Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PAIEN DENGAN

PERDARAHAN POSTPARTUM

Di Susun Oleh :

Nama : Fiqih Ilham Bakhtiar


Nim : C1006015

SI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


BHAKTI MANDALA HUSADA
Jl. Cut Nyak Dien, Kalisapu Telp. (0283) 3317706, Slawi – Tegal
2009
LAPORAN PENDAHULUAN
PENDARAHAN POSTPARTUM

A. Definisi
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 – 600 ml dalam masa 24
jam setelah anak lahir (Mochtar, 1998).
Perdarahan postpartum didefinisikan sebagai hilangnya darah 500 ml atau lebih
dari organ-organ reproduksi setelah selesainya kala tiga persalinan (ekspulsi atau
ekstraksi plasenta dan ketuban) (Taber, 1994).
Klasifikasi :
Menurut Mochtar (1998) berdasarkan waktu terjadinya dibagi atas dua :
1. Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) atau perdarahan
postpartum dini adalah perdarahan yang berlebihan selama 24 jam pertama setelah
kala tiga persalinan selesai.
2. Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) atau perdarahan
postpartum lanjut adalah perdarahan yang berlebihan selama masa nifas, termasuk
periode 24 jam pertama setelah kala tiga persalinan selesai, biasannya antara hari ke-
5 samapi ke-15 postpartum.
B. Etiologi
1. Perdarahan postpartum dini
Faktor-faktor predisposisi atonia uteri meliputi salah satu atau lebih dari yang
tersebut di bawah ini, baik dalam bentuk tunggal ataupun kombinasi.
a. Anastesia umum
b. Persalinan lama
c. Persalinan cepat
d. Kelainan uterus (leiomiomata), kelainan kongenital
e. Uterus yang terlalu tegang karena kehamilan ganda, hidramnion, atau bayi yang
sangat besar
f. Plasenta previa
g. Solusio (sbrupsio) plasenta
h. Multiparitas
i. Preeklampsia dan eklampsia
2. Perdarahan postpartum lanjut
Perdarahan yang paling sering adalah produk-produk konsepsi yang
tertahan/tertinggal/ lazimnya disertai keadaan-keadaan berikut :
a. Perdarahan postpartum primer 600 ml atau lebih
b. Kecurigaan tertahannya jaringan plasenta setelah inspeksi plasenta
c. Morbiditas pada 10 hari pertama setelah melahirkan
d. Syok berat akibat beratnyaperdarahan postpartum sekunde
e. Morbiditas (suhu di atas 380C) atau pireksia ringan (suhu 37,50C sampai 380C
pada waktu perdarahan sekunder)
f. Perlunakan uterus
g. Bukti bakteriologi infeksi traktus genitalis

C. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala perdarahan postpartum :
1. Perdarahan postpartum dini
Terjadinya takikardi, hipotensi, hipovolemia, bila dicurigai atonia uteri kan
terjadi uterus membesar, lunak dan terbenam, fundus uteri yang berkontraksi kuat,
terkesan adanya laserasi traktur genitaslis dan perdarahan pervagina berlebihan,
banyak dan persisten.
2. Perdarahan postpartum lanjut
Suhu dapat meningkat bila disertai ineksi, nadi dan tekanan darah memberikan
perkiraan beratnya perdarahan, fundus uteri sering dapat dipalpasi dari abdomen, dan
lebih dari yang diperkirakan. Uterus lebih besar dan lunak. Perdarahan aktif dari
kanalis servikalis, servik tidak cukup berdilatasi untuk menerima kanula menghisap 9
atau 10 dan perdarahan pervagina persisten dan rekurens merupakan gejala yang
paling khas, dan gejala-gejala yang lain : menggigil dan demam, menunjukan
keterkaitan dengan infeksi traktus genitalis.
D. Pathways

Kontraksi uterus menurun


(Atonia uteri)

Pembuluh darah tetap terbuka

Kekurangan volume
Perdarahan cairan

Penurunan/kehilangan produk
darah (Hb, sel darah merah,
sel darah putih)

Suplai O2 ke otak Suplai O2 ke jaringan


menurun menurun

Sakit kepala Gangguan perfusi


jaringan

Nyeri (akut)
E. Komplikasi
1. Syok
2. KID
3. Sindrome Sheehan (nekrosis hipofisis pars anterior)

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap : evaluasi hemoglobin dan hematokrit, peningkatan
hitung leukosit dapat disebabkan oleh infeksi atau peningkatan normal yang
menyertai persalinan dan kelahiran yang baru terjadi, masa persarahan dan masa
pembekuan
b. Urinalisis biasanya normal
2. Ultrasonografi
Bila perlu untuk menentukan adanya sisa jaringan konsepsi intauterin

G. Penatalaksanaan
Tentukan apakah tedapat syok, bila ada segera berikan transfusi cairan/darah,
kontrol perdarahan dan berikan O2. Bila keadaan umum telah membaik, lakukan
pemeriksaan untuk menentukan etiologi.
1. Pada retensio plasenta, bila plasenta belum lahir dalam 30 menit, lahirkan plasenta
manual, bila terdapat plasenta akreta, segera hentikan plasenta manual dan lakukan
histerektomi. Bila hanya sisa plasenta lakukan pengelauaran plasenta dengan digital
atau kuretase sementara infus oksitosin diteruskan.
2. Pada trauma jalan lahir, segera lakukan reparasi.
3. Pada atonia uteri, lakukan masase uterus dan penyuntikan O2 mg ergometrin
intravena atau prostagalndin parental. Jika tidak berhasil, laukan kompresi bimanual
pada uterus dengan cara memasukan tangan kiri ke dalam vagina dan dalam posisi
mengepal letakkan diforniks anterior, tangan kanan diletakkan di dinding perut
memegang fundus uteri. Bila tetap gagal, dapat pasang tampon uterduaginal,
dengancara mengisi kavum uteri dengan kassa sampai padat selama 24 jam atau
dipasang kateter folley. Bila tindakan tersebut tidak dapat menghentikan perdarahan
juga, terapi alternatif yang diberikan adalah histerektomi atau ligasi 2 uterina.
4. Bila disebabkan gangguan pembekuan darah, diberikan transfusi plasme segar.
Pada perdarahan pasca persalinan sekunder :
a. Kompresi bimanual sedikitnya 30 menit
b. Antibiotik spektrum luas
c. Oksitoksin 104 intramuskular tiap 4 jam atau 10 – 20 u/i intravena dengan tetesan
lambat, 15 menit DGFza 0.25 mg intramuskular tiap 2 jam atau ergot alkaloid tiap 6
jam sedikitnya selama 2 hari
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
PERDARAHAN POSTPARTUM

A. Pengkajian
Pengkajian perdarahan postpartum, diambil berdasarkan Marlyinn E. Doenges (2001) :
1. Aktivitas/istirahat
Melaporkan kelelahan berlebihan
2. Sirkulasi
Kehilangan darah pada kelahiran umumnya 400 – 500 ml (kelahiran pervagina), 600
– 800 ml (kelahiran sesare).
Riwayat anemia kronis, defek koagulasi kongenital, insidental, idiopatik
trombositopenia purpura.
3. Integritas Ego
Mungkin cemas, ketakutan, kawatir
4. Seksualitas
Pemeriksaan plasenta setelah kelahiran telah menunjukan hilangnya fragmen-
fragmen plasenta, robekan atau bukti terlilit pembuluh darah kelahiran vagina setelah
sesarea.
5. Hemoragi pascapartum, hipertensi, hipertensi diinduksikan oleh kehamilan.
Uterin atau tumor servikal, grand multipara, mencerna aspirin terus-menrus atau
berlebihan.
Pengkajian hemoragi pascapartum awal (sampai 24 jam setelah kelahiran)
a. Sirkulasi
 Perubahan tekanan darah dan nadi
 Perlambatan pengisian kapiler
 Pucat : kulit dingin/lembab
 Perdarahan uena gelap dari uterus ada secara ekstertnal (plasenta tertahan)
 Perdarahan pervagina berlebihan, atau rembesan dari insisi sesarea atau
episiotomi, rembesan darikateter intravena, sisi injeksi intrmuskuler, atau
kateter urinasrius, perdarahan gusi tanda-tanda koagulasi intravaskuler
diseminata (KID). Hemoragi berat atau gejala syok di luar proporsi jumlah
kehilangan darah (inversi uterus).
b. Eliminasi
Kesulitan berkemih dapat menunjukan hematoma dari porsi atas vagina.
c. Nyeri/ketidaknyaman
Sensori nyeri terbakar/robekan (laserasi), nyeri vulva/vagina/pelvis/punggung
berat (hematoma), nyeri uterus lateral, nyeri panggul (hematoma ke dalam
ligamen luas), nyeri tekan abdominal (atonia uteri, fragmen plasenta tertahan),
uterin berat dan nyeri abdominal (inversi uterus)
d. Keamanan
Laserasi jalan lahir, darah merah terang sedikit menetap (mungkin tersembunyi)
dengan uterus keras. Uterus kontraksi dengan baik, robekan terlihatn pada labiya
mayora/minora, dari muara vaginal ke perineum robekan luas dari episiotomi,
ekstensi episiotomi ke dalam kubah vagina atau robekan pada serviks.
e. Seksualitas
Pembesaran uterus lunakdan menonjol, sulit dipalpasi, perdarahan merah terang
dari vagina (lambat atau tersembunyi), bekuan-bekuan besar dikeluarkan pada
masase uterus (atonia uterus).
Uterus kuat, kontraksi baik, atau kontraksi parsial dan agak menonjol (fragmen-
fragmen plasenta yang tertahankan).
Sundus uterus terinversi, mendekat pada kontak atau menonjol melalui os
eksternal (inversi uterus).
Kehamilan beru dapat mempengaruhi overdistensi uterus (gestasi multiple,
polihidramnion, makrosomia), abrupsio plasenta pleura.
Pengkajian hemoragi pascapartum awal (24 jam sampai 28 hari setelah kelahiran)
a. Sirkulasi
Pembesaran kontinyu atau perdarahan tiba-tiba.
Dapattampak pucat, anemis
b. Nyeri/ketidaknyaman
Nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta tertahan)
Ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung (hematoma)
c. Keamanan
Rabas lochea bau busuk (infeksi)
Pecah ketuban dini
d. Seksualitas
Tinggi fundus atau badan uterus gagal kembali pada ukuran dan fungsi sebelum
kehamilan (subin volusi)
Leukorea mungkin ada
Terus terlepasnya jaringan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan (kehilangan aktif) b.d kehilangan vaskular berlebihan.
2. Nyeri (akut), sakit kepala b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral
3. Gangguan perfusi jaringan b.d hipovolemi

C. Intervensi
1. Kekurangan volume cairan (kehilangan aktif) b.d kehilangan vaskular
berlebihan.
Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume jaringan
Kriteria Hasil : perbaikan dalam keseimbangan cairan dibuktikan oleh tanda vital
stabil, pengisisan kapiler cepat, sensorium tepat dan haluaran urine individual dan
berat jenis adekuat.
Intervensi :
a. Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan/kelahiran,
perhatikan faktor-faktor penyebab atau pemberat pada situasi hemoragi
Rasional : membantu dalam membuat rencana perawatan yang tapa dan
memberikan kesempatan untuk mencegah atau membatasi terjadinya komplikasi.
b. Kaji dan catat jumlah tipe dan sisi perdarahan, timbang dan
hitung pembalut, simpan bekuan dan jaringan untuk dievaluasi oleh dokter.
Rasional : Perkiraan kehilangan darah, arterial versus vena, dan adanya bekuan-
bekuan membantu membuat diagnosa banding dan menentukan kebutuhan
penggantian.
c. Kaji lokasi uterus dan derajat kontrkatilitas uetrus
Rasional : Derajat kontraktilitas uterus membantu dalam mendiagnosa banding.
d. Perhatikan hipotensi atau takikardi, perlambatan pengisian
kapiler, atau sianosis dasar kuku, membran mukosa dan bibir.
Rasional : tanda ini menunjukan hipovolemik dan terjadinya syok. Perubahan
pada TD tidak dapat dideteksi sampai volume cairan telah menurun 30% - 50%.
e. Pantau masukan dan keluaran, perhatikan berat jenis urine.
Rasional : bermanfaat dalam memperkirakan luas/signifikansi kehilangan cairan.
f. Kolaborasi : - Berikan infus 1 atau 2 untuk cairan elektrolit
- Berikan darah lengkap sesuai indikasi
Rasional : perlu infus untuk cepat atau multiple dari cairan atau produk darah
untuk meningkatkan volume sirkulasi dan mencegah pembekuan.

2. Nyeri (akut), sakit kepala b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral


Tujuan : Nyeri/sakit kepala berkurang (hilang)
Kriteria hasil : Melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang atau terkontrol, mengikuti
regimen farmakologi yang diresepkan.
Intervensi :
a. Mempertahankantirah baring selama fase akut
Rasional : meminimalkan stimulasi/memaksimalkan relaksasi.
b. Berikan tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala
Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral yang
memperlambat atau memblok respons simpatik dalam menghilangkan sakit
keplaa dan koplikasinya.
c. Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit
kepala
Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala
pada adanya peningkatan tekanan vaskular serebral.
d. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
Rasional : pusing dan penglihatan kabur sering berhubungan dengan sakit kepla.
e. Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang terakhir bila terjadi
perdarahan hidung atau kompres hidung telah dilakukan untuk menghentikan
perdarahan.
Rasional : meningkatkan kenyamanan umum.
f. Kolaborasi : berikan analgetik sesuai indikasi
Rasional : menurunkan/mengontrol nyeri dan menurunkan rangsangan sistem
saraf.
3. Gangguan perfusi jaringan b.d hipovolemi
Tujuan : gangguan perfusi jaringan teratasi
Kriteria Hasil : Menunjukan TD, gas darah arteri dan Hb dalam batas normal,
mendemonstrasikan fungsi hormonal normal dengan suplasi ASI adekuat untuk
laktasi dan mengalami kembali menstruasi.
Intervensi :
a. Perhatikan Hb/Ht sebelum dan setelah kehilangan darah
Rasional : nilai bandingan membantu menentukan beratnya kehilngan darah.
b. Pantau tanda vital : catat derajat dan durasi episode hipovolemik
Rasional : luasnya keterlibatan hipofisis dapat dihuungkan dengan derajat dan
durasi hipotensi.
c. Perhatikan tingkat kesadaran dan adanya perubahan perilaku.
Rasional : perubahan sensorium adalah indikator dini hipoksia.
d. Kaji warna dasar kuku, mukosa mulut, gusi dan lidah, perhatikan suhu kulit.
Rasional : pada kompensasi vasokonstriksi dan pirau organ vital, sirkulasi pada
pembuluh darah perifer diturunkan, yang mengakibatkan sianosis dan suhu kulit
dingin.
e. Kaji payudara setiap hari, perhatikan ada atau tidaknya laktasi dan perubahan
pada ukuran payudara.
Rasional : kerusakan atau keterlibatan hipofisis anterior (sindrom sheehan)
menurunkan kadar prolaktin mengakibatkan tidak adanya produksi ASI dan
akhirnya menurunkan jaringan payudara.
f. Kolaborasi : - Pantau GDA dan kadar Ph
- Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan
Rasional : membantu dalam mendiagnosis derajat hipoksia jaringan atau asidosis
anaerobik, terapi oksigen membantu memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk
transpor sirkulasi ke jaringan.
D. Implementasi
No Dx IMPLEMENTASI RESPON TTD
1 1. Meninjau ulang Ds: Pasien mengatakan
catatan kehamilan dan persalinan/kelahiran, sebelumnya tidak pernah
perhatikan faktor-faktor penyebab atau mengalami perdarahan
pemberat pada situasi hemoragi Ds: - Pasien mengatakan
2. Mengkaji dan minum 4 gelas perhari
catat jumlah tipe dan sisi perdarahan, dan BAK 2 x/hr
timbang dan hitung pembalut, simpan bekuan Do : - TFU : 3 jari diatas
dan jaringan untuk dievaluasi oleh dokter pusat
3. Mengkaji lokasi - bibir tampak
uterus dan derajat kontrkatilitas uterus pucat
4. Memperhatikan - infuse, RL
hipotensi atau takikardi, perlambatan - Tranfusi darah
pengisian kapiler, atau sianosis dasar kuku, lengkap
membran mukosa dan bibir.
5. Memantau
masukan dan keluaran, perhatikan berat jenis
urine
6. Melakukan
kolaborasi :
- Berikan infus 1 atau 2 untuk cairan
elektrolit
- Berikan darah lengkap sesuai indikasi
2 1. Mempertahankan tirah baring Ds: Pasien mengatakan
selama fase akut nyaman bila berbaring
2. Memberikan tindakan non Ds: Pasien mengatakan
farmakologi untuk menghilangkan sakit setelah diberi obat rasa
kepala sakitnya berkurang
3. Mengilangkan/minimalkan Do : pasien tampak
aktivitas vasokonstriksi yang dapat relaks
meningkatkan sakit kepala
4. Membantu pasien dalam ambulasi
sesuai kebutuhan
5. Memberikan cairan, makanan
lunak, perawatan mulut yang terakhir bila
terjadi perdarahan hidung atau kompres
hidung telah dilakukan untuk menghentikan
perdarahan
6. Melakukan Kolaborasi : berikan
analgetik sesuai indikasi

3 1. Memperhatikan Hb/Ht sebelum Ds : Pasien mengatakan


dan setelah kehilangan darah merasa lemas
2. Memantau tanda vital : catat Do : - TD : 90/70 mmHg
derajat dan durasi episode hipovolemik - S : 360C
3. Memperhatikan tingkat kesadaran - Akral dingin
dan adanya perubahan perilaku
4. Mengkaji warna dasar kuku,
mukosa mulut, gusi dan lidah, perhatikan
suhu kulit.
5. Mengkaji payudara setiap hari,
perhatikan ada atau tidaknya laktasi dan
perubahan pada ukuran payudara.
6. Melakukan kolaborasi :
- Pantau GDA dan kadar Ph
- Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan
E. Evaluasi
No Dx EVALUASI TTD
1
S: - Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami
perdarahan
- Pasien mengatakan minum 4 gelas perhari dan BAK 2 x/hr
O : - TFU : 3 jari diatas pusat
- bibir tampak pucat
- infuse, RL
- Tranfusi darah lengkap
A : Masalah Kekurangan volume cairan (kehilangan aktif) belum
teratasi.
P : Ulangi Intervensi :
1. Tinjau ulang catatan kehamilan dan persalinan/kelahiran,
perhatikan faktor-faktor penyebab atau pemberat pada
situasi hemoragi
2. Kaji dan catat jumlah tipe dan sisi perdarahan, timbang dan
hitung pembalut, simpan bekuan dan jaringan untuk
dievaluasi oleh dokter
3. Kaji lokasi uterus dan derajat kontrkatilitas uterus
4. Perhatikan hipotensi atau takikardi, perlambatan pengisian
kapiler, atau sianosis dasar kuku, membran mukosa dan
bibir.
5. Pantau masukan dan keluaran, perhatikan berat jenis urine
6. Melakukan kolaborasi :
- Berikan infus 1 atau 2 untuk cairan elektrolit
- Berikan darah lengkap sesuai indikasi
2 S : - Pasien mengatakan nyaman bila berbaring
- Pasien mengatakan setelah diberi obat rasa sakitnya berkurang
O : pasien tampak relaks
A : Masalah nyeri (akut), sakit kepala teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi :
1. Pertahankan tirah baring selama fase akut
2. Berikan tindakan non farmakologi untuk
menghilangkan sakit kepala
3. Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokonstriksi yang
dapat meningkatkan sakit kepala
4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
5. Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang
terakhir bila terjadi perdarahan hidung atau kompres hidung
telah dilakukan untuk menghentikan perdarahan
3 S : Pasien mengatakan merasa lemas
O : - TD : 90/70 mmHg
- S : 360C
- Akral dingin
A : Masalah Gangguan perfusi jaringan belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Perhatikan Hb/Ht sebelum dan setelah kehilangan darah
2. Pantau tanda vital : catat derajat dan durasi episode
hipovolemik
3. Perhatikan tingkat kesadaran dan adanya perubahan
perilaku
4. Kaji warna dasar kuku, mukosa mulut, gusi dan lidah,
perhatikan suhu kulit.
5. Kaji payudara setiap hari, perhatikan ada atau tidaknya
laktasi dan perubahan pada ukuran payudara.
6. Kolaborasi :
- Pantau GDA dan kadar Ph
- Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Alih Bahasa Monica Ester,
Jakarta : EGC

Doengoes, Marillyn E, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan Maternal Bayi Ed. 2, Jakarta :
EGC

Hamulton, P.M, 1995, Dasa-dasar Keperawatan, Alih Bahasa Nilah Gde Yasmin Asih,
SKp, Edisi VI, Jakarta : EGC

Long B.C, 1999, Perawatan Medikal Bedah, alih bahasa Ysmin Alumni IAPK Jilid 2
Bandung :Yayasan Padjajaran

Mansjoer, 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, FKUI : Media Aesculapius

Mansjoer, Arif, 1999, Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3 Jilid 2, Jakarta : Media Aesculapius

Muchtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, Obstetry Operatif, Obstetri Sosial, Ed. 2 Jilid 2,
Jakarta : EGC

Muchtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, Obstetry Fisiologi, Obstetri Patologi, Ed. 2 Jilid
2, Jakarta : EGC

Prawirohardjo, 1997, Ilmu Kebidanan Ed. 3, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai