Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Skizofrenia

1. Definisi

Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang dapat

mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk berfikir,

berkomunikasi, merasakan serta menunjukkan emosi dan gangguan otak

yang ditandai dengan pikiran kacau, waham, halusinasi serta perilaku aneh.

Skizofrenia merupakan penyakit gangguan mental berat dan kronis yang

menyerang 20 juta orang di seluruh dunia (Pardede, dkk, 2020).

Pasien skizofrenia memiliki tanda gejala positif dan negative. Gejala

positif yang muncul antara lain, halusinasi (90%), delusi (75%), perilaku

agitasi, agresif, waham serta gangguan pola pikir dan berbicara. Sedangkan

gejala negatif dari skizofrenia adalah isolasi sosial (Lase, 2021).

2. Etiologi

Penyebab dari skizofrenia diantaranya adalah:

a. Biologis, yaitu genetik, neurobiologi, teori virus, ketidakseimbangan

neurotransmitter (peningkatan dopamine), dan perkembangan otak.

b. Psikologis, yaitu kegagalan memenuhi tugas perkembangan psikososial

dan ketidakharmonisan keluarga meningkatkan resiko skizofrenia.

Terhadap awitan skizofrenia, stresso sosiokultural dan gangguan

psikotik lainnya (Stuart, 2013 dalam A Buchari, 2018).

6
3. Manifestasi Klinis

Gejala skizofrenia dapat dibagi dalam 2 (dua) kelompok yaitu,

gejala positif dan gejala negatif.

1. Gejala positif skizofrenia

a. Delusi atau waham, yaitu suatu keyakinan yang salah, tidak sesuai

dengan kenyataan, dipertahankan dan disampaikan berulang-ulang

(waham kejar, waham curiga, waham kebesaran).

b. Halusinasi, yaitu gangguan penerimaan pancaindra tanpa ada

stimulus eksternal (halusinasi pendengaran, penglihatan,

pengecapan, pembau dan perabaan).

c. Perubahan arus pikir :

1) Arus pikir terputus : dalam pembicaraan tiba-tiba tidak dapat

melanjutkan isi pembicaraan.

2) Inkohoren : berbicara tidak selaras dengan lawan bicara bicara

kacau).

3) Nologisme : menggunakan kata-kata yang hanya dimengerti

oleh diri sendiri tetapi tidak dimengerti oleh orang lain.

d. Perubahan Perilaku : Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-

mandir, agresif, bicara dengan semangat dan gembira berlebihan,

yang ditunjukkan dengan perilaku kekerasan.

e. Pikiran penuh dengan ketakutan sampai kecuringaan atau seakan-

akan ada ancaman terhadap dirinya (Mashudi, 2021).

2. Gejala negatif skizofrenia

7
Gejala-gejala negatif yang diperlihatkan pada pasien skizofrenia yaitu:

a. Alam perasaan (affect), Gambaran alam perasaan ini dapat terlihat

dari wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi.

b. Isolasi sosial atau mengasingkan diri (withdrawn) tidak mau

bergaul atau kontak dengan orang lain, suka melamun (day

dreaming).

c. Kontak emosional, sukar diajak bicara, pendiam.

d. Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan sosial.

e. Sulit dalam berpikir abstrak.

f. Pola pikir stereotip (Hawari, 2018).

4. Mekanisme koping

Menurut Sutria (2020), mekanisme koping berdasarkan

penggolongan dibagi menjadi dua yaitu:

a. Mekanisme koping adaptif, yaitu yang mendukung fungsi integrasi

pertumbuhan belajar dan mencapai tujuan.

b. Mekanisme koping maladaptif, yaitu yang menghambat fungsi

integrasi, menurunkan otonomi, memecah pertumbuhan dan

cenderung menguasai lingkungan (Ndaha, 2021).

5. Penatatalaksanaan Skizofrenia

Adapun jenis pengobatan pada pasein skizofrenia (Maramis, 2018)

a. Farmakoterapi

Indikasi pemberian obat psikotik pada skizofrenia adalah untuk

mengendalikan gejala aktif dan mencegah kekambuhan. Strategi

pengobatan 12 tergantung pada fase penyakit apakah akut atau kronis.

8
Fase akut biasanya ditandai oleh gejala psikotik (yang baru dialami atau

yang kambuh) yang perlu segera diatasi. Tujuan pengobatan disini

adalah mengurangi gejala psikotik yang parah. Dengan fenotiazin

biasanya waham dan halusinasi hilang dalam waktu 2-3 minggu.

b. Elektro Convulsive Terapi (ECT)

Terapi Elektrokonvulsi (ECT) atau terapi kejang listrik adalah suatu

prosedur tindakan pengobatan pada pasien gangguan jiwa,

menggunakan aliran listrik untuk menimbulkan kebangkitan kejang

umum, berlangsung sekitar 25-150 detik dengan menggunakan alat

khusus yang dirancang aman untuk pasien.

c. Psikoterapi dan rehabilitasi

Psikoterapi suportif atau kelompok dapat membantu pasien

memberikan bimbingan yang praktis sehingga mampu mengembalikan

tingkat kesadaran pasien baik secara fisik dan mental.

d. Terapi Aktivitas

Terapi aktivitas dapat mengontrol halusinasi, salah satu tindakan

keperawatan yang dapat dilakukan adalah terapi aktivitas dengan

menggambar yang merupakan suatu bentuk psikoterapi suportif berupa

aktivitas yang menghasilkan kemandirian secara manual, kreatif dan

edukatif untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan

meningkatkan derajat kesehatan fisik dan mental serta makna tujuan

hidup pasien.

9
B. Konsep Halusinasi

1. Definisi Halusinasi Penglihatan

Halusinasi merupakan persepsi yang salah mengenai suatu objek,

gambaran dan pikiran yang terjadi tanpa adanya rangsang dari luar pada

semua sistem pengindraan yang dapat dirasakan oleh klien namun tidak

dapat dibuktikan secara nyata. Halusinasi penglihatan adalah halusinasi

yang melibatkan indera penglihatan, seolah seperti melihat sesuatu namun

sebenarnya tidak ada. Halusinasi penglihatan dapat berupa suatu objek,

bentuk pola, manusia, atau cahaya. Misalnya, melihat seseorang yang

sebenarnya tidak berada di ruangan, atau melihat lampu berkedip yang

tidak dapat dilihat orang lain (Putri, 2021).

2. Etiologi

Menurut Pardede (2021) Gangguan sensori persepsi: halusinasi

terdiri dari dua faktor penyebab yaitu faktor predisposisi dan faktor

presipitasi.

a. Faktor Predisposisi

1) Faktor genetis, secara genetis skizofrenia diturunkan melalui

kromosom tertentu. Seorang anak yang salah satu orang tuanya

mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami skizofrenia,

sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka peluangnya

menjadi 35%.

2) Faktor neurobiologis, klien skizofrenia mengalami penurunan

volume dan fungsi otak yang abnormal. Neurotransmitter juga

10
ditemukan tidak normal, khususnya dopamin, serotonin, dan

glutamat.

3) Studi neurotransmitter, skizofrenia diduga juga disebabkan oleh

adanya ketidakseimbangan neurotransmitter. Dopamin berlebihan,

tidak seimbang dengan kadar serotonin.

4) Teori virus, paparan virus influenza pada trimester ketiga

kehamilan dapat menjadi faktor predisposisi skizofrenia.

5) Psikologis, tipe kepribadiaan lemah dan tidak bertanggung jawab

mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini

berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam mengambil

keputusan yang tepat demi masa depan.

b. Faktor Presipitasi

Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan

memproses informasi di thalamus dan frontal otak.

1) Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.

2) Kondisi kesehatan, meliputi : nutrisi kurang, kurang tidur,

ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat

sistem syaraf pusat, kurangnya latihan, hambatan untuk menjangkau

pelayanan kesehatan.

3) Lingkungan, meliputi : lingkungan yang tidak bersahabat, krisis

masalah di rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan

kebiasaan hidup, pola aktivitas sehari-hari, kesukaran dalam

hubungan dengan orang lain, isolasi sosial, kurangnya dukungan

11
sosial, tekanan kerja, kurang keterampilan dalam bekerja,

stigmatisasi, kemiskinan, ketidakmampuan mendapat pekerjaan.

4) Sikap/perilaku, meliputi : merasa tidak mampu, harga diri rendah,

putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, kehilangan kendali diri,

merasa punya kekuatan berlebihan, merasa malang, bertindak tidak

seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya

kernampuan sosialisasi, perilaku agresif, ketidakadekuatan

pengobatan, ketidakadekuatan penanganan gejala.

3. Jenis-Jenis Halusinasi

Tabel 2.1 Jenis-jenis halusinasi

Jenis halusinasi Data Obyektif Data subyektif


Halusinasi - Bicara atau tertawa - Mendengar
pendengaran sendiri suara-suara
- Marah-marah tanpa bisikan
alasan yang jelas - Mendengar
- Menutup telinga kegaduhan
- Gelisah - Mendengar suara
yang menyuruh
melakukan
sesuatu yang
berbahaya
Halusinasi - Menunjuk-nunjuk - Melihat
penglihatan kearah tertentu bayangan
- Ketakutan pada - Melihat cahaya
sesuatu yang tidak - bentuk kartoon
nyata - melihat hantu
- Menutup mata atau monster
- Melamun

Halusinasi - Mengisap-isap - Membaui bau-


Penghidu seperti sedang bauan seperti bau
mencium bau-bauan darah, urine,
tertentu feses, parfum,
- Menutup hidung atau bau lainnya.
Halusinasi - Sering meludah - Merasakan rasa
Pengecapan - Muntah deperti darah ,
urin atau feses

12
Halusinasi - Menggaruk-garuk - Mengatakan ada
perabaan permukaan kulit serangga
dipermukaan
kulit
- Merasa seperti
tersengat listrik
- Merasa
mengalami nyeri

4. Tanda dan Gejala Halusinasi

a. Halusinasi penglihatan

1) Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa

saja yang sedang dibicarakan.

2) Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang sedang

tidak berbicara atau pada benda seperti mebel.

3) Terlihat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yang

tidak tampak.

4) Menggerakan-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang

menjawab suara.

b. Halusinasi pendengaran

Adapun perilaku yang dapat teramati

1) Tiba-tiba tampak tanggap, ketakutan atau ditakutkan oleh orang lain,

benda mati atau stimulus yang tidak tampak.

2) Tiba-tiba berlari keruangan lain

c. Halusinasi penciuman

Perilaku yang dapat teramati pada klien gangguan halusinasi penciuman

adalah :

1) Hidung yang dikerutkan seperti mencium bau yang tidak enak.

13
2) Mencium

d. Halusinasi perabaan

Perilaku yang tampak pada klien yang mengalami halusinasi

perabaan adalah Tampak menggaruk-garuk permukaan kulit. Tanda dan

gejala halusinasi dinilai dari hasi observasi terhadap klien serta

ungkapan klien. Adapun tanda dan gejala klien halusinasi adalah

sebagai berikut :

1) Data Subjektif klien mengatakan :

a) Mendengar suara-suara atau kegaduhan

b) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap

c) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang

berbahaya

d) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun,

melihat hantu dan monster

e) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses,

kadangkadang bau itu menyenangkan

f) Merasakan rasa seperti darah, urin dan feses

g) Merasa takutan atau senang dengan halusinasinya

2) Data Objektif

a) Bicara atau tertawa sendiri

b) Marah marah tanpa sebab

c) Mengarahkan telinga kearah tertentu

d) Menutup telinga

e) Menunjuk kearah tertentu

14
f) Ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas

g) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu

h) Menutup hidung

i) Sering meludah

j) Menggaruk garuk permukaan kulit

5. Rentang Respon Halusinasi

Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang

berada dalan rentang respon neurobiologis. Ini merupakan respon persepsi

paling maladaptif. Jika klien sehat, persepsinya akurat mampu

mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi

yang diterima melalui pancaindra (pendengaran, penglihatan, penghidu,

pengecapan, peraban), klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu

stimulus pancaindra walaupun sebenarnya stimulus tersebut tidak ada

(Hernandi, 2020).

6. Mekanisme Koping Halusinasi

Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari

pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologi

termasuk :

1. Regresi, menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku

kembali seperti pada perilaku perkembangan anak atau berhubungan

dengan masalah proses informasi dan upaya untuk menanggulangi

ansietas.

15
2. Proyeksi, keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi

pada orang lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai

upaya untuk menjelaskan keracunan persepsi).

3. Menarik diri, reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun

psikologis, reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber

stressor, misalnya menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun dan

lain-lain, sedangkan reaksi psikologis individu menunjukkan perilaku

apatis, mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan

bermusuhan

4. Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien (Puspita, 2020)

C . Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Tahap

pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis untuk

menentukan status kesehatan dan fungsional serta respons klien pada saat

ini dan sebelumnya (Helidrawati, 2020).

2. Analisa Data

Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya yaitu membuat analisa

data dengan mengelompokkan masing-masing data yang digunakan untuk

merumuskan masalah keperawatan yang terjadi pada pasien halusinasi

(Karuniawati, 2020).

3. Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan yang dapat dikenali pada pasien dengan

halusinasi penglihatan antara lain (Restia, 2020).

16
1. Resiko perilaku kekerasan.

2. Gangguan sensori persepsi halusinasi

3. Isolasi sosial

4. Harga diri rendah kronis.

4. Intervensi Keperawatan

Tabel 2.2 Intervensi keperawatan

No Diagnosa Luaran Intervensi


keperawatan
1. Gangguan Setelah dilakukan Terapi aktivitas
persepsi sensori : intervensi keperawatan Observasi
Halusinasi selama 6x24 jam maka, 1. Identifikasi
penglihatan persepsi sensori membaik defisit tingkat
dengan kriteria hasil : aktivitas
1. Verbalisasi 2. Identifikasi
melihat bayangan kemampuan
dari meningkat berpartisipasi
menjadi menurun dalam aktivitas
2. Perilaku tertentu
halusinasi dari 3. Identifikasi
meningkat makna aktivitas
menjadi menurun rutin dan waktu
3. Melamun dari luang
meningkat Terapeutik
menjadi menurun 1. Sepakati
4. Mondar-mandir komitmen untuk
dari meningkat meningkatkan
menjadi menurun frekuensi dan
rentang
aktivitas
2. Fasilitasi
aktivitas dengan
komponen
memori implisit
dan emosional
3. Jadwalkan
aktivitas dalam
rutinitas sehari-

17
hari (mis, terapi
aktivitas
menggambar)
4. Berikan
penguatan
positif atas
partisipasi
dalam aktivitas
Edukasi
1. Ajarkan cara
melakukan
aktivitas yang
dipilih
(Kegiatan
menggambar)
2. Anjurkan
terlibat dalam
aktivitas
kelompok atau
terapi, jika
sesuai
Kolaborasi
1. Kolaborasi
dengan terapis
okupasi dalam
merencanakan
dan memonitor
program
aktivitas, jika
sesuai

5. Tindakan Keperawatan ( Implementasi)

Implementasi disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan.

Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan,

perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih

sesuai dan dibutuhkan klien sesuai dengan kondisinya. Perawat juga menilai

diri sendiri, apakah kemampuan interpersonal, intelektual, tekhnikal sesuai

18
dengan tindakan yang akan dilaksanakan, dinilai kembali apakah aman bagi

klien. Setelah semuanya tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan

boleh dilaksanakan (Aldam, & Wardani,2019).

Tujuan umum dilakukan tindakan keperawatan adalah mampu

mengontrol halusinasi pada klien, untuk tujuan khususnya adalah:

1. Bina hubungan saling percaya (BHSP)

2. Identifikasi, waktu, frekuensi, situasi, respon pasien terhadap halusinasi

3. Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

4. Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat

5. Melatih pasien dengan cara bercakap-cakap

6. Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara melaksanakan

kegiatan terjadwal (Siti, 2021)

6. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari

tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada

respon klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan, evaluasi dapat

dibagi dua jenis yaitu: evaluasi proses atau formatif dilakukan selesai

melaksanakan tindakan. Evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan

membandingkan respon klien pada tujuan umum dan tujuan khusus yang

telah ditentukan. Evaluasi keperawatan yang diharapkan pada pasien yang

mendapatkan asuhan keperawatan halusinasi, pasien mampu mengenali

halusinasi, klien terlatih mengontrol halusinasi, klien mampu bercakap-

cakap dengan orang lain, klien mampu beraktivitas secara terjadwal (Andri,

2019).

19
D. Terapi Aktivitas

1. Pengertian

Terapi aktivitas adalah tindakan keperawatan yang membantu proses

penyembuhan fisik dan mental dengan menghubungkan individu dengan

lingkungannya (Samantha & Almalik, 2019). Terapi aktivitas adalah suatu

bentuk psikoterapi suportif berupa aktivitas yang menghasilkan

kemandirian secara manual, kreatif dan edukatif untuk menyesuaikan diri

dengan lingkungan dan meningkatkan derajat kesehatan fisik dan mental

serta makna tujuan hidup pasien. Mengenai pengaruh terapi okupasi

terhadap perubahan gejala halusinasi, diberikan terapi okupasi karena

melalui terapi okupasi dapat meminimalkan interaksi pasien dengan

dunianya sendiri dan menghilangkan pikiran, perasaan atau emosi yang

mempengaruhi perilakunya yang tidak didasarkan padanya (Mustopa et al.,

2021).

2. Jenis Terapi Aktivitas

Salah satu tindakan keperawatan untuk pasien halusinasi adalah terapi

aktivitas untuk membentuk psikoterapi, dukungan, yang sangat penting

untuk meningkatkan pemulihan pasien. Tujuan dari kegiatan ini adalah

untuk memberikan motivasi dan kegembiraan, kesenangan dan pengalih

perhatian kepada pasien yang berhalusinasi agar pikiran pasien tidak

terfokus pada halusinasinya (Mustopa et al., 2021).

Terapi aktivitas untuk mengisi waktu luang yaitu menyapu,

membersihkan, menanam tanaman, kegiatan menggambar, dan lain-lain

sangat efektif dalam mengurangi gejala pasien halusinasi penglihatan,

20
karena kegiatan tersebut menimbulkan perasaan senang dan dapat

mengalihkan pusat objek pasien pada keadaan nyata (Mustopa et al., 2021).

Salah satu teknik/prosedur yang direkomendasikan untuk terapi

aktivitas waktu luang adalah menggambar, karena dapat menenangkan

dan meningkatkan rasa percaya diri pasien (Mustopa et al., 2021).

a. Terapi Aktivitas Kelompok

Terapi aktivitas kelompok (TAK) adalah terapi yang

menciptakan kondisi yang terjadi dalam kelompok, yaitu munculnya

dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan, dan

menjadi laboratorium tempat klien mempraktikkan perilaku adaptif baru

untuk memperbaiki perilaku adaptif yang buruk. Terapi aktivitas

kelompok: Stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan suatu

aktivitas sebagai stimulus dan berhubungan dengan suatu pengalaman

atau kehidupan yang didiskusikan secara berkelompok.

Penatalaksanaan terapi aktivitas kelompok mengontrol halusinasi

dengan melakukan kegiatan menghardik, bersikap cuek, berbincang-

bincang, melakukan aktivitas terjadwal serta minum obat (Kelliat,

2014).

b. Terapi Aktivitas Individu

Terapi individu merupakan salah satu bentuk terapi yang

dilakukan oleh perawat kepada pasien secara tatap muka, durasi waktu

ditentukan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Pendekatan terapi

individu yang sering digunakan adalah pelaksanaan komunikasi

diantaranya membina hubungan saling percaya dengan pasien untuk

21
membantu mengenal halusinasi yang dirasakan. Terapi ini dilakukan

dengan berdiskusi tentang isi halusinasi seperti apa yang dilihat, waktu

terjadi halusinasi, frekuensi, situasi, serta melihat respon pasien pada

saat itu (Sumartyawati, 2019).

Masalah yang terdapat pada klien dengan halusinasi penglihatan

adalah klien terlalu sering melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada,

seperti melihat seseorang yang berdiri di belakangnya dan memandang

sesuatu disudut ruangan meskipun tidak ada siapa-siapa. Adapun objek

yang bisa dilihat oleh klien bisa berupa benda, cahaya atau bayangan

(Kamariyah & Yuliana, 2021b).

Penerapan pelaksanaan terapi pada klien dengan halusinasi

penglihatan menggunakan teknik menggambar bebas menyesuaikan

kemampuan yang pernah disukai dan dimiliki pasien. Dengan

menggunakan buku gambar, pensil dan pensil warna. Sehingga klien

dapat memulai kegiatan menggambar, mewarnai hasil gambar sesuai ide

yang dia pikirkan. Salah satu tujuan terapi okupasi adalah mengasah

kemampuan dan keterampilan seperti aktivitas sehari-hari dan kegiatan

motorik dengan menggambar.

3. Terapi Aktivitas Individu Menggambar

Terapi aktivitas menggambar merupakan salah satu bentuk

kegiatan psikoterapi yang menggunakan media seni dalam

berkomunikasi, terapi ini dapat mengontrol interaksi pasien dengan

dunianya sendiri yaitu dengan mengeluarkan pikiran, perasaan,

22
memberikan motivasi, kegembiraan serta mengalihkan perhatian dari

halusinasi yang dialami (Fatihah et al., 2021).

Pengaruh terapi menggambar pernah diteliti sebelumnya terhadap

penurunan tingkat halusinasi, dan memperbaiki gangguan mental pada

klien. Hasil penelitian mengenai pengaruh terapi menggambar terhadap

penurunan tingkat halusinasi pada klien gangguan persepsi sensori:

halusinasi penglihatan di ruangan rawat inap RSJD Provinsi Jambi tahun

2021 memperlihatkan adanya pengaruh terhadap klien tersebut, karena

mampu mengembalikan tingkat kesadaran klien baik secara fisik dan

emosional (Kamariyah & Yuliana, 2021).

Hasil penelitian Eli Furyanti mengenai melukis bebas terhadap

kemampuan pasien mengontrol halusinasi dengan sampel penelitian

sebanyak 44 responden, metode pengumpulan data menggunakan

kuesioner menunjukkan bahwa ada pengaruh art therapy melukis bebas

terhadap kemampuan pasien mengontrol halusinasi (Eli Furyanti et al,

2021).

Selanjutnya penelitian Terapi okupasi aktivitas menggambar

terhadap perubahan halusinasi pada pasien skizofrenia oleh Ni Made

Wijayanti menggunakan lembar wawancara dan observasi semua pasien

skizofrenia dengan masalah keperawatan halusinasi yang dirawat di

Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali (Ni Made Wijayanti, et al, 2020 ). Studi

kasus aktivitas menggambar dalam mengontrol gejala halusinasi di RSJ

Prof. Dr.Soerodjo penelitian dilakukan oleh Noviati Saptarani, Erna

erawati, Angga Sugiarto S.

23
Terapi aktivitas individu dengan menggambar dapat membantu

pasien dalam menyalurkan atau mengekspresikan perasaan, pemikiran,

dan emosi yang selama ini mempengaruhi perilaku yang tidak

disadarinya, memberikan kegembiraan, hiburan, serta mengalihkan dan

memusatkan perhatian pasien pada suatu obyek nyata untuk terlibat

dalam kegiatan baik secara individu maupun kelompok. Melalui aktivitas

menggambar juga dapat membantu pasien untuk mengembangkan rasa

percaya diri, belajar untuk mempercayai orang lain, serta memiliki

kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain (Kamariyah &

Yuliana, 2021).

Terapi dilakukan dengan bantuan perawat, pertama perawat

menyapa pasien secara terapeutik dan menanyakan perasaan responden,

membuat kontrak, menjelaskan tujuan tindakan dan prosedur tindakan.

Perawat meminta klien untuk menggambar apapun yang mereka

inginkan. Saat klien mulai menggambar, perawat berjalan berkeliling dan

memberikan konfirmasi kepada klien untuk melanjutkan gambarannya,

jangan mengkritik klien. Ketika klien sudah menggambar, perawat

meminta setiap klien untuk menceritakan kepada klien lainnya tentang

gambar yang mereka buat, apa gambar itu, dan apa arti gambar itu bagi

klien (Fatihah, Aty Nurillawaty, Yusrini, 2021).

Pelaksanaan terapi aktivitas menggambar dapat mengeluarkan

pikiran, emosi yang selama ini mempengaruhi perilaku yang tidak

disadari, memberi motivasi dan memberikan kegembiraan, hiburan, serta

mengalihkan perhatian klien dari halusinasi. Sehingga pikiran klien tidak

24
terfokus dengan halusinasinya. Seni dapat menjadi salah satu media

terapi yang mampu memberikan kontribusi positif terhadap proses

rehabilitasi gangguan jiwa, kegiatan menggambar bisa mengekspresikan

pikiran dan perasaannya dengan komunikasi non verbal melalui media

gambar (Fekaristi, et al, 2021).

4. Standar Operasional Prosedur (SOP) Terapi Aktivitas Menggambar

a. Pengertian

Terapi Aktivitas Menggambar merupakan suatu kegiatan untuk

mengontrol halusinasi

b. Tujuan :

1. Pasien mampu mengekspresikan perasaan melalui gambar

2. Pasien dapat memberi makna gambar

3. Pasien dapat melakukan aktivitas terjadwal untuk mengurangi

halusinasi

c. Tempat :

1. Perawat dan pasien duduk bersama

2. Ruangan nyaman dan tenang

d. Alat :

1. Buku bergambar

2. Pensil

3. Pensil warna

4. kertas kosong

e. Prosedur Pelaksanaan

1. Tahap Persiapan

25
a. Memilih pasien yang sesuai dengan indikasi

b. Membuat kontrak dengan pasien

c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Tahap Orientasi

a. Salam terapeutik

1) Memberi salam kepada pasien

2) Menanyakan perasaan pasien hari ini

b. Evaluasi/validasi

1) Menanyakan perasaan pasien saat ini

2) Tanyakan apakah kegiatan terapi aktivitas individu

menggambar sudah dilakukan

c. Kontrak
1) Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu

teknik menggambar mengikuti tema gambar yang

sudah ditentukan, kemudian menceritakan tentang

hasil gambarnya

2) Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu mengurangi

terjadinya halusinasi

3) Menjelaskan aturan main seperti jika pasien

ingin keluar maka harus meminta izin

4) Lama kegiatan 35 menit, dilakukan 1 sampai 2

kali sehari selama 6 hari, pasien mengikuti

kegiatan dari awal sampai akhir

26
3. Tahap Kerja

a. Persiapan alat seperti, buku bergambar, pensil, pensil warna,

dan kertas kosong

b. Membagikan kertas, pensil, pensil warna, krayon kepada

klien

c. Menjelaskan tema gambar yaitu menggambar sesuai

gambar yang diberikan

d. Setelah selesai menggambar perawat meminta klien untuk

menjelaskan gambar apa dan makna gambar yang telah

dibuat

e. Perawat memberikan pujian kepada pasien setelah selesai

menjelaskan isi gambarnya

4. Tahap Terminasi

1) Menanyakan perasaan pasien setelah melakukan

tindakan, dan memberikan pujian pada pasien

2) Rencana tindak lanjut: terapis menuliskan

kegiatan menggambar pada tindakan harian pasien

3) Kontrak yang akan datang

4) Menyepakati tindakan terapi menggambar yang akan

datang

5) Menyepakati waktu dan tempat

6) Berpamitan dan mengucapkan salam

27
5. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki pada catatan

proses keperawatan tiap pasien. Contoh pasien mengikuti, Terapi

Aktivitas Menggambar. Pasien mampu mengekspresikan

perasaan melalui gambar, memberi makna gambar, dan

mengurangi halusinasi.

28

Anda mungkin juga menyukai