkin ingin memukul orang yang

merangsang amarahnya, orang yang sedang takut berusaha menjauhi

objek yang ditakutinya. Secara umum berlaku ketentuan, bahwa emosi

yang menyenangkan mendekatkan kepada objek dan emosi tidak

menyenangkan menjauhkan. Emosi merupakan suatu motif sebab

keduanya berasal dari kata latin yang seakar, yaitu motive dari movere

berarti to move out of (bergerak), sedangkan emotion dari emovere


27

yang berarti to move out of berkerak keluar dari. Keduannnya berarti

bergerak atau menggerakkan.

4. Macam- macam emosi

Kehidupan emosi sangat kompleks, banyak macam ragamnya dan

tiap macam emosi bervariasi pula muatannya, sifatnya serta

intensitasnya. Berdasarkan muatannya, ada emosi yang mengarah pada

hal positif dan ada pula yang mengarah ke hal negatif.ada emosi yang

bersifat kontruktif dan juga bersifat destruktif. Ada yang sangat kuat

intensitasny, tetapi ada juga yang sangat lemah dan halus. Ada emosi

yang menunjukan manifestasi dari pribadi yang sehat dan kurang sehat

(Sukmadinata, 2011)

Berikut adalah macam macam emosi menurut Sukmadinata (2011) :

a. Takut, cemas dan khawatir

Ketiga macam emosi ini berkenaan dengan adanya rasa

terancam oleh sesuatu. Pada rasa takut ancaman ini lebih khusus dan

jelas sedang pada cemas dan khawatir objek yang mengancamnya

tidak begitu jelas. Seorang merasa khawatir karena menghadapi

sesuatu situasi yang tidak bisa memberikan jawaban yang jelas, tidak

bisa mengharapkan sesuatu pertolongan dan tidak ada harapan yang

akan mendapatkan hasil. Kecemasan dan kekhawatiran memiliki nilai

positif, asalkan intensitasnya tidak begitu kuat, sebab kecemasan dan

kekhawatiran yang ringan dapat merupakan motivasi. Kecemasan dan


28

kekhawatiran yang sangat kuat bersifat negatif sebab dapat

menyebabkan gangguan baik secara psikis maupun fisik.

b. Marah dan permusuhan

Marah dan permusuhan merupakan suatu perasaan yang dihayati

oleh seseorang atau suatu kelompok yang cendrung bersifat

menyerang. Pada umumnya kedua jenis emosi ini diberi konotasi

negative, walaupun sesungguhnya suatu kondisi yang normal.

Keduanya merupakan suatu cara individu menyesuaikan diri dengan

lingkungan dan memenuhi kebutuhannya melalui bentuk perilaku

agresif atau menyerang. Marah dan permusuhan terhadap suatu

perbuatan atau keadaan yang negatif asalkan intensitas

penghayatannyatidak terlalu kuat serta dinyatakan dengan cara yang

kontruktif pula.

c. Rasa bersalah dan rasa duka

Kedua emosi inidialami seseorang karena kegagalan atau

kesalahan dalam melakukan sesuatu perbuatan yang berkenaan

dengan norma. Seperti halnya dengan jenis-jenis emosi yang lain,

keduanya memiliki nilai posotof apabila intensitasnya tidak terlalu

kuat dan ditrima sebagai koreksi terhadap dirinya. Apabila

intensitasnya terlalu kuat dan dialami dalam tempo yang cukup

panjang, maka akan memberikan dampak negatif.


29

5. Pengaruh emosi terhadap perilaku dan perubahan fisik individu

Menurut Yusuf (2011), emosi merupakan warna efektif yang

menyertai setiap setiap keadaan atau perilaku individu. Yang dimaksud

warna afektif ini adalah perasaan tertentu yang dialami pada saat

menghadapi (menghayati) suatu situasi (tidak senang) dan sebagainya.

Dibawah ini ada beberapa contoh tentang pengaruh emosi terhadap

perilaku individu diantaranya sebagai berikut :

a. Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas

hasil yang telah dicapai.

b. Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan

dan sebagai puncak dari keadaan ini ialah timbulnya rasa putus asa

(frustasi).

c. Menghambat atau menggangu konsentrasi belajar, apabila sedang

mengalami ketegangan emosi dan bisa juga menumbulkan sikap gugup

(nervous) dan gagap dalam berbicara.

d. Terganggu penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati.

e. Suasana emosional yang ditrerima dan dialami individu sesame

kecilnya akan mempengaruhisikapnya dikemudian hari, baik terhadap

dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.

D. Kerangka Teori

Berdasarkan teori-teori yang telah di uraikan, maka kerangka teori

dalam penelitian ini dapat dideskripsikan dalam bagan berikut ini.


30

Bagan 2.1
Kerangka Teori

Faktor-faktor yang SKIZOFRENIA


mempengaruhi
kekambuhan pasien
skizofrenia :
Pengobatan / perawatan
Pasien

Kepatuhan pengobatan
Perbaikan
1. Pasien
2. Karakteristik petugas

Dokter (pemberi resep)

Penanggung jawab
pasien(case manager)

Keluarga

Sikap (Ekspresi Emosi)


Kekambuhan
1. Komentar kritik
2. Permusuhan Pasien Skizofrenia
3. Keterlibatan emosi
yang berlebihan

Sumber : Marry C. Townsend (2010)

Pengetahuan Keluarga

Sumber : Nasir (2011).

Anda mungkin juga menyukai