BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian dari pendarahan antepartum.
b. Untuk mengetahui macam – macam pendarahan antepartum.
c. Untuk mengetahui penanganan plasenta previa .
d. Untuk mengetahui penanganan solusio plasenta .
e. Untuk mengetahui penatalaksaan dan penanganan plasenta previa dan
solusio plasenta.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Penyebab /Etiologi
Perdarahan (hemorrhaging,), jika berhubungan dengan kehamilan (labor),
dapat sekunder ke dilatasi serviks dan gangguan (disruption) implantasi
plasenta dari serviks dan segmen bawah rahim (lower uterine segment).
Segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi dan oleh karenanya tidak
dapat menekan/ menyempit (constrict) pembuluh darah di korpus
uterus,sehingga menyebabkan perdarahan yang terus-menerus. Faktor
penyebabnya adalah:
Usia lebih dan 35 tahun.
Multiparitas.
Pengobatan infertilitas.
Multiple gestation (larger surface area of the placenta).
Erythrohlastosis.
Riwayat operasi pembedahan uterus sebelumnya (prior uterine
surgery).
Keguguran berulang (recurrent abortions).
Status sosioekonomi yang rendah.
Jarak antar kehamilan yang pendek (short interpregnancy
interval)
Merokok
Penggunaan kokain
Penyebab lainnya termasuk pemeriksaan dengan jari (digital exam),
abruption (pre-eclampsia, hipertensi kronis, penggunaan kokain, dll)
dan penyebab trauma lainnya (seperti: trauma postcoilal).
Faktor Predisposisi
Melebarnya pertumbuhan plasenta
Kehamilan kembar (gemelli)
Tumbuh kembang plasenta tipis
Kurang suburnya endometrium
Mal nutrisi ibu hamil
Melebarnya plasenta karena gemelli
Sering dijumpai padu grundemultipara
Terlambat implantasi
Endometrium fundus kurang subur
Terlambatnya tumbuh kembang hasil konsepsi dalam bentuk
blastula yang siap untuk nidasi.
Patofisiologi
Seluruh plasenta biasanya terletak pada segmen atas uterus. Kadang-
kadang bagian atau seluruh organ dapat melekat pada segmen bawah
uterus, di mana hal ini dapat diketahui sebagai plasenta previa. Karena
segmen bawah agak merentang selama kehamilan lanjut dan persalinan.
dalam usaha mencapai dilatasi serviks dan kelahiran anak, pemisahan
plasenta dari dinding usus sampai tingkat tertentu tidak dapat dihindarkan
sehingga terjadi pendarahan.
Pemeriksaan radio-isotop
o Plasentografi jaringan lunak (soft tissue placentography) oleh
Stevenson, 1934; yaitu membuat foto dengan sinar rontgen lemah
untuk mencoba melokalisir plasenta. Hasil foto dibaca oleh ahli
radiologi yang berpengalaman.
o Plasentografi indrek; yaitu membuat foto sen lateral dan
anteropostenor yaitu ibu dalam posisi berdiri atau duduk setengah
berdiri. Lalu foto dibaca oleh ahli radiologi berpengalaman dengan
cara menghitung jarak antara kepala simfisis dan kepala
promontorium.
o Arteniografi; dengan memasukkan zat kontras ke dalam arteri
femoralis Karena plasenta sangat kaya akan pembuluh darah, maka ia
akan banyak menyerap zat kontras, ini akan jelas terlihat dalam foto
dan juga lokasinya.
o Amniografi; dengan memasukkan zat kontras ke dalam rongga
amnion, lalu dibuat foto dan dilihat dimana terdapat daerah kosong
(di luar janin dalam rongga rahim.
o Radio-isotop plasentografi; dengan menyuntikkan zat radio
aktif, biasanya RISA (radioiodinated serum albumin) secara
intravena, lalu diikuti dengan detektor GMC.
Ultrasonografi
Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografi sangat tepat dan tidak
menimbulkan bahaya radiasi terhadap janin. Cara ini sudah mulai
banyak dipakai di Indonesia.
Pemeriksaan dalam
Adalah senjata dan cara paling akhir yang paling ampuh di bidang
obstetrik untuk diagnosis plasenta previa.
Walaupun ampuh namun kita harus berhati-hati, karena bahayanya
juga sangat besar.Bahaya pemeriksaan dalam:
o Dapat menyebabkan perdarahan yang hebat. Hal ini sangat
berbahaya bila sebelumnya kita tidak siap dengan pertolongan
segera. Dalam buku-buku disebut sebagai “membangunkan
harimau tidur” (to awake a sleeping tiger).
o Terjadi infeksi.
o Menimbulkan his dan kemudian terjadilah partus prematurus.
o Teknik dan persiapan pemeriksaan dalam: Pasang infus dan
persiapkan donor darah, Kalau dapat, pemeriksaan dilakukan di
kamar bedah, di mana fasilitas operasi segera telah tersedia,
Pemeriksaan dilakukan secara hati-hati dan secara lembut (with
lady’s hand), Jangan langsung masuk ke dalam kanalis servikalis,
tetapi raba dulu bantalan antara janin dan kepala janin pada
forniks (anterior dan posterior) yang disebut uji forniks (fornices
test), Bila ada darah beku dalam vagina, keluarkan sedikit-sedikit
dan pelan-pelan. Kegunaan pemeriksaan dalam pada perdarahan
antepartum:
— Menegakkan diagnosa apakah perdarahan oleh
plasenta previa atau oleh sebab-sebab lain
— Menentukan jenis klasifikasi plasenta previa, supaya
dapat diambil sikap dan tindakan yang tepat.
Indikasi pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum:
— Perdarahan banyak, lebih dan 500 cc
— Perdarahan yang sudah berulang-ulang (recurrent)
— Perdarahan sekali, banyak, dan Hb di bawah 8 gr%, kecuali bila
persediaan darah ada dan keadaan sosio-ekonomi penderita baik
— His telah mulai dan janin sudah dapat hidup di luar rahim (viable).
Penanganan
Penanganan pasif. Perhatian:Tiap-tiap perdarahan triwulan ketiga yang
lebih dan show (perdarahan inisial), harus dikirim ke rumah sakit
tanpa dilakukan manipulasi apapun, baik rektal apalagi vaginal
(Eastman).
Apabila pada penilaian baik, perdarahan sedikit, janin masih hidup,
belum inpartu, kehamilan belum cukup 37 minggu, atau berat badan
janin di bawah 2500 gr, maka kehamilan dapat dipertahankan dengan
istirahat dan pemberian obat-obatan seperti spasmolitika, progestin,
atau progesteron. Observasilah dengan teliti
Sambil mengawasi periksalah golongan darah, dan siapkan donor
transfusi darah. Bila memungkinkan kehamilan dipertahankan setua
mungkin supaya janin terhindar dari prematuritas.
Harus diingat bahwa bila dijumpai ibu hamil tersangka plasenta
previa, rujuk segera ke rumah sakit di mana terdapat fasilitas operasi
dan transfusi darah.
Bila kekurangan darah, berikanlah transfusi darah dan obat-obat
penambah darah.
Terapi
Pengobatan plasenta terdapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu:
1. Terminasi. kehamilan segera diakhiri sebelum
terjadi perdarahan yang membawa maut, misalnya:
kehamilan cukup bulan, perdarahan banyak
parturien dan anak mati (tidak selalu).
2. Ekspektatif. Tujuan terapi ekspektatif ialah supaya
janin tidak terlahir prematur, penderita diare, tanpa
melakukan pemeriksaan dalam melalui kalanis
servisi. Upaya diagnosis dilakukan secara non-
invesif. Pemantauan klinis dilaksanakan secara
ketat dan baik. Syarat-syarat terapi ekspektatif:
Kehamilan preterm dengan perdarahan
penyakit yang kemudian berhenti.
Belum ada tanda-tanda in partu.
Keadaan umum ibu cukup baik (kadar
hemoglobin dalam batas normal).
Janin masih hidup.
a. Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotik
protilaksis.
b. Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui
implantasi plasenta usia kehamilan profil biofisik.
letak dan presentasi janin.
c. Berikan tokolitik bila ada kontraksi:
d. MgSO4 4 g IV dosis awal dilanjutkan 4 g setiap 6
jam.
e. Nifedipin 3 x 20 mg/hari
f. Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk
pematangan paru janin.
g. Uji pematangan paru janin dengan Tes Kocok
(Bubble Test) dari hasil amniosentensis
h. Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu.
placenta masih berada di sekitar ostium uteri
internum maka dugaan plasenta previa menjadi
jelas, sehingga perlu dilakukan observasi dan
konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan
gawat darurat.
i. Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai
37 minggu masih lama, pasien dapat dipulangkan
untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah pasien di
luar kota dan jarak untuk mencapai rumah sakit
lebih dari 2 jam) dengan pesan untuk segera
kembali ke rumah sakit apabila terjadi perdarahan
ulang.
B. Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya
yang normal pada uterus sebelum janin dilahirkan. Definisi ini berlaku
pada kehamilan dengan masa gestasi di atas 22 minggu atau berat janin di
atas 500 gram. Proses solusio plasenta di mulai dengan terjadinya
perdarahan dalam desidua basalis yang menyebabkan hematoma
retoplasenter.
Hal ini dapat menyebabkan perdarahan serius pada kehamilan
trimester ketiga. Perdarahan akan tersembunyi, jika perdarahan dan bagian
yang terlepas berasal dari bagian tengah plasenta, dan akan terlihat dengan
jelas jika bagian yang terlepas atau bagian yang terkoyak berada di tepi
plasenta.
Solusio plasenta merupakan penyakit kehamilan yang relatif umum
dan dapat secara serius membahayakan keadaan ibu. Seorang ibu yang
pernah mengalami solusio plasenta, mempunyai resiko yang lebih tinggi
mengalami kekambuhan pada kehamilan berikutnya. Solusio plasenta juga
cenderung menjadikan morbiditas dan bahkan mortalitas pada janin dan
bayi baru lahir. Angka kematian janin akibat solusio plasenta berkisar
antara 50-80%. Tetapi ada literatur lain yang menyebutkan angka
kematian mendekati 100% .
Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), angka
kematian maternal di Indonesia pada tahun 1998-2003 sebesar 307 per
100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut masih cukup jauh dan tekad
pemerintah yang menginginkan penurunan angka kematian maternal
menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup untuk tahun 2010. Angka
kematian maternal ini merupakan yang tertinggi di antara negara-negara
ASEAN. Angka kematian maternal di Singapura dan Malaysia masing-
masing 5 dan 70 orang per 100.000 kelahiran hidup .
Etio1ogi
Penyebab utama dan solusio plasenta, masih belum diketahui dengan jelas.
Meskipun demikian, beberapa hal yang tersebut di bawah ini diduga
merupakan faktor-faktor yang berpengaruh pada kejadiannya, antara lain:
o Hipertensi esensialis atau preeklampsi.
o Tali pusat yang pendek.
o Trauma.
o Tekanan oleh rahim yang membesar pada vena cava interior
o Uterus yang sangat mengecil (hidramnion pada waktu ketuban pecah,
kehamilan ganda pada waktu anak pertama lahir.
Di samping itu, ada juga pengaruh dari:
Umur lanjut.
Multiparitas.
Ketuban pecah sebelum waktunya.
Defisiensi asam folat.
Merokok, alkohol, kokain.
Mioma uteri.
Patofisiologi
Perdarahan dapat terjadi pada pembuluh darah plasenta atau uterus yang
membentuk hematom pada desisua. sehingga plasenta terdesak akhirnya
terlepas. Apabila perdarahan sedikit, hematom yang kecil itu hanya akan
mendesak jaringan plasenta, peredaran darah antara uterus dan plasenta
belum terganggu dan tanda serta gejalanya pun tidak jelas. Kejadiannya
baru diketahui setelah plasenta lahir yang pada pemeriksaan didapatkan
cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah lama yang
warnanya kehitam-hitaman. Biasanya perdarahan akan berlangsung terus
menerus karena otot uterus yang telah meregang oleh kehamilan itu tidak
mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan pendarahannya. Akibatnya
hematom retroplasenter akan bertambah besar, sehingga sebagian dan
akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus.
Komplikasi
Langsung (immediate): Perdarahan, Infeksi, Emboli dan syok
obstetrik.
Komplikasi tidak langsung (delayed): Couvelair uterus, sehingga
kontraksi tak baik, menyebabkan perdarahan postpartum, a/hipo-
fibrinogenemia dengan perdarahan postpartum, Nekrosis korteks
renalis, menyebabkan anuria dan uremia, Kerusakan-kerusakan
organ seperti hati, hipofisis, dan lain-lain.
Terapi
Terapi konservatif (ekspektatif): Prinsipnya kita hanya menunggu
sampai perdarahan berhenti dan kemudian partus berlangsung
spontan. Menurut cara ini, perdarahan akan berhenti sendiri jika
tekanan intrauterin bertambah lama bertambah tinggi sehingga
menekan pembuluh darah arteri yang robek, Sambil
menunggu/mengawasi kita berikan: suntikan morfin subkutan,
stimulasi dengan kardiotonika seperti coramine, cardizol, dan
pentazol. Transfusi darah:Dahulu ada yang berpendapat hanya
diberikan darah kalau sangat mendesak sebab bisa meninggikan
tekanan darah, dan mi akan menambah hebat perdarahan. Sekarang
harus diberikan darah secepatnya yang gunanya untuk mengatasi
syok dan anemia, mencegah terjadinya nekrosis korteks renalis yang
dapat berakibat anuria dan uremia, serta untuk menambah kadar
fibrinogen, agar mekanisme pembekuan darah tidak terganggu.
partus biasanya akan berlangsung 6-12 jam setelah terjadinya solusio
plasenta, karena kekejangan uterus.Kekejangan uterus terjadi karena
perangsangan oleh hematoma retroplasenter, atau karena terlepasnya
plasenta sehingga hormon yang dihasilkan plasenta berkurang
(terutama progesteron), atau karena adanya koagulum-koagulum
yang meninggikan histamin dalam sirkulasi ibu.
Terapi aktif
Prinsip: kita mencoba melakukan tindakan dengan maksud agar anak
segera dilahirkan dan perdarahan berhenti, misalnya dengan operatif
obstetrik.Langkah-langkah:a) Amniotomi (pemecahan ketuban) dan
pemberian oksitosin kemudian awasi serta pimpin partus spontan, Ada
perbedaan pendapat yang terdiri atas 2 aliran:Aliran setuju (pro), dengan
alasan bahwa dengan pemecahan ketuban diharapkan persalinan akan
berlangsung lebih cepat serta mengurangi tekanan intrauterin yang tinggi
yang dapat menyebabkan komplikasi nekrosis korteks ginjal dan
gangguan pembekuan darah.Aliran kontra, dengan alasan bahwa dengan
amniotomi akan terjadi perdarahan yang banyak dan terus menerus.
Sedangkan kalau dibiarkan (tidak dipecahkan) tekanan hematoma
retrouterin dan tekanan intrauterin dapat menekan luka-luka dan
menghentikan perdarahan.b). Accouchement force, yaitu pelebaran dan
peregangan serviks diikuti dengan pemasangan cunam Willet Gausz atau
versi Braxton-Flicks.c). Bila pembukaan sudah lengkap atau hampir
lengkap, dan kepala sudah turun sampai Hodge ll1-IV, maka bila janin
hidup, lakukan ekstraksi vakum atau forsep; tetapi bila janin meninggal,
lakukanlah embnotomi.d). Seksio sesarea biasanya dilakukan pada
keadaan: solusio plasenta dengan anak hidup, pembukaan keci, solusio
plasenta dengan toksemia berat, perdarahan agak banyak, tetapi
pembukaan masih kecil,solusio plasenta dengan panggul sempit atau
letak lintang.e). Histerektomi dapat dilakukan bila terjadi
afibrinogenemia atau hipofibrinogenemia.f). Ligasi arteri hipogastrika
bila perdarahan tidak terkontrol tetapi fungsi reproduksi ingin
dipertahankan.g). Pada hipofibrinogenemia berikan darah segar
beberapa kantung; plasma darah; dan fibrinogen 4-6 gram
Perbedaan antara solusio plasenta dan plasenta previa.
Solusio Plasenta Plasenta Previa
Perdarahan Dengan nyeri Tanpa nyeri
Segera disusul Berulang
partus sebelum
Keluar hanya sedikit partus
Keluar
banyak
Palpasi Bagian
Bagian anak sukar terendah
ditentukan masih tinggi
Bunyi jantung Biasanya
anak Biasanya tidak ada jelas
Pemeriksaan Teraba
dalam Tidak teraba plasenta jaringan
Ketuban menonjol plasenta
Cekungan
Tidak ada
plasenta
Ada impresi pada
jaringan Plasenta
karena hematom
Selaput ketuban
Robek
Robek normal marginal
SYOK
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Syok adalah suatu keadaan serius yang terjadi jika sistem kardiovaskuler (jantung dan
dalam jumlah yang memadai, syok biasanya berhubungan dengan tekanan darah
Syok adalah suatu keadaan yang disebabkan gangguan sirkulasi darah ke dalam
jaringan, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan dan
gagal jantung), volume darah yang rendah (akibat perdarahan hebat atau
dehidrasi) maupun perubahan pada pembuluh darah (misalnya karena reaksi alergi
atau infeksi).
TINJAUAN TEORI
adalah p e r d a r a h a n ( s y o k h i p o v o l e m i k ) , s e p s i s ( s y o k s e p t i c ) ,
anafilaktik). Curigai atau antisipasi syok jika terdapat satu atau lebih kondisi berikut
ini :
ektopik, ataumola).
a m n i o n i t i s , m e t r i t i s , pielonefritis)
Diagnosis syok dapat ditegakkan jika ditemukan tanda atau gejala sebagai berikut :
1. Nadi cepat dan lemah (110 kali per menit atau lebih)
t a n g a n a t a u sekitar mulut)
2. Keringat atau kulit terasa dingin dan lembab
2.3. PENANGANAN
Penanganan Awal
1. Mintalah bantuan dan segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan
5. Jagalah agar ibu tersebut tetap hangat tetapi jangan terlalu panas,
Penanganan Khusus
kreatinin, p H d a r a h d a n e l e k t r o l i t , f a a l h e m o s t a s i s s e r t a dilakukan
pemberiancairan.
m a s u k d a n jumlah urin yang keluar. Produksi urin harus diukur dan dicatat.
9. Berikan oksigen dengan kecepatan 6-8 liter per menit dengan sungkup
1. Ambil 2 ml darah vena ke dalam tabung reaksi kaca yang bersih, kecil
sudah terbentuk, kemudian ketuk setiap menit sampai darah membekudan tabung
dapat dibalik.
Syok Perdarahan
3. Transfuse sesegera mungkin untuk mengganti kehilangan darah. Pada kasus syok
darah yang diberikan ialah darah segar yang baru diambil dari donor darah.
6. Jika perdarahan terjadi setelah 22 minggu atau pada saat persalinan tetapi sebelum
7. Jika perdarahan terjadi setelah melahirkan, curigai robekan dinding uterus, atonia
8. N i l a i u l a n g k e a d a a n i b u : d a l a m w a k t u 2 0 - 3 0 m e n i t s e t e l a h
Syok Septik
2. P e n y e b a b u t a m a s y o k s e p t i c ( 7 0 % k a s u s ) i a l a h b a c t e r i a
p n e u m o n i a , s e r r a t i a , e n t e ro b a c t e r d a n p s e u d o m o n a s .
uterus.
efektif terhadap kuman gram negative, gram positif, anaerobic, dan klamidia.
daerah infeksi aerob dan anaerob dan teruskan sampai ibu tersebut bebas
p e r s i a p a n u n t u k tindakan pembedahan.
5. P e r u b a h a n k o n d i s i s e p s i d u l i t d i p e r k i r a k a n , d a l a m w a k t u
s i n g k a t d a p a t memburuk.
Tanda-tanda bahwa kondisi pasien sudah stabil atau sudah ada
§ Lakukan tes laboratorium meliputi hematokrit, golongan darah dan rhesus dan
DARURAT
penyebab syok septic tidak dapat ditangani di tempat itu, pasien harus
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merujuk kasus gawat darurat
antaralain :
Pemberian oksigen
§ Transportasi Pasien harus didampingi oleh nakes yang terlatih dan keluarganya
§ Pemberian intra vena dipilih untuk kondisi syok, kondisi gawat darurat yang
dan apabila obat yang terpilih dapat diberikan melalui cara ini.
§ Pemberian per oral hanya dapat diberikan pada kasus yang stabil
kondisinya dan mampu menelan obat per oral. Jangan memberikan obat
per oral pada kasus syok, cedera abdominal, perforasi uterus, KET, atau
§ Dalam mamilih obat pengurang rasa nyeri yang tepat, harus dipertimbangkan
kondisi pasien pada saat itu, saat dan cara pemberian obat, dan
b e b e r a p a h a l khusus yang harus diperhatikan untuk setiap jenis obat yang dipilih.
§ Penderita dalam syok atau akan mengalami pembedahan segera, hanya boleh
§ Setiap narkotika dapat menekan pernafasan yang mungkin fatal, oleh sebab itu
k e t a t d a n cermat.
§ Obat anti radang nonsteroid dan aspirin dapat mengganggu pembekuan darah.
§ Kombinasi obat pengurang rasa nyeri dengan obat penenang seperti diazepam
§ Petidin 50-100 mg IM
Toksoid Tetanus
tahun terakhir atau tidak dapat dipastikan status imunisasinya, seharusnya diberi
§ Apabila vaksin dan antitoksin tetanus diberikan pada saat yang sama, harus
Diuretika
urin per jam harus diukur dan dicatat. Harus diperhatikan keseimbangan
DISTOSIA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Distosia adalah k e l a m b a t a n a t a u k e s u l i t a n d a l a m j a l a n n y a p e r s a l i n a n .
TINJAUAN TEORI
Distosia karena kelainan tenaga (His) yang tidak normal, baik kekuatan maupun
sifatnya sehingga menghambat kelancaran persalinan. His yang normal dimulai dari
salah satu sudut di fundus uteri, menjalar ke korpus, dengan dominasi kekuatan ada di
His yang normal, ditandai dengan adanya kontraksi ringan Braxton Hicks
selama kehamilan. Pada kehamilan lebih dari 30 minggu kontraksi akan dirasakan
lebih sering, dan pada kehamilan lebih dari 35 minggu kontraksi akan dirasakan lebih
meningkat lagi dan lebih kuat. Ketika memulai kala I, ibu akan merasakan His setiap
10 menit sekali dengan lama antara 20-40 detik. Selama kala I ini His akan meningkat
2-4 kali tiap 10 menit dan lamanya 60-90 detik. Ketika kala II, yaitu dimulainya
persalinan, His terjadi 4-5 kali dalam 10 menit selama 90 detik dan disertai periode
relaksasi.
Pemantauan secara manual terhadap kontraksi uterus (His), yang perlu diperhatikan
adalah :
Pantau His selama 10 menit, dengan cara telapak tangan diletakkan di atas
hipoksia.
yang sebelumnya tidak ada pada persalinan pervaginam. Induksi persalinan ini boleh
Usia gestasi
Variasi individu
keduanya.
Skor Bishop adalah hasil penilaian keadaan serviks pada pemeriksaan dalam
dengan oksitosin. Apabila didapatkan skor kurang dari 5, maka perlu dilakukan
dari:
Dilatasi : 0, 1-2, 3-4, 5
cairan RL intravena. Dosis awal oksitosin diberikan 4-8 mU/mnt, selanjutnya interval
biasa untuk persalinan yang baik adalah 8-10 mU/mnt (16-20 tetes). Hal penting yang
Gunakan partograf.
Infus cairan dengan oksitosin diberi tanda dan jam mulai pemberian.
Efek samping dari pemberian oksitosin adalah berupa hipoksia janin yang
memberikan oksitosin dengan dosis yang tepat. Efek selanjutnya berupa Ruptura uteri
dosis yang tepat pula. Intoksikasi air juga dapat terjadi sebagai efek samping dari
ADH, untuk itu pasien dengan induksi oksitosin harus dibatasi asupan cairannya.
Hipotensi kadang juga dijumpai pada pasien ini dengan mekanisme vasodilatasi,
Kelainan letak, presentasi dan posisi janin yang mungkin ditemukan adalah :
Presentasi dahi
Letak sungsang
Letak lintanng
Presentasi ganda.
Hidrosefalus
Flexion : fleksi kepala janin akibat adanya resistensi dari dasar panggul,
posterior. Hal ini bisa tidak terjadi pada janin yang kecil.
Kondisi ini dipengaruhi oleh bentuk pintu bawah panggul (upward dan
forward).
Posisi oksipitalis posterior ini ditandai dengan saat kepala janin turun ke dasar
panggul dengan posisi oksiput di bagian posterior (belakang). Variasi persalinan biasa
dan umumnya akan memutar ke depan karena bentuk antomi dasar panggul dan
muskulus levator ani. 5-10 % dari posisi ini tidak memutar ke depan yang dikenal
Sebagai faktor predisposisi dari posisi ini adalah jenis panggul antropoid atau
android, multiparitas dan usia juga bisa sebagai faktor predisposisi karena adanya
kelemahan otot dasar panggul. Faktor predisposisi lainnya adalah bentuk kepala
janin.
sebagai berikut :
jauh.
Pemantauan lebih ketat, bila kala II terlalu lama atau tanda-tanda gawat janin,
mediolateral luas.
2.2.2.Malpresentasi Kepala.
Sewaktu melewati rongga panggul, kepala janin dalam keadaan fleksi, namun
Presentasi puncak kepala, presentasi sinsiput, bila defleksi ringan dan sifatnya
Presentasi dahi, bila defleksi lebih berat sehingga dahi sebagai bagian paling
rendah. posisi ini biasanya bersifat sementara dan dapat berubah menjadi
presentasi muka atau oksiput. Pada pemeriksaan dalam teraba sutura frontalis,
pangkal hidung dan orbita, sedang mulut dan dagu tidak teraba. Kepala turun
Presentasi muka, dimana muka sebagai bagian terendah oleh karena derajat
defleksi maksimal.
Bila panggul normal, janin normal, maka akan sulit lahir normal.
Bila panggul luas dan janin kecil, maka ekspektatif, kemungkinan presentasi
Dapat dicoba perasat Thorn, apabila kepala belum masuk PAP, namun bila
2.2.3.Presentasi muka
Pada presentasi muka ini, kepala janin defleksi maksimal dan tubuh janin
ekstensi. Dari hasil pemeriksaan dalam teraba dagu, mulut, hidungng dan pinggir
orbita. Penyebab terjadinya presentasi muka ini adalah adanya janin yang besar,
panggul sempit, multiparitas dan perut gantung, kelainan bentuk janin (anensefal),
IUFD yang menyebabkan tidak ada tonus otot pada janin. Prognosi dari kasus ini
adalah kesulitan persalinan yang lebih disebabkan oleh penyebab kelainan (panggul
Mekanisme persalinan dan penanganan adalah saat kepala turun ke PAP dengan
hipomoklion putaran paksi luar ekspulsi. Apabila posisi dagu tetap dibelakang
mento posterior persisten defleksi maksimal tidak dapat lahir spontan tanpa
tindakan.
Sebelum ditentukan persalinan, terlebih dulu tentukan ada/tidaknya disproporsi
sefalopelvik. Bila dagu berada di depan dapat ditunggu persalinan spontan, bila dagu
2.2.4.Letak Sungsang.
Letak sungsang adalah keadaan janin yang terletak memanjang dengan kepala
di fundus uteri dan bokong di bagian bawah kavum uteri. Macam-macam letak
sungsang adalah :
Presentasi bokong kaki sempurna fleksi sendi lutut, teraba bokong dan
kedua kaki.
Presentasi bokong kaki tidak sempurna teraba bokong dan hanya salah
satu kaki.
Janin besar
Contracted pelvic
Hiperekstensi kepala
Disfungsi uterus.
Presentasi kaki
Permintaan MOW
mengejan.
badan.
Metode ekstraksi :
Mueller dengan melahirkan bahu dan lengan depan dengan ekstraksi. Lovset
head entrapment)
menjungkit/menunjuk.
Panggul ginekoid PAP bundar, panggul tengah dan pintu bawah panggul
luas, diameter transversal lebih besar dari pada diameter atas panggul.
Panggul antropoid diameter atas panggul lebih besar dari pada diameter
Panggul platipelloid diameter atas panggul lebih kecil dari pada diameter
Kesempitan pada pintu atas panggul konjugata vera kurang dari 10 cm atau
pada pintu tengah panggul. Bila arcus pubis kurang dari 90 derajad, sehingga
serviks uteri.
Uterus mioma uteri.
BAB III
KESIMPULAN
Power
Passenger
Passage.
Kenali faktor risiko, deteksi dini dan penata laksanaan (kapan merujuk?)