Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN SKIZOFERNIA

Disusun oleh :

Kelompok 1
1. SAFITRI (2007074)
2. SALSABILA AURIDA (2007075)
3. SEPTI DUWI ASTUTI (2007076)
4. SHERLY GITA SHABRINA (2007077)
5. SILVA REVI OCTALIA (2007078)
6. SINGGIH RAMBAT YUWONO (2007079)
7. SAPTIKA AYU WANDIPA (2007121)

UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TAHUN
2020/2021
Bab I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai
dengan simptom-simptom positif seperti bicara kacau, delusi, halusinasi, gangguan
kognitif, dan persepsi. Selain simptom positif juga terdapat simptom negatif
diantaranya yaitu avolitition atau menurunya minat dan dorongan, berkurangnya
keinginan bicara, miskinya isi pembicaraan, afek datar, serta terganggunya relasi
personal. Simptom- simptom skizofrenia tersebut tersebut menimbulkan kendala berat
dalam kemampuan individu untuk berfikir dan memecahkan masalah kehidupan, afek,
dan mengganggu relasi sosial. Kesemuanya itu mengakibatkan klien skizofrenia
mengalami penurunan fungsi atau ketidakmampuan dalam menjalani hidupnya,
terhambat produktifitasnya, serta nyaris terputus relasinya dengan orang lain
(Gunarsa, 2004).
Gejala skizofrenia dibagi dalam dua kelompok utama yaitu simptom positif
dan simptom negatif. Simptom positif berupa delusi, halusinasi, kekacauan pikiran
dimana orang lain tidak dapat mengerti alur pikirnya, gaduh, gelisah, tidak dapat
diam, sering mondar mandir, pikiranya penuh kecurigaan, dan menyimpan rasa
permusuhan. Sedangkan simptom negatif dapat dilihat dari wajah penderita yang
tidak menunjukkan ekspresi, suka melamun, suka menarik diri, sulit melakukan
kontak emosional, pasif dan apatis, kehilangan dorongan kehendak, malas, bersifat
monoton, serta tidak adanya spontanitas, inisiatif, maupun usaha (Hawari, 2012).

B. Tujuan
Tujuan di buatnya makalah asuhan keperawatan jiwa skizofernia bukan hanya
sekedar memenuhi penugasan, tujuannya yaitu agar mengetahui definisi dari
skizofernia, penyebab terjadinya skizofernia ,memahami dan mengetahui tanda gejala
dari skizofernia, serta mendapat gambaran asuhan keperawatan skizofernia.
Bab II
Tinjauan pustaka
A. Definisi
Skizofrenia berasal dari kata "skizo" dan "frenia".Skizo yang artinya retak atau
perpecahan, sedangkan frenia adalah jiwa. Skizofrenia menurut Videbeck (2008)
adalah suatu penyakit yang memengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya
pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh dan terganggu. Herman
(2008), mendifinisikan skizofrenia sebagai penyakit neurologis yang
mempengarruhi persepsi klien, cara berfikir, bahasa, emosi, dan perilaku sosial.
Skizofrenia merupakan gangguan mental yang menyebabkan ketidakberfungsian
secara meluas. Skizofrenia bisa menyerang siapa saja tanpa memandang jenis
kelamin, ras, maupun tingkat sosial ekonomi (Maramis,2005). Skizofrenia
dikarakteristikan dengan psikosis, halusinasi, delusi, disorganisasi pembicaraan
dan perilaku, afek datar, penurunan kognitif, ketidakmampuan bekerja atau
kegiatan dan hubungan sosial yang memburuk (Bustillo,2008). Menurut PPDGJ
(Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa) III ada 6 macam
skizofrenia yaitu skizofrenia paranoid, skizofrenia hebefrenik, skizofrenia
katatonik, skizofrenia tak terinci (undifferentiated), skizofrenia simpleks,
skizofrenia residual.

B. Etiologi
a. Faktor predisposisi
a) Genetik
Faktor genetik terhitung menjadi liabilitas mayor untuk penyakit skizofrenia.
Penurunan pada generasi selanjutnya skizofrenia secara genetik berkisar 60-80%.
Penelitian genetika molekuler telah mengidentifikasi gen yang terbukti paling
berperan yaitu Neuregulin (NRG1) pada kromosom 8p21-22, Dysbindin
(DTNBP1) pada kromosom 6p22, DISC1 (Disrupted In Schizophrenia) yaitu
sebuah kromosom translokasi seimbang (1,11) (q42;q14.3). Lebih dari 40%
kembar monozigot dari orang tua dengan masalah gangguan jiwa juga
terpengaruh. Anak-anak yang memiliki orang tua biologis dengan masalah
gangguan jiwa lalu diadopsi oleh sebuah keluarga yang tidak memiliki gangguan
jiwa memiliki resiko yang sama seperti jika orang tua biologis telah mengangkat
mereka (Maramis, 2010; Stuart, 2016; Semple & Smyth, 2013).
b) Neurobiologi
Studi menunjukan orang dengan skizofrenia mengalami kelainan anatomi,
fungsional, dan neurokimia dalam kehidupan dan otak postmortem. Dua hasil
penelitian neurobiologis yang menetap dalam skizofrenia adalah penurunan
volume otak dan perubahan sistem neurotransmitter pada dopamin, serotonin,
asetilcolin, dan GABA serta dineuroregulasi seperti prostaglandin dan endorfin
(Maramis, 2010; Townsend, 2015).
c) Neurodevelopment
Neurodevelopment juga diyakini bahwa beberapa struktural, fungsional, dan
kimia yang tersimpan pada otak, pada skizofrenia biasanya terlihat dari sebelum
gejala muncul.Aktivitas dopaminergik yang berlebihan juga bisa menjari faktor
yang telah dihubungkan dengan beratnya gejala positif pada pasien. Beberapa
anak dengan skizofrenia menunjukan kelainan ringan tentang perhatian,
koordinasi, kemampuan sosial, fungsi neuromotor, dan respon emosional jauh
sebelum gejala skizofrenia yang jelas (Stuart, 2016; Kaplan & Sadock, 2015).
d) Teori virus dan infeksi
Paparan virus influenza pada saat prenatal, terutama selama trisemester
pertama mungkin menjadi salah satu faktor penyebab skizofrenia pada beberapa
orang (Brown dan Derkits, 2010).
Teori ini didukung oleh fakta bahwa kebanyakan orang dengan skizofrenia
lahir pada musim dingin atau diawal musim semi dan diperkotaan (Stuart, 2016).

b. Faktor presipitasi
a) Biologis
Salah satu dari stresor adalah gangguan dalam umpan balik otak yang
mengatur jumlah informasi yang diproses dalam waktu tertentu. Terganggunya
kemampuan dalam umpan balik otak dikarenakan penurunan fungsi lobus frontal
yang berdampak pada pengolahan informasi berlebih. Stresor biologis lainnya
yaitu proses listrik yang melibatkan elektrolit tidak normal. Sebagai contoh,
biasanya ketika orang mendengar suara keras, mereka akan terkejut; namun ketika
suara keras terulang yang kedua kali respon kaget menurun. Orang dengan
skizofrenia berbeda, ia akan lebih terkejut lagi ketika mendengar suara keras yang
kedua kalinya. Sehingga, orang dengan skizofrenia umumnya takut di tempat
keramaian (Maramis, 2010; Stuart, 2016).
b) Gejala Pemicu
Pemicu umum klien skizofrenia terhadap respons neurobiologis berhubungan
dengan kondisi kesehatan, lingkungan, dan perilaku. Kelas sosial ke bawah juga
dapat berpengaruh timbulnya skizofrenia. Hal ini terkait dengan interaksi ibu dan
anak, peran ayah, persaingan antar saudara kandung, hubungan keluarga, dan
pekerjaan. Selain itu, faktor konsep diri dan pola adaptasi juga akan
mempengaruhi kemampuan untuk menghadapi masalah (Maramis, 2010; Stuart,
2016; Townsend, 2015).

C. Tanda dan gejala Skizofrenia


Videbeck (2012) mengatakan bahwa secara general gejala serangan skizofrenia
dibagi menjadi 2 (dua), yaitu gejala positif dan negatif.
a. Gejala Positif atau Gejala Nyata
Gejala positif skizofrenia antara lain:
1) Halusinasi: Persepsi sensori yang salah atau pengalaman yang tidak
terjadi dalam realitas.
2) Waham: Keyakinan yang salah dan dipertahankan yang tidak memiliki
dasar dalam realitas.
3) Ekopraksia: Peniruan gerakan dan gestur orang lain yang diamati klien.
4) Flight of ideas: Aliran verbalitasi yang terus-menerus saat individu
melompat dari suatu topik ke topik laindengan cepat.
5) Perseverasi: Terus menerus membicarakan satu topik atau gagasan;
pengulangan kalimat, kata, atau frasa secara verbal,dan menolak untuk
mengubah topik tersebut. Asosiasi longgar: Pikiran atau gagasan yang
terpecah-pecah atau buruk.
6) Gagasan rujukan: Kesan yang salah bahwa peristiwa eksternal memiliki
makna khusus bagi individu.
7) Ambivalensi: Mempertahankan keyakinan atau perasaan yang tampak
kontradiktif tentang individu, peristiwa, situasi yang sama.

b. Gejala Negatif atau Gejala Samar


Gejaja negatif skizofrenia antara lain:
1) Apati: Perasaan tidak peduli terhadap individu, aktivitas, peristiwa.
2) Alogia: Kecendrungan berbicara sedikit atau menyampaikan sedikit
substansi makna (miskin isi). Afek datar: Tidak adanya ekspresi wajah
yang akan menunjukkan emosi atau mood.
3) Afek tumpul: Rentang keadaan perasaan emosional atau mood yang
terbatas.
4) Anhedonia: Merasa tidak senang atau tidak gembira dalam menjalani
hidup, aktivitas, atau hubungan.
5) Katatonia: imobilitas karena faktor psikologis, kadang kala ditandai oleh
periode agitasi atau gembira, klien tampak tidak bergerak, seolah-olah
dalam keadaan setengah sadar.
6) Tidak memiliki kemauan: Tidak adanya keinginan, ambisi, atau dorongan
untuk bertindak atau melakukan tugas-tugas.

D. Mekanisme koping
a. Adaptif
Biasanya pasien tidak mau berbicara dengan orang lain,tidak bisa menyelesaikan
masalah yang ada,pasien tidak mampu berolahraga karena pasien selalu malas.
b. Maladaptive
Biasanya pasien bereaksi sangat lambat atau kadang berlebihan,pasien tidak
mampu bekerja sama sekali,selalu menghindari orang lain.
c. Masalah psikososial dan lingkungan
Biasanya pasien mengalami masalah psikososial seperti berinteraksi dengan orang
lain dan lingkungan.biasanya di sebabkan oleh kurangnya dukungan dari
keluarga,pendidikan yang kurang,masalah dengan social ekonomi dan pelayanan
kesehatan.
d. Pengetahuan
Biasanya pasien deficit perawatan diri terkadang mengalami gangguan kognitif
sehingga tidak mampu mengambil keputusan.
e. Sumber koping
Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap koping dan strategi seseorang.
Individu dapat mengatasi stress dan ansietas dengan menggunakan sumber koping
yang ada di lingkungannya. Sumber koping tersebut di jadikan sebagai modal untuk
menyelesaikan masalah. Dukungan social dan keyakinan budaya dapat membantu
seorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi
strategi koping yang efektif

E. Penatalaksanaan
a. Tindakan keperawatan
Skizofrenia ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik
dari pikiran dan presepsi,serta oleh afek yang tidak wajar. Skizofrenia adalah suatu
penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan timbulnya
pikiran,persepsi,emosi,gerakan,perilaku yang aneh dan terganggu.risiko perilaku
kekerasan adalah rentan melakukan perilaku yang menunjukan dapat membahayakan
secara fisik dan emosional. Salah satu terapi yang bermanfaat serta mudah dilakukan
salah satunya adalah terapi music. Music instrumental juga bisa menjadi alternative
cara untuk menyembuhkan gangga jiwa.pemberian terapi music instrumental berupa
music rindik yang diberikan selama 1x15 menit.hasil evaluasi di dapatkan bahwa
pasien menjadi rileks dan tampak tenang. Disarankan kepada perawat agar melakukan
intervensi pemberian terapi music instrumental pada pasien skizofrenia dengan resiko
perilaku kekerasan.
b. Farmakologi
1. Obat golongan SGA atau atipikal
Obat ini adalah antipsikotik generasi kedua yang di gunakan untuk mengobati
kondisi jiwa,pada gejala positif seperti halusinasi,delusi,dan inkoherensi,dan
negative seperti hilangnya kemauan dan afek.serta bicara yang sangat sedikit
dapat di atasi dengan lebih baik pada pemberian SGA.untuk gejala lain untuk
penurunan interaksi social,ide bunuh diri dan deficit kognitif dapat diatasi lebih
baik pila dengan golongan SGA. Obat ini cenderung untuk memblokir reseptor
dalam jalur dopain otak dan menghambat reseptor serotine. Hanya saja harga
obat-obatan yang termasuk dalam SGA jauh lebih mahal di banding FGA .
beberapa golongan obat ini adalah:
a. Clozapine
b. Risperidone
c. Amisulpride
Umumnya clozapine di pertimbangkan untuk pasien yang gagal terapi.

2. Obat golongan FGA atau tipikal


Obat ini bekerja menghambat jalur dopamin. Neuroleptik yang termasuk golongan
ini adalah:
a. Chlorpomazin
b. Haloperidon
c. Loxapine
d. Prolixin
Efek samping golongan ini adalah mulut kering,konstipasi,hipotensi
ortostatik,impotensi,kegagalan ejakulasi,pakison
syndrome,dystonia,amenorrhea,infertilitas,dan kegemukan.

 clorpomazin memiliki efek antipsikotik yang lemah dan efek sedative yang
kuat.
 Haloperidol digunakan untuk skizofrenia yang kronis dan memiliki efek
antipsikotik yang kuat dan efek sedaptif yang lemah.
Golongan obat ini lebih efektif mengatasi gejala positif dari skizofrenia namun
kurang efektif untuk gejala negative.

F. Evaluasi
Purwanto (2015), menerangkan dalam tahap evaluasi ini klien dan
keluarga agar dapat melihat perubahan dan berupaya mempertahankan dan
memelihara yang adaptif. Hal-hal yang perlu dievaluasi meliputi :
a. Apakah ancaman terhadap integritas fisik atau sistem diri klien telah
berkurang?
b. Apakah perilaku klien mencerminkan penerimaan diri dan persetujuan
diri yang lebih besar?
Evaluasi yang diharapkan dari pengkajian Rosenberg Self-Esteem
Scale (RSES) yaitu:
a. Klien merasa puas terhadap dirinya
b. Klien berfikir memiliki kelebihan
c. Klien merawa memiliki kemampuan yang bagus
d. Klien mampu melakukan hal-hal yang dilakukan orang lain
e. Klien memiliki sesuatu yang dapat dibanggakan
f. Klien berguna
g. Klien merasa berharga
h. Klien dapat menghargai diri sendiri
i. Klien tidak merasa gagal
j. Klien memiliki sikap baik pada diri sendiri
BAB III
KONSEP DASAR ASKEP

A. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan harga diri rendah yaitu dengan mengisi lembar/format
instrumen pengkajian harga diri rendah, Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES), dan format
pengkajian keperawatan jiwa sebagaimana terlampir. Selain itu pengakajian pada klien harga
diri rendah
menurut Dermawan dan Rusdi (2013) mencakup beberapa hal berikut,yaitu:
a. Faktor Predisposisi

1) Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan orang tua, harapan orang tua
yang tidak realistik.
2) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran yang sesuai dengan jenis
kelamin peran dalam pekerjaan dan peran yang sesuai dengan kebudayaan.
3) Faktor yang memperngaruhi identitas diri, yaitu orang tua tidak percaya pada anak,
tekanan teman sebaya dan kultur sosial yang berubah.

b. Faktor Presipitasi

1) Dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari luar individu (internal or
eksternal sources), yang dibagi dalam 5 kategori yaitu ketegangan peran, konflik peran, peran
yang tidak jelas, peran berlebihan.
2) Perkembangan transisi
Situasi transisi peran, adalah bertambahnya atau berkurangnya orang penting dalam
kehidupan individu melalui kelahiran atau kematian orang yang berarti.
3) Transisi peran sehat-sakit
Peran yang diakibatkan oleh keadaan sehat atau keadaan sakit.Transisi ini dapat disebabkan
karena kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran dan bentuk tubuh, penampilan atau fungsi
tubuh, prosedur pengobatan dan perawatan.
4) Ancaman fisik
Ancaman fisik seperti pemakaian oksigen, kelelahan, ketidak seimbangan bio-kimia,
gangguan penggunaan obat, alkohol dan zat.
5) Perilaku
Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah meliputi mengkritik diri sendiri dan
orang lain, penurunan produktivitas, perasaan tidak mampu, gangguan dalam berhubungan,
rasa bersalah, mudah tersinggung atau marah yang berlebihan, perasaan negatif tentang
tubuhnya sendiri, ketegangan peran yang dirasakan, pandangan hidup yang pesimis, menarik
diri secara social, menarik diri dari realitas, khawatir.
6) Sumber coping
Semua orang tanpa memperhatikan gangguan perilakunya, mempunyai beberapa bidang
kelebihan personal yang meliputi
aktivitas olahraga dan aktivitas di luar rumah, hobi dan kerajinan
tangan, seni yang ekspresif, kesehatan dan perawatan diri, pendidikan, pekerjaan, bakat
tertentu, kecerdasan, imajinasi dan kreativitas, dan hubungan interpersonal.
7) Mekanisme Koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi klien dari pengalaman yang menakutkan
berhubungan dengan respons
neurobiologis maladaptif yang menakutkan berhubungan dengan
respon neurobiologis maladaptif meliputi :

a) Regresi, berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengatasi
ansietas, yang menyisakan sedikit energi untuk aktivitas hidup sehari-hari
b) Proyeksi, sebagai upaya untuk menjelaskan kerancunan persepsi
c) Menarik diri.

8) Mekanisme pertahanan ego


Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi,
isolasi, proyeksi, pengalihan, berbalik marah terhadap diri sendiri dan amuk.

B. Diagnosa
Kemungkinan diagnosa yang muncul pada pasien Skizovernia yaitu :
1. Gangguan presepsi sensori (D.0085)
2. Harga diri rendah kronis (D.0086)
3. Defisit perawatan diri (D.0109)
C. Intervensi
No Dx Rasional Intervensi
1. Gangguan Setelah di lakukan tindakan Observasi
presepsi keperawatan selama 1x24 jam di 1. Monitor perilaku
sensori harapkan : yang
(D.0085) - Verbalisasi mendengar mengindikasikan
bisikan menurun halusinasi
- Verbalisasi melihat 2. Monitor isi
bayangan menurun halusinasi
- Verbalisasi merasakan Terapeutik
sesuatu melalui indra 1. Pertahankan
perabaan menurun lingkungan yang
- Verbalisasimerasakan aman
sesuatu melalui indra 2. Lakukan
pengecapan menurun tindakan
- Verbalisasimerasakan keselamatan
sesuatu melalui indra ketika tidak
penciuman menurun dapat
- Perilaku halusinasi mengontrol
menurun perilaku
Edukasi
1. Anjurkan
memonitor
sendiri situasi
terjadinyahalusi
nasi
2. Anjurkan bicara
pada orang yang
di percaya untuk
memberi
dukungan dan
umpan balik
korektif
terhadap
halusinasi
3. Anjurkan
melakukan
distraksi
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian obat
antipsikotik dan
ansietas
2. Harga diri Setelah di lakukan tindakan Observasi
rendah keperawatan selama 1x24 jam di 1. Identifikasi
kronis harapkan : harapan untuk
(D.0086) - Penilaian diri positif untuk
meningkat mengendalikan
- Konsentrasi meningkat perilaku
- Tidur meningkat Terapeutiki
- Kontak mata meningkat 1. Diskusikan
tanggung jawab
terhadap
perilaku
2. Jadwalkan
kegiatan
terstruktur
3. Ciptakan dan
pertahankan
lingkngan dan
kegiatan
perawatan
konsisten setiap
dinas
4. Tingkatkan
aktifitas fisik
sesuai
kemampuan
5. Batasi jumlah
pengunjung
6. Bicara dengan
nada rendah dan
tenang
7. Cegah perilaku
pasif dan agresif
8. Hindari sikap
mengancam dan
berdebat
Edukasi
1. Informasikan
kepada keluarga
bahwa keluarga
sebagai dasar
pembentukan
kognitif

3. Defisit Setelah di lakukan tindakan Observasi


perawatan keperawatan selama 1x24 jam di 1. Identifikasi
diri harapkan : kebiasaan
(D.0109) - Kemampuan mandi aktifitas
meningkat perawatan diri
- Kemampuan sesuai aktifitas
mengenakan pakaian 2. Monitor tingkat
meningkat kemandirian
- Kemampuan makan 3. Identifikasi
meningkat kebutuha alat
- Kemampuan ke toilet bantu kebersihan
(BAB/BAK) meningkat diri berpakai
- Verbalisasi keinginan berhias dan
melakukan perawatan makan
diri meningkat Terapeutik
1. Sediakan
lingkungan yang
terapeutik
2. Siapkan
keperluan mansi
3. Damping dalam
perawatan diri
sampai mandiri
4. Fasilitasi
kemandirian
5. Jadwalkan
rutinitas
perawatan diri
6. Edukasi

BAB IV
ASKEP SESUAI KASUS

1. PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
Inisial : Ny. H Tgl. Pengk. : 9 Juni 2018
Umur : 30 Th No. RM : 02.34.38
Alamat : Buton Pendidikan : SMA
Agama : Islam Pekerjaan : IRT
Status : Sudah Kawin Sumber Data : Primer

b. Alasan Masuk
1) Data Pada saat masuk RS
Klien masuk Ruang Delima Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara pada
tanggal 2 Februari 2018 melalui IGD karena klien mengamuk di rumah, memecah kaca,
melempar mobil, marah-marah tanpa sebab, emosi labil, bicara-bicara sendiri, baju
barlapis-lapis, bau dan kumal.
2) Data pada saat dikaji pada tanggal 9 Juni 2018
Klien mengatakan ada suara-suara yang menyuruhnya untuk tidak melakukan
aktivitas, merasa tidak mampu melakukan aktivitas. Klien tampak mondar-mandir dan
bicara sendiri, menundukkan kepala. Klien mengeluh kulitnya gatal-gatal, tampak
menggaruk-garuk tubuhnya. pakaian tidak rapi, rambut berantakan.
Masalah Keperawatan : Halusinasi pendengaran, defisit perawatan diri

c. Faktor Predisposisi
1) Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
[ ] Ya [ √ ] Tidak
Masalah Keperawatan : Tidak Ada

d. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda vital TD: 130/70 mmHg N:89 x/m S:360 c P: 19 x/m
2) Ukur TB: 158 cm BB: 60
3) Keluhan fisik
[√ ] Ya [ ] Tidak
Jelaskan : Klien mengeluh kulitnya gatal-gatal, tampak menggarukgaruk tubuhnya
Masalah Keperawatan : Defisit perawatan diri

e. Keluarga
1) Genogram (Tiga Generasi)
Penjelasan Gambar Genogram : Klien merupakan anak ke 2 dari 4 bersaudara dan
mengatakan dirinya sudah menikah. Klien mengatakan tinggal bersama suaminya.
Didalam keluarga yang sering mengambil keputusan adalah suaminya.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada

f. Psikososial
1) Konsep Diri
a) Citra tubuh : Klien mengatakan tidak ada anggota tubuh yang klien tidak sukai
b) Identitas : Klien menyadari seorang perempuan berumur 30 tahun
c) Peran diri : Klien berperan sebagai IRT dalam keluarganya
d) Ideal diri : Klien ingin sembuh dan pulang kerumah sendiri
e) Harga diri :
Klien mengatakan malu dengan kondisinya sekarang
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah kronis
2) Hubungan Sosial
a) Orang yang berarti : Klien mengatakan suami.
b) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: Klien mengatakan tidak
memiliki peran di dalam masyarakat
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: Klien mengatakan tidak ada
orang-orang yang mau menerima keberadaannya Masalah Keperawatan :
Isolasi Sosial

g. Status Mental
1) Penampilan
Pada saat dilakukan pengkajian klien tampak berpenampilan tidak rapi, kuku panjang
dan kotor, badan bau dan mulut bau, tampak menggaruk-garuk tubuhnya
Masalah Keperawatan : Defisit perawatan diri
2) Pembicaraan
Pada saat wawancara klien cukup kooperatf namun tidak mampu memulai
pembicaraan. Nada bicara lambat dan pelan. Tampak jarang berbicara dengan pasien lain.
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah
3) Aktivitas motorik
Klien tampak tegang, jalan mondar-mandir dan sering berdiam diri di tempat tidurnya
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah
4) Alam perasaan
Klien mengatakan perasaannya biasa-biasa saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
5) Afek
Pada saat dilakukan wawancara klien afeknya labil, kadang tampak tenang
Masalah Keperawatan : Tidak ada
6) Interaksi selama wawancara
Selama poses interaksi klien menjawab pertanyaan dengan suara yang pelan serta
kontak mata yang kurang. Namun klien tidak menunjukan sikap tidak percaya pada orang
Masalah Keperawatan : Tidak ada
7) Persepsi
Klien bingung, bicara tidak jelas (ngawur), bicara-bicara sendiri, mondar-mandir di
ruangan. Saat ditanya halusinasinya klien mengatakan mendengar suara-suara.
Masalah Keperawatan : Halusinasi pendengaran
8) Proses pikir
Ketika dilakukan wawancara klien menjawab pertanyaan dengan berbelit-belit tapi
bisa sampai pada tujuan pembicaraan Masalah Keperawatan : Tidak ada
9) Isi pikir
Klien terus bertanya kapan pulang, klien juga terus mengatakan ia ingin bekerja dan
meiliki banyak uang.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
10) Tingkat kesadaran
Klien mengetahui nama, tempat dan waktu pada saat dilakukan wawancara, namun
sesekali tampak bingung dengan pertanyaan yang baru pertama kali didengarnya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
11) Memori
Pengkajian memori, klien mengatakan tidak mampu menceritakan tentang
pengalaman-pengalaman masa lalunya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pada saat dilakukan wawancara klien tidak mampu berkonsentrasi, asik dengan
kesibukannya dan cenderung meninggalkan perawat saat berinteraksi.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
13) Kemampuan penilaian
Klien mampu memilih salah satu dari dua pilihan yang diajukan.
Klien memilih untuk keluar dari proses bercakap-cakap.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
14) Daya tilik diri
Klien mengatakan menerima bahwa dirinya sedang sakit dan
butuh perawatan
Masalah Keperawatan : Tidak ada

h. Kebutuhan Pasien Pulang


1) Makan
Klien makan 3x sehari dengan nasi, lauk pauk dan sayuran dan ada pantangan atau alergi
yaitu ikan tongkol dan kacang tanah/kedelai.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
2) BAB/BAK
Klien BAB/BAK secara mandiri pada tempatnya dan membersihkan kamar mandi (wc)
setelah menggunakannya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
3) Mandi
Klien mandi 2x sehari dan harus disuruh petugas, sikat gigi kadang ada kadang tidak.
Masalah Keperawatan : Defisit perawatan diri
4) Berpakaian/Berhias
Klien sudah bisa berpakaian dengan benar tapi mengganti pakaian harus disuruh petugas.
Tidak bisa berhias sendiri.
Masalah Keperawatan : Defisit perawatan diri
5) Istirahat/tidur
Klien tidur siang selama 1-2 jam sehari, pada malam hari Ny. H tidur dengan cukup.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
6) Penggunaan obat
Klien minum obat 3 kali sehari dengan bantuan minimal.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
7) Pemeliharaan kesehatan
Klien tidak pernah melakukan pengobatan baik di puskesmas maupun rumah sakit
sebelumnya. Sekarang klien mengatakan akan minum obat secara teratur karena ingin
sembuh
Masalah Keperawatan : Tidak ada
8) Kegiatan didalam rumah
Klien mandiri dirumah tanpa bantuan orang lain.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
9) Kegiatan/aktivitas di luar rumah
Klien tidak memiliki pekerjaan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada

i. Mekanisme Koping
1) Koping adaptif
Klien mengatakan tidak terbuka dengan masalah yang dimilikinya kepada orang lain.
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial
2) Koping maldaptif
Klien lebih sering menghindari petugas dan memilih tidur di kamar.
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial

j. Masalah Psikososial dan Lingkungan


1) Masalah dengan dukungan kelompok
Klien mengatakan tidak didukung oleh kelompok
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial
2) Masalah berhubungan dengan lingkungan
Klien mengatakan tidak ada lingkungan yang menerima
keberadaan klien.
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial
3) Masalah dengan pendidikan
Klien tidak menamatkan pendidikan SMA
Masalah Keperawatan : Tidak ada
4) Masalah dengan pekerjaan
Klien mengatakan tidak memiliki pekerjaan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
5) Masalah dengan perumahan
Klien tinggal bersama suami.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
6) Masalah ekonomi
Klien tidak memiliki pekerjaan
Masalah Keperawatan : Tidak ada
7) Masalah dengan pelayanan kesehatan
Klien tidak mampu berobat sendiri.
Masalah Keperawatan : Gangguan pemeliharaan kesehatan

k. Pengetahuan
Klien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakitnya tetapi dia berharap dapat
sembuh dari proses pengobatannya dan dapat mencari pekerjaan.
Masalah Keperawatan : Kurang pengetahuan

l. Aspek Medik
Diagnosa Medik : klien didiagnosa skizofrenia
Terapi Medik : Risperidon 2mg dengan dosis pemberian 2x1 mg secara oral, Lorazepam
2mg dengan dosis penberian 1x2 mg secara oral, dan Ketokonazole 200mg dengan dosis
pemberian 1x200 mg secara ora

2. DIAGNOSA
Kemungkinan diagnosa yang muncul pada pasien Skizovernia yaitu :
1. Gangguan presepsi sensori (D.0085)
2. Harga diri rendah kronis (D.0086)
3. Defisit perawatan diri (D.0109)

3. INTERVENSI
No Dignosa Keriteria hasil & rasional Intervensi
1. Gangguan Setelah di lakukan tindakan Observasi
presepsi keperawatan selama 1x24 jam
1. Monitor perilaku yang
sensori di harapkan :
mengindikasikan halusinasi
. (D.0085)
- Verbalisasi mendengar
2. Monitor isi halusinasi
bisikan menurun
Terapeutik
- Verbalisasi melihat
bayangan menurun 1. Pertahankan lingkungan
.
yang aman
- Verbalisasi merasakan
sesuatu melalui indra perabaan 2. Lakukan tindakan
menurun keselamatan ketika tidak dapat
mengontrol perilaku
- Verbalisasimerasakan
sesuatu melalui indra Edukasi
pengecapan menurun
1. Anjurkan memonitor sendiri
- Verbalisasimerasakan situasi terjadinyahalusinasi
sesuatu melalui indra
2. Anjurkan bicara pada orang
penciuman menurun
yang di percaya untuk memberi
- Perilaku halusinasi dukungan dan umpan balik korektif
menurun terhadap halusinasi
3. Anjurkan melakukan
distraksi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
antipsikotik dan ansietas

2 Harga diri Setelah di lakukan tindakan Observasi


rendah kronis keperawatan selama 1x24 jam
1. Identifikasi harapan untuk
(D.0086) di harapkan :
untuk mengendalikan perilaku
- Penilaian diri positif
Terapeutiki
meningkat
1. Diskusikan tanggung jawab
- Konsentrasi meningkat
terhadap perilaku
- Tidur meningkat
2. Jadwalkan kegiatan
- Kontak mata terstruktur
meningkat
3. Ciptakan dan pertahankan
lingkngan dan kegiatan perawatan
konsisten setiap dinas
4. Tingkatkan aktifitas fisik
sesuai kemampuan
5. Batasi jumlah pengunjung
6. Bicara dengan nada rendah
dan tenang
7. Cegah perilaku pasif dan
agresif
8. Hindari sikap mengancam
dan berdebat
Edukasi
1. Informasikan kepada
keluarga bahwa keluarga sebagai
dasar pembentukan kognitif
3 Defisit Setelah di lakukan tindakan Observasi
perawatan diri keperawatan selama 1x24 jam
1. Identifikasi kebiasaan
(D.0109) di harapkan :
aktifitas perawatan diri sesuai
- Kemampuan mandi aktifitas
meningkat
2. Monitor tingkat kemandirian
- Kemampuan
3. Identifikasi kebutuha alat
mengenakan pakaian
bantu kebersihan diri berpakai
meningkat
berhias dan makan
- Kemampuan makan
Terapeutik
meningkat
1. Sediakan lingkungan yang
- Kemampuan ke toilet
terapeutik
(BAB/BAK) meningkat
2. Siapkan keperluan mansi
- Verbalisasi keinginan
melakukan perawatan diri 3. Damping dalam perawatan
meningkat diri sampai mandiri
4. Fasilitasi kemandirian
5. Jadwalkan rutinitas
perawatan diri
6. Edukasi

Dx Implementasi Evaluasi
Gangguan 1. Memonitor perilaku yang DS :
presepsi mengindikasikan halusinasi - Klien mengatakan ada suara-suara
sensori 2. Memonitor isi halusinasi yang menyuruhnya untuk tidak
(D.0085) Terapeutik melakukan aktivitas.
3. Mempertahankan lingkungan yang - Klien merasa tidak mampu
aman melakukan aktivitas
4. Melakukan tindakan keselamatan DO :
ketika tidak dapat mengontrol perilaku - Klien tampak bicara-bicara sendiri.
- Klien tampak mondar-mandir di
ruangan.
- Klien tampak bingung dan bicara
tidak jelas (ngawur).
Harga diri 1. Mengidentifikasi harapan untuk DS :
rendah untuk mengendalikan perilaku - Klien mengatakan tidak ada
kronis 2. Mendiskusikan tanggung jawab lingkungan yang menerima
(D.0086) terhadap perilaku keberadaan klien
3. Menjadwalkan kegiatan terstruktur - Klien mengatakan tidak mampu
4. Menciptakan dan pertahankan melakukan aktivitas
lingkngan dan kegiatan perawatan DO :
konsisten setiap dinas - Klien tampak bicara-bicara
5. Meningkatkan aktifitas fisik sesuai sendiri.
kemampuan - Klien tampak mondar-mandir di
dasar pembentukan kognitif ruangan.
- Klien tampak bingung dan bicara
tidak jelas (ngawur)..

Defisit 1.Mengidentifikasi kebiasaan aktifitas DS :


perawatan perawatan diri sesuai aktifitas - Klien mengatakan tidak bisa
diri 2. Memonitor tingkat kemandirian bersisir sendiri
(D.0109) 3. Mengidentifikasi kebutuha alat bantu - Klien mengatakan gatal-gatal di
kebersihan diri berpakai berhias dan seluruh tubuhnya
makan DO :
- Nampak pakaian tidak rapi dan
mulut bau,
- Tampak menggaruk-garuk
tubuhnya.
- Rambut berantakan
Gangguan 1. Menganjurkan memonitor sendiri DS :
presepsi situasi terjadinyahalusinasi - Klien mengatakan suara-suara
sensori 2. Menganjurkan bicara pada orang yang menyuruhnya untuk tidak
(D.0085) yang di percaya untuk memberi melakukan aktivitas sudah berkurang
dukungan dan umpan balik korektif - Klien merasa sedikit mampu
terhadap halusinasi melakukan aktivitas
3. Meganjurkan melakukan distraksi DO :
4. Kolaborasi pemberian obat - Klien tampak bicara-bicara sendiri.
antipsikotik dan ansietas - Klien tampak mondar-mandir di
ruangan.
- Klien tampak mengerti walaupun
masih bicara tidak jelas (ngawur).
Harga diri 1. Membatasi jumlah pengunjung DS :
rendah 2. Berbicara dengan nada rendah dan
tenang - Klien mengatakan sudah ada
kronis
3. Mencegah perilaku pasif dan agresif lingkungan yang menerima
(D.0086)
4. Menghiindari sikap mengancam dan keberadaan klien
berdebat
- Klien mengatakan sudah mampu
5. Menginformasikan kepada keluarga
melakukan aktivitas
bahwa keluarga sebagai
DO :
- Klien tampak masih bicara-bicara
sendiri.
- Klien tampak mondar-mandir di
ruangan.
- Klien tampak mengerti walaupun
masih bicara tidak jelas (ngawur)..
Defisit 1. Mnyediakan lingkungan yang S : Pasien mengatakan merasa lebih
perawatan terapeutik nyaman setelah melakukan
diri 2. Menyiapkan keperluan mansi perawatan diri
(D.0109) 3.Mendampingi dalam perawatan diri
sampai mandiri
4.Memfasilitasi kemandirian O : Ku sedang
5.Menjadwalkan rutinitas perawatan diri
Td : 120 / 80
S : 36, 5
N : 80
RR : 16

A : Skizofernia

P : hentikan intervensi

BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan jiwa yang di lakukan pada pasien Ny. H dengan
masalah defisit perawatan diri yang dilakukan sejak tanggal 6 Juni 2018 s/d 19 Juni 2018 di
ruangan Delima Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara
A. Pengkajian Keperawatan
1. Keluhan utama
Asuhan keperawatan yang dilakukan pada Ny. H ditemukan data masuk karena klien
mengamuk, memecah kaca, melempar mobil, marahmarah tanpa sebab, emosi labil, bicara-
bicara sendiri, baju berlapislapis, bau dan kumal.
Hal ini sesuai dengan teori Dermawan (2013), menjelaskan bahwa keadaan fisik
pasien yaitu badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor/kumal, penampilan tidak rapi,
rambut berantakan. Keadaan psikologis dan sosial klien yaitu klien malas, menarik diri,
isolasi diri, interaksi kurang, kegiatan kurang dan tidak mampu berperilaku sesuai norma.
Disini pasien malu, tidak memiliki kemampuan, penampilan tidak rapi, tatapan tajam dan
sering mengepalkan tangan, terdapat gangguan integritas kulit, malas, kegiatan kurang dan
tidak sopan.
Asumsi perwat tidak terdapat perbedaan antara teori dan praktek yang di temukan
dilapangan. Disini sudah didapatkan kesesuaian antara kasus dengan konsep teori bahwa
tanda dan gejala yang muncul atau yang dialami oleh Ny. H terdapat dalam teori.
2. Faktor Predisposisi
Asuhan keperawatan yang dilakukan pada Ny. H didapatkan faktor predisposisi (sosial)
yang memperberat terjadinya gangguan jiwa pada klien dimana tidak adanya dukungan
keluarga serta lingkungan sekitar. Pada pasien gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri
adanya faktor predisposisi seperti faktor kemampuan realitas dan faktor sosial. Hal ini sesuai
dengan teori Dermawan (2013), mengatakan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri serta
kurangnya dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri dan lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
Asumsi perawat tidak terdapat perbedaan antara teori dan kasus yang di temukan
dilapangan. Responden memiliki factor predisposisi. Penyebab gangguan jiwa pada Ny. H
yaitu faktor social yang merupakan faktor yang memperberat gangguan jiwa pada klien
terutama perawatan diri.
3. Hubungan Sosial
Asuhan keperawatan yang dilakukan pada Ny. H mengatakan orang terdekat adalah suami,
responden juga tidak memiliki peran dalam masyarakat, tidak ada orang-orang yang mau
menerima keberadaannya. Gangguan pola hubungan sosial pada Ny. H tersebut sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Dermawan (2013), menyatakan hubungan pasien
dengan orang lain sangat terganggu karena penampilan pasien yang kotor sehingga orang
sekitar menghindari pasien. Adanya hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, serta
hambatan minat berinteraksi dengan orang lain. Asumsi peneliti menyatakan bahwa Ny. H
terdapat gangguan pada hubungan social. Hal ini disebabkan tidak adanya dukungan baik dari
keluarga maupun lingkungan.
4. Status Mental
Asuhan keperawatan yang dilakukan terhadap Ny. H mengatakan perasaannya biasa-biasa
saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Asumsi perawat menyatakan bahwa hasil
pengkajian alam perasaan bertentangan dengan teori Dermawan (2013), yang menyatakan
bahwa biasanya keadaan pasien tampak sedih, putus asa, merasa tidak berdaya, rendah diri
dan merasa dihina.
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan diagnosa keperawatan jiwa pada Ny. H, ditemukan diagnosa defisit
perawatan diri, harga diri rendah dan gangguan persepsi sensori : halusinasi. Teori Fitria
(2012), menyatakan bahwa pohon masalah pada pasien dengan gangguan defisit perawatan
diri yaitu harga diri rendah sebagai penyebab, defisit perawatan diri sebagai coreproblem, dan
isolasi sosial sebagai akibat. Prioritas diagnosa keperawatan pada Ny. H yaitu gangguan
deficit perawatan diri. Data yang memperkuat penulis mengangkat diagnosa defisit perawatan
diri yaitu pada Ny. H didapatkan data gigi tampak kuning, mulut bau, pakaian tidak rapi,
terdapat penyakit kulit di seluruh tubuhnya, tampak menggaruk-garuk tubuhnya, rambut
berantakan. Pernyataan dan keadaan pasien tersebut sesuai dengan teori menurut Dermawan
(2013), dimana kuku klien kotor, gigi kotor disertai mulut bau, penampilan tidak rapi, badan
bau dan pakaian kotor, rambut dan kulit kotor.
Asumsi perawat adalah tidak terdapat perbedaan antara teori dan praktek tentang tanda dan
gejala pasien yang yang peneliti temukan di lapangan.
C. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada Ny. H yaitu gangguan defisit
perawatan diri, harga diri rendah dan halusinasi, perawat membuat rencana keperawatan yang
terstandar dengan membuat strategi pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap pasien.
Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan untuk diagnosa prioritas pertama defisit
perawatan diri pada Ny. H yang dilakukan pada klien terdiri dari dua latihan yaitu pertama
perawat melatih cara menjaga kebersihan diri : mandi, cuci rambut, kedua melatih cara
berdandan : sisiran.
Penyusunan rencana keperawatan pada Ny. H telah sesuai dengan rencana teoritis
menurut Dermawan (2013). Namun tetap disesuaikan kembali dengan kondisi pasien serta
dievaluasi secara terus menerus sehingga tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan dapat
tercapai. Peneliti juga mengikuti langkah-langkah perencanaan yang telah disusun mulai dari
menentukan prioritas masalah sampai dengan kriteria hasil yang diharapkan. Dalam
perencanaan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek dalam memprioritaskan
masalah dan perencanaan tindakan keperawatan.
Asumsi perawat bahwa tidak terdapat perbedaan perencanaan tindakan keperawatan
menggunakan strategi pelaksanaan sesuai dengan masalah yang dimiliki responden. Selalu
memantau kondisi pasien serta dievaluasi secara terus menerus dapat mendukung
keberhasilan perkembangan pasien sehingga tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan dapat
tercapai
d. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan pada Ny. H disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan yang telah ditetapkan. Hasil asuhan keperawatan pada Ny. H dengan gangguan
defisit perawatan diri sudah peneliti lakukan beberapa tindakan keperawatan diantaranya :
pada hari Senin, 11 Juni 2018 dilaksanakan yang pertama membina hubungan saling percaya.
Selanjutnya langsung menerapkan latihan 1 defisit perawatan diri dengan cara mengajarkan
cara membersihkan diri dengan mandi. Pada hari Rabu, 13 Juni 2018 dilaksanakan latihan 2
defisit perawatan diri dengan mengajarkan cara berhias dan berdandan. Pada Ny. H peneliti
melakukan beberapa tindakan keperawatan diantaranya : pelaksanaan latihan 1 sampai 2
defisit perawatan diri Dalam melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan,
perawat perlu menvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dan
dibutuhkan klien sesuai dengan kondisinya (here and now).
Perawat menemukan kesulitan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yaitu strategi
pelaksanaan defisit perawatan diri. Pasien sudah mampu menyebutkan kedua strategi
pelaksanaan saat evaluasi subjektif, hanya saja pasien masih malas untuk melakukan apabila
tidak ada kontak antara perawat dengan pasien secara berkesinambungan. Hal ini diperkuat
dengan hasil penelitian dilakukan oleh Khaeriyah (2013) mengenai kemampuan perawatan
diri pada 50 orang klien defisit perawatan diri yang diberikan strategi pelaksanaan
komunikasi defisit perawatan diri, didapatkan hasil bahwa ada perbedaan kemampuan
perawatan diri pre dan post strategi pelaksanaan komunikasi defisit perawatan diri.
e. Evaluasi Keperawatan
Pada kasus perawat melakukan evaluasi dari tindakan keperawatan dilakukan dari
tanggal 11 Juni 2018 sampai 13 Juni 2018. Evaluasi yang perawat lakukan pada Ny. H
meliputi telah terjalinnya hubungan yang terapeutik dan saling percaya antara perawat dan
klien ditandai dengan klien bersedia duduk berhadapan dengan perawat dan mau berkenalan
serta berjabat tangan dengan perawat. Pada diagnosa keperawatan deficit perawatan diri,
pasien menunjukan perubahan yang cukup signifikan. Pasien sudah mampu melakukan
kebersihan diri dan menunjukan kemajuan. Pasien mengatakan merasa nyaman, pasien juga
mampu memperagakan ulang cara yang dilatih dengan benar sehingga diharapkan kebersihan
diri pasien dapat terjaga. Evaluasi akhir menurut perawat setelah dilakukan tindakan strategi
pelaksanaan pada Ny. H lebih lambat dalam menangkap atau merespon tindakan yang telah
diajarkan hal ini didukung oleh persepsi Ny. H mengalami halusinasi. Keadaan ini sesuai
dengan teori Dermawan (2013), mengatakan bahwa persepsi biasanya terjadi pada pasien
yang berhalusinasi seperti tentang ketakutan terhadap hal-hal kebersihan diri baik halusinasi
pendengaran, penglihatan serta halusinasi perabaan yang membuat pasien tidak mau
membersihkan diri dan pasien mengalami dipersonalisasi

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Skizofrenia adalah suatu penyakit yang memengaruhi otak dan menyebabkan
timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh dan terganggu.
secara general gejala serangan skizofrenia dibagi menjadi 2 (dua), yaitu gejala positif
dan negatif. Skizofrenia ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan
karakteristik dari pikiran dan presepsi,serta oleh efek yang tidak wajar . Salah satu
terapi yang bermanfaat serta mudah dilakukan salah satunya adalah terapi music.
Music instrumental juga bisa menjadi alternative cara untuk menyembuhkan gangga
jiwa.

B. SARAN
Sebagai penulis kami merasa masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah
ini, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami
harapkan agar kami bias memperbaiki makalah ini
Daftar Pustaka

Dermawan, Deden dan Rusdi. Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan. Yogyakarta: Gosyan Publishing.,
2013.

Khaeriyah, Uswatun, dkk. Pengaruh Komunikasi Terapeutik (SP 1-4) Terhadap Kemauan dan
Kemampuan Personal Higiene pada Klien dengan Defisit Perawatan Diri di RSJD Dr. AMINO
GONDOHUTOMO Semarang.. L. Ratumbuysang Propinsi Sulawesi Utara. 2013.

Puspitasari, K. "pendahuluan latar belakang skizofernia ." 2021. respository.unmuhjember.ac.id. pdf.


27 maret 2022.

Puspitasari, K. "pendahuluan latar belakang skizofernia ." 2021. respository.unmuhjember.ac.id. pdf.


27 maret 2022. ,KTI M.Irfan 2018

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Skizofrenia 2.1.1 eprints.umpo.ac.id Definisi .. 27 Maret 2022

http://repositori.unsil.ac.id › ...PDF 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Skizofrenia 1. Pengertian


Skizofrenia ...27 maret 2022

https://repository.poltekes-smg.ac.id/repositiry/073_ETIKA%20WAHYUNINGSIH

Anda mungkin juga menyukai