Anda di halaman 1dari 23

BLOK

REPRODUKSI

Fifih Maghfiroh, S.ST.,M.Kes


DEFINISI KLASIFIKASI

ETIOLOGI TINJAUAN KASUS

PATOFISIOLOGI PENGKAJIAN

WOC KOMPLIKASI

MANIFESTASI KLINIS PENATALAKSANAAN

NCP
DEFINISI

Perdarahan
Post Partum • Perdarahan adalah hilangnya volume
• Post partum adalah masa dimulai setelah darah dari pembuluh kapiler baik
partum selesai kira-kira 6 minggu setelah mengucur maupun merembes dalam
plasenta lahir dan berakhir ketika alat- waktu yang cepat. (Purwadiato,dkk :
alat kandung kembali seperti keadaan 2000)
sebelum hamil. Dimana tubuh • Perdarahan Post Partum adalah
menyesuaikan baik fisik maupun perdarahan dalam kala IV yang lebih dari
psikososial terhadap proses melahirkan. 500 CC dalam 24 jam setelah bayi dan
(Bari S A, dkk, 2002) plasenta lahir (Rustam : 2000)
ETIOLOGI
Faktor presdisposisi terjadinya antonia uteri adalah:

1. Persalinan yang terlalu cepat (partus precipitatus).


2. Umur telalu muda atau terlalu tua (kurang dari 20 tahun atau lebi dari 35tahun)
3. Perietas sering terjadi atau dijumpai pada grande multipara dan multipara
4. Partus lamaDapat menyebabkan terjadinya inersia uteri karena kelelahan pada
otot-otot uterus(Dep Kes RI,1999).
5. Uterus terlalu tegang dan besar misalnya pada (gemeli, hidramnion, atau janin
besar).
6. Riwayat perdarahan post partum atau retensio plasenta pada persalinan
terdahulu.
ETIOLOGI

7. Stimulasi dengan oksitoksin atau protaklandin.


8. Perut bekas seksio sesaria , miomektomi atau histerorafia.
9. Anemia wanita yang mengalami anemia dalam persalinan dengan kadar
hemoglobin 10g/dl,akan dengan cepat terganggu kondisinya bila terjadi
kehilangan darah meskipun hanya sedikit.
10. Sisa ketuban dan selaput ketuban
11. Jalan lahir seperti robekan perineum, robekan vagina, robekan serviks, forniks
dan rahim
12. Penyakit darah, kelainan pembekuan darah atau hipofibrinogenia
PATOFISIOLOGI

Patofisiologi hemoragic postpartum


Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk meningkatkan
sirkulasi ke sana, atoni (tidak ada kekuatan otot) uteri dan subinvolusi (kembali kepada
ukuran semula) uterus menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah-
pembuluh darah yang melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi
terus menerus.)
PATOFISIOLOGI
Perdarahan Postpartum akibat Atonia Uteri

Perdarahan postpartum dapat terjadi karena terlepasnya sebagian plasenta dari rahim dan
sebagian lagi belum, karena perlukaan pada jalan lahir atau karena atonia uteri. Atoni
uteri merupakan sebab terpenting perdarahan postpartum.

Atonia uteri dapat terjadi karena proses persalinan yang lama; pembesaran rahim yang
berlebihan pada waktu hamil seperti pada hamil kembar atau janin besar; persalinan yang
sering (multiparitas) atau anestesi yang dalam. Atonia uteri juga dapat terjadi bila ada
usaha mengeluarkan plasenta dengan memijat dan mendorong rahim ke bawah sementara
plasenta belum lepas dari rahim.
PATOFISIOLOGI
Perdarahan Pospartum akibat Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir selama 1 jam setelah bayi lahir.
Penyebab retensio plasenta :
1. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena melekat dan tumbuh lebih dalam. Menurut
tingkat perlekatannya :
• Plasenta adhesiva : plasenta yang melekat pada desidua endometrium lebih dalam.
• Plasenta inkreta : vili khorialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua
endometrium sampai ke miometrium.
• Plasenta akreta : vili khorialis tumbuh menembus miometrium sampai ke serosa.
• Plasenta perkreta : vili khorialis tumbuh menembus serosa atau peritoneum dinding
rahim.
PATOFISIOLOGI

Perdarahan Postpartum Akibat Hematoma


Hematoma terjadi karena kompresi yang kuat disepanjang traktus genitalia, dan tampak sebagai
warna ungu pada mukosa vagina atau perineum yang ekimotik. Hematoma yang kecil diatasi
dengan es, analgesic dan pemantauan yang terus menerus. Biasanya hematoma ini dapat diserap
kembali secara alami. (Juliyanti, 2013)
MANIFESTASI
Menurut Mochtar (2001) gejala klinik berdasarkan penyebab ada lima yaitu :
a. Antonia Uteri
Uterus berkontraksi lembek , terjadi perdarahan segera setelah lahir
b. Robekan jalan lahir
Terjadi perdarahan segera, darah segar mengalir segera setelah bayi lahir, konterksi
uterus baik, plasenta baik. Gejala yangkadang-kadang timbul pucat, lemah, menggigil.
c. Retensio plasenta
Plasenta belum lahir selama 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik.
d. Tertinggalnya sisa plasenta selaput yang mengandung pembuluh darah ada yang
tertinggal, perdarahan segera. Gejala yang kadang-kadang timbul uterus berkontraksi
baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
e. Inversio uterus
Uterus tidak teraba, lumen vagina berisi massa, perdarahan segera nyeri berat
KLASIFIKASI
Menurut Ida Bagus Gde Manuaba (2004:295) perdarahan post partum
primer dan skunder
1. Perdarahan post partum rimer terjadi dalam 24 ja pertama penyebab
utama perdarahan post partum primer adalah atonia uteri, retensio
plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam
pertama
2. Perdarahan post partum skunder terjadi setelah 24 jam pertama
penyebab utama adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau
membran
TINJAUAN KASUS
NY. U umur 25 tahun bersalin pada pukul 12.00 wib. 2 jam setelah
plasenta lahir, ibu mengeluh pusing dan mengantuk keadaan umum lemah,
kesadaran ibu somnolen, tekanan darah 90/60 mmhg, nadi 100/I, respirasi
30x/I, dan suhu 36 c.
Ibu tampak pucat, ekstensitas teraba dingin serta warna kuku tampak
pucat, TFU 1 jari di atas pusat, tidak ada kontraksi uterus dan uterus
lembek, kandung kemih kosong, dan pengeluaran darah dari vagina 600
cc. mengeluarkan darah segar pervaginam yang banyak sampai 4-5 kali
ganti pembalut dalam 2 jam post partum
PENGKAJIAN
Identitas klien Riwayat obstreti atau persalinan yang lalu
   
Nama : ny.u Gravida, partus, abortus, : tidak ada
Umur : 25 tahun Lamanya gestasi : tidak ada
Riwayat persalinan :pervaginaan atau
Jenis kelamin :
persalinan normal
perempuan
Banyak nya perdarahan :mengeluarkan darah
Diagnosis medis : dari vagina 600 cc
perdarahan post partum Komplikasi ibu selama kehamilan: tidak ada
dengan etiologi causal atonia Tipe anastesi dan penyakit : tidak ada
uteri
PENGKAJIAN
Riwayat kesehatan
Keluhan utama
2 jam setelah plasenta lahir , ibu mengeluh pusing dan mengantuk
Riwayat kesehatan sekarang
Tidak ada
Riwayat kesehatan dahulu
Tidak ada
Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada
Riwayat spikososial
Tidak ada
PENGKAJIAN

Pemeriksaan fisik Inspeksi

Inspeksi keadaan umum


Tanda- tanda vital
Ibu tampak pucat, dan warna kulit tampak pucat
Tekanan darah : 90/60 Inspeksi perenium
mmhg Tidak ada
Nadi : 160 x/menit Kaji karakter local
Respirasi rate : 30 x/menit Tidak ada
Suhu : 36 c Pervaginam
Kesadaran : samnolen -keluar darah dari vagina 600 cc
Keadaan umum : lemah -pengeluaran darah segar pervaginam yang
banyak
PENGKAJIAN

Palpasi Inspeksi

Inspeksi keadaan umum


a. palpasi uterus TFU 1 jari di
Ibu tampak pucat, dan warna kulit tampak
atas pusat tidak ada kontraksi pucat
uterus Inspeksi perenium
uterus lembek Tidak ada
b. palpasi nyeri tidak ada Kaji karakter local
c. palpasi payudara tidak ada Tidak ada
d. palpasi ekstremitas Pervaginam
ekstremitas teraba dingin -keluar darah dari vagina 600 cc
-pengeluaran darah segar pervaginam yang
banyak
PENGKAJIAN
DATA FOKUS

Data subjektif Data objektif


Kllien mengeluh pusing dan mengantuk - keadaan umum lemah
- kesadaran ibu samnolen
- tekanan darah 90/60 mmhg
- nadi 100 x/menit
- respirasi rate 30x/menit
- suhu 36 c
- ibu tampak pucat
- ekstremitas terasa dingin
- warna kuku tampak pucat
- pengeluaran darah dari vagina 600 cc
- pengeluaran darah segar pervaginam yang banyak
sampai 4-5 kali ganti pembalut dalam 2 jam post partum
ANALISA DATA

data etiologi M.K


Ds : - Perdarahan berlangsung terus-menerus syok hipovolemik (kekurangan volume cairan)
Do :
- tekanan darah90/60 mmhg Jumah cairan intravaskuler dalam jumlah yang
- RR 30x/menit banyak
- Pengeluaran darah pervaginam Suplay darah menurun
600 cc Rejatan hipovolemik
- Pengeluaran darah segar
pervaginam 4-5 ganti pembalut
dalam 2 jam post partum

Ds : Penurunan jumlah cairan vascular Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer


- Klien mengeluh pusing dan Penurunan cairan intravascular (menurunya oksigen yang menyebabkan
mengantuk hemoglobin menurun dalam darah kegagalan pengaturan nutrisi kejaringan
Do : Suplay oksigen kejaringan menurun pada tingkat kapiler).
- Kesadaran samnolen Hipoksia jaringan (kurang darah dalam
- TD 90/60 mmhg jaringan)
- RR 30x/i
- Ekstremitas dingin
- Ibu tampak pucat
- kuku tampak pucat
DIAGNOSE KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan


hipoksia jaringan
2. Syok hipovolemik berhubungn dengan renjatan hipovolemik
KOMPLIKASI

1. Infeksi dan syok septic.


2. Anemia berat.
3. Sepsis purpuraris.
4. Ruptur uterus.
5. Syok hipovolemik.
6. Kerusakan otak.
7. Tromboembolik.
8. Emboli paru.
9. Pada kehamilan berikutnya dapat mengalami aborsi spontan, hipoksia intra uteri,
retardasi pertumbuhan intra uteri.
10. Kematian.
PENATALAKSANAAN

Medis
1. Pemberian oksitosin 10 IU IV atau ergometrin 0,5mg IV, berikan IM jika IV tidak
tersedia.
2. Lakukan pemeriksaan hemoglobin, golongan darah dan pencocokan silang.
3. Berikan cairan IV dengan natrium laktat.
4. Jika terjadi perdarahan yang berlebih, tambahkan 40 IU oksitosin/liter pada infus IV
dan aliran sebanyak 40 tetes/ menit
5. Pada kasus syok yang parah gunakan plasma ekspander atau tranfusi darah dan
pemberian oksigen
6. Berikan antibiotik berspektrum luas dengan dosis tinggi
7. Jika mungkin, persiapkan pasien untuk pemeriksaan segera dibawah pengaruh anestesi.
PENATALAKSANAAN

Keperawatan
1. Percepat kontraksi dengan cara melakukan masase pada uterus jika uterus masih dapat
teraba.
2. Kaji kondisi pasien (misalnya kepucatan, tingkat kesadaran) dan perkiraan darah yang
keluar.
3. Ambil darah untuk pemeriksaan hemoglobin, golongan darah dan pencocokan silang.
4. Pasang infus IV sesuai instruksi medis.
5. Jika pasien mengalami syok pastikan jalan nafas selalu terbuka palingkan wajah kesamping
dan berikan oksigen sesuai dengan indikasi sebanyak 6-8 liter/menit melalui masker atau
nasal kanul.
6. Mengeluarkan setiap robekan uterus yang ada dan menjahit ulang jika perlu.
7. Pantau kondisi pasien dengan cermat. Meliputi TTV, darah yang hilang, kondisi umum
(kepucatan, tingkat kesadaran) asupan kesadaran dan haluaran urine dan melakukan
pencatatan yang akurat
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai