Anda di halaman 1dari 20

BAB I

LATAR BELAKANG

1. Pengertian plasenta previa

Plasenta merupakan bagian dari kehamilan yang penting, mempunyai bentuk bundar dengan
ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500 gram. Plasenta merupakan
organ yang sangat aktif dan memiliki mekanisme khusus untuk menunjang pertumbuhan dan
ketahanan hidup janin. Hal ini termasuk pertukaran gas yang efisien, transport aktif zat-zat
energi, toleransi imunologis terhadap imunitas ibu pada alograft dan akuisisi janin. Melihat
pentingnya peranan dari plasenta maka bila terjadi kelainan pada plasenta akan menyebabkan
kelainan pada janin ataupun mengganggu proses persalinan. Salah satu kelainan pada plasenta
adalah kelainan implantasi atau disebut dengan plasenta previa (Manuaba, 2005).

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu
pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir
(ostium uteri internal) dan oleh karenanya bagian terendah sering kali terkendala memasuki
Pintu Atas Panggul (PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Pada keadaan
normal plasenta umumnya terletak di korpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah
fundus uteri (Prawirohardjo, 2008).

Selain pengertian diatas Chalik, (2008). Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi
pada bagian segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir
yang ditandai dengan perdarahan uterus yang dapat keluar melalui vagina tanpa adanya rasa
nyeri pada kehamilan trimester terakhir, khususnya pada bulan kedelapan.

2. Etiologi

Menurut Chalik (2008), yang menjadi penyebab implantasinya blastokis pada segman bawah
rahim belum diketahui secara pasti. Namun teori lain mengemukakan bahwa yang menjadi
salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, yang mungkin
terjadi karena proses radang maupun atropi
3. Faktor resiko

Menurut Chalik (2008) faktor risiko timbulnya plasenta previa belum diketahui secara pasti
namun dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa frekuensi plasenta previa tertinggi terjadi
pada ibu yang berusia lanjut, multipara, riwayat seksio sesarea dan aborsi sebelumnya serta
gaya hidup yang juga dapat mempengaruhi peningkatan resiko timbulnya plasenta previa.

Menurut penelitian Wardana (2007) yang menjadi faktor risiko plasenta previa yaitu:

1. Risiko plasenta previa pada wanita dengan umur 35 tahun 2 kali lebih besar dibandingkan
dengan umur < 35.
2. Risiko plasenta previa pada multigravida 1,3 kali lebih besar dibandingkan primigravida.
3. Risiko plasenta previa pada wanita dengan riwayat abortus 4 kali lebih besar
dibandingkan dengan tanpa riwayat abortus.
4. Riwayat seksio sesaria tidak ditemukan sebagai faktor risiko terjadinya plasenta previa.

Menurut Chalik (2008), yang menjadi penyebab implantasinya blastokis pada segman
bawah rahim belum diketahui secara pasti. Namun teori lain mengemukakan bahwa yang
menjadi salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, yang
mungkin terjadi karena proses radang maupun atropi.

4. Klasifikasi

Menurut Chalik (2008). Ada 4 derajat abnormalitas plasenta previa yang didasarkan atas
terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu yaitu :

a. Placenta Previa Totalis

Bila plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum pada pembukaan cervix 4 cm. Pada
posisi ini, jelas tidak mungkin bayi dilahirkan per-vaginam (normal / spontan / biasa),
karena risiko perdarahan sangat hebat. Plasenta previa sentralis yaitu bila tali pusat
plasenta berada tepat dengan sentral kanalis servikalis.
b. Placenta Previa Partialis

Bila hanya sebagian / separuh plasenta yang menutupi ostium uteri internum pada
pembukaan cervik 4 cm. Pada posisi ini pun risiko perdarahan masih besar, dan biasanya
tetap tidak dilahirkan melalui per-vaginam.

a. Placenta Previa Marginalis

Bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir ostium uteri internum pada pembukaan
servik 4 cm. Bisa dilahirkan per-vaginam tetapi risiko perdarahan tetap besar.

b. Low-lying placenta (plasenta letak rendah, lateralis placenta atau kadang disebut juga
dangerous placenta)

Posisi plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus, akan tetapi belum
sampai menutupi uteri internum. Pinggir plasenta berada kira-kira 3-4 cm di atas pinggir
ostium uteri internum, sehinnga tidak teraba pada pembukaan jalan lahir. Risiko
perdarahan tetap ada, namun bisa dibilang kecil, dan bisa dilahirkan per-vaginam dengan
aman, asal hati-hati.
5. Tanda dan gejala

Gambaran klinik plasenta previa adalah sebagai berikut :

a. Perdarahan pervaginam

Darah berwarna merah terang pada umur kehamilan trimester kedua atau awal trimester
ketiga merupakan tanda utama plasenta previa. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak
sehingga tidak akan berakibat fatal, tetapi perdarahan berikutnya hampir selalu lebih
banyak dari perdarahan sebelumnya.

b. Tanpa alasan dan tanpa nyeri

Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan tanpa nyeri yang
biasanya baru terlihat setelah kehamilan mendekati akhir trimester kedua atau sesudahnya.

c. Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang, perdarahan yang
sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat, dapat
menimbulkan anemia sampai syok.

d. Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas panggul (PAP) akan
terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin dalam rahim, dan dapat menimbulkan
aspiksia sampai kematian janin dalam rahim (Manuaba, 2005; Murah dkk, 1999).

6. Penatalaksanaan (Sandra, 2001)

a. Konservatif bila :

1. Kehamilan kurang 37 minggu.

2. Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam batas normal).
3. Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuh perjalanan selama 15
menit).

Perawatan konservatif berupa :

1. Istirahat

2. Memberikan hematinik dan spasmolitik unntuk mengatasi anemia.

3. Memberikan antibiotik bila ada indikasi.

4. Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit.

Bila selama 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan perawatan konservatif
maka lakukan mobilisasi bertahap. Pasien dipulangkan bila tetap tidak ada perdarahan.
Bila timbul perdarahan segera bawa ke rumah sakit dan tidak boleh melakukan
senggama.

Penanganan aktif berupa :

1. Persalinan per vaginam.

2. Persalinan per abdominal.

Penderita disiapkan untuk pemeriksaan dalam di atas meja operasi (double set up) yakni
dalam keadaan siap operasi. Bila pada pemeriksaan dalam didapatkan :

1. Plasenta previa marginalis

2. Plasenta previa letak rendah

3. Plasenta lateralis atau marginalis dimana janin mati dan serviks sudah matang, kepala
sudah masuk pintu atas panggul dan tidak ada perdarahan atau hanya sedikit perdarahan
maka lakukan amniotomi yang diikuti dengan drips oksitosin pada partus per vaginam
bila gagal drips. Bila terjadi perdarahan banyak, lakukan seksio sesar.

b). Penanganan (pasif)


1. Tiap perdarahan triwulan III yang lebih dari show harus segera dikirim ke Rumah sakit
tanpa dilakukan suatu manipulasi/UT.

2. Apabila perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum inpartus, kehamilan belum cukup
37 minggu/berat badan janin kurang dari 2.500 gram persalinan dapat ditunda dengan
istirahat, obat-obatan; spasmolitik, progestin/progesterone, observasi teliti.

3. Siapkan darah untuk transfusi darah, kehamilan dipertahankan setua mungkin supaya
tidak prematur

4. Bila ada anemia; transfusi dan obat-obatan penambah darah.

Penatalaksanaan kehamilan yang disertai komplikasi plasenta previa dan janin prematur
tetapi tanpa perdarahan aktif, terdiri atas penundaan persalinan dengan menciptakan
suasana yang memberikan keamanan sebesar-besarnyabagi ibu maupun janin.
Perawatan di rumah sakit yang memungkinkan pengawasan ketat, pengurangan aktivitas
fisik, penghindaran setiap manipulasi intravaginal dan tersedianya segera terapi yang
tepat, merupakan tindakan yang ideal. Terapi yang diberikan mencangkup infus larutan
elektrilit, tranfusi darah, persalinan sesarea dan perawatan neonatus oleh ahlinya sejak
saat dilahirkan.

Pada penundaan persalinan, salah satu keuntungan yang kadang kala dapat diperoleh
meskipun relatif terjadi kemudian dalam kehamilan, adalah migrasi plasenta yang cukup
jauh dari serviks, sehingga plasenta previa tidak lagi menjadi permasalahn utama. Arias
(1988) melaporkan hasil-hasil yang luar biasa pada cerclage serviks yang dilakukan
antara usia kehamilan 24 dan 30 minggu pada pasien perdarahan yang disebabkan oleh
plasenta previa.

Prosedur yang dapat dilakukan untuk melahirkan janin bisa digolongkan ke dalam dua
kategori, yaitu persalinan sesarea atau per vaginam. Logika untuk melahirkan lewat
bedah sesarea ada dua :

a. Persalinan segera janin serta plasenta yang memungkinakan uterus untuk


berkontraksi sehingga perdarahan berhenti.
b. Persalinan searea akan meniadakan kemungkinan terjadinya laserasi serviks yang
merupakan komplikasi serius persalinan per vaginam pada plasenta previa totalis
serta parsial.

7. Kemungkinan Data Fokus

a. Wawancara

1. Pengumpulan data

a. Identitas klien : nama klien, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku atau bangsa,
pendididkan, pekerjaan, dan alamat.
b. Identitas Penanggung Jawab Pasien

2. Riwayat Penyakit

a. Keluhan utama :

 Pasien mengatakan perdarahan yang disertai nyeri.


 Rahim keras seperti papan dan nyeri tekan karena isi rahim bertambah dengan dorongan
yang berkumpul dibelakang plasenta, sehingga rahim tegang.
 Perdarahan yang berulang-ulang.

b. Riwayat penyakit sekarang

Darah terlihat merah kehitaman karena membentuk gumpalan darh, darah yang keluar sedikit
banyak, terus menerus. Akibat dari perdarahan pasien lemas dan pucat. Sebelumnya biasanya
pasien pernah mengalami hypertensi esensialis atau pre eklampsi, tali pusat pendek trauma,
uterus yang sangat mengecil (hydroamnion gameli) dll.

c. Riwayat penyakit masa lalu


Kemungkinan pasien pernah menderita penyakit hipertensi, tali pusat pendek, trauma, uterus /
rahim feulidli.

d). Riwayat psikologis

Pasien cemas karena mengalami perdarahan disertai nyeri, serta tidak mengetahui asal dan
penyebabnya.

b). Pemeriksaan fisik (head to toe)

a. Keadaan umum

1. Kesadaran : composmetis sampai dengan koma


2. Postur tubuh : biasanya gemuk
3. Cara berjalan : biasanya lambat dan tergesa-gesa
4. Raut wajah : biasanya pucat

b. Tanda-tanda vital

1. Tensi : normal sampai turun (syok)


2. Nadi : normal sampai meningkat (> 100x / menit)
3. Suhu : normal / meningkat (> 37,5˚ c)
4. RR : normal / meningkat (> 22x / menit)

c. Anamnesa plasenta previa

1. Terjadi perdarahan pada kehamilan sekitar 28 minggu.


2. Sift perdarahan :

a. Tanpa rasa sakit terjadi secara tiba-tiba


b. Tanpa sebab yang jelas
c. Dapat berulang

3. Perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu atau janin dalam rahim


4. Pada inspeksi dijumpai
a. Perdarahan pervagina encer sampai menggumpal
b. Pada perdarahan yang banyak ibu tanpa anemis

d. Pemeriksaan fisik ibu

1. Dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan normal sampai syok

1. Kesadaran penderita bervariasi dari kesadaran baik sampai koma.


2. Pada pemeriksaan dapat dijumpai :

a. Tekanan darah, nadi dan pernafasan dalam batas normal


b. Tekanan darah turun, nadi dan pernafasan meningkat
c. Tanpa anemis

e) Pemeriksaan khusus

1. Pemeriksaan palpasi abdomen

a. Janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan umur hamil.
b. Karena plasenta di segmen bahwa rahim, maka dapat dijumpai kelainan letak janin dalam
rahim dan bagian terendah masih tinggi.

2. Pemeriksaan denyut jantung janin

1. Bervariasi dari normal sampai ke ujung asfiksia dan kematian dalam rahim.
2. Pemeriksaan dalam dilakukan diatas meja operasi dan siap untuk segera mengambil
tindakan, Tujuan pemeriksaan dalam untuk :

a. Menegakkan diagnosa pasti


b. Mempersiapkan tindakan untuk melakukan operasi persalinan atau hanya memecahkan
ketuban.
c. Hasil pemeriksaan dalam teraba plasenta sekitar osteum, uteri, internum.

c). Pemeriksaan diagnostik


1. USG : biometri janin, indeks cairan amnion, kelainan congenital, letak dan derajat
maturasi plasenta. Lokasi plasenta sangat penting karena hal ini berkaitan dengan teknik
operasi yang akan dilakukan.
2. Kardiotokografi (KTG) : Kardiotokografi dalam Persalinan adalah suatu metoda
elektronik untuk memantau kesejahteraan janin dalam kehamilan dan atau dalam
persalinan. Dilakukan pada kehamilan > 28 minggu.
3. Laboratorium : darah perifer lengkap. Bila akan dilakukan PDMO atau operasi, perlu
diperiksa faktor waktu pembekuan darah, waktu perdarahan dan gula darah sewaktu.
Pemeriksaan lainnya dilakukan atas indikasi medis.
4. Sinar X

Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-bagian tubuh


janin.

5. Pengkajian vaginal

Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika
memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesuadah 34 minggu).
Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup procedure).
Double setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan di ruang operasi
dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar.

6. Isotop Scanning

Atau lokasi penempatan placenta

7. Amniocentesis

Jika 35-36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada amniocentesis untuk
menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin / spingomyelin [LS] atau kehadiran
phosphatidygliserol) yang dijamin. Kelahiran segera dengan operasi direkomendasikan
jika paru-paru fetal sudah mature.
ASUHAN KEPERAWATAN

PLASENTA PREVIA

PENGKAJIAN DATA

Tgl Pengkajian : 20/10/2022

Tgl MRS : 18/10/2022 No. RM :

Ruang/kelas : Nifas kelas III.Lt4 RSIA Siti Khadija Dx Masuk :

S.informasi : Klien,Keluarga dan Rekam Medik

Identitas Nama :Ny. A.S

Umur : 26 Tahun

Jenis kelamin : perempuan

Agama : Islam

Tempat/tanggal lahir : 23/05/1996

Pendidikan terakhir : SMA

Pekerjaan : IRT

Suku/bangsa : Gorontalo

Status perkawinan : Kawin

Penanggung biaya : BPJS

Riwayat penyakit dan kesehatan  Keluhan utama : Nyeri pada


perut bagian bawah.
 Riwayat keluhan utama : Pasien

mengeluh nyeri pada bagian perut


bagian bawah, nyeri bertambah saat
bayi dalam kandungan bergerak aktif,
nyeri seperti tertekan, skala nyeri 3 dari
0-10, nyeri terasa hilang
timbul,mengeluhkan lelah. Status
kesehatan saat ini : selain nyeri, pasien
mengeluh mual, demam hingga mengigil,
sempat muntah 1 kali dan perdarahan pada

jalan lahir berwarna merah segar.


ROS Tekanan darah : 100/70 mmHg

Frekuensi Nadi : 80x/menit

Suhu tubuh : 36,2C

Frekuensi pernafasan : 22x/menit

Kesadaran : Composmenit/s
PEMERIKSAAN FISIK

Dilakukan secara 1.1 Kepala

Tidak ada pembengkakan,kulit kepala bersih,tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan,tidak
ada masalah
Head To Toe
1.2 Mata

Sklera tidak ikterik,pupil isokor,konjungtifa tidak anemis,tidak ada nyeri tekan,tidak ada
masalah

1.3 Hidung

Bentuk hidung simetris kiri dan kanan

1.4 Mulut dan tenggorokan

Tidak ada masalah

1.5 Dada dan Aksila

Mammae : membesar ( ) ya ( √ ) tidak

Areolla mammae : normal

Papila mammae : normal

1.6 Pernafasan

Jalan nafas normal, suara nafas normal, tidak menggunakan otot-otot bantu pernafasan.

1.7 Sirkulasi jantung

Kecepatan denyut apikal : takikardi

Irama : normal teratur


Kelainan bunyi jantung : tidak ada

1.8 Abdomen

Mengecil :-

Linea dan striae :-

Luka bekas operasi :-

Kontraksi :-

Lainnya :-

1.9 Ekstermitas (Integumen/Muskuloskletal)

Turgor kulit normal, warna kulit normal.


1. ANALISIS DATA

No DATA DIAGNOSIS
1. DS : -Nyeri akut
- Pasien mengeluh nyeri pada bagian perut bagian bawah
- nyeri bertambah saat bayi dalam kandungan bergerak aktif
- nyeri seperti tertekan, skala nyeri 3 dari 0-10, nyeri terasa
hilang timbul

DO : TTV : TD :100/70 mmHg


: N : 80x/menit
: SB : 36,2 ◦C
: RR : 22x/menit
: Kesadaran : Composmentis

2.
DS :
- Pasien mengeluhkan rasa lelah
DO :
-Itoleransi
- Aktivitas
3.

Factor resiko -Resiko Cedera


Eksternal :
1. Terpapar pathogen
2. Terpapar zat kimia toksik
3. Terpapar agen nosokomial
4. Ketidakamanan transportasi
Internal
1. ketidaknormalan profil darah
2. perubahan orientasi efektif
3. perubahan sensasi
4. disfungsi autoimun
5. disfungsi biokimia
6. hipoksia jaringan
7. kegagalan mekanisme pertahanan tubuh
8. Malnutrisi
9. perubahan fungsi psikomotor
10. perubahan fungsi kognitif

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik (prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan) (D.0077)
2. Intoleransi Aktifitas b.d kelemahan dan imobilitas (D.0056)

3. Resiko Cedera b.d mengalami bahaya atau kerusakan fisik yang menyebabkan seseorang tidak lagi sepenuhnya
sehat atau dalam kondisi baik (D.0136)

3. PATHWAY

kehamilan multiple

kehamilan multipara

Plasenta previa

Totalis Partialis Marginalis law lying

Bertambahnya usia kehamilan (trimester ke 3)

Uterus mengalami perubahan (semakin melebar dan servik mulai membuka)

Terjadi pembentukkan segmen bawah Rahim dan pembukaan ostium interna

Plasenta menenpel di segmen bawah Rahim/plasenta lepas dari dinding uterus

Sinus uterus robek/rupture

Perdarahan

Kehilangan cairan HbO2 dalam O2 kejaringan fetus Risiko pertumbuhan


dan darah darah menurun menurun janin terlambat/
kematian janin
Resti syok HbO2 kejaringan menurun metabolisme anaerob
hipovelemik

Penumpukan asam laktat

Perubahan perpusi
jaringan utero
plasenta
kelelahan

Intoleransi aktivitas

RENCANA KEPERAWATAN

No SDKI SLKI SIKI

1. Nyeri Akut D.0077 Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri


Berdasarkan agen pencedera fisik intervensi keperawatan a. Observasi :
(prosedur operasi, trauma, latihan diharapkan tingkat nyer menurun 1) Identifikasi lokasi,
fisik berlebihan) dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi,
 Gejala dan tanda mayor 1) Kemampuan menuntaskan frekuensi, kualitas,
a). Subjectif : aktivitas meningakat intensitas nyeri
1.Mengeluh nyeri 2) Keluhan nyeri menurun 2) Identifikasi skala nyeri
b). Objektif : 3) Meringis menurun 3) Identifikasi respons
1. Tampak meringis 4) Sikap protektif menurun nyeri non verbal
2. Bersikap protektif 5) Gelisah menurun 4) Identifikasi factor yang
6) Kesulitan tidur menurun memperberat dan
7) Menarik diri menurun memperingan nyeri
8) Berfokus pada diri sendiri 5) Identifikasi pengeahuan
menurun dan keyakinan tentang
9) Diaforesis menurun nyeri
10) Perasaan depresi (tertekan) 6) Identifikasi pengaruh
menurun budaya terhadap respon
11) Perasaan takut mengalami nyeri
cedera berulang menurun 7) Identifikasi pengaruh
12) Anoreksia menurun nyeri pada kualitas
13) Perineum terasa tertekan hidup
menurun 8) Monitor keberhasilan
14) Uterus teraba membulat terapi komplementer
menurun yang sudah diberikan
15) Ketegangan otot menurun 9) Monitor efek samping
16) Pupil dilatasi menurun yang sudah penggunaan
17) Muntah menurun analgetik
18) Mual menurun b. Terapeutik :
19) Frekuensi nadi membaik 1) Berikan eknik non
20) Pola napas membaik farmakologis untuk
21) Tekanan darah membaik mengurangi rasa nyeri
22) Proses berpikir membaik (mls. TENS, hypnosis,
23) Fokus membaik akupresur terapi music,
24) Fungsi berkemih membaik biofeedback, erapi pijat,
25) Perilaku membaik aroma terapi, teknik
26) Nafsu makan membaik imaginasi terbimbing,
27) Pola tidur membaik kompres hanga dingin,
terapi bermain)
2) Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(Mis. Suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
3) Fasilitas istirahat dan
tidur
4) Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredekan nyeri

c. Edukasi
1) Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
2) Jelaskan skala nyeri
3) Anjurkan memonitor
secara mandiri
4) Anjurkan menggunkan
anlgetik secara tepat
5) Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2. Inteloreansi Aktifitas D.0056 Setelah dilakukan tindakan Manajemen energy


b.d kelemahan dan imobilitas intervensi keperawatan a). observasi
 Gejala dan tanda mayor diharapkan tingkat toleransi 1. Identifikasi gangguan
a). Subjektif aktivitas meningkat dengan fungsi tubuhyang
1. Mengeluh lelah kriteria hasil: mengakibatkan
b). Objektif 1. Frekuensi nadi kelelahan
1. – meningkat 2. Monitor kelelahan fisik
2. Saturasi oksigen dan emosional
meningkat 3. Monitor pola dan jam
3. Kemudahan dalam tidur
melakukan aktivitas 4. Monitor lokasi dan
sehari hari meningkat ketidaknyamanan
4. Kecepatan berjalan selama melakukan
meningkat aktivitas
5. Jarak berjalan meningkat b). terapeutik
6. Kekuatan tubuh bagian 1. Sediakan lingkungan
atas meningkat nyaman dan rendah
7. Kekuatan tubuh bagian stimulus (mis. Cahaya,
bawah meningkat suara, kunjungan)
8. Toleransi menaiki tangga 2. Lakukan latihan rentang
meningkat gerak pasif dan/atau
9. Keluhan lelah menurun aktif.
10. Dispnea saat beraktivitas 3. Berikan aktivitas
menurun disttraksi yang
11. Dispnea setelah aktivitas menenangkan
menurun 4. Fasilitas duduk di sisi
12. Perasaan lemah menurun tempat tidur, jika tidak
13. Aritmia saat aktivitas dapat berpindah atau
menurun berjalan
14. Aritmia setelah aktivitas c). edukasi
menurun 1. Anjurkan tirah baring
15. Sianosis menurun 2. Anjurkan melakukan
16. Warna kulit membaik aktivitas secara bertahap
17. Tekanan darah membaik 3. Anjurkan menghubungi
18. Frekuensi napas perawat jika tanda dan
membaik gejala kelelahan tidak
19. EKG iskemia membaik berkurang
4. Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
d). kolaborasi
1) Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
3. Risiko cedera D.0136 Setelah dilakukan tindakan Manajemen keselamatan
b.d mengalami bahaya atau intervensi keperawatan lingkungan
kerusakan fisik yang diharapkan tingkat cedera a). observasi
menyebabkan seseorang tidak lagi menurun dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi kebutuhan
sepenuhnya sehat atau dalam 1. Toleransi aktivitas keselamatan (mis.
kondisi baik . meningkat Kondisi fisik, fungsi
1. factor risiko 2. Nafsu makan meningkat kognitif, dan riwayat
a. eksternal : 3. Toleransi makanan pelaku)
1. terpapar pathogen meningkat 2. Monitor perubahan
2. terpapar zat kimia toksik 4. Kejadian cedera status keselamatan
3. terpapar agen nosokomial menurun lingkungan
4. ketidak amanan transportasi 5. Lukaatau lecet menurun b). terapeutik
b. internal : 6. Ketegangan otot 1. Hilangkan bahaya
1. ketidaknormalan profil darah menurun keselamatan lingkungan
2. perubahan orientasi efektif 7. Fraktur menurun (mis. Fisika, biologi, dan
3. perubahan sensasi 8. Pendarahan menurun kimia), jika
4. disfungsi autoimun 9. Ekspersi wajah kesakitan memungkinkan
5. disfungsi biokimia menurun 2. Modifikasi lingkungan
6. hipoksia jaringan 10. Agitasi menurun untuk meminimalkan
7. kegagalan mekanisme 11. Gangguan mobilitas bahaya dan resiko
pertahanan tubuh menurun 3. Sediakan alat bantu
8. malnutrisi 12. Gangguan kognitif keamana lingkungan
9. perubahan fungsi psikomotor menurun (mis. Commode cair,
10. perubahan fungsi kognitif 13. Tekanan darah membaik dan pegangngan tangan).
14. Frekuensi nadi membaik 4. Gunakan perangkat
15. Frekuensi napas pelindung (mis.
membaik Pengekangan fisik, rel
16. Denyut jantung apikal samping, pintu terkunci,
membaik pagar tutup kurung)
17. Denyut jantung radialis 5. Hubungi pihak
membaik berwenang sesuai
18. Pola istrahat/tidur masalah komunitas (mis.
membaik Puskesmas, polisi,
damkar)
6. Lakukan program
skrining bahaya
lingkungan (mis.
Timbal)
c). edukasi
1. Ajarkan individu,
keluarga dan kelompok
risiko tinggi bahaya
lingkungan

Anda mungkin juga menyukai