LATAR BELAKANG
Plasenta merupakan bagian dari kehamilan yang penting, mempunyai bentuk bundar dengan
ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500 gram. Plasenta merupakan
organ yang sangat aktif dan memiliki mekanisme khusus untuk menunjang pertumbuhan dan
ketahanan hidup janin. Hal ini termasuk pertukaran gas yang efisien, transport aktif zat-zat
energi, toleransi imunologis terhadap imunitas ibu pada alograft dan akuisisi janin. Melihat
pentingnya peranan dari plasenta maka bila terjadi kelainan pada plasenta akan menyebabkan
kelainan pada janin ataupun mengganggu proses persalinan. Salah satu kelainan pada plasenta
adalah kelainan implantasi atau disebut dengan plasenta previa (Manuaba, 2005).
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu
pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir
(ostium uteri internal) dan oleh karenanya bagian terendah sering kali terkendala memasuki
Pintu Atas Panggul (PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Pada keadaan
normal plasenta umumnya terletak di korpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah
fundus uteri (Prawirohardjo, 2008).
Selain pengertian diatas Chalik, (2008). Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi
pada bagian segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir
yang ditandai dengan perdarahan uterus yang dapat keluar melalui vagina tanpa adanya rasa
nyeri pada kehamilan trimester terakhir, khususnya pada bulan kedelapan.
2. Etiologi
Menurut Chalik (2008), yang menjadi penyebab implantasinya blastokis pada segman bawah
rahim belum diketahui secara pasti. Namun teori lain mengemukakan bahwa yang menjadi
salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, yang mungkin
terjadi karena proses radang maupun atropi
3. Faktor resiko
Menurut Chalik (2008) faktor risiko timbulnya plasenta previa belum diketahui secara pasti
namun dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa frekuensi plasenta previa tertinggi terjadi
pada ibu yang berusia lanjut, multipara, riwayat seksio sesarea dan aborsi sebelumnya serta
gaya hidup yang juga dapat mempengaruhi peningkatan resiko timbulnya plasenta previa.
Menurut penelitian Wardana (2007) yang menjadi faktor risiko plasenta previa yaitu:
1. Risiko plasenta previa pada wanita dengan umur 35 tahun 2 kali lebih besar dibandingkan
dengan umur < 35.
2. Risiko plasenta previa pada multigravida 1,3 kali lebih besar dibandingkan primigravida.
3. Risiko plasenta previa pada wanita dengan riwayat abortus 4 kali lebih besar
dibandingkan dengan tanpa riwayat abortus.
4. Riwayat seksio sesaria tidak ditemukan sebagai faktor risiko terjadinya plasenta previa.
Menurut Chalik (2008), yang menjadi penyebab implantasinya blastokis pada segman
bawah rahim belum diketahui secara pasti. Namun teori lain mengemukakan bahwa yang
menjadi salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, yang
mungkin terjadi karena proses radang maupun atropi.
4. Klasifikasi
Menurut Chalik (2008). Ada 4 derajat abnormalitas plasenta previa yang didasarkan atas
terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu yaitu :
Bila plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum pada pembukaan cervix 4 cm. Pada
posisi ini, jelas tidak mungkin bayi dilahirkan per-vaginam (normal / spontan / biasa),
karena risiko perdarahan sangat hebat. Plasenta previa sentralis yaitu bila tali pusat
plasenta berada tepat dengan sentral kanalis servikalis.
b. Placenta Previa Partialis
Bila hanya sebagian / separuh plasenta yang menutupi ostium uteri internum pada
pembukaan cervik 4 cm. Pada posisi ini pun risiko perdarahan masih besar, dan biasanya
tetap tidak dilahirkan melalui per-vaginam.
Bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir ostium uteri internum pada pembukaan
servik 4 cm. Bisa dilahirkan per-vaginam tetapi risiko perdarahan tetap besar.
b. Low-lying placenta (plasenta letak rendah, lateralis placenta atau kadang disebut juga
dangerous placenta)
Posisi plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus, akan tetapi belum
sampai menutupi uteri internum. Pinggir plasenta berada kira-kira 3-4 cm di atas pinggir
ostium uteri internum, sehinnga tidak teraba pada pembukaan jalan lahir. Risiko
perdarahan tetap ada, namun bisa dibilang kecil, dan bisa dilahirkan per-vaginam dengan
aman, asal hati-hati.
5. Tanda dan gejala
a. Perdarahan pervaginam
Darah berwarna merah terang pada umur kehamilan trimester kedua atau awal trimester
ketiga merupakan tanda utama plasenta previa. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak
sehingga tidak akan berakibat fatal, tetapi perdarahan berikutnya hampir selalu lebih
banyak dari perdarahan sebelumnya.
Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan tanpa nyeri yang
biasanya baru terlihat setelah kehamilan mendekati akhir trimester kedua atau sesudahnya.
c. Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang, perdarahan yang
sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat, dapat
menimbulkan anemia sampai syok.
d. Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas panggul (PAP) akan
terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin dalam rahim, dan dapat menimbulkan
aspiksia sampai kematian janin dalam rahim (Manuaba, 2005; Murah dkk, 1999).
a. Konservatif bila :
2. Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam batas normal).
3. Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuh perjalanan selama 15
menit).
1. Istirahat
Bila selama 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan perawatan konservatif
maka lakukan mobilisasi bertahap. Pasien dipulangkan bila tetap tidak ada perdarahan.
Bila timbul perdarahan segera bawa ke rumah sakit dan tidak boleh melakukan
senggama.
Penderita disiapkan untuk pemeriksaan dalam di atas meja operasi (double set up) yakni
dalam keadaan siap operasi. Bila pada pemeriksaan dalam didapatkan :
3. Plasenta lateralis atau marginalis dimana janin mati dan serviks sudah matang, kepala
sudah masuk pintu atas panggul dan tidak ada perdarahan atau hanya sedikit perdarahan
maka lakukan amniotomi yang diikuti dengan drips oksitosin pada partus per vaginam
bila gagal drips. Bila terjadi perdarahan banyak, lakukan seksio sesar.
2. Apabila perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum inpartus, kehamilan belum cukup
37 minggu/berat badan janin kurang dari 2.500 gram persalinan dapat ditunda dengan
istirahat, obat-obatan; spasmolitik, progestin/progesterone, observasi teliti.
3. Siapkan darah untuk transfusi darah, kehamilan dipertahankan setua mungkin supaya
tidak prematur
Penatalaksanaan kehamilan yang disertai komplikasi plasenta previa dan janin prematur
tetapi tanpa perdarahan aktif, terdiri atas penundaan persalinan dengan menciptakan
suasana yang memberikan keamanan sebesar-besarnyabagi ibu maupun janin.
Perawatan di rumah sakit yang memungkinkan pengawasan ketat, pengurangan aktivitas
fisik, penghindaran setiap manipulasi intravaginal dan tersedianya segera terapi yang
tepat, merupakan tindakan yang ideal. Terapi yang diberikan mencangkup infus larutan
elektrilit, tranfusi darah, persalinan sesarea dan perawatan neonatus oleh ahlinya sejak
saat dilahirkan.
Pada penundaan persalinan, salah satu keuntungan yang kadang kala dapat diperoleh
meskipun relatif terjadi kemudian dalam kehamilan, adalah migrasi plasenta yang cukup
jauh dari serviks, sehingga plasenta previa tidak lagi menjadi permasalahn utama. Arias
(1988) melaporkan hasil-hasil yang luar biasa pada cerclage serviks yang dilakukan
antara usia kehamilan 24 dan 30 minggu pada pasien perdarahan yang disebabkan oleh
plasenta previa.
Prosedur yang dapat dilakukan untuk melahirkan janin bisa digolongkan ke dalam dua
kategori, yaitu persalinan sesarea atau per vaginam. Logika untuk melahirkan lewat
bedah sesarea ada dua :
a. Wawancara
1. Pengumpulan data
a. Identitas klien : nama klien, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku atau bangsa,
pendididkan, pekerjaan, dan alamat.
b. Identitas Penanggung Jawab Pasien
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan utama :
Darah terlihat merah kehitaman karena membentuk gumpalan darh, darah yang keluar sedikit
banyak, terus menerus. Akibat dari perdarahan pasien lemas dan pucat. Sebelumnya biasanya
pasien pernah mengalami hypertensi esensialis atau pre eklampsi, tali pusat pendek trauma,
uterus yang sangat mengecil (hydroamnion gameli) dll.
Pasien cemas karena mengalami perdarahan disertai nyeri, serta tidak mengetahui asal dan
penyebabnya.
a. Keadaan umum
b. Tanda-tanda vital
e) Pemeriksaan khusus
a. Janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan umur hamil.
b. Karena plasenta di segmen bahwa rahim, maka dapat dijumpai kelainan letak janin dalam
rahim dan bagian terendah masih tinggi.
1. Bervariasi dari normal sampai ke ujung asfiksia dan kematian dalam rahim.
2. Pemeriksaan dalam dilakukan diatas meja operasi dan siap untuk segera mengambil
tindakan, Tujuan pemeriksaan dalam untuk :
5. Pengkajian vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika
memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesuadah 34 minggu).
Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup procedure).
Double setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan di ruang operasi
dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar.
6. Isotop Scanning
7. Amniocentesis
Jika 35-36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada amniocentesis untuk
menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin / spingomyelin [LS] atau kehadiran
phosphatidygliserol) yang dijamin. Kelahiran segera dengan operasi direkomendasikan
jika paru-paru fetal sudah mature.
ASUHAN KEPERAWATAN
PLASENTA PREVIA
PENGKAJIAN DATA
Umur : 26 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Suku/bangsa : Gorontalo
Kesadaran : Composmenit/s
PEMERIKSAAN FISIK
Tidak ada pembengkakan,kulit kepala bersih,tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan,tidak
ada masalah
Head To Toe
1.2 Mata
Sklera tidak ikterik,pupil isokor,konjungtifa tidak anemis,tidak ada nyeri tekan,tidak ada
masalah
1.3 Hidung
1.6 Pernafasan
Jalan nafas normal, suara nafas normal, tidak menggunakan otot-otot bantu pernafasan.
1.8 Abdomen
Mengecil :-
Kontraksi :-
Lainnya :-
No DATA DIAGNOSIS
1. DS : -Nyeri akut
- Pasien mengeluh nyeri pada bagian perut bagian bawah
- nyeri bertambah saat bayi dalam kandungan bergerak aktif
- nyeri seperti tertekan, skala nyeri 3 dari 0-10, nyeri terasa
hilang timbul
2.
DS :
- Pasien mengeluhkan rasa lelah
DO :
-Itoleransi
- Aktivitas
3.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik (prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan) (D.0077)
2. Intoleransi Aktifitas b.d kelemahan dan imobilitas (D.0056)
3. Resiko Cedera b.d mengalami bahaya atau kerusakan fisik yang menyebabkan seseorang tidak lagi sepenuhnya
sehat atau dalam kondisi baik (D.0136)
3. PATHWAY
kehamilan multiple
kehamilan multipara
Plasenta previa
Perdarahan
Perubahan perpusi
jaringan utero
plasenta
kelelahan
Intoleransi aktivitas
RENCANA KEPERAWATAN
c. Edukasi
1) Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
2) Jelaskan skala nyeri
3) Anjurkan memonitor
secara mandiri
4) Anjurkan menggunkan
anlgetik secara tepat
5) Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu