PENDAHULUAN
PLASENTA PREVIA
AGUSTINI ROSDIANA
DEFINISI
Plasenta merupakan bagian dari kehamilan yang penting, mempunyai bentuk bundar dengan ukuran 15 x 20
cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500 gram. Plasenta merupakan organ yang sangat aktif dan memiliki mekanisme
khusus untuk menunjang pertumbuhan dan ketahanan hidup janin. Hal ini termasuk pertukaran gas yang efisien, transport aktif
zat-zat energi, toleransi imunologis terhadap imunitas ibu pada alograft dan akuisisi janin. Melihat pentingnya peranan dari
plasenta maka bila terjadi kelainan pada plasenta akan menyebabkan kelainan pada janin ataupun mengganggu proses persalinan.
Salah satu kelainan pada plasenta adalah kelainan implantasi atau disebut dengan plasenta previa (Manuaba, 2014).
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal) dan oleh karenanya bagian
terendah sering kali terkendala memasuki Pintu Atas Panggul (PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Pada keadaan
normal plasenta umumnya terletak di korpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah fundus uteri (Prawirohardjo, 2010).
MENURUT PENELITIAN WARDANA (2007)
YANG MENJADI FAKTOR RISIKO PLASENTA
PREVIA YAITU:
1. Risiko plasenta previa pada wanita dengan umur 35 tahun 2 kali lebih besar dibandingkan dengan umur
< 35.
2. Risiko plasenta previa pada multigravida 1,3 kali lebih besar dibandingkan primigravida.
3. Risiko plasenta previa pada wanita dengan riwayat abortus 4 kali lebih besar dibandingkan dengan tanpa
riwayat abortus.
4. Riwayat seksio sesaria tidak ditemukan sebagai faktor risiko terjadinya plasenta previa.
MENURUT CHALIK (2008). ADA 4 DERAJAT ABNORMALITAS PLASENTA PREVIA YANG DIDASARKAN ATAS
TERABANYA JARINGAN PLASENTA MELALUI PEMBUKAAN JALAN LAHIR PADA WAKTU TERTENTU YAITU :
d. Low-lying placenta (plasenta letak rendah, lateralis placenta atau kadang disebut juga dangerous
placenta)
Posisi plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus, akan tetapi belum sampai menutupi uteri
internum. Pinggir plasenta berada kira-kira 3-4 cm di atas pinggir ostium uteri internum, sehinnga tidak teraba
pada pembukaan jalan lahir. Risiko perdarahan tetap ada, namun bisa dibilang kecil, dan bisa dilahirkan per-
vaginam dengan aman, asal hati-hati.
GAMBARAN KLINIK PLASENTA PREVIA ADALAH SEBAGAI BERIKUT :
a) Perdarahan pervaginam
Darah berwarna merah terang pada umur kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga
merupakan tanda utama plasenta previa. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak sehingga tidak akan
berakibat fatal, tetapi perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak dari perdarahan sebelumnya.
b) Tanpa alasan dan tanpa nyeri
Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan tanpa nyeri yang biasanya baru terlihat
setelah kehamilan mendekati akhir trimester kedua atau sesudahnya.
c) Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang, perdarahan yang sedikit
demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat, dapat menimbulkan anemia sampai
syok.
d) Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas panggul (PAP) akan terhalang,
tidak jarang terjadi kelainan letak janin dalam rahim, dan dapat menimbulkan aspiksia sampai kematian
janin dalam rahim (Manuaba, 2005; Murah dkk, 1999).
PENGKAJIAN…..
• 1. Pengumpulan data
• a) Identitas klien : nama klien, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku atau bangsa, pendididkan,
pekerjaan, dan alamat.
• b) Identitas Penanggung Jawab Pasien
• 2. Riwayat Penyakit
• a) Keluhan utama :
• Pasien mengatakan perdarahan yang disertai nyeri.
• Rahim keras seperti papan dan nyeri tekan karena isi rahim bertambah dengan dorongan yang berkumpul
dibelakang plasenta, sehingga rahim tegang.
• Perdarahan yang berulang-ulang.
• b) Riwayat penyakit sekarang
• Darah terlihat merah kehitaman karena membentuk gumpalan darah, darah yang keluar sedikit banyak, terus menerus.
Akibat dari perdarahan pasien lemas dan pucat. Sebelumnya biasanya pasien pernah mengalami hypertensi esensialis
atau pre eklampsi, tali pusat pendek trauma, uterus yang sangat mengecil (hydroamnion gameli) dll.
• c) Riwayat penyakit masa lalu
• Kemungkinan pasien pernah menderita penyakit hipertensi, tali pusat pendek, trauma, uterus / rahim feulidli.
• d) Riwayat psikologis
• Pasien cemas karena mengalami perdarahan disertai nyeri, serta tidak mengetahui asal dan penyebabnya.
PEMERIKSAAN FISIK….
• Keadaan umum
• 1. Kesadaran : composmetis sampai dengan koma
• 2. Postur tubuh : biasanya gemuk
• 3. Cara berjalan : biasanya lambat dan tergesa-gesa
• 4. Raut wajah : biasanya pucat
• Tanda-tanda vital
• 1. Tensi : normal sampai turun (syok)
• 2. Nadi : normal sampai meningkat (> 100x / menit)
• 3. Suhu : normal / meningkat (> 37,5˚ c)
• 4. RR : normal / meningkat (> 22x / menit)
LANJUTAN…….
• e) Pemeriksaan khusus
• 1. Pemeriksaan palpasi abdomen
• a) Janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan umur hamil.
• b) Karena plasenta di segmen bahwa rahim, maka dapat dijumpai kelainan letak janin dalam
rahim dan bagian terendah masih tinggi.
• 2. Pemeriksaan denyut jantung janin
• 1. Bervariasi dari normal sampai ke ujung asfiksia dan kematian dalam rahim.
• 2. Pemeriksaan dalam dilakukan diatas meja operasi dan siap untuk segera mengambil tindakan,
Tujuan pemeriksaan dalam untuk :
• a. Menegakkan diagnosa pasti
• b.Mempersiapkan tindakan untuk melakukan operasi persalinan atau hanya memecahkan ketuban.
• c. Hasil pemeriksaan dalam teraba plasenta sekitar osteum, uteri, internum.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.USG
2. Kardiotokografi (KTG) :
3. Laboratorium
4.Sinar X
5.Pengkajian vaginal
6.Isotop Scanning
7.Amniocentesis
DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Nyeri Akut b/d Agen Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (I.08238) :
Pencedera Fisiologis keperawatan selama 1x24 jam Observasi :
(D.0077) diharapkan “Tingkat Nyeri (L. 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
12111) menurun intensitas nyeri
2. Identfikasi skala nyeri
3. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri
4. Monitor efek samping penggunaan analgetik Terapeutik
5. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri 6. Fasilitasi istirahat dan tidur.
Edukasi :
7. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
8. Jelaskan strategi meredekan nyeri
9. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat 10.Anjurkan
teknik nonfarmokologis untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
NO. SDKI SLKI SIKI
3. Risiko Syok b/d kekurangan Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Syok (I.02068) :
volume cairan (D.0039) keperawatan selama 1x24 Observasi
jam diharapkan Tingkat Syok 1. Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi,
(L.03032) meningkat, frekuensi napas, TD, MAP).
2. Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
3. Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)
4. Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil.
5. Periksa riwayat alergi Terapeutik
6. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94% 7.
Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu
8. Pasang jalur IV, jika perlu
9. Pasang kateter urine untuk menilai prduksi urine, jika perlu
10. Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi Edukasi
11. Jelaskanrisiko syok penyebab/faktor syok 12. Jelaskan tanda dan
gejala awal syok
13. Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan tanda dan gejala
awal syok
14. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
15. Anjurkan menghindari allergen Kolaborasi
16. Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
17. Kolaborasi pemberian transfuse darah, jika perlu 18. Kolaborasi
pemberian antiinflamasi, jika perlu.
TERIMA KASIH